Anda di halaman 1dari 14

93

Studi Kelayakan Potensi Wisata Pantai BerbasisMasyarakatdi Pantai


TalugawuDesa BanuageaKabupatenNias Utara
(Study Feasibility of Commnunity Based Coastal Tourism Potential at
Talugawu Beach Banuagea Village North Nias Regency)
Ryando Restu Elvian Gea1, Oding Affandi2, Indra Lesmana3
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara (Email : gea.ryando@yahoo.com)
2
Staf Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara
3
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Coastal area constitute appointment room between continent and ocean.
Coastal area constitute ecological unique area because this region have natural
resources potency which can be developed as tourism area. One part of the
coastal area which is not developed as tourism area is Talugawu Beach at North
Nias Regency. Therefore, need to do an analysis by looking at the existing
conditions at the beach. Analysis which is used in this research is descriptive
analysis, analysis of suitability land for beach tourism recreation category,
analysis of community participation and SWOT analysis. Talugawu beach have
an attractive natural beauty. From the results of questionnaire, the community
around the Talugawu beach has a fairly high involvement in the development of
Talugawu beach tourism potential. From the result of suitability land analysis,
acquired the value of suitability tourism of Talugawu beach included on S2
category is suitable. From the result of SWOT analysis, acquired the result
calculation of IFE and EFE matrics showed above 2.50.
Keywords

Coast region, tourism area, SWOT analysis, suitability land


analysis, natural beauty, Talugawu beach

PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan ruang
pertemuan antara daratan dan lautan,
karenanya wilayah ini merupakan
suatu wilayah yang unik secara
geologis, ekologis, dan merupakan
wilayah biologis yang sangat penting
bagi banyak kehidupan di daratan
dan di perairan, termasuk manusia.

Wilayah pesisir juga unik dari segi


ekonomi
karena
wilayah
ini
menyediakan ruang bagi aktivitas
manusia yang menghasilkan manfaat
ekonomi yang besar. Selain itu,
wilayah pesisir merupakan susunan
dari ekosistem dan sumberdaya yang
sangat beragam, sehingga pesisir
merupakan wilayah yang strategis
bagi
kondisi
ekonomi
dan

94

kesejahteraan
sosial
serta
pembangunan negara (Cincin-Sain
dan Robert, 1998).
Selain menyediakan berbagai
sumberdaya tersebut, wilayah pesisir
Indonesia memiliki berbagai fungsi
lain
seperti
transportasi
dan
pelabuhan,
kawasan
industri,
agribisnis dan agroindustri, rekreasi
dan pariwisata, serta kawasan
pemukiman dan tempat pembuangan
limbah. Bentuk pantai bersifat
dinamis
dan
selalu
berubah.
Perubahan ini dapat terjadi secara
alamiah (yang diakibatkan oleh arus,
gelombang dan cuaca) dan akibat
ulah manusia (misalnya pembuatan
break water/pemecah gelombang,
pencemaran di pantai, dan lain-lain)
yang tidak terlepas dari upaya
pemanfaatan kawasan pantai baik
dari sisi eksploitasi sumberdaya alam
maupun pemanfaatan ruang untuk
berbagai aktivitas lain seperti wisata,
perikanan, industri, pelabuhan, dan
lain-lain (Dahuri, dkk., 2001).
Indonesia dikenal sebagai
negara kepulauan terbesar di dunia
dengan jumlah pulau 17.508 pulau
yang dimilikinya dan garis pantai
sepanjang 95.181 km. Potensi wisata
bahari dan pantai dapat dieksplorasi
secara optimal, dengan berbagai
pendekatan pembangunan serta
kebijakan ekonomi dan sosial, yang
mendasarkan pada nilai-nilai budaya
lokal,
sehingga
akar
budaya
masyarakat pantai setempat memberi
warna eksotisme pengembangan
pariwisata
dan
pelestarian
lingkungan hayati daerah pantai
(Wulandari, 2012).
Potensi pariwisata pantai
yang dimiliki oleh negara Indonesia
belum seluruhnya dikembangkan
dengan optimal, salah satunya adalah
potensi pariwisata yang ada di
Kabupaten Nias Utara yaitu di Pantai

Talugawu. Pantai ini terletak di


samping jalan besar, berlokasi di
Desa
Banuagea
Kecamatan
Tuhemberua Kabupaten Nias Utara
dan juga terletak 35 kilometer dari
kota Gunung Sitoli.
Pantai Talugawu merupakan
pantai yang sangat indah dan sering
dikunjungi oleh masyarakat yang
tinggal
di
sekitar
pantai
tersebut.Namun
kenyataannya,
Pantai
Talugawu
ini
belum
dikembangkan secara optimal untuk
dijadikan sebagai kawasan wisata.
Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian dengan menganalisis
kondisi yang ada di pantai tersebut
baik
kondisi
sosial
ekonomi
masyarakat pantai, kondisi sumber
daya alam pantai maupun kondisi
lainnya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui potensi wisata,
mengetahui sejauh mana peran serta
masyarakat dalam pengembangan
potensi wisata dan mengetahui
startegi kebijakan yang tepat untuk
mengembangkan potensi wisata di
Pantai Talugawu.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian
inidilaksanakan
pada bulan Juni 2013 sampai bulan
Juli 2013. Penelitian ini dilaksanakan
di Pantai Talugawu Desa Banuagea
Kecamatan Tuhemberua Kabupaten
Nias Utara.
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan di
lapangan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang diambil
adalah data kondisi fisik pantai
seperti kemiringan pantai, kecepatan
arus, dan pasang surut. Data
sekunder yang diambil adalah

