I. ASPEK FILOSOFIS
Secara IDEAL, Perubahan UU 36/1999 tentang Telekomunikasi dan UU No.32/2002 tentang Penyiaran
dilakukan pada bersamaan waktunya, agar sesuai dengan makna dan arahan Peraturan Presiden No. 5/2010
tentang RPJM 2010-2014 yang akan melahirkan Undang-undang ICT yang konvergen dengan dua alternatif,
yaitu:
Dalam satu Undang-undang yang mengatur seluruh aspek ICT meliputi Ketetapan Kebijakan Nasional
mengenai infrastruktur, Pengusahaan dan content atau muatan ICT;
Dalam dua Undang-undang, yaitu satu UU yang mengatur mengenai kebijakan infrastruktur ICT
termasuk penyelenggaraan dan perizinan (economic regulation) dan satu UU lainnya mangatur seluruh
Kebijakan Nasional mengenai muatan ICT (termasuk Penyiaran)
Infrastruktur Telekomunikasi [TIK] sebagai salah satu infrastruktur pembangunan nasional memiliki peran
yang vital dan strategis adalah mendorong pertumbuhan ekonomi, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memperkukuh persatuan dan kesatuan, memperlancar tugas-tugas pemerintah.
Infrasturktur Telekomunikasi [TIK] harus menjangkau dan tersedia di seluruh wilayah Indonesia sehingga
dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
TIK sejalan dengan perkembangannya memiliki peran penting dalam mewujudkan Tata Kelola Pemerintah
yang baik, bersih dan berwibawa [Good Governance].
Frekuensi Radio merupakan sumber daya alam terbatas yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat sehingga harus dikuasai oleh negara dalam bentuk mengatur pemanfaatan dan
peruntukkannya.
III.ASPEK KELEMBAGAAN
Penegasan kembali peran dari Badan Regulasi TIK, meliputi pemberdayaan tugas dan
tanggung jawab, struktur, organisasi sehingga independen dari para operator, penentu
kebijakan dan masyarakat pengguna jasa TIK.
Mengakomodasikan peran lembaga mandiri dan swa regulasi industri (teknis) sebagai
wadah keikut-sertaan masyarakat dalam rangka pembinaan TIK dalam bentuk
perumusan kebijakan, pengawasan dan pengendalian.
IV.ASPEK TEKNOLOGI
V. ASPEK PENYELENGGARAAN
Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk penyediaan infrastruktur dan layanan jasa-jasa
TIK
Industri
kreatif
harus
mengakomodasikan
memperhatikan/menjaga nilai-nilai luhur budaya bangsa
kearifan
lokal
dan
Kewajiban memiliki Izin bagi penyelenggara TIK yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemberian kesempatan berusaha yang lebih luas bagi masyarakat bidang TIK
dengan mempertimbangkan kemampuan pelaku usaha dalam negeri untuk
membangun dan memperluas aksesibilitas.
TIK harus mampu mendorong pertumbuhan industri dalam negeri melalui peran
Pemerintah dalam pembinaan dan menentukan persyaratan a.l. kewajiban
menggunakan komponen dalam negeri.
Mendorong pengembangan dan pertumbuhan industri manufacturing dan
industri kreatif dalam negeri.
Memberikan kemudahan fasilitas dan koordinasi yang kondusif bagi UKM sebagai
kekuatan nyata agar dapat ditingkatkan peran dan manfaatnya bagi kepentingan
nasional.
Memberikan kemudahan-kemudahan kepada UKM termasuk pemberian proteksi
dan peran Swa Regulasi [self regulated].
Menumbuh kembangkan industri dalam negeri dengan memanfaatkan dana
PNBP TIK.
X.
REKOMENDASI
MASTEL berharap DPR-RI mempertahankan Pasal 4 dan Pasal 5 Undangundang No. 36/ 1999 tentang Telekomunikasi, yang terkait dengan
Pembinaan dan Peran Serta Masyarakat.
** Terima kasih **