Anda di halaman 1dari 8

1.

Memahami dan menjelaskan asa dan basa


1.1Definisi
Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hydrogen yang
mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H
bebas dan ion.
Basa adalah bahna yang dapat berikatan dengan H bebas dan menarik ion
tersebut dan larutan
1.2Klasifikasi
Berdasarkan kekuatannya:
a. Asam kuat
Adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutkan
dalam air dan menghasilkan jumlah ion sekamsimal mungkin
b. Basa kuat
Adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutka dalam
air dan bereaksi dengan asam.
c. Asam lemah
Senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam air
d. Basa lemah
Senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam air dan
kurang bereaksi dengan asam.
1.3Kadar normal
2. Memahami dan menjelaskan keseimbangan asam dan basa
2.1komponen keseimbangan asam dan basa
berdasarkan brosted lowry
asam lemah: asam carbonat
asam kuat :HCl
basa lemah: NH2OH
basa kuat: NaOH

Asam volatile: karbondioksida


Asam non volatile: H2SO4, H3PO4
Asam organic: asam asetat, asam format, asam laktat
2.2pengaturan keseimbangan asam dan basa
a. system buffer
system buffer disebut juga sebagai system penahan atau system
penyangga karena dapat menahan perubahn pH. System buffer ini
merupakan larutan yang mengandung asam basa dan konjugasinya.
Fungsi utamanya adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan
oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler.
Di dalam tubuh ada beberapa sisitem buffer, yaitu:
system buffer hemoglobin
merupakan buffer intraselular yang bekerja di dalam sel darah
merah . hemoglobin ndapat berfungsi sebagai buffer karena
mengandung residu histidin, yaitu asam amino yang dapat
berikatan secara reversible dengan ion hydrogen, menghasilkan

Hb bentuk berproton dan tidak berproton. Pada sel drah merah,


hemoglobin dapat meningkatkan karbon dioksida dan
mengubahnya menjadi asam karbonat karena di dalam
sitiplasma terkandung anhydrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena co2 berdifusi cepat
melintasi membrane sel drah merah tampa memerlukan
meknisme trnsportasi aktif membrane sel. Kemampuan
melakukan pengaturan ini dikenal dengan sebagai system buffer
hemoglobin. Buffer utama cairan ekstrasel adalah bikarbonat
dan hemoglobin. Hemoglobin
penting sebagai pengangkut
oksigen ke jaringan, pengangkut co2 dan sebagai system buffer
yang kuat. Hemoglobin sebagi buffer cukup efektif karena di
dalam molekulnya terdapat eberapa kelompok buffer dengan
pKa 6.5-7.8. kolompok imidzol pKa sekitar 6, merupakan buffer
utama hemoglobin. Fosfat dan Hb penting karena pKa dekat
dengan kiosaran normal.
system buffer protein
system buffer protein berfungsi mengatur pH cairan
ekstraseluler dan interstitial. Protein sebagai buffer berinteraksi
secara ekstensif denagn system buffer lainnya. Tersusun oleh
asam amino yang bersifat amfoter yaitu asam, amino akan
bersifat sebagai kation pada suasana asam dan bersifat anion
pada suasana basa.
system buffer fosfat
system buffer fosfat berperan penting pada pengaturan pH
cairan interstitium dan urin.bentuk asam lemah dari buffer fosfat
ini adalah dihidrogenfosfat dan monohidrogenfosfat.
b. system respiratorik
mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan
ekskresi Co2 penghasil H yang diatur oleh konsentrasi H arteri.
Pengaturan pernafasan gterjhadap keseimbangan asam basa
merupakan tipe system penyangga fisiologis . seluruh tenaga
penyangga system pernafasan adalah 1 atau 2 kali lebih besar
daripada penyangga kimia
c. system metabolic
ginjal dapat mengubah-ubah pengeluaran H dan dapat menahan atau
mengeliminasi HCO3. Ginjal mampu mengembalikan pH hampir tepat
ke normal namun membutuhkan waktu yang lebih lama,
3. Memahami dan menjelaskan keseimbangan asam basa
3.1Definisi
Adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion H yang diproduksi setara
dengan konsentrasi ion h yang dikeluarkan oleh sel. Keseimbangan asam
basa adalah keseimbangan ion h. pada proses kehidupan keseimbangan
asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah

begitu pula pada tingkat konsentrasi ion h atau ion oh yang sanhgat
tendah.
3.2Klasifikasi
a. Asidosis metabolic
Asisdosis metabolic ditandai dengan turunnya ion HCO3 diikiuti dengan
penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri.
b. Alkalosis metabolic
Alkalosisi metabolic merupakan suatu proses terjadinya peningkatan
primer bikarbonat dalam arteri.
c. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi apabila terdapat gangguan ventilasi
alveolar yang mengganggu eliminasi CO2 sehingga akhirnya terjadi
peningkatan PaCO2 (hiperkapnia).
d. Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik tyerjadi hiperventilasi alveolar sehingga terjadi
penurunan PaCO2 yang dapat menyebabkan peningkatan pH.
3.3etiologi
a. asidosis metabolic
pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh, ion
hydrogen di bebaskan oleh system buffer asam basa karbonat
bikarbonat sehingga terjadi penurunan pH.
Berkurangnya kadar ion HCO3 di dalam tubuh
Adanya retensi ion H dalam tubuh
b. alkalosis metabolic
terbuangnya ion H melalui saluran cerna atau melalui ginjal dan
berpindahnya (shift) ion H+ masuk ke dalam sel.
Terbuangnaya caoran bebeas bikarbonat dari dalam tubuh
Pemberian bikarbonat berlebih.
c. asidosis respiratorik
inhibisi pusat pernapasan
obat yang mendepresi pusat pernapasan : sedative,
anastetikum
cevtral sleep apnea
kelebihan o2 pada hiperkapnia atau hiperpoksemia klinik
penyakit neuromoskular
neuralogis: pliomielitis, sindrom guilain barre
moskular: hyperkalemia, mnoscular distrophy
obstruksi jalan napas
asma bronkial
penyakit oaru obstruktif kronik
spasme laring
aspirasi
obstructive sleep apnea
kelainan restriktif
penyakit pleura : efusi pleura, empyema, pneumatoraks,
fibrotoraks

kelainan dinding dada : kifoskoliosis, obesutas


kelainan retriktif paru: fibrosis pilmoner, pneumonia,
edema peru
mechanical underventiulation
overfeeding
d. alkalosis respiratorik
3.4kompensasi
3.5manifestasi klinik
a. alkalosis:
nafas dangkal atau pelan
mual / muntah
stupor/ koma
parastesi atau nyeri kepala
b. asidosis:
apatis
gelisah
mual
koma
hiperventilasi dan hiperpnu (kussmaull brething)
bibir kering
nafas barbau aseton
3.6penatalaksanaan
a. asidosis metabolic
bikarbonat diperlukan pada kasus asidosis metabolic denagn
kemampuan melakukan kompensasi yang menurun misalnya pada
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) denagn keterbatasan melakukan
eliminasi CO2. Pada kasus ini sejumlah kecil bikarbonat diperlukan
untukmencegah terjadinya gagal nafas dan mengurangi kebutuhan
intubasi serta penggunaan ventilator mekanik.
Indikasikotreksi asidosis metabolic perlu diketahui denagn baik agar
koreksi dapt dilakukan dengan tepat tanpa menimbulkan hal hal
yangmembahyakan pasien.
b. alkalosis metabolik
bila penyebabnya hypokalemia, lakukan koreksi kalium plasma. Bila
penyebabnya hipokloremia , lakukan koreksi klorida dengan penberian
NaCl isotonic. Bila penyebabnya adalah penberian bikarbonat netlebih,
maka hentikan pemberian bikarbonat. Pada keadaan fungsi ginjal yang
menurun atau edema akibatr gagl jantung , kor pulmnonal atau sirosis
hati, koreksi denagn NaCl isotonik tidak dapat dilakukan karena
dikhawatirkan dapat terjadi retensi natrium disertai kelebihan cairan.
Pada keadaan ini dapat diberikan antagonis enzim anhydrase krbonat
sehingga rebsorbsi bikarbonat terhambat. Asetazolamid merupakan
sutu penghambat anhydrase karbonat yang sangat efektif mengatasi
alkalosis metabolik. Dosis tunggal 500mg dianjurkan untuk mengatasi

