Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
kebutuhan riil obat pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan
pada penggunaan obat tahun sebelumnya. Direncanakan berdasarkan pengeluaran
barang pada periode sebelumnya. Jadi, kita harus memantau obat apa yang paling
banyak dikeluarkan pada priode sebelumnya. Sehingga kita perlu mengelompokkan
barang menjadi 2 yaitu barang yang fast moving dan slow moving. Metode ini banyak
digunakan di Apotek. Metode konsumsi digunakan untuk: Obat atau alkes yang sudah
mempunyai data konsumsi yang mantap, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per
kasus penyakit.
Kelebihan:
1) Tidak perlu data epidemologi dan standard pengobatan.
2) Bila data konsumsi lengkap dan pola preskripsi tak berubah, pola perskripsi relatif
konstan maka kelebihan stock sangat kecil.
3)
Mudah.
4)
Sederhana.
5) Dapat diandalkan bila data konsumsi dicatat dengan baik.
Kekurangan:
1) Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan
preskripsi.
2) Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stock obat lebih dari 3 bulan, obat
berlebih, atau adanya kehilangan.
3) Tak perlu catatan pola penyakit yang baik.
4)
Data konsumsi harus akurat.
5) Penggunaan obat yang berlebih dapat terjadi.
6)
Obat macet.
Metode morbiditas/ epidemiologi
Metode morbiditas yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. perencanaan
didasarkan pada penyebaran penyakit, wabah, atau penyakit yang paling banyak di
daerah itu. Bisa juga kita mencari informasi di daerah tersebut mengenai 10 jenis
penyakit tertinggi yang sering diderita masyarakat sekitar. Dasarnya adalah jumlah
kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yaitu
didasarkan pada penyakit yang ada atau yang paling sering muncul dimasyarakat.
Metode ini paling banyak digunakan di rumah sakit.
Metode epidemiologi bertujuan untuk:
1) Mengetahui kebutuhan perbekalan kesehatan suatu populasi masyarakat tertentu
(obat program KB, obat program imunisasi).
2) Memperkirakan kebutuhan obat atas dasar data epidemiologi.
Metode epidemiologi digunakan untuk:
1) Perencanaan kebutuhan obat yang mana kasus penyakit cenderung naik atau turun.
2) Perencanaan kebutuhan penyakit tertentu, terutama penyakit yang perlu
menggunakan obat mahal (obat kanker, albumin, anastesi inhalasi).
3) Program pengembangan pelayanan kesehatan RS/apotek yang baru.
4) Penyediaan obat floor stock di ruang rawat inap atau ruang tindakan medic (jika di
RS).
Kelebihan:
1) Mendorong pencatatan epidemioligi yang baik, pemantapan standar terapi.
2) Perkiraan kebutuhan mendekati kebenaran.
3) Dapat digunakan pada program baru.
Kekurangan:
1) Rumit.
2) Lama.
3) Harus dilaksanakan oleh tenaga profesional.
4) Butuh waktu lama.
5) Data penyakit sulit di peroleh dengan pasti mungkin karena tak melapor/ diagnosis
tak ditulis dengan lengkap, atau penyakit tidak terdaftar dalam daftar penyakit.
6) Pola penyakit dan pola preskripsi tidak selalu sama.
7) Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil.
8) Variasi obat terlalu luas.
Metode gabungan (kombinasi)
Direncanakan berdasarkan barang yang banyak dikeluarkan dan epidemiologi
penyakit pada periode saat itu. Misalnya pada bulan puasa banyak yang
mencari/menggunakan obat maagh, maka kita sediakan obat maagh yang banyak
untuk saat itu. Metode ini untuk menutupi kelemahan kedua metode diatas. Metode
kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah mempunyai
data konsumsi yang mantap namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau
turun). Metode kombinasi digunakan untuk mengikuti perkembangan perubahan pola
penyakit dan perubahan-perubahan terkait dan secara terus menerus melakukan
analisis data. Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan koreksi epidemiologi
yang sudah dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau
analisa trend). Koreksi tersebut dapat berupa penambahan bila kasus epidemiologi
naik, berupa pengurangan bila kasus epidemiologi turun.
Metode kombinasi digunakan untuk:
a. Untuk obat dan alkes yang terkadang fluktuatif maka dapat menggunakan metode
konsumsi dengan koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan,
perubahan pola peresepan, perubahan kebijakan pelayanan kesehatan.
b. Farmasis harus mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit, dan perubahanperubahan terkait dan secara terus menerus melakukan analisa data.
c. Harus disertai kesepakatan penatalaksanaan terapi/tindakan Antara pihak SMF,
Farmasi, pihak manajemen RS.
d. Farmasi perlu sering berkomunikasi dengan pihak terkait dan memonitor jumlah
tindakan/kunjungan dan persediaan obat.
3. Metode Procurement (pengadaan)
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan
dan disetujui, dapat melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan.
Diharapkan memperoleh pembekalan yang efisien (tak terjadi stock out). Pengadaan
obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
slow moving.
Cara pembayaran kepada PBF:
Adapun metode-metode pembelian obat di apotek diantaranya:
a. Kredit , yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh tempo/tenggang waktu (21-45
hari) yang biasanya dilakukan 21 hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk
PBF dari luar kota) setelah barang datang, biasanya tidak ada diskon, mungkin ada
diskon pada pabrik tertentu tergantung kebijakan pabrik.
b. COD ( Cash On Delivery ) , yaitu pembayaran secara langsung cash ketika barang
dating/diterima. Biasanya dilakukan pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia
Farma/psikotropik ataupun pembelian obat-obatan dengan tunai/yang memberikan
bonus (spekulasi). Biasanya ada diskon 1-1,5% disamping diskon cash 5%.
c. Cash/ tunai , pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo maksimal 2 minggu,
biasanya ada diskon (missal 5%).
d. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan
setelah barang sudah laku di jual di apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual.
PBF menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru
kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati maka barang dapat dikembalikan.
COD (Cash On Delivery) dapat dilakukan:
COD ( Cash On Delivery) harus dilakukan yaitu untuk barang barang narkotik dari
PBF kimia farma. Ketika barang datang, pembabayaran tunai langsung dilakukan.
a. Pembelian obat narkotika dari PBF
Kimia Farma (wajib/mutlak COD),
psikotropika (terkait peraturan
perundang-undangan).
b. Jika metode pembeliannya dengan
pembayaran tunai misalnya spekulasi
untuk mengejar bonus atau diskon.
Kepanjangan NAPZA adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif.
. Tujuh kriteria WHO dalam seleksi:
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada kriteria
berikut:
a. Relevan dengan prevalensi penyakit/ berdasarkan pola penyakit dan prevalensi
penyakit (10 penyakit terbesar).
b. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil
farmakokinetik yang baik dan diproduksi oleh industri lokal (local manufacture) .
c. Efektif (efficacy) dan aman (safety) berdasarkan bukti latar belakang penggunaan
obat.
d. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk
manfaat secara financial (memenuhi kriteria cost-benefit ratio terhadap biaya
pengobatan total).
21:
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian selanjutnya disingkat
STRTTK adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Menteri kepada
Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah diregistrasi.
d.
Kapan digunakan SIPA, dan SIK:
1) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat
22:
Surat Izin Praktik Apoteker
selanjutnya disingkat SIPA adalah
surat izin yang diberikan kepada
Apoteker untuk dapat melaksanakan
Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek,
Puskesmas atau Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. (Apoteker bekerja
dipelayanan).
Dan pada pasal 52:
SIPA bagi Apoteker yang melakukan
Pekerjaan Kefarmasian sebagai
Apoteker pendamping.
2) Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 1 ayat
23:
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat
SIK adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian untuk dapat
melaksanakan Pekerjaan
Kefarmasian pada fasilitas produksi
dan fasilitas distribusi atau
penyaluran. (Apoteker bekerja di
PBF dan industri).
Dan pada pasal 52:
SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas
Kefarmasian.
e. Pekerjaan Kefarmasian meliputi 4
aspek yaitu:
Berdasarkan PP 51/2009 Pasal 5:
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
meliputi:
Pajak penghasilan PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29 adalah:
PPH pasal 4 ayat 2 adalah pajak atas dasar penyewaan gedung.
PPH pasal 4 ayat 2 = Biaya sewa gedung x 10%
PPH pasal 21 adalah pengenaan pajak pribadi/perorangan atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan diluar usaha yang dimiliki. Mengatur pajak pribadi atau
perorangan. PPh pasal 21 mengatur pajak pribadi atau perorangan. Besarnya pajak ini
adalah Penghasilan Netto dikurangi PTKP. Pajak dikenakan pada karyawan tetap yang
penghasilannya telah melebihi PTKP. Penggunaaan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan berupa gaji, upah, dan honorarium. Besarnya PPh pasal
21 adalah berdasarkan penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Pajak yang ditanggung oleh pemerintah sebesar 5%, dikurangi dengan PTKP.
Penghasilan yang lebih besar dari Rp2.000.000 tidak ditanggung oleh pemerintah.
Pajak ini dikenakan pada karyawan tetap yang telah melebihi PTKP dan dibayarkan.
Berdasarkan PerMenKes RI. No. 564/KMK.03/2004 tanggal 29 November 2004
besarnya PTKP ditunjukkan pada table 1.
Jenis PTKP Setahun Sebulan
Untuk diri
pegawai
Rp.
13.200.000,00
Rp.
1.100.000,00
Tambahan
untuk
pegawai yang
kawin
Rp.
1.200.000,00 Rp.
100.000,00
Tambahan
untuk setiap
anggota
keluarga
yang sedarah,
paling banyak
3 orang
Rp.
1.200.000,00 Rp.
100.000,00
Langkah perhitungan:
1) NETTO
Penghasilan Bruto (Gaji+Tunjangan) Biaya jabatan 5% (dipotong max 500.000) =
Netto