95

melalui
wawancara
kepada
Dinas/Instansi pemerintahan yang
terkait, melalui studi literatur/studi
pustaka, jurnal penelitian di lokasi
lain dan buku-buku yang terkait
dengan penelitian ini.
Pengambilan
data
juga
dilakukan dengan cara wawancara,
observasi/pengamatan langsung di
lapangan dan pengisian kuisioner
oleh
masyarakat
sekitar
dan
pengunjung Pantai Talugawu sebagai
data primer. Jumlah responden yang
diambil terdiri dari 30 orang
masyarakat sekitar dan 30 orang
pengunjung Pantai Talugawu dengan
menggunakan metode purposive
random sampling.
Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan
salah satu metode analisis data yang
sederhana dan mampu memberikan
informasi-informasi penting dari
suatu penelitian. Analisis deskriptif
dilakukan dengan observasi langsung
di lapangan. Data yang diambil yaitu
data primer mengenai karakteristik
wilayah pesisir tersebut seperti lebar
pantai, kemiringan pantai, kecepatan
arus, dan lain sebagainya sehingga
dapat diketahui apakah pantai
tersebut layak untuk dijadikan
sebagai kawasan wisata pantai.
b. Analisis kesesuaian lahan untuk
wisata pantai kategori rekreasi
Matriks
kesesuaian
disusun
berdasarkan kepentingan setiap
parameter
untuk
mendukung
kegiatan pada wilayah pantai.
Kesesuaian lahan untuk wisata pantai
kategori rekreasi mempertimbangkan
10 parameter, yaitu kedalaman
perairan, tipe pantai, lebar pantai,

material dasar perairan, kecepatan


arus, kemiringan pantai, penutupan
lahan pantai, biota berbahaya, dan
ketersediaan air tawar. Hasil
persentase kesesuaian yang diperoleh
dari
perhitungan
dikategorikan
menjadi 4 klasifikasi penilaian, yaitu
kategori S1 (sangat sesuai), S2
(sesuai), S3 (sesuai bersyarat),
kategori N (tidak sesuai).
c. Analisis peran serta masyarakat
pesisir
Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi
peran
serta
masyarakat
pesisir
dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu adalah dengan
wawancara secara langsung kepada
masyarakat sekitar Pantai Talugawu
tentang perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi dalam mengembangkan
potensi wisata yaitu wisata pantai di
Pantai Talugawu tersebut.
d. Analisis SWOT
Peran serta pemerintah daerah
setempat sangat diperlukan untuk
mengembangkan potensi wisata
sumberdaya alam di wilayah pesisir.
Oleh karena itu, masyarakat di
sekitar pantai tersebut bersama
pemerintah
daerah
setempat
bekerjasama
untuk
melakukan
analisis
kebijakan
dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawutersebut. Analisis
yang dapat dilakukan yaitu dengan
Analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, dan Threath).
AnalisisSWOT merupakan alat
analisis
yang
penting
untuk
membantu mengembangkan 4 tipe
strategi dengan menggunakan semua
faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang

96

dan ancaman) yang ada. Empat


macam strategi tersebut adalah :
1. Strategi S-O, memanfaatkan
kekuatan secara maksimal untuk
mendapatkan peluang.
2. Strategi S-T, memanfaatkan
kekuatan secara maksimal untuk
mengantisipasi ancaman, dan
berusaha menjadikannya sebagai
peluang (opportunity).
3. Strategi W-O, meminimumkan
kelemahan
untuk
meraih
peluang.
4. Strategi W-T, meminimumkan
kelemahan untuk menghindar
dari ancaman (threath).

sehingga pengunjung banyak yang


berminat untuk datang ke pantai
tersebut. Pantai Talugawuberbentuk
teluk dan pantai ini terletak di Desa
Banuagea Kecamatan Tuhemberua
Kabupaten Nias Utara. Pantai
Talugawu terletak pada koordinat
01028 15.7 Lintang Utara dan 0970
27 45.0 Bujur Timur. Pantai
Talugawu ini bisa terjangkau oleh
para wisatawan domestik dan
mancanegara
baik
dengan
menggunakan sepeda motor maupun
dengan menggunakan mobil karena
pantai ini lokasinya dekat dengan
jalan raya.
Secara
umum,
responden
masyarakat sekitar dan pengunjung
menyatakan bahwa keindahan Pantai
Talugawu termasuk dalam kategori
baik, hal ini didukung oleh pendapat
masyarakat sekitar dan pengunjung
yang menjadi responden yaitu
sebanyak 46,67 % dan 36,67 % .
Persentase pendapat masyarakat
sekitar dan pengunjung terhadap
keindahan alam Pantai Talugawu
dapat dilihat pada Gambar 1.

