Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah (Brunner & Suddarth, 2001).
Peningkatan kadar gula dalam darah merupakan gejala yang umum dari penyakit
DM yang tidak terkontrol dan seringkali mengakibatkan kerusakan yang cukup
serius pada bagian tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (WHO, 2008).
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia > 65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Data WHO menyebutkan bahwa, pada tahun 2000 terdapat sekitar 171 juta
orang pasien DM di dunia dan diperkirakan jumlah ini akan meningkat menjadi
366 juta orang pada tahun 2030. Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara,
terdapat sekitar 46 juta orang pasien DM pada tahun 2000 dan juga diperkirakan
akan terjadi peningkatan pada tahun 2030 menjadi 119 juta orang. Jumlah ini juga
termasuk prevalensi jumlah pasien DM di Indonesia, yaitu sekitar 8 juta orang

Universitas Sumatera Utara

pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2030
menjadi sekitar 21 juta orang. Berdasarkan jumlah ini, Indonesia menempati
urutan kedua setelah negara India (WHO, 2008).
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki komplikas
terbanyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang terus meningkat,
sehingga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan struktur
internal lainnya. Kerusakan pada pembuluh darah mata dapat menyebabkan
gangguan

penglihatan

yang disebut

dengan

istilah

retinopati

diabetes

(Medicastore, 2008).
Retinopati diabetes merupakan salah satu komplikasi serius pada DM.
Komplikasi ini terjadi disebabkan oleh dua hal, yang pertama karena melemahnya
dinding pembuluh darah kapiler mata yang akan menyebabkan timbulnya tonjolan
kecil pada pembuluh darah yang dapat pecah sehingga mengalirkan cairan dan
sejumlah protein ke dalam retina mata. Cairan dan protein ini dapat menyebabkan
pembengkakan pada pusat retina, disebut makula, yang dapat memperparah pusat
penglihatan. Penyebab kedua timbulnya retinopati diabetik yaitu, adanya
pertumbuhan pembuluh darah yang rapuh pada permukaan retina. Pembuluh
darah yang abnormal ini sangat mudah pecah, sehingga dapat menyebabkan
perdarahan pada pertengahan bola mata yang dapat menghalangi penglihatan.
Keadaan ini disebut dengan istilah retinopati proliferatif. Jika keadaan ini tidak
diobati akan menyebabkan kerusakan yang permanen pada retina, yang tidak
hanya mengakibatkan penurunan tingkat ketajaman penglihatan namun dapat
menjadi penyebab kebutaan yang paling utama (Pusat Pakar Mata ACS, 2009).

Universitas Sumatera Utara

WHO menyebutkan bahwa, setelah 15 tahun menderita DM, rata-rata 2 %


dari jumlah pasien DM akan mengalami kebutaan dan sekitar 10 % akan
mengalami kerusakan penglihatan (WHO, 2008). Retinopati merupakan penyebab
kebutaan yang utama pada kelompok usia 24-74 tahun. Lebih dari 21 % pasien
DM tipe II mengalami komplikasi ini bersamaan dengan diagnosa DM yang
dideritanya.
The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menemukan
bahwa prevalen retinopati diabetes pada pria dibandingkan dengan wanita yaitu
35 % : 39 % pada DM tipe II. Pada umumnya, prevalensi retinopati diabetes DM
tipe I cenderung lebih rendah, yaitu berkisar antar 0 % - 3 %. Beberapa studi
prevalensi menyebutkan bahwa, peningkatan kualitas pengobatan pada DM dapat
menurunkan prevalensi retinopati diabetik dan kerusakan-kerusakan pada mata
lainnya (Steele, 2008).
Menurut laporan UKPDS, komplikasi kronis paling utama adalah penyakit
kardiovaskuler dan stroke, kaki diabetik, retinopati, serta nefropati diabetik.
Dengan demikian sebetulnya kematian pada diabetes terjadi tidak secara langsung
akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi.
Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 kali lebih
besar untuk timbul gangren, 17 kali lebih besar untuk mengalami gangguan pada
ginjal dan 25 kali lebih besar untuk timbulnya kebutaan (UNPAD, 200 ). Sekitar
50% dari penderita diabetes melitus yang non-insulin dependent mengalami
retinopati diabetik berbagai tingkat setelah menderita diabetes melitus selama 15
tahun di Amerika Serikat. Penelitian lain di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

sekitar 8,2% dari penderita kelompok noninsulin dependent akan mengalami


kebutaan kedua mata setelah menderita diabetes melitus selama 20 tahun.
Keadaan yang hampir sama dilaporkan di Inggris dimana kebutaan sebesar 7%,
jumlah ini mencakup sekitar 8.000 orang (Adam, 2005).
Diabetes melitus merupakan penyakit yang membutuhkan pengobatan
seumur hidup, sehingga diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengobati
penyakit tersebut. Peningkatan mortalitas dan morbiditas pasien DM disebabkan
berbagai komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi yang terjadi
tentu saja akan memberikan dampak pada biaya yang harus dikeluarkan (UNSRI,
2007). Menurut data WHO, biaya yang harus dikeluarkan sebagai akibat implikasi
ekonomis komplikasi diabetes kurang lebih mencapai US$ 46.207 per tahun
(WHO, 2008).
Berdasarkan hal-hal di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui gambaran ketajaman penglihatan pada pasien DM di Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pendidikan, mengingat
tingginya biaya perawatan penderita Diabetes Melitus pada umumnya dan
khususnya untuk Retinopati Diabetik, di samping bahayanya yang dapat
mengancam terjadinya kebutaan permanen.

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketajaman
penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran ketajaman
penglihatan pasien DM di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Pendidikan Keperawatan
Dengan diketahuinya gambaran ketajaman penglihatan pasien DM di Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, maka hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai data dasar bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan
asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
2. Pelayanan Keperawatan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah
penglihatan pada pasien DM.
3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data dan acuan dalam melakukan
penelitian yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus dan ketajaman
penglihatan di masa yang akan datang dengan ruang lingkup dan pembahasan
yang lebih luas.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai