Anda di halaman 1dari 9

TUGAS M.K.

PEMULIAAN TANAMAN (AGH 611)

PERAN DAN FUNGSI KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA


GENETIK DALAM PENGELOLAAN, PEMASARAN, DAN
PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERTANIAN

Oleh:
Abi Ardhillah Yasinda
A24110093

Dosen:
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

PEMULIAAN DAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

SEJARAH KNSDG
Primordia Komisi Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah
Pada mulanya kegiatan penyelamatan plasma nutfah tumbuhan diawali
dengan sarasehan para pemulia tanaman pada tahun 1974 yang sepakat
membentuk kelompok kerja (pokja) yang diketuai oleh Dr. Setijati D.
Sastrapradja, Direktur Lembaga Biologi Nasional LIPI Bogor. Anggota
Kelompok Kerja ini terdiri dari Pemulia Tanaman dari Pusat Penelitian
Hortikultura (Hendro Sunarjono), Pusat Penelitian Tanaman Pangan (Sutjipto
KR), Pusat Penelitian Tanaman Industri (Ir. Auzy Hamid), Pusat Penelitian Hutan
(Dr. I G. M. Tantera), Pusat Penelitian Herbarium LIPI (Dr. Mien A. Rivai) dan
Dr. S. Adisoemarto, Fakultas Pertanian IPB (Dr. Fred Rumawas), dan BP Gula
(Drs. Sunyoto). Pemikiran semula ialah menyelamatkan koleksi-koleksi tanaman
yang telah ada dalam bentuk penyimpanan benih dan penyelamatan kebun
koleksi. Hal ini disebabkan ada dua macam tanaman, yakni:1) tanaman yang
benihnya dapat disimpan dalam waktu lama (ortodok), dan 2) tanaman yang
benihnya cepat mati, atau tidak dapat disimpan lama (rekalcitrans). Pokja
berusaha untuk menyelamatkan plasma nutfah tanaman melalui dua cara, yaitu:
Secara in-situ pada habitat aslinya dalam suaka alam / cagar alam, dan secara exsitu dalam bentuk penyimpanan benih dalam suhu rendah dan RH rendah, serta
penyelamatan dalam kebun-kebun koleksi buatan.
Gene Bank (dalam bentuk benih) Pokja mendapat sumbangan dari Luar
Negeri melalui Kebun Raya Bogor (LIPI). Cold Storage Unit ini ditempatkan di
Lembaga Biologi Nasional (LBN) LIPI, di Gedung Kusnoto. Sedangkan kebunkebun koleksi diserahkan kepada masing-masing pemulianya di Instansi / Puslit
yang bersangkutan. Pokja mengadakan pertemuan secara periodik setiap tiga
bulan sekali untuk membahas perkembangan koleksi plasma nutfah masingmasing. Tempat pertemuan dilakukan secara bergilir, di LBN LIPI atau di
tempat lainnya, sesuai kesepakatan anggota Pokja. Pokja belum mempunyai dana,
oleh karena itu masing-masing anggota Pokja mencari dana sendiri dari sumber
lain
Perkembangan Pokja Plasma Nutfah
Pemikiran penyelamatan plasma nutfah berkembang untuk membentuk
wadah dibawah LIPI atau dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pada tahun 1976 dimulai dibentuk Komisi Pelestarian Plasma Nutfah
Nasional atas persetujuan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Ir. Sadikin Sumintawikarta) dalam dalam pertemuan di Pasar Minggu.
Adapun susunan anggota Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional pada
saat itu adalah:
Ketua: Dr. B.H. Siwie
Sekretaris: Dr. Setijati D. Sastrapradja, dibantu oleh Dr. Soenartono Adisoemarto
Anggota:
1.
Dr. Mien A. Rivai (LBN).
2.
Dr. Fred Rumawas (IPB).
3.
Drs. Sunyoto (BP Gula).
4.
Ir. Auzy Hamid (LPTI Bogor)
5.
Drs. Hendro Sunarjono (LPH Pasarminggu).

Ir. Sukarya (BPP Bogor).


Dr. I.G.M. Tantera (BP Hutan).
Dr. Made Sri Prana (LBN Sekretaris Bukan Anggota).
Pada saat itu Pusat Penelitian Kehutanan yang berada di Bogor masih
dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Departemen Pertanian.
Setelah pertemuan di Pasar Minggu, Komisi Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN)
memperoleh anggaran melalui Proyek Penelitian Hutan (Sub Proyek Pelestarian
Plasma Nutfah yang dipimpin oleh Pak Suwanda). Penanggung jawab proyek
adalah Kepala Puslit Hutan, Ir. Sunaryo, dan Pemimpin Proyek Ir. Nunung. Sejak
itu, tahun 1976/1977, KPPN mendapat dana, walaupun masih kecil. Prioritas
kegiatan KPPN disesuaikan dengan kebutuhan yang mendesak.
Kegiatan utama Komisi pada waktu itu adalah mencari kebun koleksi buahbuahan dan memindahkan koleksi buah-buahan dari Pasar Minggu. Hal ini karena
kebun koleksi buah-buahan di Pasar Minggu digusur menjadi kompleks
Departemen Pertanian, Kompleks Kebun Bibit Dinas Pertanian DKI Jakarta).
Bapak Herbagiandono, staf peneliti, Kepala Laboratorium Teknologi
Cabang Lembaga Penelitian Hortikultura Lembang, mengusulkan kebun koleksi
dialihkan ke bekas Kebun Karet PTP XIII di Paseh, Subang (145 ha), yang
disetujui oleh Komisi Pelestarian Plasma Nutfah. Kebun Karet ini dihibahkan oleh
PTP XIII dengan catatan pengalihan secara administratif diselesaikan dengan
Badan Pertanahan Nasional. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah dan Bapak RM
Santoso mewakili Kepala Lembaga Penelitian Hortikultura mengadakan
peninjauan bersama. Setelah diadakan serah terima tanah, dilakukan pemetaan
udara oleh Badan Survei Udara di Lembang, Bandung. Bapak Herbagiandono
diminta menetapkan batas-batas kebun bersama PTP XIII. Kini kebun telah
berstatus sertifikat atas nama Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional,
Departemen Pertanian.
KPPNN juga berhasil memperoleh Kebun Koleksi Kelapa di Bone-Bone,
Sulawesi Selatan dan menanam hasil eksplorasi plasma nutfah kelapa di kebun
baru seluas 25 hektar.Pertimbangan pembentukan Komisi Pelestarian Plasma
Nutfah Nasional pada waktu itu antara lain:
1.
Memudahkan hubungan secara institusi resmi, dan dapat bergabung dengan
Badan Pelestarian Plasma Nutfah Internasional (Badan Dunia) yakni
International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) yang
berkedudukan di Roma.
2.
Wadah organisasi resmi akan memudahkan mendapatkan dana, baik dari
dalam, maupun Luar Negeri.
3.
Memudahkan pemantauan dan pertanggungjawaban kegiatan pengumpulan
dan pelestariannya (eksplorasi dan konservasi).
4.
Banyak sekali jenis tanaman khas asli Indonesia, terutama buah-buahan
tropik yang mulai tergusur karena perluasan pemukiman dan kota yang
mengalihkan fungsi lahan pertanian dan hutan. Dari hasil survai /
pemantauan, beberapa ahli mengatakan telah ada tanda lampu merah yang
mendekati erosi sumberdaya genetik di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
5.
Sering terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera, maupun di
lain tempat mengakibatkan pengikisan dan pemusnahan berbagai jenis
sumberdaya hayati yang belum dimanfaatkan, hingga dikhawatirkan akan
6.
7.
8.

terjadi kepunahan. Demikian pula penebangan hutan yang tidak terkendali


dan tidak selektif akan mempercepat kepunahan biota yang ada disitu;
6.
Penggunaan secara besar-besaran kayu cendana, rotan dll. tanpa
memperhatikan peremajaannya;
7.
Perluasan daerah pemukiman yang menuntut penggunaan areal habitat
komoditas plasma nutfah penting, (Pasar Minggu, Parung, Srondol, dan
Ujung Berung);
8.
Pemakaian jenis / varietas unggul baru, hingga varietas yang telah ada
(varietas unggul lama) terabaikan keberadaannya.
Pada bulan Juni 2001, melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor
341/Kpts/KP.150/6/2001 dibentuk Komisi Nasional Plasma Nutfah (KNPN).
Untuk selanjutnya sejak tanggal 29 Desember 2006 Komisi Nasional Plasma
Nutfah (KNPN) secara resmi berubah nama menjadi Komisi Nasional Sumber
Daya Genetik (KNSDG) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
734/Kpts/OT.140/12/2006.

