Perbudakan Seksual
Penghamilan Paksa
Sterilisasi Paksa
Tanggung jawab individu
Command Responsibility: kontrol efektif, De fakto, de jure
Joint Criminal Enterprise
Moot Court
Kekrasan
seksual
WC/ CAH
Penyiksaan
seksual
perkosaan
437
Elemen spesifik dari kejahatan pemerkosaan yang tdk ditetapkan
dalam statuta ataupun dalam hukum humaniter international ataupun
instrumen-instrumen hak asasi manusia, adalah subjek pertimbangan
Majelis persidangan dalam kasus Furundzija
Dicatat Majelis Persidangan bhw Keputusan Tribual Pidana Intl utk
Rwanda dalam persidangan akayesu majelis telah mendefinisikan
pemerkosaan sebagai Invasi fisik bersifat seksual, yang dilakukan
dalam situasi pemaksaan
Tdk mungkin menelaah elemen2 kejahatan pemerkosaan dari
perjanjian intl maupun hkm kebiasaan, dan tdk juga dari prinsip
umum hukum pidana intl atau [] prinsip umum hukum intl
untuk mendapatkan definisi akurat ttg pemerkosaan berdasarkan
prinsip kekhususan hkm pidana (bestimmtheitgrundsatz, juga dirujuk
dengan maksim nullum crimen sine lege stricta), sgtlah penting utk
mencari prinsip2 hkm pidana yg umum dlm sistem2 hukum besar
didunia
cont
Majelis Persidangan menemukan, berdsrkan
peninjauannya thdp perundang-undangan
nasional dari beberapa negara,actus reus dari
kejahatan pemerkosaan adalah
(i) penetrasi seksual, sedalam apapun:
Ke vagina atau anus dari korban oleh penis dari pelaku atau
benda apaun yang digunakan apapun oleh pelaku; atau
Dengan penis pelaku ke mulut korban
183
Penetrasi organ seksual laki-laki ke mulut
secara paksa merupakan penyerangan yg paling
memalukan dan merendahkan martabat
manusia
Namun harus diingat bahwa seks oral secara
paksa dpt menjadi sama memalukan dan
traumatisnya bagi seorang korban dg penetrasi
vagina maupun anus
Inti hukum HAM adalah perlindungan martabat
manusia dari setiap orang apapun gendernya