PENDAHULUAN
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama
pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara
150-430 perseribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah
dilaksanakan angka kematian di rumah sakit menjadi 3 %.1
Hippocrates mendefinisikan diare pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/ RSCM, diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan
anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.1
Semua anak di dunia pernah terkena diare. Malangnya, dari sekian banyak
anak yang diare, beberapanya adalah kasus yang serius bahkan sampai
menyebabkan kematian. Ini merupakan efek dari kehilangan banyak cairan
essensial tubuh dan juga elektrolit melalui feses. Setiap kematian merupakan
tragedi dan hal ini dapat dicegah dengan cara yang sederhana melalui penjagaan
higienitas dan manajemen penyakit yang baik dan cepat.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.3
Diare adalah peningkatan jumlah dan volume dari buang air besar dengan
perubahan konsistensi, terutama peningkatan kandungan air. Kadang buang air
besar juga mengandung mukus, nanah atau darah.2
2.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salh satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama dibawah usia 5 tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian
kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang. Sebagai gambaran 17 % kematian
anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil dari Riskesdas
2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1- 4 tahun
penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.3
2.3 Klasifikasi
Penyakit diare dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara. Untuk
subdivisi pertama dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Diare akut biasanya
onsetnya mendadak, umumnya beberapa jam sampai beberapa hari. Diare kronik
umumnya onset lebih lama dan bisa lebih dari 1 atau 2 minggu. Pada episode awal
sulit untuk membedakan akut atau kronik. 2
WHO juga mengklasifikasikan diare menjadi diare akut dengan diare
persisten. Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat, diare
persisten, diare persisten diklasifikasikan sebagai berat. Jadi diare persisten
adalah bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh berbagai penyebab.4
2.4 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :1
1. Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, yaitu :
Infeksi Virus : Rotavirus, Adenovirus, Kalsivirus, Koronavirus,
Astrovirus, Virus Norwalk, Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
b. Faktor makanan
Gastroenteritis Dengan Dehidrasi Ringan Sedang
Alergi makanan
Keracunan makanan
Makanan basi
c. Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas
d. Kelainan anatomi : malrotasi, hirsprung1
2.5 Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah:1
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkan dan timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun,
akan
mengakibatkan
bakteri
tumbuh
berlebihan
yang
Shigella
Salmonell ETEC
EIEC
Kolera
a
Masa tunas
Panas
12-17
24-48
jam
jam
++
++
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72
jam
++
++
Mual&munta
Sering
Jarang
Sering
Sering
Tenesmu
Tenesmus
Tenesmus
Tenesmus
Kram
, kram
, kolik
Nyeri kepala
Lama sakit
5-7 hari
> 7 hari
3-7 hari
2-3 hari
Variasi
3 hari
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Sangat
h
Nyeri perut
, kram
Sifat tinja :
- Volume
banyak
- Frekuensi
Sampai
>
10
10
kali/hari
Sering
Sering
Sering
Terusmeneru
kali/hari
- Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Sering
Kadang-
Amis
Lendir/darah
- Bau
kadang
-
+/-
Busuk
(khas)
- Warna
Kuning-
Merah-
Kehijaua
Tidak
Merah-
Seperti
hijau
hijau
berwarna
hijau
cucian
beras
Leukosit
Lain- lain
Anoreksi
Kejang
Sepsis +/-
Meteorismu
Infeksi
+/-
+/-
sistemik
Tanda-Tanda
atau Pengobatan
Dehidrasi berat
Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari Beri cairan untuk diare
tanda ddi bawah ini
1. Letargi
sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum
atau malas minum
4. Cubitan
kulit
perut
Dehidrasi
Ringan
Sedang
lambat
sangat lambat
/ Terdapat dua atau lebih Beri anak cairan dan
tanda di bawah ini
1. Rewel, gelisah
ringan. Setelah rehidrasi,
2. Mata cekung
nasihati
ibu
untuk
3. Minum
dengan
penaganan di rumah dan
lahap, haus
4. Cubitan
kulit kapan kembali segera.
Tanpa dehidrasi
kembali lambat
Tidak terdapt cukup Beri cairan dan makanan
taanda
diklasifikasikan
dehidrasi
sebagai rumah.
ringan
Nasihati
ibu
berat
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesa
1. lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja,
lendir dan / darah dalam tinja.
2. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tidak biasa
5. Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum5
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL,
dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah
tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan.
b. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuensi dan profus).5
2. Dehidrasi ringan-sedang
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/kg BB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.5
b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
Ringer Laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung
c.
d.
e.
f.
tua.5
3. Dehidrasi berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian
Umur kurang dari 12 bulan 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
Umur diatas 12 tahun 30 mL / kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan
70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.5
b. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi.
4. Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit
a. Hipernatremia (Na>155 mEq/L)
Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian
cairan dekstrose 5% salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih
dari 10 mEq per hari karena bisa menyebabkan edema otak.
b. Hiponatremia (Na<130 mEq/L)
Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesa, apabila masih
dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sebagai berikut:
Kadar Na koreksi (mEq/L)=125 kadar Na serum x 0,6 , berat badan;
diberikan dalam 24 jam
Gastroenteritis Dengan Dehidrasi Ringan Sedang
4 jam pertama
3,5-kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam 20
jam berikutnya.5
B. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air
besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Seng zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah
tidak mengalami diare dengan dosis :
-
C. Nutrisi
Asi dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai penganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih
kurang 6x sehari), rendah serat , buah-buahan diberikan terutama pisang.5
D. Medikamentosa
a) tidak boleh diberikan obat anti diare
b) antibiotik
antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah)
atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu
Pengobatan
Ampisilin,
Keterangan
kloramfenikol, Penyakit
bakteremik,
trimetoprim/sulfametoksazol,
Salmonella lain
invasif
sefotaksim, siprofloksasin
Biasanya tida; amoksisilin, Pengobatan
ampisilin,
trimetoprim/sulfametoksazol,
sefotaksim, siprofloksasin
atau
jika
anemia
keganasan,
sickle
cell,
fokus
infeksi
gastrointestinal
Trimetoprim/sulfametoksazol, Amoksisilin
tidak
ampisilin
direkomendasikan;
pengobatan mengurangi
daya
infeksi
dan
Escheria coli
membantu kesembuhan
Biasanya tidak diberikan jika Pencegahan travelers
Toksigenik
endemik;
diarrhea
dengan
trimetoprim/sulfametoksazol
bismuth
subsalisilat,
atau
siprofloksasin
untuk doksisiklin,
travelers diarrhea
Invasif atau patogenik
Trimetoprim
atau
siprofloksasin
/ Tidak ada pengobatan
Campylobacter
sulfametoksazol, neomisin
jika dicurigai HUS
Penyakit
ringan
tidak Jika dimulai awal (hari
memerlukan
1-3),
pengobatan;eritromisin
azitromisin
untuk
pengobatan
atau mengurangi
gejala-
imipenem
penyakit sistemik
Tidak
diberikan
Yersinia
untuk
untuk Manfaat
pengobatan
diare;gentamisin,
adenitis
mesenterika
kloramfenikol,
trimetoprim/sulfametoksazol
dibuktikan
atau
sefotaksim
untuk
Vibrio cholerae
penyakit sistemik
Tetrasiklin,
Clostridium difficile
trimetoprim/sulfametoksazol
Metronidazol,
vankomisin C.difficile
oral
agen
diare
antibiotik
Giardia lamblia
Quinakrin,
dan
akibat
kolitis
pseudomembranosa
furazolidin, Furaolidin merupakan
metronidazol
saru-satunya
yang
Cryptosporodium
merupakan
tersedia
bentuk cair
Tidak ada; azitromisin atau Infeksi serius
preparat
dalam
pada
pada AIDS
Metronidazol,
patient (AIDS)
tinidazol
diiukuti iodokuinol
Tabel 4. Obat antimikroba untuk pengobatan penyakit diare dan beberapa infeksi
Obat
Indikasi
Dosi
Dosis
Lama
anak
pengob
dew
atan
Reaksi
keterangan
Ampicilli
Sh.
asa
500
1000
disentri
mg,
6
5 hari
Ruam
Dibeberapa
mg/kg/hari
makulopa
negara
/6 jam
jam
orang
yang
dewasa.
resiten.
Menyebab
Single dose
kan kolitis 4
gram
pseudome
efektif dan
mbran
berguna
pada
beberapa
situasi
Co-
Sh,
TMP TMP
trimoksaz
disentri
160
mg/kg/hari
TMP atau
ol,
mg
dan SMX
toksik
trimetopri
dan
50
5% kasus.
SM
mg/kg/hari
Demam,
sulfameto
dibgi
ruam,
ksazol
800
dosis(maks
dan
10 5 hari
Alergi
di
fotosensiti
mg 2 imum
vitas,
sampai
gejala
seha
dosis
gastrointes
ri
dewasa)
tinal,
SMX
ruam dan
gejala
gastrointes
5 hari
tinal
Gejala
Nalidixic
Sh.
4 gr/ 100
acid
Disentri.
hari
mg/kg/hari
gastrointes mahal
Ketika
diba
dibagi
tinal,
resisten
gi 4 dosis
hemolisis
Relatif
Terasiklin
dengan
dosi
G6PD
antibiotik
defisiensi,
diatas
alergi,
v.cholera
ruam
Gejala
500
75-140
3-5 hari
mg,
mg, 6 jam
gastrointes strain
atau
tinal,
jam
mg/kg/hari
hepatotoks terhadap
/6
ik
0
jam
(maksimal
Beberapa
resisten
pada tetrasiklin
kehamilan
dosis
Furazolid
V.cholera
one
Doxycycli
v.cholera
ne
100
dewasa)
5
mg,
mg/kg/hari
/4 dosis
jam
300
4 mg/kg/1 Single
Gagal
mg
kali
dose
ginjal
25-50
7 hari
Gejala
3-5 hari
seka
Eritromisi
Campylo
li
500
bacter
mg,
mg/kg/hari
gastrointes i
jejuni
/4 dosis
tinal,
jam
eksresi
untuk tidak gejala
pengobata
n
nikol
s.tiphy
lama
Kloramfe
Mengurang
jangka
500
50
panjang
14 hari Leukopeni
mg,
mg/kg/hari
atau
a,
sampai
lebih
trombosito
jam
tidak
peni,
dema, lalu
anemia
30
aplastik
Metronida
E.histolyt
750
mg/kg/hari
30
zol
ica
mg,
mg/kg/hari
gastrointes
3 dosis
tinal,
10 hari
Gejala
kali
ataksia,
seha
sakitkepal
Sulfonami
v.cholera
ri
1 g, 100
atau
mg/kg/hari
atau
gastrointes direkomend
sh.disentr
jam
/6
lebih
a
hari Gangguan
Tidak
karena
banyak
patogen
yang
resisten dan
efek
sampingnya
yang
siginifika
E. Edukasi
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.5
Langkah promotif / preventif:
1.
2.
3.
4.
5.
: Laurensius Siregar
Umur
: 11 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Batak
Agama
: Protestan
BB masuk
: 29 kg
TB masuk
: 133 cm
Tanggal masuk
: 13 Desember2014
Alamat
: Jalan Mesjid Taufiq Gg. Sarjana No. 5 Medan,
Kecamatan Medan Perjuangan
AYAH
J.Siregar
45 tahun
Protestan
Pegawai swasta
IBU
Emmy Herawati
49 tahun
Protestan
Ibu Rumah Tangga
Perkawinan
Pendidikan
RPT
Alamat
I (pertama)
SLTA
Tidak ada
Jl. Mesjid Taufiq GG. Sarjana
No 5 Medan, Kecamatan
Medan Perjuangan
I (pertama)
SLTA
Tidak ada
Jl. Mesjid Taufiq GG. Sarjana
No 5 Medan, Kecamatan
Medan Perjuangan
Tanggal lahir
: 21 November 2003
Tempat lahir
: Klinik Bersalin
Ditolong oleh
: Bidan
BB lahir
: 3500 gr
PB lahir
: 50 cm
Usia kehamilan
: 37 minggu
0 bulan - 2 bulan
3 bulan - 4 bulan
5 bulan - 7 bulan
8 bulan 9 bulan
>12 bulan-sekarang
V. Anamnese Makanan
0 bulan- 6 bulan
: ASI
7 bulan- 12 bulan
12 bulan- 24 bulan
24 bulan
: makanan biasa
VI. Imunisasi
BCG
: (+) 1 X
Hepatitis B
: (+) 3x
Polio
: (+) 4x
DPT
: (+) 3x
Campak
: (+) 1x
Kesan
: Tidak ada.
1. Keluhan Utama
: Mencret
2. Telaah
3. RPT
4. RPO
X. Pemeriksaan Fisik
1. Status Presens
KU/KP/KG
Sensorium
Tekanan nadi
Frekuensi nafas
Temperature
BB Masuk
TB Masuk
: Sedang/sedang/baik
: Composmentis
: 108x/menit, regular
: 26 x/menit,reguler
: 37,9 C
: 29 kg
: 133 cm
2. Status Lokalis
a. Kepala
Mata
Anemia
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
:
: Reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata
cekung(+/+), air mata (+/+) kurang,
Hidung
Telinga
Mulut
b. Leher
c. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
d. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
e. Ekstremitas
Atas
Bawah
f. Genitalia
: Simetris
: Soepel, hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali lambat
:Tympani
:Peristaltik (+) Meningkat
: Pulse 108x/menit,reguler, akral hangat, T/V
cukup, CRT<3
:Akral hangat, CRT <3
: Laki-laki, tidak ada kelainan
b. Sistem Motorik
pertumbuhan otot
kekuatan otot
neuro muscular
d. Sensibilitas
Tanggal
Hasil
1. Mantouxtest
2. Radiologi
3. Pungsi lumbal
4. Kimia darah
5. E.K.G
7. Mikrobiologi
8. CT Scan
9. E.E.G
Pemeriksaan Laboratorium
Urine
Feces
Darah
1. Darah lengkap
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
2. KGD ADRANDOM 128 mg/dl
3. Elektrolit
a. Natrium : 136 mmol / dl
b. Kalium
: 2,8 mmol/dl
c. Chlorida : 101 mmol /dl
10300 uL
4,89 x 106 /uL
12,6 gr / dl
37.1%
75,9 fl
25,8 pg
34,0 dL
159000uL
XIII. Ringkasan
1. Anamnese
KU
: Mencret
Telaah :
RPT
RPO
2. Pemeriksaan Fisik
KU/KP/KG
: Sedang/sedang/baik
Sensorium
: Compos mentis
Tekanan nadi
: 108 x/menit, regular
Frekuensi nafas : 26 x/menit, reguler
Temperature
: 37,9 C
BB Masuk
: 29 kg
TB Masuk
: 133 cm
Status Lokalis
a. Kepala
Mata
Anemia
Ikterik
Dispnoe
Sianosis
Oedema
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
:
: Reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata
cekung (+/+), air mata (+/+) kurang,
Hidung
Telinga
Mulut
b. Leher
c. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
d. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
e. Ekstremitas
Atas
:
: Pulse 108 x/menit, reguler, akral hangat, T/V
cukup, CRT<3
Bawah : Akral hangat, CRT <3
3. Laboratorium :
darah lengkap : WBC/HB/HCT/PLT : 10300/12,6/37,1/159000
kgd adrandom : 128 mg / dl
Elektrolit
: Kalium : 2,8 mmol /L
XIV. Differensial Diagnosis
1.
2.
3.
4.
Bed rest
IVFD RL 75 cc/ kgBB / 4 jam = 181 gtt/i makro Selama 4 jam
Oralit 200 300 cc per kali mencret
Kotrimoksazol 2 x 480 mg
Zinc
1 x 20 mg
Lacto B
2 x 1 Sachet
Paracetamol
3 x 300 mg (k/p)
Diet MII 1680 kkal + 58 gr protein
XVII. Usul
-
Feses Rutin
Urin Rutin
Imunisasi Campak
TABELFOLLOW UP PASIEN
Tanggal (Hari
Rawatan)
Keluhan
KU/KP/KG
Sensorium
Frekuensi
nadi
Frekuensi
nafas
Temperatur
BB Masuk
BB Sekarang
Mata
Hidung
Hari Rawatan 1
(14 Desember 2014)
Mencret (+), darah (+) Muntah
(-), Demam (-)
Sedang/sedang/baik
Composmentis
108 x/mnt
28 x/mnt
Hari Rawatan 2
(15 Desember 2014)
Mencret (+), darah (-)
Status Present
Sedang/sedang/baik
Composmentis
104 x/mnt
26 x/mnt
37,4 C
29 kg
29 kg
37,2C
29 kg
29 kg
Status Lokalisata
Kepala
Reflek cahaya(+/+), pupil
Reflek cahaya(+/+), pupil
isokor, conj.palpebra inferior
isokor, conj.palpebra inferior
pucat(-/-), mata cekung (-)
pucat(-/-), mata cekung (-)
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Hari Rawatan 3
(16 Desember 2014
Mencret (-),
Sedang/sedang/baik
Composmentis
108 x/mnt
30 x/mnt
36,9C
28 kg
30 kg
Reflek cahaya(+/+), pu
isokor, conj.palpebra inf
pucat(-/-), mata cekung
Dalam batas normal
Telinga
Mulut
Leher
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Simetris
Soepel, hepar / lien tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Tympani
Peristaltik (+) Meningkat
Atas
Bawah
Kulit
Genitalia
Pemeriksaan
penunjang
Diagnosis
Ge + Dehidrasi Ringan S
Terapi
Bed rest
IVFD KAEN IIIB 24 gtt/i
Oralit 200 300 cc per
kali mencret
Kotrimoksazol 2 x 480 mg
Zinc
1 x 20 mg
Lacto B 2 x 1 Sachet
Paracetamol 3 x 300 mg
Diet MII 1680 kkal + 58 gr
protein
Bed rest
IVFD KAEN IIIB 24 gtt/i
Oralit 200 300 cc per
kali mencret
Kotrimoksazol 2 x 480 mg
Zinc
1 x 20 mg
Lacto B 2 x 1 Sachet
Paracetamol 3 x 300 mg
Diet MII 1680 kkal + 58 gr
protein
Usul
Bed rest
IVFD KAEN IIIB 24
Oralit 200 300 cc pe
mencret
Kotrimoksazol 2 x 48
Zinc
1 x 20 mg
Lacto B 2 x 1 Sach
Paracetamol 3 x 300 m
Diet MII 1680 kkal +
protein