VISI DAN MISI KNSDG


Tujuan Pembentukan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik.
Pengelolaan plasma nutfah di Indonesia dilakukan oleh berbagai bidang
dalam sektor pemerintah, diantaranya kehutanan, pertanian, perkebunan,
lingkungan hidup, sektor pendidikan, swasta, dan masyarakat awam. Justru
beraneka ragamnya bidang dan sektor yang menangani plasma nutfah di Indonesia
yang mendorong diperlukannya koordinasi, maka Komnas Sumber Daya Genetik
telah dibentuk untuk tujuan ini. Sebagai badan koordinatif, komisi menyusun
kebijakan dan pengarahan kegiatan yang berkaitan dengan plasma nutfah yang
dilaksanakan oleh lembaga pelaksana (peneliti, pendidik, dan lain-lain). Kegiatan
yang dikoordinasi ini meliputi usaha pelestarian, kelembagaan, penelitian,
pemanfaatan, pendidikan, dan pertukaran plasma nutfah.
Sasaran Kegiatan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik .
1.
Penyusunan dan perumusan rencana penelitian dalam pemanfaatan dan
pelestarian plasma nutfah tanaman, hewan, dan ikan, dalam upaya
menciptakan benih/bibit unggul secara bertanggung-jawab, lestari, dan
efisien.
2.
Pengembangan dan kelembagaan SDM, sarana, dan prasarana yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah.
3.
Pemanfaatan sumberdaya dalam rangka memanfaatkan dan melestarikan
plasma nutfah melalui penggalangan kerjasama (networking), serta
pengelolaan dan pemanfaatan data, baik secara nasional maupun
internasional.
4.
Penggunaan sumberdaya penelitian dalam pembentukan benih/bibit unggul
dengan menggunakan plasma nutfah secara benar dan lestari.
5.
Memahami keadaan lingkungan strategis pada tingkat nasional, regional,
maupun global.

Pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah diarahkan untuk berpihak pada


masyarakat luas, yaitu produsen (petani/peternak/nelayan/pengusaha), konsumen
(masyarakat/peneliti, dll), sehingga arah pengembangan, pemanfaatan dan
pelestarian plasma nutfah harus tetap mengakomodasikan kepentingan masyarakat
luas. Disini peran Komnas Plasma Nutfah adalah memberikan masukan kepada
pemerintah agar tiga pilar yang akan memanfaatkan dan melestarikan plasma
nutfah (produsen, konsumen dan professional) dapat menjalankan peran, fungsi,
tugas, dan tanggung-jawabnya secara benar dan efisien.
Masukan yang disampaikan oleh Komnas Plasma Nutfah kepada
pemerintah juga harus memperhatikan lingkungan strategis, yaitu (a) kesepakatan
global, (b) kebijaksanaan pembangunan nasional, dan (c) IPTEK. Peran Komnas
Plasma Nutfah bersifat memberi saran tentang arah pemanfaatan dan pelestarian
plasma nutfah (directing), agar lembaga penelitian dan institusi lainnya dapat
memfasilitasi (facilitating). Sehingga peneliti/pemulia dapat melakukan kegiatan
(executing) dengan mudah dan benar. Oleh karena itu Komnas Plasma Nutfah
bukan sebagai pelaksana kegiatan pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah itu
sendiri.
Visi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik
Berfungsi dan berperan aktif, serta meningkatkan plasma nutfah Indonesia
sebagai modal andalan dalam pembangunan nasional yang harus dikelola dengan
baik, sehingga terjamin kelestariannya dan dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan, serta memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat.
Misi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik
1.

2.

Memasyarakatkan mekanisme pengelolaan plasma nutfah dan


memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pelestarian dan
pemanfaatan plasma nutfah secara berkelanjutan.
Merumuskan program nasional pengelolaan plasma nutfah, termasuk
koordinasi, pengarahan, pemantauan

PROGRAM KERJA DAN KEPENGURUSAN KNSDG


Ruang lingkup kegiatan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik meliputi:
1.
Mengikuti perkembangan program perplasma nutfahan secara nasional (baik
koleksi, kelembagaan, tenaga kerja, pendanaan, pelestarian dan
pemanfaatannya) dalam kaitannya dengan perkembangan dunia
internasional.
2.
Menyediakan bahan untuk penyusunan formulasi garis kebijakan
perplasmanutfahan nasional.
3.
Menyusun strategi nasional dalam mencadangkan, mengevaluasi,
memanfaatkan, dan melestarikan plasma nutfah Indonesia pada khususnya
dan komoditas ekonomi lainnya pada umumnya.
4.
Menentukan prioritas komoditas yang akan ditangani perplasmanutfahannya
berdasarkan ancaman erosi genetiknya, nilai potensinya serta
kepentingannya dalam diversifikasi pangan, khususnya dalam pengarahan
penelitian pemanfaatannya untuk pemuliaan.

5.
6.

Menyusun system perplasmanutfahan nasional


Mengkoordinasi semua kegiatan yang bertalian dengan keseluruhan aspek
penanganan plasma nutfah secara nasional.
7.
Memantau pemanfaatan dan pelestarian plasma nutfah yang disimpan atau
dikelola berbagai lembaga pemerintah ataupun lembaga swadaya
masyarakat.
8.
Mengidentifikasi ketersediaan tenaga kerja berkualitas yang dibutuhkan dan
macam pelatihan serta pendidikan yang diperlukan, serta mencarikan jalan
tepat untuk memenuhi kekurangan tersebut.
9.
Secara teratur mengadakan pertemuan teknis untuk lebih meluaskan
keterlibatan kalangan ilmiah dalam mencapai sasaran kegiatan
perplasmanutfahan nasional, khususnya dalam pengupayaan pembinaan
tanga-tangan Komnas Plasma Nutfah di daerah.
10. Meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang makna arti kepentingan
plasma nutfah bagi pembangunan nasional untuk menggalang partisipasi
aktif mereka dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan plasma nutfah
dengan jalan memperbanyak ceramah.
11. Publikasi Buletin Plasma Nutfah (ilmiah), Warta Plasma Nutfah Indonesia,
leaflet, tulisan teknis popular, serta penyebarluasan bentuk informasi lain
melalui media masa dan elektronik.
Mengkoordinasi kerja sama regional dan internasional yang berkaitan
dengan perplasmanutfahan untuk memajukan kepentingan nasional.
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pelestarian dan pemanfaatan plasma
nutfah.
Plasma nutfah dan keanekaragaman hayati tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Masing-masing daerah memiliki jenis-jenis yang khas, yang sering
berbeda dengan jenis di daerah lain. Jenis-jenis plasma nutfah dan
keanekaragaman hayati itu hendaknya diketahui keberadaannya dan difahami
manfaatnya bagi masyarakat serta bagi pembangunan daerah. Untuk itu maka
diperlukan adanya upaya-upaya pelestarian disamping pemanfaatannya. Upaya ini
harus dilakukan oleh segenap unsur masyarakat maupun pejabat pemerintah.
Untuk itu maka pemahaman terhadap pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah
dan keanekaragaman hayati harus dimiliki oleh semua unsur yang berkepentingan.
Hal ini dapat dilakukan melalui program penyadaran terhadap masyarakat dan
aparat pemerintah. Untuk implementasinya dilakukan sbb:
1.
Studium Generale di Perguruan Tinggi
2.
Sarasehan Pemasyarakatan Plasma Nutfah Pertanian
3.
Pelatihan Metoda Pengelolaan Plasma Nutfah.
Publikasi dan deseminasi kegiatan pelestarian dan pemanfaatan plasma
nutfah melalui media cetak dan elektronik.
Kegiatan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik dapat diketahui oleh
masyarakat luas, bila dapat diterbitkan dalam suatu publikasi yang terbit secara
berkala, berkualitas dan didistribusikan secara meluas. Selain itu publikasi yang
diterbitkan Komnas Plasma Nutfah diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
keperluan saat ini atau masa mendatang, serta merupakan salah satu bentuk
dokumentasi hidup. Kegiatan publikasi ini meliputi Buletin Plasma Nutfah yang
bersifat ilmiah, dan berkualitas, Warta Plasma Nutfah Indonesia yang bersifat
informatif populer. Prosiding atau edisi khusus dan Laporan Tahunan.

