Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Insektisida


Menurut Soemirat (2003), insektisida berasal dari bahasa latin insectum yang
mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang ada pada
tubuh serangga. Insektisida pada umumnya dapat menimbulkan efek terhadap sistem
syaraf. Secara umum pengertian insektisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang
dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai vector
yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia
(Munaf, 1995).
2.2. Klasifikasi Insektisida
2.2.1. Insektisida dapat diklasifikasikan berdasarkan rumus kimia :
1. Organoklorin, golongan ini terdiri atas ikatan karbon, klorin, dan hidrogen,
Insektisida ini sedikit digunakan di negara berkembang karena secara kimia
bahwa insektisida organoklor adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki
sifat yang tahan atau persisten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan
memiliki kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan
terdegradasi yang lambat. Contoh dari kelompok ini adalah DDT dan lindan.
2. Organofosfat, golongan ini terdiri dari ikatan karbon dan fosfatida
organofosfat sering disebut insektisida antikolinesterase karena mempunyai
efek yang sama dalam sistem syaraf (perifer dan pusat).

Universitas Sumatera Utara

3. Karbamat, keterangan sama dengan organofosfat, tapi keduanya mempunyai


ikatan dan struktur kimia yang berbeda.
4. Piretroid
a. Piretroid Alam
Piretrum adalah insektisida alami, yang merupakan ekstrak dari bunga
Chrysantemum, Phyretrum cinerariaefollium (Dalmantian insect flower).
Insektisida ini sudah lama dikenal dan sangat efektif.
b. Piretroid Sintetik
Sintetis ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang didasarkan
pada struktur dan gejala keracunan. Yang pertama adalah tipe Alletrin,
Tetrometrin, dan Phenotrin dimana efek yang dihasilkan meyerupai efek
DDT. Tipe yang kedua adalah semua ester mengandung sianida, seperti
Fenvolerat, Deltametrin, dan Cifenometrin (Soemirat, 2003).
2.2.2. Berdasarkan bentuk fisiknya (Wudianto, 2001)
Bentuk fisik insektisida dapat di bagi sebagai berikut:
a. Bentuk padat
1. Dust (debu),
2. Bail,
3. Seed dressing.
b. Bentuk cair
1. Solution: larutan
2. Suspention: suspensi
3. Emultion: emulsi

Universitas Sumatera Utara

4. Vapors: uap
c. Bentuk gas (Wudianto, 2001).
2.3.

Penggunaan Insektisida dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

2.3.1. Penggunaan Insektisida


Cara penggunaan insektisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting
yang menentukan keberhasilan pengendalian vektor. Walaupun jenis obatnya baik,
namun karena penggunaannya tidak betul, maka menyebabkan sia-sianya penggunaan
insektisida.
Hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan insektisida adalah
ketepatan penggunaan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan sia-sianya
penggunaan insektisida dan merusak lingkungan. Sedangkan dosis yang terlalu
rendah akan menyebabkan vektor sasaran tidak mati sehingga mendorong timbulnya
resistensi (Ware, 1982).
Menurut Munaf (1995) untuk menggunakan insektisida ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :
1. Sebelum menggunakannya bacalah label yang ada dikemasan. Jaga label
jangan sampai rusak karena didalamnya terdapat informasi mengenai cara
menggunakannya, penyimpanan, bahayanya dan pertolongan pertama jika
terjadi keracunan serta informasi lainnya.
2. Insektisida hendaklah disimpan dengan aman (di tempat yang tidak terjangkau
oleh anak-anak seperti dilemari yang terkunci atau tempat yang agak tinggi)
sebelum dan setelah digunakan.

Universitas Sumatera Utara

3. Jangan menyimpan dekat dengan bahan-bahan makanan dan minuman.


Kontaminasi bahan kimia sering terjadi karena kelalaian, seperti meletakkan
insektisida dengan bahan makanan dan juga langsung mengkonsumsi
makanan tanpa cuci tangan terlebih dahulu setelah kontak dengan insektisida.
Insektisida yang terdapat dalam bahan makanan dengan kadar yang berlebih
akan bersifat toksik bagi manusia.
4. Simpan dalam wadah aslinya dan jangan di pindahkan ke dalam wadah lain
terutama ke dalam wadah bekas makanan/minuman. Pastikan kemasan
insektisida tertutup rapat dan disimpan tegak berdiri. Periksa secara berkala
apakah ada retak, bocor, dan noda.
5. Gunakan insektisida dalam bentuk semprotan kurang lebih 1 jam sebelum
tidur. Sebelum menggunakannya pastikan anak-anak tidak berada disekitar
ruangan yang akan disemprot dan semua alat mainan disimpan ke tempat lain.
6. Pastikan obat nyamuk bakar digunakan dengan aman dan jauhkan dari bahan
yang mudah terbakar.
7. Gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker.
8. Jangan semprotkan insektisida ke atas kasur atau tidur diatas kasur yang
sudah disemprot.
9. Buanglah kemasan insektisida yang sudah tidak dipakai secara aman.
2.3.2. Pengaruh Insektisida Terhadap Kesehatan
Seorang yang terpapar insektisida dapat memperlihatkan lebih dari satu gejala
penyakit. Beberapa gejala timbul langsung setelah seseorang terpapar, sementara

Universitas Sumatera Utara

gejala lainnya tidak terlihat sampai beberapa jam, beberapa hari, bahkan sampai 2
tahun atau lebih (Soemirat, 2003).
Tanda-tanda keracunan insektisida adalah sebagai berikut :
a. Bagian kepala

: sakit kepala, masalah penglihatan,

b. Bagian hidung

: ingusan, mengeluarkan liur,

c. Bagian dada

: sulit bernapas, batuk,

d. Bagian kaki

: kejang otot atau sakit, kedutan,

e. Bagian perut

: sakit, diare, mual, dan muntah,

f. Bagian kulit

: gatal, ruam, bengkak, memerah, melepuh, terbakar.

Sementara, dampak akibat paparan insektisida jangka panjang adalah penyakit


kanker, gangguan fungsi sistem reproduksi, fungsi hati rusak, fungsi otak menurun.
Sakit kepala, masalah penglihatan, kejang otot, kedutan, kulit gatal, kulit
ruam, kulit bengkak, kulit memerah, kulit melepuh, kulit terbakar merupakan dampak
dari golongan organoklorin, sedangkan ingusan, mengeluarkan liur, sulit bernafas,
batuk, diare, mual, dan muntah merupakan dampak dari golongan organoposfat.
2.4.

Cara Masuk ke dalam Tubuh


1. Masuk melalui Mulut (oral)
Efek beracun dapat diakibatkan oleh ketidaksengajaan menelan material ini,
eksperimen proses pencernaan dapat menghasilkan mual, muntah, kehilangan
selera makan, kram abdominal, dan diare.
2. Masuk melalui mata

Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa bukti untuk menyatakan bahwa material ini dapat menyebabkan
iritasi mata dan kerusakan pada beberapa individu. Kontak mata secara
langsung bisa menghasilkan air mata, pelipatan pada kelopak mata, kontraksi
atau pengucupan anak mata, kehilangan fokus, pengaburan penglihatan, dilasi
atau pembesaran anak mata.
3. Melalui Kulit
Kontak antara kulit dengan material mungkin berbahaya, efek sistemik dapat
terjadi bila material terserap. Bahan ini dianggap bersifat mengiritasi terhadap
kulit. Rasa tidak nyaman dapat dihasilkan akibat pemaparan dalam waktu
yang lama. Pemakaian insektisida yang baik seharusnya menggunakan sarung
tangan untuk meminimalkan paparan terhadap kulit. Efek beracun bisa terjadi
sebagai akibat penyerapan oleh kulit. Bagian yang terkena mungkin
menyebabkan keluarnya keringat dan kekejangan otot.
4. Masuk melalui Hidung (inhalasi)
Material ini dianggap tidak menghasilkan iritasi pada pernapasan. Meskipun
demikian penghirupan debu, atau uap terutama untuk periode yang cukup
lama, dapat menghasilkan gangguan saluran pernapasan. Keracunan inhibitor
kolinesterase menyebabkan gejala seperti gangguan pada dada dan sesak
nafas (Munaf, 1995).

2.5.

Gejala dan Pertolongan Pertama Keracunan

2.5.1. Gejala Keracunan

Universitas Sumatera Utara

Keracunan ditandai dengan adanya iritasi dan kerusakan jaringan yang terkena
pada keracunan lokal, dan jaringan yang dilewatinya terutama jaringan paru pada
keracunan sistemik.

