Tropicalmedicine
Tropicalmedicine
KASUS
Page 1
Ny. H berumur 56 tahun datang dengan keluhan timbul bintil-bintil berisi
cairan di punggung sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu. Bintil-bintil disertai warna
kemerahan disekitarnya. Keluhan tersebut sangat nyeri sehingga membuat pasien
sulit tidur. Sebelum timbul bintil-bintil cairan awalnya pasien demam, lemas, dan
nyeri sendi. Baru timbul bercak-bercak merah yang menjadi bruntus-bruntus merah
kemudain akhirnya berisi cairan jernih. Keluhan serupa sebelumnya diakui tetapi
muncul di seluruh badan beberapa tahun yang lalu
Page 2
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda vital : T : 100/60
RR : 24x/menit
N : 96x/menit
S: 380C
Status Dermatologikus :
Distribusi : Segmental, unilateral
Regio : Punggung kanan
Lesi : Multipel, diskret, bentuk teratur, ukuran 0.3x0.5x0.1 cm sampai
0.5x0.5x0.1 cm, batas tegas, menimbul dari permukaan basah
Efloresensi : Makulopapular, vesikel
Page 3
Pemeriksaan penunjang
Darah : Hb : 12.5 g/dL
Ht : 39%
Leukosit : 4500 sel/mm3
Trombosit : 400.000
Pemeriksaan sitologi : Pemeriksaan Tzanck smear didapatkan multinucleated giant
cell
Diagnosis = Herpes Zoster Reaktivasi
BAB II
LEARNING PROGRESS REPORT
BAB III
ISI
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius
glandula sudorifera untuk menembus epidermis
Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel selnya akan mengalami
keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosit untuk sintesa melanin.
Disamping sel sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel
Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.
Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:
Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum
karena paling banyak tampak adanya mitosis sel sel.
Sel sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk
silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau
stratum germinativum karena sel selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel
sel dari stratum basale akan mendorong sel sel di atasnya dan berubah menjadi
polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel sel yang berbentuk
polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel
menunjukkan tonjolan tonjolan seperti duri duri. Semula tonjolan tonjolan
tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat
tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel
seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam
berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir
butir.
Butir butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir
butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir butir
keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak
selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir butir keratin makin bertambah disertai inti sel
pecah atau larut sama sekali, sehingga sel sel pada stratum granulosum sudah
dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan
stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun
sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga
merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak
sekali lapisan sel sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi.
Hubungan antara sel sebagai duri duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak
lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang
kadang disebut sebagai stratum disjunctivum
Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk
papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel sel yang terdapat pada jaringan
pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut serabut
kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan.
Di dalamnya selain terdapat sel sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor
yang di dalamnya mangandung butir butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera
yang akan bermuara pada epidermis.
KULIT TIPIS
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat
beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam
dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai
mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.
Glandula Sudorifera
bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal
terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan
ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis.
Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di
luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang
dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu
pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua.
Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat
apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan
glandula areolaris Montogomery
Glandula Sebacea
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak
(sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini
bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali
pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea
tanpa folikel rambut.
Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak
kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerahdaerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja
oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan
hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu
folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada
ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis.
Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel
rambut.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak
papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan
membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar
rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat
yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi
terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan
sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah
lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang
merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3
lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai
sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla
rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling
beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di dalamnya
yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis.
Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang
memanjang yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain
dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan
langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar
memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang
rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan
ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan
pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang
disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas
melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang
rambut. Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel
melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.
Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs
distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah
sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan
proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras.
Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku
yang tersembunyi dalam alur kuku adalah akar kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum
basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku
disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan
stratum corneum membentuk hyponychium.
Macammacam Keratin
Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak
dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di
permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai
dari stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel
menjadi jernih pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang
dapat dilepaskan. Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut
dan kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang
mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin
keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan,
serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.
Regenerasi Kulit
Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan
subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda,
semakin bagus regenerasinya.
2. Efloresensi
A. Definisi
-
Primer
o Makula
Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata
o Papul
o Plak
o Urtika
lahan
o Nodus
Massa padat sirkumskrip
Terletak di kutan atau subkutan
Dapat menonjol
Diameter 1 cm
o Nodulus
Massa padat sirkumskrip
Terletak di kutan atau subkutan
Dapat menonjol
Diameter < 1 cm
o Vesikel
Gelembung berisi cairan serum, beratap
Diameter < cm
Mempunyai dasar
o Bula
Vesikel yang berukuran lebih besar
Diameter cm
o Pustul
Vesikel yang berisi nanah
Bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel Vesikel
hipopion
o Kista
Ruang berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel
Terbentuk bukan dari inflamasi, namun bisa menyebabkan
inflamasi
Terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran
kelenjar, pembuluh darah, saluran limfe, atau lapisan epidermis
membentuk nanah
o Eritema
Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh
kapiler reversibel
o Tumor
Benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun jaringan
o Infiltrat
Tumor yang terdiri dari kumpulan sel radang
o Vegetasi
Pertumbuhan berbentuk tonjolan bulat / runcing yang menjadi
satu
Vegetasi di bawah permukaan kulit Disebut granulasi
o Anetoderma
Kulit yang kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada
bagian kulit yang lain
o Ekskoriasi
Merupakan hilangnya jarigan sampai ke stratum papilare
Luka yang menggores hingga sampai ke ujung papil Keluar
darah
o Likenifikasi
Penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas
o Guma
Infiltrasi sirkumskrip, menahun, desktrutif, biasanya melunak
o Eksantema
Kelainan kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat
Tidak berlangsung lama
Umumnya didahului demam
o Fagedenikum
Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (Ulkus tropikum,
o
o
o
o
o
ulkus mole)
Terebrans
Proses yang menjurus ke dalam
Monomorf
Kelainan kulit yang terdiri dari satu jenis kelainan
Polimorf
Kelainan kulit yang terdiri lebih dari satu jenis kelainan
Telangiektasis
Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit
Roseola
Eksantema bentuk lentikular dengan warna merah tembaga
Miliar :
o Sebesar kepala jarum pentul
Lentikular :
o Sebesar biji jagung
Numular :
o Sebesar uang logam 100 rupiah
Plakat :
o Lebih besar dari numular
D. Susunan kelainan
-
Linier
o Seperti garis lurus
Sirsinar / anular
o Seperti lingkaran
Arsinar
o Seperti bulan sabit
Polisiklik
o Bentuk pinggiran sambung menyambung
Korimbiformis
o Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
E. Bentuk lesi
-
F. Penyebaran
-
yang ditinggalkan
Irisformis = Eritema bentuk bulat lonjong dengan vesikel warna lebih gelap di
tengahnya
Simetrik = Mengenai kedua belah badan yang sama
Bilateral = Mengenai kedua belah badan
Unilateral = Mengenai sebelah badan
Korimbiformis = Seperti induk ayam dengan anaknya mengelilingi induk
A. Taksonomi
Subfamili:
Genus:
Anggota:
Avipoxvirus
Fowlpox virus
Capripoxvirus
Sheeppox virus
Leporipoxvirus
Myxoma virus
Molluscipoxvirus
Moluskum kontagiosum
Orthopoxvirus
Parapoxvirus
Orf virus
Suipoxvirus
Swinepox virus
Yatapoxvirus
Chordopoxvirinae
Entomopoxvirina
e
Entomopoxvirus A
Entomopoxvirus B
Melolontha melolontha
entomopoxvirus
Amsacta moorei entomopoxvirus
Entomopoxvirus C
Sifat-sifat poxvirus
o Virus berbentuk bata
o Ukuran 300x200x100 nm
o Berat molekul 160 juta Dalton
o Struktur kompleks
o Inti asam nukleat terdiri dari DNA (double stranded)
o Mempunyai badan lateral dengan pola benang permukaan berbentuk
lingkaran
o Mempunyai membran luar
o Mempunyai antigen golongan yang sama
o Reproduksi intrasitoplasma
Epidemiologi
o Worldwide
o Natural Smallpox has been eradicated.
Host
Transmisi
o Direct contact or fomites.
o Smallpox: respiratory droplets, direct contact or fomites
Gejala klinis
Orthopoxvirus
Cacar sapi (infeksi ulseratif setempat pada kulit berasal dari sapi)
Parapoxvirus
Milkers node (infeksi nodular setempat pada kulit berasal dari sapi)
-
Initiation of
infection
1. Virus
Attachment
2. Virus
Penetration
3. Virus
Uncoating
4. Two distinct
extracellular
form EEV,
IMV
Virus synthesis
1. Genome
Replication
2. Gene
expression
Release of the
mature virions from
Pembiakan
the infected cells
Telur ayam berembrio dapat dipakai untuk pembiakan serta diagnosis diferensial
poxvirus dan herpesvirus.
Pada selaput korioalantois embrio ayam :
-
Virus vaccinia membentuk bintik (pox) putih, besar, bulat dan cekung dengan
pusat nekrotik
Virus cacar sapi dan kera membentuk bintik putih, besar, bulat dan cekung
serta ada hemoragi
Virus variola membentuk bintik putih keabu-abuan, kecil bulat dan cembung
Virus herpes simplex membentuk bintik seperti variola tetapi lebih kecil dan
memberikan gambaran seperti peta (geographic type)
Diagnosis Laboratorium
Vaksinasi
Ensefalitis
Eczema vaccinatum
Pengobatan
4. Chicken Pox
A. DEFINISI
-
Vesikel pada varicella umumnya timbul pertama pada tubuh dan muka,
kemudian menyebar ke hampir seluruh tubuh, termasuk kulit kepala dan
penis, juga pada mukosa mulut, hidung, telinga, dan vagina. Vesikel varicella
lebarnya sekitar 1/5 2/5 inchi (5 10 mm), mempunyai dasar yang
kemerahan, dan akan berkelompok setelah lebih dari 2 4 hari. Beberapa
orang hanya mengalami sedikit vesikel, meskipun yang lainnya memiliki
vesikel hingga ratusan.
Bila vesikel digaruk atau dipecah, keropeng dan vesikel dapat terinfeksi oleh
bakteri (infeksi sekunder bakteri). Vesikel-vesikel baru akan tetap terbentuk,
sementara vesikel terdahulu pecah, mengering dan menjadi krusta, dengan
demikian pada suatu saat akan tampak bermacam-macam ruam kulit
(polimorf). vesikel biasanya beratap tipis, bentuknya bulat/lonjong menyerupai
setetes air sehingga disebut teardrop vesicle.
Beberapa anak mengalami demam, nyeri perut, atau perasaan tidak enak
dengan vesikel pada kulit mereka. Gejala ini umumnya berakhir sekitar 3
hingga 5 hari, dan demam berkisar antara 38,3oC hingga 39,4oC. Anak yang
lebih muda sering mengalami vesikel yang lebih sedikit dibanding anak yang
lebih tua atau orang dewasa. Secara umum, varicella adalah penyakit ringan,
tetapi dapat mematikan pada penderita leukemia atau penyakit lain yang
melemahkan sistem immun.
Umumnya orang hanya akan terserang varicella satu kali seumur hidup.
Tetapi virus yang meyebabkan varicella dapat dormant (tidak aktif sementara)
pada
tubuh
dan
menyebabkan
erupsi
kulit yang
berbeda
(disebut
B. EPIDEMIOLOGI
1. Frekuensi
-
3. Ras
-
4. Seks
5. Umur
umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus varicella.
C. Etiologi
-
memungkinkan.
Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel partikel virus yang
menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan
typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat
terjadi pada saat itu.
o Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21
hari. Pasien mampu menularkan penyakitnya sejak satu sampai
dua hari sebelum muncul rash sampai muncul lesi yang
mengeras, biasanya lima sampai enam hari setelah muncul rash
pertama
kali.
Meskipun
kebanyakan
infeksi
varicella
Varicella yang terjadi pada anak anak sering tidak didahului dengan gejala
prodormal, melainkan ditandai dengan exanthema.
Pada orang dewasa dan remaja sering didahului dengan gejala prodormal
yaitu, mual, mialgia, anoreksia, sakit kepala, batuk pilek, atau nyeri tenggorok
Satu sampai dua hari setelah seseorang terinfeksi virus, timbul rash berupa
vesikel vesikel, dan setelah empat sampai lima hari kemudian, vesikel
vesikel tersebut pecah dan menjadi krusta.
Pada daerah wajah, badan, kepala, dan ekstremitas proksimal, sering terlihat
adanya makula eritem yang dengan cepat menjadi papul, vesikel yang jernih,
dan pustula dengan umbilikasi di daerah sentral selama 12 sampai 14 hari.
Kadang vesikel dapat muncul di telapak tangan dan kaki, membran mukosa
yang dirasakan nyeri.
a. Adanya rash
Tiap lesi dimulai dari macula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta
Pemanjangan waktu erupsi pada lesi yang baru atau penyembuhan dapat
terjadi pada seseorang dengan imunitas seluler rendah
b. Demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102F), namun dapat pula tinggi
hingga
106F.
Demam
lama
harus
dicurigai
terjadinya
komplikasi
atau
imunodefisiensi
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tzanck smear pada cairan vesikuler menunjukkan adanya giant cell yang
multinuklear
dan
badan
inklusi
eosinofil
intranuklear
pada
sel
epitel
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel merupakan diagnosis
defenitif, walaupun pembiakan virus VZV merupakan cara yang sulit dan hasil positif
diperoleh kurang dari 40%.
Dapat digunakan dua teknik pemeriksaan, yaitu :
sensitif
dalam
mengidentifikasi
VZV.
Dapat
pula
dilakukan
pemeriksaan serologis seperti EIA, IFA, Complemen fixation, FAMA, dan Tes
Aglutinasi Latex (4).
b. Pencitraan
Foto thoraks diindikasikan bila pada penderita menunjukkan adanya tanda
tanda
gangguan
pulmonal,
untuk
menyingkirkan
kemungkinan
terjadinya
pneumonia. Pada foto thoraks dapat ditemukan normal atau adanya infiltrat bilateral
yang difus pada pneumonia yang disebabkan varicella (4).
c. Pemeriksaan Lain
1. Lumbal Punksi
Anak anak dengan tanda tanda gangguan neurologis sebaiknya dilakukan
pemeriksaan LCS melalui lumbal punksi. LCS pada penderita dengan encefalitis
varicella ditemukan beberapa atau banyak sel, yaitu PMN atau mononuklear.
1. Kadar glukosa sering normal
2. Kadar protein dapat normal atau sedikit meningkat.
F. FAKTOR RESIKO
1. Neonatus pada bulan pertama memungkinkan terkena varicella yang berat,
kecuali ibunya dengan seronegatif.
2. orang dewasa
3. pasien yang sedang mendapat terapi steroid dosis tinggi dalam pengobatan 2
mingu
4. pasien dengan penyakit keganasan, semua pasien anak kecil dengan kanker
beresiko menderita varicella yang berat
5. stadium immunocompromised misal keganasan, sedang terapi antimalignansi,
HIV, dan semua kondisi imunodefisiensi didapat maupun congenital
6. wanita yang sedang hamil beresiko tinggi varicella, terutama dengan pneumonia
G. KOMPLIKASI
1. infeksi bakteri sekunder
2. komplikasi pada SSP (ataksia cerebelar post infeksi akut, ensefalitis, sindroma
Reye, meningitis aseptik, GBS, dan poliradikulitis)
3. pneumonia
4. herpes zoster
5. otitis media
6. trombositopenia
7. hepatitis
8. glomerulonefritis
9. varicella hemoragik
H. DIAGNOSIS BANDING
1. pemfigoid bulosa
2. dermatitis herpetiformis
3. drug eruption
4. eritema multiforme
5. herpes simpleks
6. impetigo
7. insect bite
8. syphilis
I. PENCEGAHAN
1. Vaksinasi
1. Vaksin varicella terdiri dari virus varicella yang dilemahkan. Pemberian vaksin
varicella di USA sejak tahun 1955 telah menurunkan angka insidensi dan
kematian yang disebabkan oleh varicella.
2. Pemberian vaksin varicella telah memberikan perlindungan terhadap varicella
hingga 71 100%, dan vaksin lebih efektif apabila diberikan pada anak
setelah berusia 1 tahun. Pada anak anak yang kurang dari 13 tahun
pemberian
vaksin
varicella
direkomendasikan
dengan
dosis
tunggal,
sedangkan pada anak anak yang lebih besar dengan dua dosis yang
diberikan dengan interval waktu 4 8 minggu.
Efek samping dari pemberian vaksin seringkali terjadi 42 hari setelah imunisasi, dan
pada umumnya terjadi bila diberikan pada anak sebelum 14 bulan, setelah
pemberian vaksin MMR, dan bila anak mendapat steroid peroral.
2. Imunoglobin Varicella Zooster (VZIG)
1. Diberikan sebagai profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama pada orang
orang dengan resiko tinggi
2. Dosis yang diberikan adalah 125 IU / 10 kgBB. 125 IU adalah dosis minimal,
sedangkan dosis maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler
3. VZIG hanya mengurangi komplikasi dan menurunkan angka kematian
varicella sehingga pada orang orang yang tidak mengalami gangguan
imunologi lebih baik diberikan vaksin varicella.
1. Bayi baru lahir dari ibu yang menderita varicella 5 hari sebelum sampai 2 hari
setelah melahirkan
2. Anak anak dengan leukemia atau limfoma yang belum divaksinasi
3. Penderita dengan HIV AIDS atau dengan imunodefisiensi
4. Penderita yang mendapatkan terapi imunosupresan (steroid sistemik)
5. Wanita hamil
Orang orang dengan system imun yang lemak dan belum pernah menderita
varicella
J. PENATALAKSANAAN
1. Penderita sebaiknya diisolasi dari penderita lain
2. antihistamin oral seperti Diphenhydramine dan Hydroxyzine diberikan bila pruritus
hebat. Pemberiannya sebaiknya secara topikal karena toksisitasnya. Dapat terjadi
absorpsi sistemik.
3. Acetaminofen diberikan untuk mengurangi demam
4. Acyclovir intravena direkomendasikan hanya pada penderita anak anak yang
immunocompromised atau dengan pneumonia atau ensefalitis varicella
5. Acyclovir oral sebaiknya diberikan pada penderita yang lebih dewasa pada saat
awal sakit
6. VZIG diberikan 96 jam setelah terpapar pada orang orang dengan resiko tinggi
Berikut beberapa kelompok pengobatan yang diberikan pada penderita varicella :
1. Antihistamin
Kerjanya melalui efek penghambatan terhadap histamin pada reseptor H1.
a. Diphenhydramine
Dapat diberikan peroral, intravena, dan intramuskuler.
Nama obat
Diphenhydramine
Diberikan pada anak anak dengan immunocompromised atau pada anak sehat
yang menderita pneumonia atau ensefalitis varicella. Sebenarnya pemberian secara
rutin Acyclovir pada anak anak sehat tidak dianjurkan.
Acyclovir dapat mencegah serangan ulang. Dapat digunakan pada penderita dengan
usia lebih dari 13 tahun, anak anak lebih dari 12 bulan dengan gangguan kulit atau
paru kronik, pasien yang mendapat terapi Aspirin yang lama, dan penderita
imunocompromised. Dosis pemberiannya pada dewasa 600 800 mg peroral 5
dosis perhari untuk 5 hari, tidak boleh melebihi 3200 mg / hari. Sedangkan untuk
anak anak 80 mg/kgBB/hari peroral untuk 5 hari. Kontraindikasi Acyclovir adalah
pada penderita yang hipersensitif. Sedangkan efek sampingnya antara lain dapat
menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan neurologist.
3. Antipiretik
Diberikan bila penderita demam, contohnya adalah Acetaminofen.
Nama obat
Acetaminophen
Dosis
Dewasa :
325 650 mg peroral setiap 4 6 jam perhari. Tidak boleh melebihi 4 g/hari
Anak anak :
< 12 tahun : 10 15 mg/kgBB/dosis peroral setiap 4 6 jam perhari. Tidak boleh
melebihi 2,5 g/hari
> 12 tahun : sama dengan dosis dewasa
Kontraindikasi
Penderita hipersensitif
Efek samping
Dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan neurologist
4. Immunoglobulin
Imunoglobulin merupakan imunisasi pasif yang diberikan pada orang yang telah
terekspos virus setelah 96 jam.
Nama Obat
Varicella Zooster Immunoglobulin Human (VZIG)
Dosis
Dewasa : 625 IU secara intramuskuler
Anak anak :
< 10 kg : 125 IU
10,1 20 kg : 250 IU
20,1 30 kg : 375 IU
30,1 40 kg : 500 IU
> 40 kg : sama dengan dosisdewasa
Kontraindikasi
Pada penderita hipersensitif dan trombositopenia tidak boleh diberikan intravena
karena dapat menyebabkan defisiensi Ig A, nyeri, kemerahan, dan bengkak pada
tempat injeksi
Pengobatan di rumah :
Tujuan perawatan di rumah untuk mengurangi rasa gatal dari varicella dan demam
atau perasaan tidak enak yang menyertai.
Atasi rasa gatal pada kulit dengan kompres basah atau memandikan pada air dingin
atau air hangat setiap 3-4 jam selama beberapa hari pertama. Mandi tidak
memperparah varicella. Kemudian keringkan tubuh (jangan digosok).
Calamine lotion paling sering digunakan untuk mengatasi rasa gatal, tetapi jangan
membarikan lotion di dekat mata atau wajah pada anak yang lebih muda. Lainnya
dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau
mentol 1-2%. Potong kuku untuk melindungi terhadap garukan, yang dapat
menimbulkan infeksi pada vesikel yang pecah.
Varicella pada mulut mungkin menyebabkan sulit makan atau minum. Berikan air
dingin dan makanan lunak. Hindari makanan/minuman yang mengandung asam
tinggi, seperti jus jeruk, atau khususnya garam. Nyeri pada mulut dapat diatasi
dengan memberikan acetaminophen (paracetamol) secara rutin saat ada vesikel
pada mulut.
Luka pada daerah genetalia dapat terasa sangat nyeri. Krim anestesi yang
mengurangi nyeri dapat diberikan. Tanyakan dokter anda.
Untuk menurunkan panas, gunakan pengobatan nonaspirin seperti acetaminophen
(paracetamol). Asprin jangan diberikan pada anak dengan varicella atau penyakit
5. Monkey Pox
A. Definisi
Adalah zoonosis virus dengan gejala yang serupa pada pasien cacar.
(Menurut WHO)
B. Identifikasi virus
Kelompok
: I (dsDNA)
Keluarga
: Poxviridae
Subfamili
: Chordopoxvirinae
Genus
: Orthopoxvirus
Spesies
: Monkeypox Virus
D. Transmisi virus
E. Epidemiologi
Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, dan pada manusia
pada tahun 1970.
Pada tahun 2003 menjadi wabah di Amerika Serikat, dengan angka kematian
10%.
Masa inkubasi 6-16 hari (WHO), dengan gejala berlangsung selama 14-21hr.
G. Diagnosa banding
Cacar
Cacar air
Campak
Sifilis
Alergi medikamentosa
H. Diagnosa laboratorium
Test ELISA
Test PCR
Isolasi virus
Ketiganya untuk mendeteksi Antibodi (IgG dan IgM) dan struktur
Antigen.
CDC merekomendasikan :
1. vaksin cacar harus diberikan dalam waktu 2 minggu dari paparan
monkeypox
2. dapat diberikan Cidofovir anti virus (500mg)
3. VIG
Pencegahan
Hindari binatang yg terinfeksi virus, apabila sudah terpapar segera
lakukan vaksin cacar.
6. Small Pox
A. Sinonim
-
B. Definisi
-
Penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk , dapat menyebabkan
kematian , efloresensinya bersifat monomorf ( kelainan kulit yang pada satu
ketika terdiri atas hanya satu macam ruam kulit ) terutama terdapat di perifer
tubuh .
C. Epidemiologi
-
D. Etiologi
-
1. variola mayor
2. variola minor (alastrim)
o Perbedaan kedua tipe virus ini adalah bahwa virus yang menyebabkan
variola mayor bila di inokulasikan pada membrane korioalantoik
tumbuh pada suhu 38-38,5 derajat celcius , sedangkan yang
menyebabkan variola minor tumbuh dibawah suhu 38 derajat.
E. Patogenesis
Transmisinya secara aerogen karena virus ini terdapat dalam jumlah yang sangat
banyak di saluran napas bagian atas dan juga terdapat/terbawa dipakaian penderita.
Virus masuk lalu menginfeksi makrofag ( masa inkubasi : 72 jam )
Lalu virus bermigrasi dan multiplikasi di nodus lymphe regional yang menyebabkan
asimtomatik viremia ( 4 hari )
Setelah itu Virus juga bermultiplikasi di limpa , sumsum tulang dan nodus lymphe
yang menyebabkan viremia kedua yang simtomatik (8 hari )
Setelah itu
Virus masuk kembali ke darah melaui leukosit dan menyebabkan demam serta
toxaemia lalu setelah itu melepaskan diri dari leukosit ke kapiler dermis dan menuju
sel epidermis
Lalu membentuk badan inkulsi intra sitoplasma yang terletak di inti sel dan
membentuk enanthem ( rash / kemerahan serta titik kecil) di membrane mukosa .
F. Gejala Klinis
2. Stadium makulo-papular
-
4. Stadium resolusi
-
Berlangsung dalam waktu 2 minggu , timbul krusta dan suhu tubuh menurun .
Kemudian krusta krusta terlepas dan meninggalkan sikatriks .
G. Komplikasi
-
Bronkopneumonia
Infeksi kulit sekunder
Pembantu diagnosis
H. Pengobatan
-
I. Profilaksis
-
J. Prognosis
Bergantung pada penatalaksanaan dan fasilitas perawatan yang tersedia .
A. Etiologi
Disebabkan oleh:
Family : poxviridae
Genus :
Spesies : cowpox virus
B. Faktor risiko
C. Epidemiologi
russia
Musim panas, musim gugur
Pria = wanita
Usia rata-rata < 18 th
D. Gejala klinis
Malaise, lethargy
Muntah, sakit tenggorokan
E. Patofisiologi
Kontak dengan hewan terinfeksi masuk lewat lesi menetap di tempat lesi
menempel di reseptor membran plasma masuk ke sitoplasma replikasi sel
host lisis menyebar ke sel sekitar
F. Pemeriksaan fisik
Gejala mata:
Gejala limfonodus:
G. Pemeriksaan laboratorium
Kultur kulit
H. Tatalaksana
Pengobatan suportif
Bed rest
Cidofovir
Debridemen
Pus draining
H. Prognosis
Sangat baik
8. Herpes Zoster
A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti
gerombolan
vesikel
unilateral,
sesuai
dengan
dermatomanya
(persyarafannya).
-
Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang
tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang
sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).
B. Epidemiolgi
di
Indonesia
lebih
kurang
1%
setahun.
C. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang
termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya
seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
D. Patogenesis
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini
virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia
permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas
dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion
sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi
yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten
ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut
turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga
terjadi herpes zoster.
E. Gambaran Klinis
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi
pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang
hari
sebelum
terjadi
erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah
tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh
salah
satu
ganglion
saraf
sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh
empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi
pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi
mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3
minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua.
Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan dan erupsi cepat
menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat
menetap,
walaupun
krustanya
sudah
menghilang.
pada
kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai
gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug
1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air
mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
3.
Herpes
zoster
brakialis
F. Diagnosis
G. Komplikasi
1. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
sampai beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf
yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma,
batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.
J. PENGOBATAN
1. Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat
menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang
dengan
defisiensi
imun.
Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju
yang longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.
2. Pengobatan Khusus
A. Sistemik
A.1. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun
intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7
hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada
pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum
obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster
adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama 7
hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga
dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7 hari.
A.2. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh
virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan
sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri
muncul.
A.3. Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.
Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis.
Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 320 mg/hari,
setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
digabung dengan obat antivirus.
Pengobatan topikal
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium