Anda di halaman 1dari 18

1.

Cara mengontrol infeksi nosokomial


Objek pengendalian infeksi nosokomial di rumaah
sakit saat ini mutlak dilaksanakan oleh seluruh jajaran
manajemen rumah sakit. Mulai dari direktur, wakil
direktur, pelayanan medis, wakil direktur umum,
kepala UPF, para dokter, bidan, perawat dan lain-lain.
Objek pengendalian infeksi nosokomial adalah
mikroba patogen yang dapat berasal dari unsur-unsur
yang telah disebutkan di atas, diperlukan adanya
mekanisme

kerja

atau

sistem

yang

sifat

lintas

sektoral/bagian dan diperlukan adanya sebuah wadah


atau organisasi di luar struktur organisasi rumah sakit
yang telah ada. Dengan demikian diharapkan adanya
kemudahan
langsung

berkomunikasi

dengan

petugas

bagian/ruangan/bangsal

yang

dan

berkonsultasi

pelaksana

di

terindikasi

setiap
adanya

infeksi nosokomial. Wadah atau organisasi ini adalah


Panitia Medik Pengendalian Infeksi yang bertugas

untuk

mengelola

dengan

cara

transmisi

unsur-unsur

menghambat

mikroba

yang

penyebab

infeksi

pertumbuhan

berasal

dari

dan

sumber

penderita yang dirawat.


Sumber belajar:
Darmadi. 2010. Infeksi Nosokomial Problematika dan
Pengendaliannya. Salemba Medika

2. Insidensi infeksi nosokomial di kota Palu


Berdasarkan data rekam medik RSUP Undata tahun
2007, angka infeksi nosokomial sebesar 2,26%.
Sumber Belajar:
Parmin.

2009.

Manajemen

Hubungan

Ruangan

Pelaksanaan

dengan

Motivasi

Fungsi
Perawat

Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUP Undata Palu.


Universitas Indonesia Press.

3. Preventif infeksi nosokomial berdasarkan kemenkes


KEPMENKES no 270 tahun 2007 tentang Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain.
KEPMENKES no 382 tahun 2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit.
Yang berisikan poin-poin berikut:
1. Setiap RS harus melaksanakan PPI SK Menkes No
270/MENKES/2007
2. Pelaksanaan PPI sesuai dengan pedoman manajerial
PPI di RS dan pedoman PPI TB di RS Kemenkes RI
3. Direktur RS membentuk Komite PPI dan Tim PPI yang
berada dibawah koordinasi Direktur.
4. Komite PPI minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota.

5. Ketua sebaliknya dokter (IPCO/Infection Prevention


and Control Officer), mempunyai minat, kepedulian dan
pengetahuan,

pengalaman,

mendalami

masalah

infeksi, mikrobiologi klinik, atau epidemiologi klinik.


6. Tim PPI terdiri dari Perawat PPI atau IPCN (Infection
Prevention Control Nurse) dan 1 (satu) dokter PPI setiap
5 (lima) perawat PPI.
7. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan
kewenangan

yang

jelas

sesuai

dengan

Pedoman

Manajerial PPI di RS.


8. Untuk lancarnya kegiatan PPI RS wajib memiliki IPCN
(Infection Prevention and Control Nurse)
9. RS diwajibkan memiliki IPCN yang bekerja purna
waktu, ratio 1 (satu) IPCN: (100-150) tempat tidur.
10. IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit.
Sumber belajar:

Kementerian Kesehatan Indonesi. 2007. KMK No.270


dan No. 382.

4. Jenis dan manifestasi klinis infeksi nosokomial


Tanda

dan

gejala

sistemik

infeksi

nosokomial

samadengan infeksi lainnya, yaitu demam, takikardia,


takipneu,ruam kulit, dan malaise. Gejala dan tanda
tersebut timbuldalam waktu 48 jam atau lebih setelah
pasien di rawat dirumah sakit, atau dalam 30 hari
setelah pasien keluar darirumah sakit.
Sumber belajar:
Nasution, HL. 2012. Infeksi Nosokomial. MDVI 2012;
39/1: 36-41. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara

Macam
nosokomial

penyakit

yang

disebabkan

oleh

infeksi

Infeksi saluran kemih


Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40%
dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan
dengan penggunaan kateter urin. Walaupun tidak
terlalu

berbahaya,

tetapi

dapat

menyebabkan

terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian.


Organisme yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli,
Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus.
Infeksi yang terjadi lebih awal lebih disebabkan karena
mikroorganisme

endogen,

sedangkan

infeksi

yang

terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya


karena mikroorganisme eksogen.
Sangat

sulit

untuk

mikroorganisme

dapat

sepanjang

mencegah
uretra

penyebaran

yang

melekat

dengan permukaan dari kateter. Kebanyakan pasien


akan

terinfeksi

setelah

1-2

minggu

pemasangan

kateter. Penyebab paling utama adalah kontaminasi


tangan atau sarung tangan ketika pemasangan kateter,

atau air yang digunakan untuk membesarkan balon


kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang gagal dan
teknik septik dan aseptik.

Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien
yang menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi,
intubasi, pemasangan NGT, dan terapi inhalasi. Kuman
penyebab infeksi ini tersering berasal dari gram negatif
seperti Klebsiella,dan Pseudomonas. Organisme ini
sering berada di mulut, hidung, kerongkongan, dan
perut. Keberadaan organisme ini dapat menyebabkan
infeksi karena adanya aspirasi oleh organisme ke
traktus respiratorius bagian bawah.
Dari

kelompok

virus

dapat

disebabkan

olehcytomegalovirus, influenza virus, adeno virus, para


influenza virus, enterovirus dan corona virus.

Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:


Tipe dan jenis pernapasan
Perokok berat
Tidak sterilnya alat-alat bantu
Obesitas
Kualitas perawatan
Penyakit jantung kronis
Penyakit paru kronis
Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ
Tingkat penggunaan antibiotika
Penggunaan ventilator dan intubasi
Penurunan kesadaran pasien

Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory


syncytial virus dan influenza. Pada pasien dengan

sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan


karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara
dengan prevalensi penderita tuberkulosis yang tinggi,
kebersihan udara harus sangat diperhatikan.

Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5 % dari total infeksi
nosokomial, tetapi dengan resiko kematian yang sangat
tinggi, terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan
antibiotika seperti Staphylococcus dan Candida. Infeksi
dapat muncul di tempat masuknya alat-alat seperti
jarum suntik, kateter urin dan infus.
Faktor utama penyebab infeksi ini adalah panjangnya
kateter, suhu tubuh saat melakukan prosedur invasif,
dan perawatan dari pemasangan kateter atau infus.

Infeksi Nosokomial lainnya


a) Tuberkulosis

Penyebab utama adalah adanya strain bakteri


yang multi- drugs resisten. Kontrol terpenting
untuk penyakit ini adalah identifikasi yang baik,
isolasi, dan pengobatan serta tekanan negatif
dalam ruangan.
b)diarrhea dan gastroenteritis
Mikroorganisme

tersering

berasal

dari

E.coli,

Salmonella, Vibrio Cholerae dan Clostridium. Selain


itu, dari gologan virus lebih banyak disebabkan
oleh golongan enterovirus, adenovirus, rotavirus,
dan hepatitis A. Bedakan antara diarrhea dan
gastroenteritis. Faktor resiko dari gastroenteritis
nosokomial dapat dibagi menjadi faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik:

o abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti


achlorhydria
o lemahnya motilitas intestinal, dan
o perubahan pada flora normal.
Faktor ekstrinsik:
Pemasangan

nasogastric

tube

dan

mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.


c) Infeksi pembuluh darah
Infeksi

ini

sangat

berkaitan

erat

dengan

penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan.


Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus
hepatitis B, virus hepatitis C, dan HIV.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
Infeksi pembuluh darah primer, muncul tanpa
adanya tanda infeksi sebelumnya, dan berbeda
dengan

organisme

tubuhnya yang lain

yang

ditemukan

dibagian

Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari


infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh
yang lain.
d)Dipteri, tetanus dan pertusis

Corynebacterium

pleomorfik,
menyebabkan

diptheriae,

memproduksi
timbulnya

gram

endotoksin
penyakit,

negatif
yang

penularan

terutama melalui sistem pernafasan.


Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk
rejan. Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul
sebanyak 50 dalam 100% individu yang tidak
imun.
Clostridium tetani, gram positif anaerobik yang
menyebabkan trismus dan kejang otot.

Sumber belajar:
Utama, Wahyudi, Hari. 2006. Infeksi Nosokomial.

5. rasionalitas penggunaan antibiotik untuk infeksi


nosokomial
Menurut WHO (1987 ), pemakaian obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria :
Sesuai dengan indikasi penyakit
Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau
Diberikan dengan dosis yang tepat
Cara pemberian dengan interval waktu pemberian
yang tepat
Lama pemberian yang tepat
Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu
terjamin dan aman.
Sumber Belajar:
Yusmania. 2009. Rasionalitas Penggunaan Obat. RSUP
H. Adam Malik.

6. Metode diagnosis untuk infeksi nosokomial


Secara klinis diagnosis infeksi nosokomial dapat
ditentukan dengan adanya gejala-gejala infeksi pada
hari ketiga masa perawatan pasien di rumah sakit.
Gejala klinis tersebut meliputi panas lebih dari 38
derajat celcius, hipotermi kurang dari 36 derajat
celcius, diare, batuk, atau sesak nafas, sakit saat buang
air kecil, infeksi luka operasi, phlebitis, masitis, dan
gejala sepsis.
Sumber belajar:
Wahyono,

Hadi,

2004.

Peranan

Mikrobiologi

Pada

Penanganan Penyakit Infeksi. Universitas Diponegoro.

7. Skrining untuk infeksi nosokomial.


Menurut dr. Anis Karuniawati, PhD, SpMK (K),
lingkungan berperan sangat penting dalam terjadinya

infeksi di rumah sakit. Pemeriksaan mikrobiologi salah


satu penentu bahwa lingkungan rumadi rumah sakit.
Pemeriksaan mikrobiologi salah satu penentu bahwa
lingkungan rumah sakit telah memenuhi standar, selain
itu juga berguna untuk mengetahui bahwa metode
pembersihan atau sterilisasi yang dilakukan telah
mencapai tujuan,

juga untuk mengetahui sumber

infeksi apabila ada kejadian luar biasa (KLB).


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, melalui
Laboratorium

Kliniknya

melakukan

beberapa

pemeriksaan di rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya.


Pemeriksaan

tersebut

meliputi

kultur

kuantitatif

mikroba di udara, ruang operasi, kultur semikuantitatif


mikroba pada permukaan meja operasi, peralatan atau
linen, uji strelitas alat, uji stelisator, uji mikrobiologi
makanan dan minuman, serta skrining salmonella pada
pengelola atau penyaji makanan.
Sumber belajar:

Intisari. 2011. Memberantas Infeksi di Rumah Sakit.


8. Terapi pengobatan pada infeksi nosokomial
Resistensi

pada

agen

antimikroba

merupakan

sebagai patogen dalam terjadinya infeksi nosokomial.


Konsekuensinya

adalah

resistensi

meningkat,

morbiditas dan mortalitas pada infeksi nosokomial juga


meningkat. Oleh karena itu penting untuk mengobati
infeksi nosokomial secara tepat,dengan memulai terapi
antimikroba pada awal perjalanan infeksi nosokomial
dengan menggunakan antimikroba yang benar, dosis
yang tepat, dan pemberian tepat waktu. Penggunaan
antibiotik

pada

dosis

yang

tepat

dengan

durasi

penggunaan yang tepat merupakan kunci kesuksesan


terapi.
ptogen

Pemilihan
yang

Pemilihan

antibiotik

tergantung

mengakibatkan

antibiotik

dari

timbulnya

memerlukan

agen

penyakit.

pemahaman

menyeluruh tentang kemungkinan mikroba penyebab


infeksi, efek samping obat, dan antimikroba yang

tersedia untuk pengobatan infeksi tersebut, potensi


spektrum

dan

mekanisme

resistensinya,

farmakodinamik, dan tolrabilitas keamanannya.


Sumber belajar:
Masterton R, et al. 2003. Appropriate antimicroba
treatment

in

nosocomial

infections-the

clinical

challenges. PubMed.gov

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial


Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

terhadap

kejadian infeksi nosokomial adalah multifaktoral atau


banyak faktor yang mempengaruhinya. Sejumlah faktor
yang berpengaruh dalam terjadinya infeksi nosokomial,
yang menggambarkan faktor-faktor eksternal yaitu
petugas pelayanan medis, peralatan medis, lingkungan,
makanan

dan

minuman,

penderita

lain

dan

pengunjung. Selain faktor ekstrinsik tersebut, faktor

ketidakpatuhan

dari

petugas

medis

melakukan

tindakan belum sesuai dengan prosedur yang tepat


seperti

tidak

medikasi.

mencuci

Faktor

nosokomial

yaitu,

tangan

intrinsik
umur,

sebelum

tindakan

mempengaruhi
jenis

kelain

infeksi

dan

faktor

perawatan yang meliputi lamanya faktor perawatan,


menurunnya

standar

perawatan

dan

padatnya

penderita, kondisi umum pasien, risiko terapi, adanya


penyakit
memberi

lain

serta

kontribusi

faktor

mikroba

terhadap

patogen

terjadinya

juga

infeksi

nosokomiak di suatu daerah rumah sakit.


Sumber belajar:
Rosaliva Y, Suryani M, Shobirun, 2011. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Nosokomial Pada
Pasien Luka Post Operasi RSUD Tugurejo Semarang.

Anda mungkin juga menyukai