1. Saluran Pencernaan
Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, mual, muntah, nyeri abdomen,
diare
2. Mata
Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur, pupil dapat
menyempit atau melebar.
3. Kulit
Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada kulit.
4. Saluran Pernafasan
Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas berbunyi /wheezing
(Munaf, 1995).
2.5.2. Pertolongan Pertama keracunan
1. Apabila gejala keracunan mulai timbul dan gejala mulai dirasakan, segeralah
berhenti kontak dengan paparan insektisida dan segera pergi ke dokter untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
2. Bila insektisida tertelan dan penderita sadar : segera lakukan induksi muntah
yang dapat dilakukan dengan mengorek dinding belakang faring dengan jari
atau dengan larutan garam dapur 1 sendok makan penuh dalam 1 gelas air

Universitas Sumatera Utara

hangat. Induksi muntah tidak boleh dikerjakan bila penderita tidak sadar,
karena bahaya terjadi aspirasi muntah ke paru-paru.
3. Bila terdapat henti napas, segera lakukan pernafasan buatan. Bersihkan mulut
penderita dari air ludah, lendir atau makanan yang menyumbat jalan nafas.
Bila Insektisida tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
4. Bila larutan insektisida mengenai kulit, pakaian yang terkena segera
tanggalkan, dan kulit dicuci dengan sabun dan air yang banyak.
5. Bila larutan insektisida mengenai mata, segera cuci dengan banyak air selama
15 menit (Lubis, 2002).
2.5.3. Jenis dan Efek Samping Pemakaian Insektisida
a. Bakar : anti nyamuk bakar menghasilkan asap yang diyakini dapat mengusir
nyamuk, namun disisi lain asap tersebut juga dapat meningkatkan kejadian
ISPA, seperti batuk dan sesak pada anak.
b. Elektrik: elektrik memiliki efek yang hampir sama dengan antinyamuk bakar;
menghasilkan asap, hanya saja tidak terlihat.
c. Semprot: menghasilkan partikel aerosol yang bersifat sebagai racun kontak
bagi nyamuk.
d. Lotion: Lotion antinyamuk umumnya mengandung zat aktif Diethyltoluamide
(DEET), yang berefek mengiritasi kulit dan berbahaya bila mengenai selaput
lendir tubuh atau permukaan kulit yang terluka.

Universitas Sumatera Utara

Prinsipnya semua insektisida memang mengandung zat kimia yang dapat


menjadi racun sehingga diharapkan digunakan seminimal mungkin sesuai kebutuhan
(Donatus, 2001)

2.5.4. Dampak Insektisida di Lingkungan


Lingkungan paling banyak yang mengalami dampak insektisida adalah udara.
Hal ini karena jenis insektisida yang digunakan seperti bakar, semprot, dan elektrik
menghasilkan zat kimia yang disumbangkan ke udara, sehingga mutu dari udara itu
menjadi turun. (Soemirat, 2003)
2.6.

Tinjauan Tentang Pengetahuan, Sikap dan Tindakan


Perilaku manusia sangatlah kompleks dan memilki ruang lingkup yang sangat

luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan dalam buku Notoatmodjo
membagi perilaku itu dalam tiga domain (ranah/kawasan). Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri komponen kognitif,
afektif, psikomotor. Dalam perkembangan-perkembangan selanjutnya para ahli
pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain
tersebut yaitu:
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge).
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
c. Praktek atau tindakan yang diberikan yang dilakukan oleh peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

Universitas Sumatera Utara

Terbentuk suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai pada
domain kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
objek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek
terhadap objek yang diketahui itu.
Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya tersebut menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan
(action), sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam
kenyataannya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu
mengetahui makna dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan
(practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap.
Menurut Ki Hajar Dewantoro tokoh pendidikan nasional kita dalam buku
Notoatmodjo (2003) ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi),
dan karsa (konasi). Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan sama-sama
secara seimbang, sehingga terbentuk manusia Indonesia yang seutuhnya (harmonis).
Dalam bidang kesehatan, menurutmodel Lawrence W. Green (1980) dalam
buku Nothoatmodjo (1993) terdapat dua faktor pokok yang berpengaruh, yakni faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor non perilaku (non behaviour causes),
sedangkan perilaku itu sendiri, khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga
faktor, yakni:
a. Faktor-faktor predisposing, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai dari seseorang.

Universitas Sumatera Utara

b. Faktor-faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau


tidaknya fasilitas-fasilitas kesehatan)
c. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan tindakan dari orang
tersebut

2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) apa yang telah diketahui dalam kamus bahasa
Indonesia di sebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat
atau sesudah menyaksikan, mengalami, atau setelah diajari.
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan merupakan dominan yang paling
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) dan pengetahuan
dapat diukur dengan wawancara, perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan
kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan yang didalamnya mencakup 6 (enam)
tingkatan (Nothoatmodjo, 1993).
1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang ytelah dipelajari
sebelumnya
2. Memahami (Comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar objek yang diketahui

Universitas Sumatera Utara

3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan


materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (Analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi
suatu objek terhadap komponen-komponennya
5. Sintesis (Syntesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
6. Evaluasi (Evaluation) hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatau materi atau objek
Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara yang menyatakan tentang isi
materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas
(Notoatmodjo, 1993).
2.6.2. Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993) sikap adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan lebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993) bahwa sikap
merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak sebagai objek di lingkungan tertentu

Universitas Sumatera Utara

sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Alport (1954) menjelaskan


bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok:
1. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek,
2. Kehidupan emosional untuk evaluasi terhadap objek,
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu
objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.6.3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan adalah gerakan/perbuatan dari tubuh
setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar
tubuh atau lingkugan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan, namun tidak
dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu
sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai

Universitas Sumatera Utara

pihak. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap dan tindakan juga terdiri dari
berbagai tingkatan yaitu:
1. Persepsi (perception) diartian mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
2. Respon terpimpin (guide response) diartikan sebagai suatu urutan yang bena
sesuai dengan contoh
3. Mekanisme (mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara optimis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan
4. Adaptasi (adaptation) suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi
keberadaan tindakan tersebut
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 1993).

2.7.

Karakteristik Ibu
a. Umur

Universitas Sumatera Utara

Seorang wanita akan mengakhiri remajanya pada umur 19 tahun. Ini artinya
dia akan menginjak dewasa dan secara biologi adalah masa yang produktif. Masa
produktif seorang wanita adalah sampai 45 tahun (Zulkifli, 1992).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah di peroleh ditandai dengan
adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
dilalui (Notoadmojo, 1993).
Pendidikan adalah pendidikan yang diperoleh oleh seseorang pada periode
waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk
menyerenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai dengan adanya ijazah setelah
selesai pendidikan (Deliarno, 1995).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sumber mata pencaharian responden (Ibu rumah tangga).
d. Penghasilan
Penghasilan adalah besarnya pendapatan yang diperoleh dalam keluarga.
Penghasilan dapat berarti juga jumlah uang yang didapat oleh seseorang dari hasil
kerjanya setiap bulan (Notoadmojo, 1993).
Penghasilan dapat juga berarti pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota
masyarakat selama satu periode tertentu dalam suatu negara tertentu tidak peduli

Universitas Sumatera Utara

apakah itu memberikan kontribusi kerja atau tidak. Tingkat penghasilan adalah
penghasilan perorangan/rumah tangga setelah dikurangkan pajak penghasilan dan
merupakan penghasilan yang siap untuk dibelanjakan guna keperluan konsumsi yang
diakui responden (Deliarno, 1995). Upah Minimim Kabupaten (UMK) Deli Serdang
Tahun 2009 adalah Rp 980.000,- (UMK Deli Serdang, 2009).
2.8.

Kerangka Konsep

Karakteristik
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Lama Memakai
Insektisida
Keluhan Kesehatan

Pengetahuan,
Sikap,dan Tindakan
Ibu Rumah Tangga
tentang penggunaan
dan bahaya
insektisida

Universitas Sumatera Utara

2.9.

Hipotesis Data
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian

sebagai berikut:
2. Ha: ada hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, tindakan tentang
penggunaan dan bahaya insektisida pada rumah tangga dengan keluhan
kesehatan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang.
3. Ho: Tidak ada hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap, tindakan tentang
penggunaan dan bahaya insektisida pada rumah tangga dengan keluhan
kesehatan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai