Tujuan Kajian
Kajian ini mempunyai tujuan untuk :
1.
2.
3.
B. Ruang Lingkup
Peningkatan status Kota Batu menjadi daerah otonom memicu perkembangan
penduduk dan perubahan aktifitas sosial ekonomi, selain itu juga memicu meluasnya
pembangunan infrastruktur Kota Batu sebagai pendukung kegiatan ekonomi.
Akibatnya wilayah Kota Batu yang berfungsi sebagai penyangga utama Hulu Brantas
harus mengalami banyak kerusakan, bahkan banyak sumber mata air yang mati.
C. Latar Belakang
Sumber mata air di Kota Batu merupakan penyangga kehidupan 2/3 penduduk Jawa
Timur. Dalam jangka panjang, sumber daya air ini diperkirakan tidak mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ini akibat kerusakan lingkungan yang semakin parah dan diduga
akibat dari ulah para investor yang berinvestasi disektor perhotelan dan villa serta obyek
wisata lainnya yang kini mulai menjamur di Kota wisata tersebut.
Alih fungsi lahan pertanian menjadi perhotelan kian marak di Kota Batu. Pengalihan
lahan ini merusak kawasan resapan mata air. Jumlah sumber mata air di Kota Batu
awalnya mencapai lebih 111 titik sumber. Pada 2005, ditemukan 53 sumber mata air yang
mati. Sedangkan 58 sumber mata air lainya mengalami penurunan debit airnya.
Masyarakat Batu yang mayoritas petani takut akan berkurangnya debit air akibat
pembangunan secara besar-besaran tersebut. Hasil penelitian Walhi Jawa Timur
menyebutkan bahwa pembangunan besar-besaran di wilayah Batu dan sekitarnya dengan
tidak mengindahkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, telah menyebabkan
banyaknya sumber mata air rusak dan mati.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya, ditemukan bahwa
bangunan dengan fondasi lebih dari lima meter disekitar mata air akan merusak mata air.
Penghancuran terhadap hak rakyat atas air adalah bentuk pelanggaran terhadap hak
konstitusi warga dan hak asasi manusia. Maka hukum harus bertindak tegas, dan
ketegasan itu akan nampak dari keberanian untuk menghentikan pembangunan yang
: Batu
2. Provinsi
: Jawa Timur.
J. Peta Lokasi
K. Metodologi
1. Inventarisasi potensi mata air, meliputi kegiatan pemetaan, penyelidikan serta
pengumpulan data dan evaluasi potensi mata air yang mencakup : sebaran lokasi
mata air dan lapisan akifer, daerah resapan (recharge area) dan daerah
lepasan/pemanfaatan (discharge area), debit mata air dan kualitas air, debit penurapan
mata air dan jenis pemanfaatannya, serta data lain yang berkaitan dengan ekosistem
mata air.
2. Pendayagunaan Mata Air, perencanaan pemanfaatan mata air untuk memenuhi
kebutuhan tertentu harus dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan mata air
jangka panjang, debit mata air yang keluar secara alamiah, kemanfaatan untuk
masyarakat.
3. Perizinan, Pengawasan, dan Pemantauan.
Perizinan penurapan mata air selain sebagai perwujudan aspek legalitas, juga juga
dimaksudkan untuk mengendalikan pendayagunaan mata air dengan cara
mengikuti ketentuan-ketentuan teknis yang harus dipatuhi serta daya dukung
ketersediannya (debit mata air secara alami).
Kegiatan pengawasan yang perlu dilakukan meliputi pengawasan penataatan
terhadap ketentuan teknis yang tercantum dalam perizinan, pengawasan pentaatan
terhadap ketentuan dalam UKL dan UPL atau AMDAL, pengawasan terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan ekosistem mata air.
pemantauan dilakukan minimal dalam kurun waktu satu tahun, untuk memperoleh
data fluktuasi debit sepanjang tahun. Untuk selanjutnya pemantauan debit dan
kualitas air dapat dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau.
L. Penutup
Demikian studi revitalisasi sumber air sebagai bahan pertimbangan untuk menanggulangi
kerusakan sumber air yang terjadi. Kami berharap makalah ini dapat menjadi tinjauan
pustaka untuk melakukan studi tentang Pengolahan Sumber Daya Air.