Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN


PENGUKURAN JALAN SIMPANG PEMDA

Oleh:
TPJJ_3A
KELOMPOK B
AGUSTINA SLOW D. MANURUNG

MARIA F.Y SIANTURI

AMOS CANDELA PURBA

NIFATI K. ZAI

ARIEF ASZHARI

PAGIT JUNI SARTIKA

ARIF TAMARO SILALAHI

PROMO PRADITA KABAN

DARWIN TURNIP

REZEKI FAJRI

JONATHAN TJ HUTAJULU

RONI BOY SIMANJUNTAK

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,rahmad dan
hidayahNya penulis mampu menyelesaikan LAPORAN GEOMETRI JALAN RAYA ini.
Laporan ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
dan diharapkan dapat berguna bagi yang membutuhkannya. Penulis telah menumpahkan
segenap fikirannya untuk menyelesaikan laporan ini.Laporan ini dibuat sesuai dengan apa
yang telah dilaksanakan selama dibengkel.
Penulis sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan ini,oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu,dan pembaca.Kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa-masa
mendatang.
Semoga LAPORAN GEOMETRI JALAN RAYAini dapat berguna bagi pembaca
dan semua orang.Atas perhatian dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Medan, November 2014


Penyusun,

DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................................3
BAB I Pendahuluan....................................................................................................4
I.1.Latar Belakang.......................................................................................... 4
I.2. Rumusan Masalah.....................................................................................5
I.3. Tujuan........................................................................................................5
BAB II Tinjauan Pustaka...........................................................................................6
II.1. Defenisi Jalan...........................................................................................6
II.2.Klasifikasi Jalan.......................................................................................6
II.3.Bagian-Bagian Jalan................................................................................12
II.4.Arah ........................................................................................................13
BAB III Hasil dan Pembahasan..................................................................................14
III.1Tampak Atas...........................................................................................14
III.2 Potongan Melintang..............................................................................15
BAB IV Kesimpulan dan Saran................................................................................16
IV.1.Kesimpulan ..........................................................................................16
IV.2. Saran .....................................................................................................16
Lampiran Foto............................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan
bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk
menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian
rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada
lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini adalah
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan
memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pengguna jalan.
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada perencanaan bentuk fisik jalan raya. Perencanaan geometrik baru dikenal di Indonesia
sekitar pertengahan tahun 1960 kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak
tahun 1980. Dalam buku ini diuraikan perencanaan geometrik jalan khususnya untuk Jalan
Baru Antar Kota (rural road) sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota (Dirjen Bina Marga, 1997). Untuk hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari
Dirjen Bina Marga, digunakan ketentuan AAHSTO dan lainnya.
Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu
memberikan pelayanan kepada pergerakan arus lalu lintas (kendaraan) secara optimum.
Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan design infrastruktur jalan
raya yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas dan memaksimumkan ratio tingkat
pengunaan/ biaya pelaksanaan.
4

Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, dan ukuran kendaraan, sifat
pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal hal
tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan
ukuran jalan, serta gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang
diharapkan.

1.2

Rumusan Masalah

Kecelakaan bisa diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Geometrik bisa
menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Sejauh mana pengaruh keadaan geometrik
jalan

terhadap terjadinya kecelakaan, maka untuk kepentingan penanggulangannya

diperlukan adanya suatu pola yang dapat menggambarkan karakteristik suatu jalan raya.
Didalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1.

Pengertian Geometrik jalan

2.

Bagian- bagian jalan

3.

Potongan melintang jalan.

1.3

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1.

Mampu mengenali bagian bagian jalan.

2.

Mampu menggambar keadaan jalan tersebut dengan ukuran yang sebenarnya.

3.

Mengetahui langkah-langkah dalam pengukuran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Jalan
Jalan adalah

prasarana

transportasi

darat

yang

meliputi

segala

bagian

jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang

berada

pada

permukaan tanah,

di

atas

permukaan

tanah,

di

bawah

permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
2.2. Klasifikasi Jalan
Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu: klasifikasi menurut
fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi menurut medan jalan dan klasifikasi
menurut wewenang pembinaan jalan (Bina Marga 1997).
2.2.1. Klasifikasi menurut fungsi jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:
1) Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak
jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.3. Bagian - Bagian Jalan
1. Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan bermotor
(beroda empat atau lebih) dalam satu jurusan.

Lebar jalur

lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur serta bahu jalan.

lebar jalur minimum adalah 4,5 m, memungkinkan 2 kendaraan dengan lebar


maksimum 2,1 m saling berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5 m yang
terjadi sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.

2. Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor
beroda empat atau lebih, dalam satu jurusan.
Apabila lajur dibatasi oleh marka garis terputus, maka lebar lajur diukur dari sisi
dalam garis tengah marka garis tepi jalan sampai dengan garis tengah marka garis
pembagi arah pada jalan 2-lajur-2-arah atau sampai dengan garis tengah garis
pembagi lajur pada berlajur lebih dari satu.
Apabila lajur dibatasi oleh marka garis membujur utuh, maka lebar lajur diukur dari
masing-masing tepi sebelah dalam marka membujur garis utuh.
Jumlah lajur ditetapkan berdasar tingkat kinerja ruas jalan yang direncanakan (v-c
ratio, MKJI 1997)

3. Bahu Jalan
Bahu jalan (Shoulder) adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas.
Sedangkan jika dilihat dari letak bahu terhadap arah arus lalu lintas, maka bahu jalan dapat
dibedakan menjadi :
1. Bahu kiri / bahu luar (left shoulder / outer shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi
sebelah kiri dari jalur lalu lintas.
2. Bahu kanan / bahu dalam (right shoulder / inner shoulder), adalah bahu yang terletak
di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
a.Sebagai lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau untuk tempat parkir
kendaraan;
b.Sebagai ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
c.Sebagai penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
d.Untuk kelancaran drainase, maka pada bahu jalan diberi kemiringan melintang normal
sebesar 3 5 %.
e.kemiringan melintang bahu jalan harus lebih besar dari kemiringan melintang lajur
kendaran.
7

f.ketinggian permukaan bahu jalan harus menerus dengan permukaan perkerasan jalan.
g.Pendekat daerah dari lengan persimpangan jalan untuk kendaraan mengantri sebelum
keluar melewati garis-henti.(Jika gerakan belok kiri atau belok kanan dipisahkan dengan
pulau lalu lintas, sebuah lengan persimpangan jalan dapat mempunyai dua pendekat atau
lebih).

4. Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang digunakan
khusus untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar harus

dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kerb.
Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya di daerah luar kota bila lalu lintas dan tingkat
kepadatan penduduk rendah. Dalam situasi demikian sebagian lebar bahu jalan dapat
menggantikan trotoar. Jika volume lalu lintas atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi, maka

harus dipakai bahu jalan yang lebih lebar.


Di daerah perkotaan yang memiliki banyak gedung komersial, banyak pejalan kaki dan
lalulintas yang padat, dibutuhkan suatu trotoar yang ditinggikan. Lebar trotoar tergantung
kepada kondisi setempat dan sebaiknya 3,0 meter.

5. Saluran samping
Saluran samping terutama berguna untuk :
a. Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.
b. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu dalam keadaan kering tidak terendam air.
c. Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium, atau persegi panjang. Untuk daerah
perkotaan dengan terbatasnya tanah yang ada saluran samping dibuat empat persegi panjang
dari beton bertulang dan ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedalaman
karena tanah yang tersedia biasanya masih longgar, saluran samping umumnya berbentuk
trapesium. Dinding saluran bisa dibuat dari tanah asli atau pasangan batu kali. Lebar dasar
disesuaikan dengan debit air yang akan mengalir pada saluran tersebut.
d. Landai dasar saluran biasanya dibuat mengikuti kelandaian jalan, tetapi jika kelandaian
jalan cukup besar dan dasar saluran hanya dibuat dari tanah asli maka landai dasar saluran
tidak dibuat mengikuti landai jalan tetapi bertingkat. Hal ini dilakukan untuk menghindari
gerusan air kedasar saluran.
6. Median jalan

Median jalan adalah suatu pemisah fisik jalur lalu lintas yang berfungsi
untuk menghilangkan konflik lalu lintas dari arah yang berlawanan,
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan keselamatan lalu lintas.

Berbagai bentuk median digunakan seperti:

Jalur hijau yang mempunyai lebar antara 2 sampai 20 meter atau lebih sepanjang
ruangnya tersedia.

Pulau jalan yang dilengkapi dengan kerb

Beton pemisah.

Keselamatan
Dengan median jumlah kecelakaan lalu lintas menurun secara signifikan, dan dapat
diturunkan lagi dengan langkah sebagai berikut:

Bila lebar median cukup dapat menanam tanaman semak-semak yang bisa meredam
kecepatan kendaraan yang lepas kendali serta mengurangi silau cahaya lampu pada malam
hari yang datang dari depan.

Penambahan kerb pada jalan dalam kota untuk mengendalikan kendaraan yang lepas
kendali.

Penghalang silau cahaya lampu pada malam hari

Beton pemisah yang tinggi untuk membatasi kendaraan yang lepas kendali masuk ke
jalur lawan.

2.4. Marka jalan


9

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan
yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis
serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan
membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Pengelompokan marka

Marka membujur
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka membujur yang
dihubungkan

dengan

garis

melintang

yang

dipergunakan

untuk

membatasi

ruang parkirpada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka jalan membujur.

Marka putus-putus

Marka utuh

Marka putus-putus menjelang Marka utuh

Marka putus-putus dan utuh

Marka melintang
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada garis henti
di Zebra cross atau di persimpangan

10

Garis henti

Marka serong

Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam
pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan suatu daerah
permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan.

Marka cevron
Marka lambang
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan,
perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan
oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya.

11

Marka panah

Marka tulisan
Bahan marka jalan

Marka non-mekanik
Marka jalan merupakan campuran antara bahan pengikat, pewarna, dan bola kaca kecil yang
berfungsi untuk memantulkan cahaya/sinar lampu agar marka dapat terlihat dengan jelas pada
malam hari. Bahan dapat dikelompokkan atas :
1.

Cat, biasanya merupakan marka jalan yang dapat dengan cepat hilang, sehingga hanya
baik digunakan pada bagian jalan yang jarang dilewati oleh kendaraan.

2.

Termoplastic, adalah bahan yang digunakan pada arus lalu lintas yang tinggi,
penerapannya dilakukan dengan pemanasan material marka jalan kemudian dihamparkan
dijalan dengan menggunakan alat.

12

3.

Cold-plastic, seperti termoplastik digunakan pada jalan dengan arus yang tinggi,
menggunakan resin dan pengeras yang dicampurkan sebelum penghamparan dijalan dengan
menggunakan alat khusus untuk itu.

Marka mekanik
Marka mekanik adalah paku jalan yang biasanya dilengkapi dengan reflektor. Marka jenis ini
ditanam/dipaku ke permukaan jalan melengkapi marka non mekanik.

2.5. Arah
Jalan Melati Raya, Jalan Setia Budi, dan Jalan Flamboyan merupakan Jalan 2 jalur 4 lajur
2 arah

1
.

13

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Gambar 1.2 Tampak Atas simpang pemda

trotoar

Bahu jalan

Saluran samping dibawah

Gambar 1.3 potongan melintang simpang pemda

15

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Pengukuran dilakukan langsung di lapangan agar diperoleh perencanaan yang optimal.


Mengamati lokasi pengukuran yang akan dilakukan
Membawa perlengkapan yang dibutuhkan
Data pengukuran diupayakan sedetail mungkin.

16

DAFTAR PUSTAKA
1.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar
Kota No 038/T/BM/1997.

2.

Sukirman, S., (1994), Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.

3.

Fachrurrozy.(2001), Keselamatan Lalu Lintas ( Traffic Safety ), Universitas Gadjah


Mada,Yogyakarta.

4.

Hamirhan Saodang ., (2004), Geometrik Jalan, Nova, Bandung.

5.

Shirley L. Hendarsin, 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik Negeri


Bandung, Bandung

17

LAMPIRAN FOTO

18

19

20

21

22

23

Anda mungkin juga menyukai