TINJAUAN PUSTAKA
4. Vapors: uap
c. Bentuk gas (Wudianto, 2001).
2.3.
gejala lainnya tidak terlihat sampai beberapa jam, beberapa hari, bahkan sampai 2
tahun atau lebih (Soemirat, 2003).
Tanda-tanda keracunan insektisida adalah sebagai berikut :
a. Bagian kepala
b. Bagian hidung
c. Bagian dada
d. Bagian kaki
e. Bagian perut
f. Bagian kulit
Ada beberapa bukti untuk menyatakan bahwa material ini dapat menyebabkan
iritasi mata dan kerusakan pada beberapa individu. Kontak mata secara
langsung bisa menghasilkan air mata, pelipatan pada kelopak mata, kontraksi
atau pengucupan anak mata, kehilangan fokus, pengaburan penglihatan, dilasi
atau pembesaran anak mata.
3. Melalui Kulit
Kontak antara kulit dengan material mungkin berbahaya, efek sistemik dapat
terjadi bila material terserap. Bahan ini dianggap bersifat mengiritasi terhadap
kulit. Rasa tidak nyaman dapat dihasilkan akibat pemaparan dalam waktu
yang lama. Pemakaian insektisida yang baik seharusnya menggunakan sarung
tangan untuk meminimalkan paparan terhadap kulit. Efek beracun bisa terjadi
sebagai akibat penyerapan oleh kulit. Bagian yang terkena mungkin
menyebabkan keluarnya keringat dan kekejangan otot.
4. Masuk melalui Hidung (inhalasi)
Material ini dianggap tidak menghasilkan iritasi pada pernapasan. Meskipun
demikian penghirupan debu, atau uap terutama untuk periode yang cukup
lama, dapat menghasilkan gangguan saluran pernapasan. Keracunan inhibitor
kolinesterase menyebabkan gejala seperti gangguan pada dada dan sesak
nafas (Munaf, 1995).
2.5.
Keracunan ditandai dengan adanya iritasi dan kerusakan jaringan yang terkena
pada keracunan lokal, dan jaringan yang dilewatinya terutama jaringan paru pada
keracunan sistemik.
1. Saluran Pencernaan
Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, mual, muntah, nyeri abdomen,
diare
2. Mata
Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur, pupil dapat
menyempit atau melebar.
3. Kulit
Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada kulit.
4. Saluran Pernafasan
Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas berbunyi /wheezing
(Munaf, 1995).
2.5.2. Pertolongan Pertama keracunan
1. Apabila gejala keracunan mulai timbul dan gejala mulai dirasakan, segeralah
berhenti kontak dengan paparan insektisida dan segera pergi ke dokter untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
2. Bila insektisida tertelan dan penderita sadar : segera lakukan induksi muntah
yang dapat dilakukan dengan mengorek dinding belakang faring dengan jari
atau dengan larutan garam dapur 1 sendok makan penuh dalam 1 gelas air
hangat. Induksi muntah tidak boleh dikerjakan bila penderita tidak sadar,
karena bahaya terjadi aspirasi muntah ke paru-paru.
3. Bila terdapat henti napas, segera lakukan pernafasan buatan. Bersihkan mulut
penderita dari air ludah, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas.
Bila Insektisida tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
4. Bila larutan insektisida mengenai kulit, pakaian yang terkena segera
tanggalkan, dan kulit dicuci dengan sabun dan air yang banyak.
5. Bila larutan insektisida mengenai mata, segera cuci dengan banyak air selama
15 menit (Lubis, 2002).
2.5.3. Jenis dan Efek Samping Pemakaian Insektisida
a. Bakar : anti nyamuk bakar menghasilkan asap yang diyakini dapat mengusir
nyamuk, namun disisi lain asap tersebut juga dapat meningkatkan kejadian
ISPA, seperti batuk dan sesak pada anak.
b. Elektrik: elektrik memiliki efek yang hampir sama dengan antinyamuk bakar;
menghasilkan asap, hanya saja tidak terlihat.
c. Semprot: menghasilkan partikel aerosol yang bersifat sebagai racun kontak
bagi nyamuk.
d. Lotion: Lotion antinyamuk umumnya mengandung zat aktif Diethyltoluamide
(DEET), yang berefek mengiritasi kulit dan berbahaya bila mengenai selaput
lendir tubuh atau permukaan kulit yang terluka.
luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan dalam buku Notoatmodjo
membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah/kawasan). Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri komponen kognitif,
afektif, psikomotor. Dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya para ahli
pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain
tersebut yaitu:
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge).
