Sistem Reproduksi
Sistem Reproduksi
REPRODUKSI
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik
yang terjadi adalah : Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan
berangsurangsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
A.
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina
dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap ke ukuran sebelum hamil , 6 sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae
akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara
permanen. Mukosa tetap etrofik pada wanita menyusui sekurang kurangnya
sampai menstruasi dimulai kembali . Penebalan mukosa vagina terjadi seiring
pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah
pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina . kekeringan local dan rasa tidak
nyaman saat koitus ( dispereunia ) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal
dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas
larut saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Pada awalnya , introitus mengalami eritematosa dan edematosa , terutama pada
daerah episiotomi atau jahitan laserasi . Perbaikan yang cermat , pencegahan , atau
pengobatan dini hematoma dan hygiene yang baik selama dua minggu pertama
setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dengan
introitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya episiotomy hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring
dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang
baik diperlukan supaya episiotomy dapat terlihat jelas. Proses penyembuhan luka
episiotomy sama dengan luka operasi lain. Tanda tanda infeki ( nyeri , panas ,
merah , bengkak atau rabas ) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi.
Penyembuhan harus berlangsung dalam 2 sampai 3 minggu.
Hemoroid ( varises anus ) umumnya terlihat . Wanita sering mengalami gejala
terkait , seperti rasa gatal , tidak nyaman , dan perdarahan berwarna merah terang
pada waktu defecator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu
setelah bayi lahir.
B.
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan . Delapan belas jam pasca
partum , serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali
ke bentuk semula . Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa , tipis
dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan . Ektoserviks ( bagian
serviks yang menonjol ke vagina ) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil
kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks , yang berdilatasi
10 cm seewaktu melahirkan , menutup secara bertahap. 2 jari mungkin masih dapat
dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke 4 sampai ke-6 pasca partum,
tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke
2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum
melahirkan , tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah , sering disebut seperti
mulut ikan .Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan
mukosa.
C.
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur angsur menjadi kecil sampai akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada
table:
No
Waktu Involusi Tinggi Fundus UteriBerat Uterus
.
1)
1.
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
2.
Plasenta lahir
3.
1 Minggu
4.
2 Minggu
5.
6 Minggu
6.
8 Minggu
Pertengahan pusatsimfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup
besar. Untuk menyuplainya , arteri dan vena di dalam uterus , terutama plasenta ,
menjadi luar biasa membesar , begitu juga pembuluh darah ke, dan dari uterus . Di
dalam uterus , pembentukan pembuluh pembuluh darah baru juga menyebabkan
peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah pelahiran , kepiler pembuluh
darah ekstra uterin berkurang sampai mencapai atau paling tidak mendekati
keadaan sebelum hamil.
Involusi Uteri
Subinvolusi uterus
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, diduga
terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit
dan pembentukan bekuan. Hormon ang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat
dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu
hemostatis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin
(pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera stelah plasenta lahir.
Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
6)
Lokhia
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokia , mula - mula berwarna
merah , kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat . Rabas ini dapat
mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir , jumlah
cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar
selama menstruasi . Setelah waktu tersebut , aliran yang keluar harus semakin
berkurang.
Lokia rubra terutama mengandung darah. Aliran menyembur , menjadi merah muda
atau coklat setelah 3 sampai 4 hari ( lokia serosa ). Lokia serosa terdiri dari darah
lama ( old blood ) , serum , leukosit , dan debris jaringan . sekitar 10 hari setelah
bayi lahir , warna cairan ini menjadi kuning sampai putih ( lokia alba ). Lokia alba
mengandung leukosit , desidua , sel epitel , mucus , serum , dan bakteri. Lokia alba
bisa bertahan selama 2 sampai 6 minggu setelah bayi lahir.
Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi tampon perineum sulit
dilakukan. Jacobson (1985 ) menganjurkan suatu metode untuk memperkirakan
kehilangan darah pasca partum secara subyektif dengan mengkaji jumlah cairan
yang menodai tampon perineum . cara mengukur lokia yang obyektif ialah dengann
menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap
peningkatan berat sebesar 1 gram setara dengan 1 ml darah . seluruh perkiraan
cairan lokia tidak akurat bila factor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita
yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu 1 jam atau kurang
mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon setelah
8 jam.
Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin , tanpa memandang cara
pemberiannya , lokia yang mengalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang .
setelah operasi sesaria , jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan
lokia biasanya meningkat , jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah
berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang lama , wanita dapat
mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri , tetapi hal ini tidak sama dengan
perdarahan.
Lokia rubra yang menetap pada wal periode pascapartum menunjukkan perdarah
berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membrane yang tertinggal.
Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke 10 pasca partum menandakan
adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun ,
setelah 3 sampai 4 minggu , perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau sub
involusi . Lokia serosa atau lokia alba yang berlajut bisa menandakan endometritis ,
terutama jika disertai demam , rasa sakit , atau nyeri tekan pada abdomen yang
dihubungkan dengan pengeluaran cairan . Bau lokia menyerupai bau cairan
menstruasi , bau yang tidak sedap biasanya menandakan infeksi.
Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah
laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia.
8)
LOKIA
BUKAN LOKIA
Perdarahan uterus yang serius kadang terjadi 1 sampai 2 minggu pada masa
nifas .Perdarahan paling sering disebabkan involusi abnormal tempat melekatnya
plasenta , namun dapat pula disebabkan oleh retensi sebagian plasenta. Biasanya
bagian plasenta yang tertinggal mengalami nekrosis tanpa deposit fibrin, dan pada
akhirnya akan membentuk polip plasenta . Apabila serpihan polip terlepas dari
miometrium , perdarahan hebat dapat terjadi.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan rekan ( 1981 ) terhadap 3.822
wanita yang melahirkan dalam periode 1 tahun di Henry Ford Hospital , 27 wanita
( 0,7 persen ) mengalami perdarahan uterus yang signifikan setelah 24 jam
pertama postpartum . Pada 20 diantara 27 wanita tersebut , uterusnya dinyatakan
kosong berdasarkan pemeriksaan sonografik , dan yang penting , hanya satu wanita
yang mengalami retensi jaringan plasenta.
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa pada perdarahan uterus postpartum
awitan lambat , diperlukan tindakan kuretase yang sesuai . Meski demikian
,kuretase setelah perdarahan nifas awitan lambat biasanya tidak mampu
mengeluarkan jaringan plasenta dalam jumlah banyak, dan perdarahan justru
sering bertambah parah . Sehingga , alih alih mengurangi perdarahan , kuretase
lebih mungkin menyebabkan trauma pada lokasi implantasi dan menginduksi lebih
banyak perdarahan. Penatalaksanaan awal sebaiknya diarahkan untuk
mengendalikan perdarahan dengan menggunakan oksitosin , ergonovin ,
metilergonovin , atau prostaglandin intravena ( Adrinopoulus dan Mendenhall , 1983
) , terutama apabila terdapat alasan untuk mempertahankan uterus untuk
kehamilan berikutnya.Secara umum, kuretase dikerjakan hanya apabila terjadi
perdarahan yang menetap dalam jumlah cukup banyak atau berulang bahkan
setelah diberi penatalaksanaan awal.
10)
Regenerasi Endometrium
D.
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan
dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan penopang dasar
panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu
sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul
berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur
panggul. Struktur ini terdiri atas uterus , dinding vagina posterior atas , uretra ,
kandung kemih , dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita ,
tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul terlambat akibat
melahirkan.
2.
3. Pengosongan usus.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah
atau obat
yang lain.
3.
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Diuresis terjadi karena saluran
urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu
postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti,
dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistansi pada saat kalla II
persalinan dan pengeluara urin yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan
pada uretra disebabkan oleh adanya trauma pada saat persalinan berlangsung dan
trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam post partum.
4.
populasi orang dewasa, dengan hampir seperlima luas pelaporan nyeri, nyeri bahu
salah satu ketiga, dan sampai satu setengah melaporkan nyeri punggung rendah
dalam periode 1 bulan. Prevalensi nyeri bervariasi dalam sub kelompok populasi
tertentu, kelompok faktor (termasuk status sosial ekonomi, etnis dan ras) dan faktor
individu (merokok, diet, dan status psikologis) semua terkait dengan pelaporan
nyeri muskuloskeletal.
Nyeri panggul kronis pada wanita memiliki penyebab multifaktorial, tetapi disfungsi
muskuloskeletal panggul tidak secara rutin dievaluasi sebagai penyebab oleh
ginekolog.
Beberapa gejala musculoskeletal yang dapat terjadi pada periode pascapartum,
diantaranya adalah:
1.
Nyeri Punggung
Nyeri punggung adalah gejala pascapartum jangka panjang yang sering terjadi.
Mekanisme yang menghasilkan nyeri punggung yang dihipotesis oleh beberapa ahli
peneliti adalah ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi
pada saat persalinan. Nyeri punggung umumnya tidak berat.
2.
Sakit Kepala
Sakit pada leher dan nyeri pada bahu sakit kepala jangka pendek yang timbul
setelah persalinan terjadi selama minggu pertama pascapartum dan mengalami
migren dalam tiga bulan setelah melahirkan yang berlangsung selama enam
minggu. Sakit kepala pascapartum sangat menyakitkan, timbul beberapa kali dalam
satu minggu dan memengaruhi aktivitas.
Sakit kepala akibat fungsi postdural pada wanita yang mendapat anastesi epidural
atau spinal harus dimonitor. Sakit pada leher dan nyeri bahu jangka panjang telah
dilaporkan timbul setelah pemberian anastesi umum.
a.
Perubahan Perubahan Fisiologi yang terjadi pada Sistem Muskulus Skeletal
dan Sistem Syaraf pada Ibu Nifas
b.
Sakit Kepala
Rasionalnya karena akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus selama kehamilan. Saat kehamilan juga
terjadi peregangan dinding perut dan kehilangan tonus otot selama trimesteer 3,
otot rektus abdominis tekanannya rendah menyebabkan isi menonjol di garis
tengah tubuh, umbilikalis lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan tonus otot
kembali tetapi pemisahan otot rektus abdominis (diastasis rektiabdominis)
menetap. Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan
menjadi 2 cm sekitar selama 6-8 minggu.
Kebutuhannya antara lain:
Senam nifas
Fiksasi(memakai stagen)
Rasionalnya letaknya terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari
insertietua, kedua ligament ini melalui kanalis inguinalis ke bagian kranial labia
mayor. Terdiri dari jaringan otot polos (identik dengan miometrium) dan jaringan
ikat dan menahan uterus dalam antefleksi. Pada waktu kehamilan mengalami
hypertrophie, sehingga dapat diraba dengan pemeriksaan luar. Setelah lahir
ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus berangsur-angsur menciut kembali. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendur akibat letak uterus menjadi retrofleksi, yaitu pembengkokan organ
sehingga ujung atasnya berputar ke arah belakang. Masalahnya yang ditimbulkan :
perut menggantung.
2)
Hal ini terjadi karena jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang
saat ibu melahirkan.
Kebutuhannya ialah:
Latihan otot panggul dengan cara kontraksi otot dasar panggul seperti pada
saat mengeluarkan napas
3)
Sendi tulang pada pinggang menjadi lentur (batas normal 6-8 minggu)
Hal ini terjadi dikarenakan saat adanya lordosis yang berat pada saat hamil dan
fleksi anterior leher serta merosotnya lingkar bahu yang menyebabkan traksi pada
nervus ulnaris dan medianus.
Kebutuhannya ialah:
4)
Rongga panggul yang melebar selama kehamilan mulai berkurang
(normalnya 6-8 minggu)
Ini terjadi karena saat kehamilan mobilitas sendi sakro iliaka, sakro koksigis dan
sendi pubis bertambah karena jaringan ikat pada sendi panggulnya mulai melunak,
sehingga rongga panggul menjadi lebih lebar. Namun, saat persalinan dan sesudah
persalinan hormon estrogen dan progesteron dan relaksin menurun sehingga
menyebabkan pelebaran rongga panggul berkurang.
Kebutuhannya ialah:
Kegel exercise
5)
Bertambahnya tingkat mobilitas dan kelenturan sendi (normalnya 8 minggu)
ini terjadi pada 6-8 minggu pasca persalian.Hal ini terjadi karena perubahan hormon
estrogen, progesteron dan relaksin selama kehamilan sehingga mengurangi
kepadatan jaringan penghubung, kartilago, dan ligamen serta jumlah cairan
sinovial. Stabilisasi
Kebutuhannya ialah:
Kegel exercise
6)
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mengatur posisi sebaik mungkin saat
beraktifitas maupun saat istirahat.
Saat persalinan ibu mengambil posisi bersalin yang senyaman mungkin dan
mengedan dengan baik
Senam nifas
Latihan mengatur posisi tubuh agar kembali keposisi semula
5.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan
hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai
pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon
disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon misalnya
kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Organ utama dari sistem endokrin adalah :
1.
Hipotalamus
2.
Kelenjar hipofise
3.
Kelenjar tiroid
4.
Kelenjar paratiroid
5.
Pulau-pulau pankreas
6.
Kelenjar adrenal
7.
Skrotum
8.
Indung telur
3.
4.
5.
sedang
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi
hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang
bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf.
2.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior,
merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. Lobus
anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian
hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise
stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan
hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.
Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa, beberapa
diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan
pelepasan hormon hipofisa. Kelenjar hipofisa disebut kelenjar penguasa karena
hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya.
Beberapa hormon hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara
sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya.
Hipofisa mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui
mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah
memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat
pelepasan hormonnya.
Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa;
beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung,
terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah. Sel-sel penghasil insulin pada
pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid
memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat medulla adrenal (bagian dari
kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung dari sistem
saraf parasimpatis. Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip
hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin.
Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat
pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam
aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya
terutama terbatas pada sistem saraf.
HORMON
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon
merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang
berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat
dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh
yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam
sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau
merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara
keseluruhan. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan,
Anti peradangan
otot
tubuh.
sementum,
berikut :
a.
Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala
III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus
kembali kebentuk normal.
b.
Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah
permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel
ovulasi dan menstruasi.
c.
Hormon plasenta
e.
Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui
berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormone FSH terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui, di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Kadar prolaktin meningkat
secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap
meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan banyak
makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar
estrogen dan progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh
menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24
minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita
yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
6.
a)
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5C - 38C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,apabila dalam
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik
lagi karena ada pembentukan ASI. Buah dada menjadi bengkak,berwarna merah
karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium,mastitis,traktus urogenitalis atau system lain. Kita
anggap nifasterganggu kalau ada demam lebih dari 38C pada 2 hari berturut-turut
pada 10 hari yang pertama post partum,kecuali hari pertama dan suhu harus
diambil sekurang-kurangnya 4X sehari.
b)
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yng disebut
bradikardi nifas(puerperal bradycardia) hal ini terjadi segera setelah kelahiran an
biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini
bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak permenit. Sudah banyak
alas an-alasan yang diberikan sebagai kemungklinan penyebab,tetap[I belum
satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah astu alamat atau
indikasi adanya penyakit,akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
c)
Tekanan darah
Pernafasan
Pada persalinan per vaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran
bayi melalui sectin caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan
terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada section
caesaria haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative
akan bertambah,keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung menimbulkan
dekompensasi jantung pada penderita vitium cordial. Untuk keadaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umunya hal ini dapat terjaddi
pada hari ke-3 sampai hari ke-5 postpartum.
8.
PERUBAHAN HAEMOTOLOGI