Hasil
Potensi Wisata di Pantai Talugawu
Potensi alam
Pantai Talugawu memiliki
keindahan alam yang menarik yaitu
pasir pantai yang berwarna putih
kecoklatan, air laut yang jernih dan
sejuk, pemandangan alam yang
indah, panorama matahari terbenam
di sore hari dan pelangi yang indah
60
50
46.67

Persentase (%)

50
40

36.67

36.67
Masyarakat

30

Pengunjung
16.67

20

13.33

10
0
Cukup indah

Indah

Sangat indah

Gambar 1. Persentase pendapat masyarakat sekitar dan pengunjung


terhadap keindahan alam Pantai Talugawu
Potensi perikanan
Kabupaten
Nias
Utara
khususnya
di
Kecamatan
Tuhemberua
memiliki
potensi
perikanan yang cukup tinggi, salah

satunya yaitu di Pantai Talugawu.


Perikanan merupakan salah satu
bagian sektor
ekonomi
yang
mempunyai peranan sangat penting
untuk kebutuhan pokok masyarakat
sebagai bahan pangan. Komoditas

97

perikanan yang dihasilkan terdiri dari


dari 5 jenis yaitu jenis ikan pelagis
besar, jenis ikan pelagis kecil, jenis
ikan karang, jenis ikan demersal, dan
jenis atau kepiting. Produksi
perikanan di kabupaten Nias Utara
didominasi oleh perikanan tangkap
khususnya di laut. Jumlah produksi
perikanan di Kabupaten Nias Utara
tahun 2013 mencapai 11.497,2 ton
(Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Nias Utara, 2013).

kesesuaian wisata Pantai Talugawu


termasuk pada kriteria S2 yaitu
sesuai. Hasil perhitungan IKW
Pantai Talugawu yang diperoleh
yaitu 80,95 %. Tetapi Pantai
Talugawu ini belum tentu layak
untuk dijadikan sebagai kawasan
wisata
jika
dilihat
dari
hasilperhitungan Indeks Kesesuaian
Wisata pantai tersebut.

Kondisi Fisik dan Kimia


Curah hujan

Suhu
udara
merupakan
parameter yang dapat mempengaruhi
cuaca. Suhu udara tersebut dapat
mengetahui seberapa kering ataupun
basah dari suatu wilayah. Suhu udara
rata-rata di Kabupaten Nias Utara
yaitu 26,14 0C per tahun, suhu udara
rata-rata minimum terjadi pada bulan
November yaitu 25,7 0C, dan suhu
udara rata-rata maksimum terjadi
pada bulan Januari, Mei, dan Juni
yaitu 26,4 0C (Nias Utara Dalam
Angka, 2013).

Curah hujan di Kabupaten Nias


Utara setiap tahun cukup tinggi, hal
ini
disebabkan
karena
letak
Kabupaten Nias Utara dekat dengan
garis khatulistiwa. Pada tahun 2012
jumlah curah hujan mencapai 3125,1
mm per tahun atau rata-rata 260,4
mm per bulan dan banyaknya hari
hujan mencapai 266 hari per tahun
atau rata-rata 22 hari per bulan. Jika
dibandingkan dengan tahun 2011,
curah hujan dan hari hujan di
Kabupaten Nias Utara mengalami
penurunan yaitu curah hujan
mencapai 3.578,9 mm per tahun atau
rata-rata 298,2 mm per bulan dan
banyaknya hari hujan mencapai 273
hari per tahun atau rata-rata 23 hari
per bulan (Nias Utara Dalam Angka
tahun 2013).
Analisis kesesuaian untuk kegiatan
wisata pantai
Analisis kesesuaian wilayah
digunakan
untuk
mengetahui
kesesuaian
peruntukan
wilayah
sebagai kawasan wisata pantai
dengan
menggunakan
Indeks
Kesesuaian Wisata (IKW). Analisis
kesesuaian
diukur
dengan
memberikan bobot dan skor pada
parameter (faktor pembatas). Nilai

Suhu udara

Kecepatan angin
Dilihat dari dinamika pantai,
angin mempunyai pengaruh yang
penting
terhadap
pembentukan
gelombang, arus air, perpindahan
pasir, dan pembentukan gumuk pasir.
Perubahan musim menyebabkan
perubahan arah dan kecepatan angin.
Kecepatan angin rata-rata dalam
setahun di Kabupaten Nias Utara
yaitu sebesar 6 knot/jam. Kecepatan
angin maksimum bisa mencapai 14
knot/jam
dengan
arah
angin
terbanyak berasal dari utara. Kondisi
seperti ini selain disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi juga
mengakibatkan sering terjadinya
badai besar. Musim badai laut setiap
tahun biasanya terjadi antara bulan
September sampai dengan bulan
November, tetapi kadang-kadang