Kerjasama Nasional dan Internasional


Nasional
Untuk pengelolaan plasma nutfah secara nasional diperlukan kebijakan yang
menyeluruh dan terpadu antara sektor-sektor pertanian, kehutanan dalam negeri,
serta sektor terkait lainnya seperti KLH, Depdiknas, dll.
Internasional
Pengelolaan plasma nutfah secara umum telah sejalan dengan tujuan dan
prinsip dasar yang digunakan FAO dengan sistem globalnya, maupun konvensi
keanekaragaman hayati (CBD). Dalam era globalisasi, sistem konservasi plasma
nutfah untuk kepentingan nasional harus selaras dengan sistem untuk kepentingan
internasional. Persyaratan yang diwajibkan bagi pemerintah negara lain untuk
melakukan kerjasama penelitian plasma nutfah, merupakan suatu kondisi yang
dapat mendorong peningkatan kerjasama internasional.
Di samping itu Komnas Sumber Daya Genetik dalam pelaksanaana kerjanya
sering berhubungan dan menjalin kerjasama antara lain dengan IPGRI
(International Plant Genetic Resources Institute), terutama dengan IPGRI-APO
(Asia the Pacific and Oceania), RECSEA PGR (Regional Cooperation in South
East Asia on Plant Genetic Resources), INIBAP (International Network for the
Improvement of Banana and Plantain) dan COGENT (International Coconut
Genetic Resources Network).
Kepengurusan dalam KNSDG.
Pengarah
Ketua

Wakil Ketua :
Sekretaris

Anggota

:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kepala Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian,


Departemen Pertanian.
Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Departemen Pertanian;
Kepala Biro Hukum dan Humas, Departemen Pertanian;
Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, Departemen Pertanian
Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Departemen
Pertanian;
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian;
Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia;
Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Tanaman Pangan;

11. Direktur Perbenihan dan Sarana, Direktorat Jenderal Bina


Produksi Tanaman Hortikultura;
12. Direktur Perbenihan dan Sarana, Direktorat Jenderal Bina
Produksi Tanaman Perkebunan;
13. Direktur Perbibitan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan;
14. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan;
15. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati; Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Departemen Kehutanan;
16. Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
17. Kepala Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia;
18. Asisten Deputi Urusan Keanekaragaman Hayati, Kementerian
Lingkungan Hidup;
19. Kepala Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan
dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan;
20. Dr. Anida Haryatmo, Direktur Program Hibah Yayasan
KEHATI;
21. Dr. Soenartono Adisoemarto, Yayasan Naturindo.
Pengarah Komisi Nasional Sumber Daya Genetik, mempunyai tugas:
1.
Memberikan arahan kepada Pelaksana Harian Komisi Nasional Sumber
Daya Genetik;
2.
Melakukan evaluasi hasil kegiatan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik;
3.
Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam
penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan lainnya tentang sumber
daya genetik bagi pembangunan pertanian nasional.
Pelaksana Harian
Ketua

Sekretaris

Anggota

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi


dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
: Dr. Muhamad Herman, Ahli Peneliti Madya pada Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian.
1.
: Dr. Sugiono Moeljopawiro, Ahli Peneliti Madya pada Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian;
2. Dr. Ida Hanarida, Ahli Peneliti Utama pada Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian;
3. Ir. Bambang Setiadi, MS, Ahli Peneliti Utama pada Balai
Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan;
4. Dr. Machmud Thohari, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor;
5. Dr. Firdaus Kasim, Ahli Peneliti Utama pada Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan;
6. Dr. Hardiyanto, Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura;
7. Prof. Dr. Subandriyo, Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan;
8. Prof. Dr. Maharani Hasanah, Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan;
9. Dr. Sri Sulandari, Peneliti pada Pusat Penelitian Biologi, LIPI;
10. Dr. Sriani Sujiprihati, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor;
11. Endah Tri Kurniawaty, S.Hut.M.E, Kasubid Konservasi Sumber
Daya Genetik, Kementerian Lingkungan Hidup;
12. Dr. Rudhy Gustiano, Departemen Kelautan dan Perikanan;
13. Ir. Endro Subiandono,MSc, Peneliti pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen
Kehutanan;
14. Drs. Herry Djoko Susilo, MSc., Kasubdit Konservasi Jenis dan
Genetik, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati,
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,
Departemen Kehutanan.
Pelaksana Harian Komisi Nasional Sumber Daya Genetik, mempunyai tugas:
1.
Menyiapkan bahan saran dan pertimbangan untuk disampaikan kepada
Pengarah sebagai bahan pengambilan keputusan bagi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian serta Menteri perihal sumber daya genetik;
2.
Menjalin kerja sama dan melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait
dalam bidang penelitian dan pengembangan, kebijakan, dan pengaturan
pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik secara berkelanjutan;
3.
Melaksanakan penyadaran publik tentang pentingnya pelestarian dan
pemanfaatan sumber daya genetik;
4.
Melakukan analisis perkembangan pelestarian dan pemanfaatan sumber
daya genetik;
5.
Melaporkan pelaksanaan kegiatannya kepada Pengarah Komisi Nasional
Sumber Daya Genetik.

Anda mungkin juga menyukai