kondisi alkalosis metabulik. Onset of action dicapai dalam waktu 1.5


jam dengan lama kerja berkisar 24 jam. Dosis ini bias di ulang jika
diperlukan. Nila dengan antagonis enzim anhydrase karbonat tidak
berhasil, dapatr diberikan HCl dalam larutan isotonic selama 8-24 jam ,
ayau larutan ammonium klorida, atau larutan arginine hidroklorida.
c. asidosis respiratorik
menagtasi penaykit dasarnya dan bial tedapat hipoksemia harus
dibrikan terapi oksugen. Asidosis respiratorik dengan hipoksemia berat
memerlukan vdentilasi mekanik baik invasive maupun noninvasive.
Pemberia oksigen pada pasien dengan retensi Co2 kronik dan hipoksia
harus berhati hati karena pemberian oksigen dengan FiO2 yang tinggi
dapat mengakibatkan penurunan minute volum dan semakin
meningkat
Pco2. Pasien dengan retensi Co2 kronik umumnya
beradaptasi denagn hioetkapnia krnik dan stimulus pernafasannya
adalah hipoksemia sehingga pemberian oksigen harus di lakukan
secara hati-hati dan ditujukan dengan target kadar PaO2 >50% mmHg
denagn Fi O2 yang rendah. Pada pasien asidosis repiratprik kronik
penurunan PCO2 harus berhati-hati untuk menghinmdari alkalosis
mengingat umumnya sudah ada kopmpensasi ginjal. Pada asidosis
repiraytorik yang terjadi bersamaan dengan alkalosis metabolic primer,
tetelaksana ditujukan terutama unyuk klaoinan primernya.
d. alkalosis respiratorik
tatalaksana alkalosis respiratorik ditujukan terhadap kelainan
primernya. Alkalosis yang disebabakan oleh hipoksemia di atasi
dengan memberikan terpi oksigen . alkalosis respiratorik yang
disebabkan oleh serangan panic diatasi denagn menenangkan pasien
atau memberikan pernafasan menggunakan system air rebreathing.
Overventilasi pada pasien dengan ventilasi mekanik diatasi dengan
menguramgi minute ventilation atau denagnb menambahkan dead
space. Alkalosis respiratorik yang disebabkan hipoksemia diterapi
dengan oksegen dan memperbaiki penyebab gangguan pertukaran
gas. Koreksi alkalosis respiratorik denagn menggunakan rebreathing
mask harus berhati-hati terutama pada pasien dengan kelinan susunan
saraf pusat, untuk menghindari ketidakseimbangan pH cairan
serebrospinal dan pH perifer.
3.7pemeriksaan penunjang
4. Memahami dan menjelaskan analisa gas darah
4.1Definisi
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut
dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil

berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat


menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
4.2Komponen
pH
: 7, 35-7, 45
mmol/L
PCO2
mEq/L

: 35-45 mmHg

PO2
: 80-100 mmHg
atau lebih
HCO3

TCO2

BE

saturasi O2

: 23-27

:02

: 95 %

: 22-26 mEq/L

4.3tujuan
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
4.4cara kerja
PROSEDUR PENGAMBILAN GAS DARAH ARTERI
A. Alat
- Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml
- Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi)
- Jarum nomor 22 atau 25
- Penutup udara dari karet
- Kapas alcohol
- Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik)
- Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi:
a. Nama, tanggal dan waktu
b. Apakah menerima O2 dan bila ya berapa banyak dan dengan rute apa
f. Suhu
B. Tekhnik

Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat


digunakan
Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allens.
Secara terus menerus bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan
putih kemudian pucat. Lepaskan aliran arteri ulnaris. Tes allens positif bila
tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini meyakinkan aliran
arteri bila aliran arteri radialis tidal paten
Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar
a. Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan
biasanya menggunakan gulungan handuk untuk melakukan ini
b. Untuk pungsi arteri brakialis, siku dihiperekstensikan setelah
Meletakkan handuk di bawah siku
1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah
dengan heparin, dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan
tak ada gelembung udara
Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari
tengah dan jari telunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan.
Bersihkan tempat tersebut dengan kapas alcohol
Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai
pulsasi penuh. Ini akan paling mudah dengan memasukkan jarum dan
spuit kurang lebih 45-90 derajat terhadap kulit
Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan
jarum ditarik perlahan darah akan masuk ke spuit
Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya
pemompaan darah kedalam spuit dengan kekuatannya sendiri
Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit ini
kadang-kadang diperlukan pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga
tak mungkin darah tersebut positif dari arteri.Hasil gas darah tidak
memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari arteri atau dari
vena
Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain
menekan area yang di pungsi selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk
pasien yang mendapat antikoagulan)
Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan
tempatkan penutup udara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan
untuk mencampurkan heparin
Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian
dibawa kelaboratorium

Anda mungkin juga menyukai