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
c. Praktek atau tindakan yang diberikan yang dilakukan oleh peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuk suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai pada
domain kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
objek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek
terhadap objek yang diketahui itu.
Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya tersebut menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan
(action), sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam
kenyataannya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu
mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan
(practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap.
Menurut Ki Hajar Dewantoro tokoh pendidikan nasional kita dalam buku
Notoatmodjo (2003) ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi),
dan karsa (konasi). Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan sama-sama
secara seimbang, sehingga terbentuk manusia Indonesia yang seutuhnya (harmonis).
Dalam bidang kesehatan, menurutmodel Lawrence W. Green (1980) dalam
buku Nothoatmodjo (1993) terdapat dua faktor pokok yang berpengaruh, yakni faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes),
sedangkan perilaku itu sendiri, khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga
faktor, yakni:
a. Faktor-faktor predisposing, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai dari seseorang.
2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) apa yang telah diketahui dalam kamus bahasa
Indonesia di sebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat
atau sesudah menyaksikan, mengalami, atau setelah diajari.
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan dominan yang paling
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) dan pengetahuan
dapat diukur dengan wawancara, perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan
kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan yang didalamnya mencakup 6 (enam)
tingkatan (Nothoatmodjo, 1993).
1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang ytelah dipelajari
sebelumnya
2. Memahami (Comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar objek yang diketahui
2.6.3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan adalah gerakan/perbuatan dari tubuh
setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar
tubuh atau lingkugan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak
dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu
sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai
pihak. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap dan tindakan juga terdiri dari
berbagai tingkatan yaitu:
1. Persepsi (perception) diartian mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
2. Respon terpimpin (guide response) diartikan sebagai suatu urutan yang bena
sesuai dengan contoh
3. Mekanisme (mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara optimis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan
4. Adaptasi (adaptation) suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
keberadaan tindakan tersebut
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 1993).
2.7.
Karakteristik Ibu
a. Umur
Seorang wanita akan mengakhiri remajanya pada umur 19 tahun. Ini artinya
dia akan menginjak dewasa dan secara biologi adalah masa yang produktif. Masa
produktif seorang wanita adalah sampai 45 tahun (Zulkifli, 1992).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah di peroleh ditandai dengan
adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
dilalui (Notoadmojo, 1993).
Pendidikan adalah pendidikan yang diperoleh oleh seseorang pada periode
waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk
menyerenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai dengan adanya ijazah setelah
selesai pendidikan (Deliarno, 1995).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden (Ibu rumah tangga).
d. Penghasilan
Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dalam keluarga.
Penghasilan dapat berarti juga jumlah uang yang didapat oleh seseorang dari hasil
kerjanya setiap bulan (Notoadmojo, 1993).
Penghasilan dapat juga berarti pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota
masyarakat selama satu periode tertentu dalam suatu negara tertentu tidak peduli
apakah itu memberikan kontribusi kerja atau tidak. Tingkat penghasilan adalah
penghasilan perorangan/rumah tangga setelah dikurangkan pajak penghasilan dan
merupakan penghasilan yang siap untuk dibelanjakan guna keperluan konsumsi yang
diakui responden (Deliarno, 1995). Upah Minimim Kabupaten (UMK) Deli Serdang
Tahun 2009 adalah Rp 980.000,- (UMK Deli Serdang, 2009).
2.8.
Kerangka Konsep
Karakteristik
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Lama Memakai
Insektisida
Keluhan Kesehatan
Pengetahuan,
Sikap,dan Tindakan
Ibu Rumah Tangga
tentang penggunaan
dan bahaya
insektisida
2.9.
Hipotesis Data
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian
sebagai berikut:
2. Ha: ada hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, tindakan tentang
penggunaan dan bahaya insektisida pada rumah tangga dengan keluhan
kesehatan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang.
3. Ho: Tidak ada hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, tindakan tentang
penggunaan dan bahaya insektisida pada rumah tangga dengan keluhan
kesehatan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang.