melalui
percepatan
dekomposisi
menggunakan
jasad
renik-
mikroorganisma- dalam media bagi berlangsungnya proses homogenisasi dan aerasi telah
menjadi pemandangan baru di beberapa wilayah kota Bandung dan sekitarnya bahkan
kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Bogor dan Jayapura. Kebutuhan akan oxygen ( aerasi
optimal ) dan homogenisasi ( membalik bahan kompos) telah dimodifikasi dan
dimanipulasi dengan teknik pemberian lubang, penyediaan aerator dan sistim rotary.
Dengan modifikasi itu, proses dekomposisi dalam media pengomposan- yang kemudian
dinamakan komposter, telah merobah persepsi orang kota bahwa membuat kompos
menjadi mudah. Pembuatan kompos yang digambarkan oleh teknik open windrows
mulai diperkaya dan telah mulai dirobah oleh adanya pengenalan alat komposter di
rumah-rumah. Di berbagai negara maju, komposter, sudah lazim dan bahkan kewajiban
rutin anggota keluarga mengumpulkan sampah organik ( sisa makanan, sisa bahan masak
dapur dan hasil pertanian serta bahan makhluk hidup lainnya dijadikan kompos dalam
komposter. Dengan alat sebesar tong sampah, bahan organik di dekomposisi oleh
aktivator dan mineral, akan dihasilkan kompos dalam 5 sampai 14 hari saja tergantung
jumlah dan jenis serta komposisi sampah yang akan diolah.
Kebutuhan mikroorganisma guna percepatan proses dekomposisi sampah dilakukan
melalui kegiatan isolat mikroba dari bahan terdekomposisi sampah kota itu sendiri
(skema 1) sementara, kebutuhan akan penggembur dan energi dalam percepatan proses
dekomposisi diambil dari bahan-bahan mineral ( zeolit, dedak, dan sejenisnya ) menjadi
suatu mineral penggembur ( bulking agent ) yang keduanya disimpan dalam kemasan
yang bersih dan sehat. Sementara media dekomposisi yang sempurna bagi masuknya
aliran oksigen ( aerasi) secara maksimal dibuat dari plastik HDE 10 mm, PVC dan
paralon standar SNI. Maka jadilah komposter - seharga tong sampah biasa.
Kompos yang baik mengandung unsur hara makro Niotrogen > 1,5 % , P2o5
(Phosphat) > 1 % dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio
antara 15-20 , diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk
kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang
berkesinambungan.
Pupuk kompos untuk tanaman organik, jika unsur haranya kurang dapat ditambah
dengan bahan organik lainnya. Nitrogen dapat ditambahkan urine ternak, mikroba
pengikat Nitrogen, pupuk organik yang berasal dari hewani seperti ikan, darah, dll.
Phosphat dapat ditambahkan dari pupuk guano atau rock phosphat, dapat juga
dicampurkan dengan mikroba pelepas phosphat. Kalium dapat ditambahkan dari
arang/abu batok kelapa/kelapa sawit, abu bekas incenerator, dll.
Pupuk kompos yang tidak diperuntukkan bagi tanaman organik, selain dari
campuran di atas dapat pula diberikan campuran dengan pupuk buatan. Jadi, pupuk
seperti ini hanya dipergunakan untuk tanaman nonorganik. Karena bahan baku sampah
tidak tetap, diperlukan campuran dengan bahan lain agar kualitasnya terjaga. Quality
control harus diterapkan di sini, sehingga orang yang membeli benar-benar puas.
Berbagai jenis jasad renik ikut berperan dalam pembuatan kompos dan
merupakan proses biologis. Jasad renik dapat berperan dengan baik jika dalam proses
pengomposan, lingkungan sesuai baginya(suhu, bahan organis, pH, kelembaban udara).
Pengomposan atau dekomposisi merupakan penguraian dan pemantapan bahanbahan organik secara biologi dalam temperatur termofilik (temperatur yang tinggi)
dengan hasil akhir bahan yang cukup bagu untuk digunakan pada tanah tanpa merugikan
lingkungan. Temperatur termofilik terjadi karena kelembaban dan suasana aerasi tertentu.
Setelah temperatur tercapai, mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan organik.
PELAKSANAAN
A.
B.
ALAT
1.
Cangkul
2.
Sabit
3.
Gembor
4.
Plastik
BAHAN
1.
Sampah rumah tangga (sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, daging segar, daun,
sisa makanan)
2.
C.
Cairan bioaktivator
CARA KERJA
1.
Pilih sampah organik seperti sisa makanan, sisa ayuran, kulit buah,sisa ikan,
dan daging segar agar terpisah dari sampah. Sampah berupa platik, kardus
bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus dipisahkan agar prosesnya
berjalan cepat.
2.
Sampah yang berukuran besar seperti batang tanaman, sayuran daun, atau
kulit buah yang kera ebaiknya dirajan terlebih dahulu agar pembusukan
sempurna. Selain itu volume sampah yang terapung juga semakin banyak.
3.
Siapkan cairan bioaktivator boisca, yakni salah satu bioaktivator yang bisa
digunakan untuk mempercepat proses pengomposan. Bioaktivator ini
berfungsi untuk membantu mempercepat proses pembusukan. Tata cara
penggunaannnya adalah:
a.
b.
Isi sprayer dengan air, sebaiknya gunakan air sumur karena tidak
menggunakan kaporit,
c.
d.
4.
5.
Pada awal pemakaian, komposter baru bia menghasilkan lindi (air sampah)
atau kompos.