98

terjadi juga pada bulan Agustus dan


cuaca bisa berubah secara mendadak
(Nias Utara Dalam Angka, 2013).
Karakteristik pengunjung Pantai
Talugawu
Karakteristik
pengunjung
Pantai Talugawu yang menjadi
responden
dibagi
berdasarkan
kelompok
umur,
pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan per bulan.
Berdasarkan
kelompok
umur,
pengunjung yang menjadi responden
dibagi menjadi lima kelompok umur
yaitu kelompok umur 12-16 tahun,
umur 17-21 tahun, umur 22-26
tahun, umur 27-31 tahun, dan umur
32-36 tahun. Berdasarkan tingkat
pendidikan,
pengunjung
yang
menjadi responden terdiri dari empat
kelompok yaitu tingkat pendidikan
Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah
Atas
(SMA)
dan
Perguruan Tinggi (S1).
Berdasarkan
pekerjaan,
pengunjung Pantai Talugawu yang
menjadi responden terdiri dari enam
kelompok yaitu tidak bekerja,
wiraswasta, mahasiswa, pelajar,
guru, dan penjahit. Berdasarkan
tingkat pendapatan, pengunjung yang
datang ke Pantai Talugawu memiliki
penghasilan yang berbeda-beda,
antara lain kurang dari Rp. 500.000,
antara Rp. 500.000 sampai dengan
Rp.
1.000.000
dan
tidak
berpenghasilan.
Kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat
sekitar
dan
pengunjung Pantai Talugawu
Kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar Pantai Talugawu
adalah menangkap ikan dengan
menggunakan jala, jaring, pukat
pantai, pancing dan lain-lain. Ikan

hasil tangkapan tersebut digunakan


sebagai kebutuhan sehari-hari dan
ada juga yang langsung dijual ke
pasar.Kegiatan yang dilakukan oleh
pengunjung di Pantai Talugawu yaitu
melihat pemandangan, berenang,
memancing, jalan-jalan menikmati
panorama,
berolahraga
seperti
bermain bola kaki, dan lain-lain.
Kegiatan yang paling banyak
dilakukan oleh pengunjung adalah
melihat pemandangan yaitu sebesar
40 % (12 orang), sedangkan kegiatan
yang paling sedikit dilakukan oleh
pengunjung adalah memancing yaitu
sebesar 6,67 % (2 orang).
Potensi ekologi dan potensi budaya
Vegetasi dominan yang ada di
Pantai Talugawu adalah kelapa
(Cocos nucifera), karet (Hevea
brasiliensis), cokelat (Theobroma
cacao), dan kayu mahoni (Swietenia
mahagoni). Hal ini disebabkan
karena Pantai Talugawu tersebut
dekat dengan perkebunan milik
masyarakat yang ada di sekitar
Pantai
Talugawu.
Berbagai
biota/organisme juga ditemukan di
Pantai Talugawu seperti kepiting
yang bersembunyi di lubang-lubang
pasir, siput pasir, bintang laut, dan
juga kerang.
Budaya
masyarakat
dapat
berfungsi sebagai atraksi wisata, baik
untuk menambah waktu tinggal
pengunjung
atau
memberikankepuasan
dan
pengalaman yang menarik bagi
pengunjung.Atraksi wisata adalah
sesuatu yang dapat dilihat atau
disaksikan
melalui
suatu
pertunjukkan
yang
khusus
diselenggarakan
untuk
para
wisatawan. Atraksi wisata yang akan
ditampilkan jika Pantai Talugawu
dijadikan sebagai kawasan wisata

99

adalah Tari Perang (Tari Baluse),


Tari
Saembu
dan
pameran
peninggalan bersejarah Nias seperti
batuan megalith, hasil kerajinan
tangan, alat-alat musik tradisional,
dan lain-lain.
Sarana dan prasarana pendukung
yang ada di Pantai Talugawu
Perkembangan wilayah pesisir
sangat ditentukan oleh potensiyang
dimilikinya dan juga didukung oleh
sarana dan prasarana sebagai
penunjang
pengelolaan
potensi
tersebut. Sarana dan prasarana yang
perlu dikembangkan di Pantai
Talugawu yaitu toilet, arena bermain
anak-anak,
tempat
penginapan
(hotel), rumah makan, tempat ibadah
(aula), pondok, tempat sampah, kios
souvenir,
kios
makanan
dan
minuman, tempat parkir dan lainlain. Persepsi yang dikemukakan
oleh masyarakat sekitar adalah sama
terhadap sarana dan prasarana di
Pantai Talugawu yaitu tidak ada. Hal
ini disebabkan karena Pantai
Talugawu tersebut masih alami
(masih belum dibangun sarana dan
prasarana) untuk kegiatan wisata
sehingga diperlukan bantuan dari
pemerintah daerah dan instansi
terkait lainnya untuk membangun
sarana dan prasarana jika Pantai
Talugawu tersebut dijadikan sebagai
kawasan wisata.
Karakteristik Sosial Ekonomi
Desa Banuagea terletak di
Kecamatan Tuhemberua Kabupaten
Nias Utara, memiliki luas wilayah
7,16 km2 dan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 3570 orang
dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 1824 orang dan jumlah
penduduk perempuan 1746 orang.

Desa Banuagea terdiri dari 32 RT


(Rukun Tetangga), 14 RW (Rukun
Warga), dan 6 wilayah dusun dimana
masing-masing dusun dikepalai oleh
1 kepala dusun.
Karakteristik sosial ekonomi
penduduk Desa Banuagea juga dapat
dilihat dari kelompok umur, tingkat
pendidikan
masyarakat,
mata
pencaharian, dan jumlah penghasilan
per bulan. Berdasarkan hasil
kuisioner,
kelompok
umur
masyarakat sekitar Pantai Talugawu
yang menjadi responden terdiri dari
kelompok umur 28-32 tahun, 33-37
tahun, 38-42 tahun, 43-47 tahun, 4852 tahun dan 53-57 tahun. Tingkat
pendidikan masyarakat yang menjadi
responden terdiri dari tamat Sekolah
Dasar
(SD),
tamat
Sekolah
Menengah Pertama (SMP), tamat
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
tamat Perguruan Tinggi (PT). Mata
pencaharian
masyarakat
yang
menjadi responden antara lain petani,
wiraswasta, PNS (Pegawai Negeri
Sipil), Rohaniawan, dan Penyuluh
Pertanian. Jumlah penghasilan per
bulan masyarakat yang menjadi
responden terdiri dari empat
kelompok
yaitu
berpenghasilan
kurang
dari
Rp.
500.000,
berpenghasilan antara Rp. 500.000
Rp. 1.000.000, berpenghasilan antara
Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000 dan
berpenghasilan lebih dari Rp.
2.000.000.
Peran Serta Masyarakat dalam
Pengembangan PotensiWisata di
Pantai Talugawu
Peran serta dalam perencanaan
dan pelaksanaan
Peran serta masyarakat dalam
perencanaan pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu dapat

100

diketahui
melalui
wawancara
langsung kepada tokoh masyarakat
maupun pemilik lahan di sekitar
Pantai
Talugawu.
Dari
hasil
wawancara yang sudah dilakukan,
masyarakat sekitar sudah memiliki
perencanaan dalam pengembangan
potensi wisata di Pantai Talugawu
tetapi perencanaan tersebut tidak
dapat terlaksana karena adanya
beberapa kendala, yaitu kurangnya
dana/biaya yang dibutuhkan dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu, kurangnya Sumber
Daya Manusia/tenaga ahli dan
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang
ekowisata.
Masyarakat
sekitar memiliki keterlibatan/peran
serta yang cukup tinggi dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu yaitu dengan
menjual makanan dan minuman
tanpa membuka kios pada waktu
pengunjung banyak yang datang dan
juga membersihkan sampah yang ada
di sekitar Pantai Talugawu tersebut.
Peran serta dalam monitoring dan
evaluasi
Monitoring memiliki tujuan
untuk
mengetahui
efektivitas
kegiatan dan permasalahan yang
timbul dalam pelaksanaan kegiatan.
Monitoring
dilakukan
dengan
melibatkan seluruh pihak yang ada.
Setelah
dilakukan
monitoring,
kemudian
dilakukan
evaluasi
bersama secara terpadu dengan
melibatkan seluruh pihak yang
berkepentingan
(stakeholders).
Melalui evaluasi ini akan diketahui
kelemahan dan kelebihan dari
perencanaan yang ada untuk
perbaikan
tahap
pelaksanaan
selanjutnya. Dari hasil wawancara
yang sudah dilakukan, peran serta
masyarakat dalam tahap monitoring

dan evaluasi belum dapat dilakukan


karena peran serta masyarakat dalam
tahap
perencanaan
belum
dilaksanakan. Tahap monitoring dan
evaluasi dapat dilakukan jika tahap
perencanaan sudah dilaksanakan
dalam pengembangan potensi wisata
yang ada di Pantai Talugawu.
Persepsi
masyarakat
sekitar
tentang tingkat keamanan Pantai
Talugawu jika dikembangkan
sebagai kawasan ekowisata
Dari hasil kuisioner, tingkat
keamanan Pantai Talugawu jika
dikembangkan sebagai kawasan
wisata termasuk dalam kategori
aman. Hal ini dibuktikan oleh
pendapat masyarakat sekitar yang
merasa tidak terganggu jika Pantai
Talugawu dikembangkan sebagai
kawasan wisata yaitu sebanyak 93,33
%. Tetapi ada juga masyarakat
sekitar yang merasa terganggu jika
Pantai Talugawu dikembangkan
sebagai kawasan ekowisata yaitu
sebanyak 6,67 %.
Masyarakat yang terganggu
merasa bahwa dengan dijadikannya
Pantai Talugawu sebagai kawasan
ekowisata akan merusak lahan
perkebunan milik masyarakat yang
biasanya mereka jadikan sebagai
sumber
mata
pencaharian.
Masyarakat yang tidak terganggu
merasa bahwa dengan dijadikannya
Pantai Talugawu sebagai kawasan
wisata akan memberikan dampak
positif secara tidak langsung
terutama dalam hal peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Persentase
terganggu/tidaknya
masyarakat sekitar jika kawasan
Pantai Talugawu dijadikan sebagai
kawasan wisata dapat dilihat pada
Gambar 2.

101

93,33

100

Persentase

80
60
40
20

6,67

0
Terganggu

Tingkat Keamanan

Tidak terganggu

Gambar 2. Persentase terganggu/tidaknya masyarakat sekitar jika


Pantai Talugawu dijadikan sebagai kawasan wisata
Pembahasan
Potensi Wisata di Pantai Talugawu
Potensi alam
Potensi alam di Pantai
Talugawu memberikan perhatian
yang
cukup
menarik
bagi
pengunjung yang datang. Potensi
wisata adalah semua objek baik
objek alam, budaya dan buatan yang
memerlukan banyak penanganan
agar dapat memberikan nilai daya
tarik bagi wisatawan (Damanik dan
Weber, 2006).Potensi alam di Pantai
Talugawu dapat
dikembangkan
menjadi
kawasan/objek
wisata
dengan memperhatikan sumber daya
alam yang ada di wilayah pesisir
tersebut. Hal ini mengacu pada
Dahuri,
dkk.
(2004)
yang
menyatakan bahwa sumberdaya di
wilayah
pesisir
terdiri
dari
sumberdaya alam yang dapat pulih
(renewable
resources)
dan
sumberdaya alam yang tidak dapat
pulih (unrenewable resources).
Potensi ekologi dan potensi budaya
Potensi ekologi adalah keadaan
dan jenis flora (tumbuhan) maupun
fauna (hewan) suatu daerah, bentang

alam suatu daerah, misalnya pantai,


hutan, danau, waduk, dan lain-lain
(keadaan fisik suatu daerah).
Kelebihan dan keunikan yang
dimiliki
oleh
alam
jika
dikembangkan secara berkelanjutan
harus
memperhatikan
keadaan
lingkungan (keadaan ekologi) di
sekitar daerah tersebut sehingga akan
dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung
ke
daerah/objek
wisatatersebut. Hal ini mengacu pada
Tuwo (2011) yang menyatakan
bahwa pendekatan berkelanjutan
harus dapat menjamin kelestarian
lingkungan yaitu: (1) menjaga tetap
berlangsungnya proses ekologis yang
mendukung sistem kehidupan; (2)
melindungi keanekaragaman hayati;
dan (3) menjamin kelestarian dan
memanfaatkan jenis organisme dan
ekosistemnya.
Potensi budaya adalah semua
hasil cipta, rasa dan karsa manusia
baik berupa adat-istiadat, kerajinan
tangan,
kesenian,
peninggalan
bersejarah
berupa
bangunan,
monumen dan lain-lain. Dalam
pengembangan suatu daerah atau
kawasan untuk ekowisata, perlu
dilakukan
inventarisasi
untuk
mengetahui
potensi
atraksi

102

wisatanya.
Kuncoro
(2001)
menyatakan bahwa atraksi wisata
dikelompokkan menjadi dua yaitu
atraksi wisata alam dan atraksi
buatan manusia (atraksi budaya).
Pada umumnya atraksi wisata alam
yang ditemukan di suatu daerah atau
kawasan pengembangan ekowisata
adalah sungai, danau, pantai, waduk,
hutan, goa, air terjun (Fandeli, 2002).
Potensi sosial ekonomi
Potensi
sosial
ekonomi
adalah
potensi
pengembangan
pariwisata dengan memperhatikan
karakteristik
sosial
ekonomi
masyarakat sekitar Pantai Talugawu.
Karakteristik
sosial
ekonomi
masyarakat
tersebut
dapat
dimanfaatkan dalam pengembangan
pariwisata, salah satunya yaitu
dengan melihat jumlah masyarakat
yang dapat dilibatkan. Hal ini
mengacu kepada Atta, dkk (2013)
yang menyatakan bahwa konsep
ekowisata
lebih
baik
jika
dikembangkan lagi dengan konsep
ekowisata berbasis masyarakat atau
Community
Based
Ecotourism
(CBE).
Ekowisata
berbasis
masyarakatadalah
pola
pengembangan
ekowisata
yangmendukung dan memungkinkan
keterlibatan
penuhmasyarakat
setempat
dalamperencanaan,
pelaksanaan, dan pengelolaan usaha
ekowisata
dan
segala
keuntunganyang diperoleh.
Peran Serta Masyarakat dalam
Pengembangan PotensiWisata di
Pantai Talugawu
Peran serta masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan
Perencanaan adalah kegiatan
merencanakan sesuatu yang berguna

untuk
mengimplementasi,
mengidentifikasi
target
serta
mendapatkan tujuan pada rencana
tersebut.
Tujuan
masyarakat
dilibatkan
dalam
perencanaan
pengembangan pariwisata adalah
untuk menggali permasalahan dan
potensi pariwisata yang ada di
masyarakat, menggali tantangan,
serta peluang yang dihadapi dengan
menggunakan sumberdaya lokal atas
prinsip pemberdayaan masyarakat.
Pada
tahap
pelaksanaan,
diperlukan kesiapan dari semua
pihak yang terkait di dalamnya,
seperti masyarakat itu sendiri, tenaga
pendamping lapangan dan pihak
lainnya. Selain itu juga diperlukan
koordinasi dan keterpaduan antar
sektor dan stakeholderyang ada
sehingga tidak terjadi tumpang tindih
kepentingan dan ego sektoral.Peran
serta masyarakat dalam pelaksanaan
ini bertujuan agar masyarakat tidak
hanya
menikmati
hasil
yang
diperoleh tetapi juga berperan dalam
pengembangan potensi pariwisata
tersebut sehingga masyarakat dapat
menikmati keuntungan yang optimal
dari pengembangan pariwisata dan
juga dapat menambah sumber
pendapatan masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam
monitoring dan evaluasi
Peran serta masyarakat dalam
monitoring dan evaluasi bertujuan
untuk mengetahui sudah sejauh mana
peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan pengembangan potensi
wisata yang ada di Pantai Talugawu.
Peran serta dalam monitoring dan
evaluasi
dilakukan
dengan
melibatkan seluruh pihak yang
berkepentingan (stakeholders) seperti
pemerintah daerah, masyarakat lokal,
investor/swasta, instansi sektoral,

103

perguruan tinggi dan Lembaga


Swadaya
Masyarakat
(LSM)
(Zamani dan Darmawan, 2000).
Strategi
kebijakan
dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu
Strategi kebijakan dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu dilakukan melalui
analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, dan Threath). Beberapa
hal yang dilakukan dalam analisis
SWOT adalah mengidentifikasi
beberapa variabel yang termasuk
faktor
internal
dan
faktor

eksternalkemudian dimasukkan ke
dalam matriks SWOT.
Identifikasi Faktor-faktor Internal
(Internal Factor Evaluation)
Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam kawasan,
dalam hal ini potensi sumber daya
alam
wilayah
pesisir
Pantai
Talugawu dapat diidentifikasi dari
hasil wawancara dengan masyarakat,
pengunjung dan pengamatan di
lapangan. Faktor internal terdiri dari
kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness). Faktor internal tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Faktor-faktor internal Pantai Talugawu


No.
Kekuatan (Strength)
1.
Potensi wisata yang menarik
2.
Potensi perikanan yang cukup tinggi
3.
Memiliki panorama alam yang indah
No.
Kelemahan (Weakness)
1.
Sarana dan prasarana yang kurang memadai
2.
Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)/Tenaga Ahli
3.
Banyaknya perahu nelayan yang menepi di pinggir pantai
4.
Kurangnya bantuan dana dalam pengembangan wisata
5.
Kurangnya kebersihan di sekitar pantai
6.
Lokasi pantai yang terlalu dekat dengan jalan raya
Identifikasi
Eksternal
Evaluation)

Faktor-faktor
(External
Factor

Selain faktor internal, faktor


eksternal juga dapat diidentifikasi
dari
hasil
wawancara
dan

pengamatan di lapangan. Faktor


eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar kawasan. Faktor eksternal
terdiri dari peluang (opportunity) dan
ancaman (threath). Faktor eksternal
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Faktor-faktor eksternal Pantai Talugawu


No.
Peluang (Opportunity)
1.
Adanya program pemerintah dalam pengembangan wisata pantai
2.
Meningkatkan perekonomian masyarakat
3.
Pengunjung memiliki minat yang tinggi
No.
1.
2.
3.

Ancaman (Threath)
Pencemaran limbah domestik/limbah rumah tangga
Adanya premanisme/tingkat keamanan pantai
Adanya bencana alam seperti abrasi dan tsunami

104

Alternatif strategi pengembangan


potensi wisata di Pantai Talugawu
Penentuan prioritas alternatif
strategi yang akan dijadikan sebagai
kebijakan dalam pengembangan
potensi wisata di Pantai Talugawu
dilakukan dengan penjumlahan nilai
dari faktor SWOT yang saling
berkaitan, kemudian ditentukan
rangking. Altenatif strategi dengan
jumlah skor tertinggi merupakan
prioritas pertama, jumlah skor kedua
tertinggi menjadi prioritas kedua, dan
jumlah skor ketiga tertinggi menjadi
prioritas ketiga.
Berdasarkan jumlah skor dari
nilai setiap alternatif strategi, maka
tiga urutan yang dapat dijadikan
sebagai rencana strategi utama dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu adalah :
1. Menjaga kebersihan di sekitar
pantai dengan tidak mencemari
lingkungan di sekitar pantai
tersebut
untuk
menghindari
terjadinya bencana alam seperti
abrasi, gelombang pasang, dan
tsunami.
2. Menjaga potensi wisata yang
menarik dan panorama alam yang
indah di pantai untuk menghindari
terjadinya bencana alam seperti
abrasi, gelombang pasang, dan
tsunami.
3. Memanfaatkan potensi wisata
yang menarik dan potensi
perikanan yang cukup tinggi
dengan
tidak
mengganggu
keamanan di sekitar pantai.
Berdasarkan
hasil
perhitungan Matriks IFE, yang
menjadi kekuatan dan kelemahan
utama dalam pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu adalah
potensi perikanan yang cukup tinggi
yaitu dengan skor 0.42 dan
kurangnya kebersihan di sekitar

pantai yaitu dengan skor 0.51. Hasil


skor
faktor
internal
secara
keseluruhan menunjukkan angka di
atas 2.50 yaitu dengan skor 2.87
yang artinya kekuatan dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai
Talugawu
dapat
menutupi/mengatasi kelemahan yang
ada. Berdasarkan hasil perhitungan
Matriks EFE, yang menjadi peluang
dan
ancaman
utama
dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu adalah adanya
program pemerintah yaitu dengan
skor 0.36 dan adanya bencana alam
yaitu dengan skor 0.75. Hasil skor
faktor eksternal secara keseluruhan
menunjukkan angka di atas 2.50
yaitu dengan skor 2.88 yang artinya
pengembangan potensi wisata di
Pantai
Talugawu
dapat
memanfaatkan
peluang
untuk
menghadapi ancaman yang akan
terjadi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pantai Talugawu mempunyai
keindahan alam yang menarik
dan memiliki potensi untuk
dijadikan
sebagai
kawasan
wisatasehingga dapat menarik
perhatian pengunjung untuk
datang ke pantai tersebut.
2. Nilai kesesuaian wisata Pantai
Talugawu termasuk pada kriteria
S2
yaitu
sesuai.
Hasil
perhitungan Indeks Kesesuaian
Wisata Pantai Talugawu yang
diperoleh yaitu 80,95 %.
3. Masyarakat
sekitar
sudah
memiliki perencanaan dalam
pengembangan potensi wisata di
Pantai Talugawu, tetapi dalam
hal pelaksanaan dan evaluasi
tidak dapat dilakukan karena
adanya beberapa kendala yaitu

105

kurangnya
biaya/dana
yang
dibutuhkan,
dan
kurangnya
pemahaman masyarakat tentang
ekowisata.
4. Hasil skor faktor internal dan
faktor
eksternal
secara
keseluruhan menunjukkan angka
di atas 2.50 yaitu dengan skor
2.87 dan 2.88.
Saran
1. Menjaga kelestarian/kebersihan
lingkungan dan potensi sumber
daya alam yang terdapat di Pantai
Talugawu.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut
tentang studi kelayakan dan studi
pengelolaan wisata di Pantai
Talugawu tersebut.
3. Memberikan
sosialisasi,
penyuluhan, bimbingan moral
dan
pendidikan/pemahaman
tentang
ekowisata
kepada
masyarakat sekitar terutama
dalam
hal
menjaga
kebersihan/kelestarian pantai dan
juga memberikan bantuan dana
dalam pengembangan potensi
wisata di Pantai Talugawu.
4. Memanfaatkan kekuatan untuk
mengatasi kelemahan yang ada
dan memanfaatkan peluang untuk
menghadapi ancaman yang akan
terjadi dalam pengembangan
potensi
wisata
di
Pantai
Talugawu.
DAFTAR PUSTAKA
Atta, M., Hakim, M., Yanuwiadi.
2013 Analisis dan Potensi
dan
arahan
strategis
Kebijakan
Pengembangan
Desa
Ekowisata
Di
Kecamatan
Bumiaji-Kota
Batu. Journal Of Indonesia
Tourism and Development

Studies. Volume 1, No. 2,


Hal 68-78.
Cincin-Sain B., and Robert W.B.
1998. Integrated Coastal and
Ocean
Management.
Concepts
and
Practices.
Island Press Washington, DC.
Covello,California.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan
M.J.
Sitepu.
2001.
Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu, Cetakan ke
dua.
Penerbit
Pradnya
Paramitha, Jakarta.
Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan
M.J.
Sitepu.
2004.
Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu, Cetakan ke
tiga.
Penerbit
Pradnya
Paramitha, Jakarta.
Damanik, J. dan H. F. Weber. 2006.
Perencanaan
Ekowisata.
Pusat
Studi
Pariwisata
(PUSPAR) UGM dan ANDI.
Yogyakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013.
Buku Statistik Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Nias
Utara Tahun Anggaran 2013.
Fandeli, C. 2002. Perencanaan
Kepariwisataan Alam. PT.
(Persero)
Perhutani
dan
Fakultas
Kehutanan
Universitas Gadjah Mada.
Yogjakarta.
Fandeli, C dan Muchlison. 2000.
Pengantar
Ekowisata.
Fakultas
KehutananUniversitas Gadjah
Mada. Jogjakarta.

106

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi


Daerah dan Pembangunan
Daerah. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Nias Utara Dalam Angka. 2013.
Kerjasama
Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA)
Kabupaten Nias Utara dengan
Badan
Pusat
Statistik
Kabupaten Nias.
Tuwo,

A. 2011. Pengelolaan
Ekowisata
Pesisir
Dan
Laut;Pendekatan
Ekologi,
Sosial-Ekonomi,
Kelembagaan, dan Sarana
Wilayah.
Brilian
Internasional (International
Brilliant). Surabaya.

Wulandari, F.R. 2012. Strategi


Pemberdayaan
Masyarakat
Pantai dalam Pengembangan
Pariwisata dan Kelestarian
Lingkungan Hayati Daerah
Pantai. Jurnal Universitas
Terbuka, Jakarta.
Zamani, N.P. dan Darmawan, 2000.
Pengelolaan
Sumberdaya
Pesisir Terpadu Berbasis
Masyarakat.
Prosiding
Pelatihan
untuk
Pelatih
Pengelolaan Wilayah Pesisir
Terpadu.
Pusat
Kajian
Sumber Daya Pesisir dan
Lautan
(PKSDPL)
IPB,
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai