Anda di halaman 1dari 11

MENGENAL DOKTRIN PEMIKIRAN DALAM ISLAM:

(KHAWRIJ DAN WAHABI) 1


Oleh: Azka Fuady Abdillah
Pendahuluan
Pergumulan pemikiran dalam diri manusia adalah sebuah keniscayaan. Demikian juga dalam agama
Islam, yang kemudian melahirkan perbedaan pandangan dalam memahami teks-teks sakral keagamaan (AlQurn dan Al-Hadts) untuk diterapkan dalam kehidupan dan masa di mana doktrin-doktrin pemikiran tsb.
lahir.
Khawrij dan Wahabi. Keduanya adalah bagian dari doktrin-doktrin pemikiran dalam masyarakat
muslim, yang lahir dan berkembang di masa dan masyarakatnya masing-masing ketika itu. Dan doktrindoktrin tsb. senantiasa bermetamorfosa, lalu bersenyawa, dan kemudian berkembang-biak di tengah
masyarakat muslim.
Sebagai seorang pelajar muslim, sudah semestinya kita mengenal doktrin-doktrin aliran pemikiran tsb.
Agar doktrin-doktrin pemikiran yang tidak sejalan dengan misi Islam yang rahmatan li-l-lmn dan
syubhat-syubhat yang terlahir darinya dapat dijawab dan ditanggulangi, sebelum mendarah-daging dalam
tubuh masyarakat Islam dan melahirkan perpecahan yang berkepanjangan.
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk mengulas Khawrij dan Wahabi dalam 3 aspek
pembahasan: (1) Sejarah kemunculan; (2) Prinsip-prinsip keyakinan; dan (3) Kelompok-kelompok di
dalamnya.
1) KHAWRIJ 2:
Khawrij

( ) bentuk jamak dari khrijy ( ) . Secara harfiah berarti orang yang

keluar.

Sebagaimana Ibnu Manr menyebutkan, bahwa (mereka disebut demikian) karena mereka telah keluar
dari kumpulan manusia, atau karena mereka adalah golongan yang mempunyai pendapat menyimpang
(dari mayoritas) 3. Al-Syahristny berpendapat, bahwa setiap orang yang memberontak kepada imam
yang hak yang telah disepakati oleh jamaah adalah seorang khrijy, baik pemberontakan
(pembangkangan) tsb. terjadi di masa para sahabat ra. kepada khulaf al-Rsyidn, atau di masa
setelahnya kepada tabin dan kepada para pemimpin di setiap masa 4.
Secara historis dan epistemologi Islam, Khawrij adalah sebutan bagi para pendukung sayyidina Ali
bin Abi Thalib ra. ketika terjadi konflik dengan sayyidina Muawiyah bin Abu Sofyan ra. pada perang
1

Makalah disampaikan pada "Seminar Sehari: Al-Azhar dan Moderasi Islam, kerjasama Majalah Hir Turki dan Ruwaq
Azhar Center, 25 Maret 2015.
2
Disarikan dari tulisan Prof. Dr. Abdul Fattah Ahmad al-Fawy, M.A [) ] ( dan tulisan Prof. Dr. Muh. s alHarry, M.A. [

] , Mausat al-Firaq wa al-Madhhib, dan Trkh al-Madhhib al-Islmiyah Muhammad Abu Zahrah,

dengan sedikit penambahan.


3
Ibnu Manr, Lisn al-Arab, kata (
4

), vol. 2, hal. 1126.

Al-Syahristny, al-Milal wa Al-Nihal, hal. 115.


(1)

iffn, dan mereka mendukung sayyidina Ali ra. untuk menerima tahkm (arbitrase), dan kemudian
mereka keluar dari barisan tsb. karena kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sesuai
dengan apa yang mereka inginkan.
Sejarah Kemunculan Khawrij
Embrio Khawrij terlahir dari peristiwa pembunuhan sayyidina Utsman bin Afwan ra. hingga
peristiwa perang iffn, dan beberapa peristiwa yang terjadi setelahnya, yang menjadikan mereka sebagai
kekuatan oposisi demonstratif tunggal bagi para pemimpin umat pada masa itu, mulai dari kekhilafahan
sayyidina Ali ra., kekhilafahan Umawiyah sampai Abbasiyah.
Untuk mengenal lebih dalam tentang Khawrij, ada lima peristiwa penting yang harus kita baca dan
dalami dari buku-buku sejarah Islam. Peristiwa-peristiwa penting tsb. adalah:
(1) Fitnah di masa khilafah sayyidina Utsman bin Afwan ra. (34 H),
(2) Pembunuhan sayyidina Utsman bin Afwan (35 H),
(3) Perang Jamal (36 H),
(4) Perang iffn (37 H),
(5) Peristiwa Tahkm (37 H),
Selain aspek sosio-historis dan geo-politik di masa tsb. yang mempengaruhi kelahiran Khawrij,
aspek sosio-kultural merupakan embrio Khawrij yang berkembang, kemudian dewasa, dan melahirkan
ideologi Khawrij. Yang nanti akan kita bahas dalam kisah perdebatan sayyidina Ibnu Abbas dengan
Khawrij.
Prinsip-prinsip Keyakinan Khawrij
Pada mulanya, Khawrij tidak mempunyai prinsip-prinsip dasar dalam keyakinan dan pemikirannya,
akan tetapi mereka hanya dikumpulkan oleh slogan-slogan, seperti Tidak ada hukum, kecuali milik
Allah (

) , mengkafirkan setiap orang yang berbeda pendapat dengan mereka, dan

menghalalkan untuk membunuh dan memeranginya.


Selanjutnya, dengan periodik dan bertahap berkembang dalam tubuh Khawrij prinsip-prinsip global
atas keyakinan dan pemikiran mereka, seperti immah, hak-hak ketaatan kepada seorang imam, dan
pengkafiran atas pelaku dosa besar.
(1) Pendapat Khawrij atas immah:
Demikian juga pendapat golongan ini tentang immah. Berbeda dengan Sunni dan Syiah, Khawrij
tidak mempunyai pandangan jelas dalam isu ini. Mereka tidak mempunyai kriteria paten yang harus
dipenuhi oleh seorang imam (pemimpin), akan tetapi mereka hanya perpegang teguh kepada slogan:
Tidak ada hukum, kecuali milik Allah (

) dan berkomitmen untuk memegang teguh slogan

tsb.

(2)

Dan kemudian sayyidi Ali bin Abu Thalib ra. menjawab mereka dengan petuahnya yang masyhur:
Kata hak (yang digunakan) untuk alasan yang batil (batil) 5.
Ketika kita menelaah sejarah Khawrij, kita akan menemukan bahwa dalam tubuh Khawrij sendiri
terdapat beberapa pendapat tentang isu immah; (1) Al-Harriyah: Tidak ada hukum, kecuali milik
Allah; (2) Al-Najdt: Masyarakat tidak membutuhkan imam (pemimpin), kecuali apabila mereka
sepakat untuk memilih imam, maka hukumnya boleh (jiz).
Akan tetapi, sejarah berkata lain, yaitu ketika mereka memisahkan diri dari barisan sayyidina Ali ra.
dan berkumpul di desa Harr 6, mereka mengangkat seorang imam sebagai imam mereka dalam salat,
dan seorang imam sebagai imam mereka dalam perang. Dan kemudian mereka mengangkat Abdullah
bin Wahb Al-Rsiby sebagai imam dan khalifah 7.
(2) Pengkafiran Khawrij atas pelaku dosa besar:
Ini adalah asas pokok ideologi Khawrij. Mereka berpendapat bahwa perbuatan dosa (maksiat)
menjadikan pelakunya seorang kafir yang keluar dari agama Islam. Pendapat mereka tsb. dilandaskan
pada melaksanakan perintah Allah swt. dan meninggalkan segala larangan-Nya. Jadi, barang siapa
yang meninggalkan perintah atau melaksanakan larangan, berarti ia telah kafir dan keluar dari agama
Islam.
Tidak hanya sebatas itu, mereka berkeyakinan bahwa salah dalam berpendapat adalah sebuah dosa.
Kemudian mereka menjadikan keyakinan ini sebagai landasan untuk keluar dan berlepas-diri ( ) dari
siapa pun yang berbuat kesalahan perbuatan atau pendapat -, dan kemudian mengkafirkan pelakunya
dan para pengikutnya. Dan barang siapa yang selamat menurut pandangan mereka dari kesalahan,
mereka akan mengikuti dan tunduk di bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu, mereka tunduk kepada
sayyidina Abu Bakr ra., sayyidina Umar ra., sayyidina Utsman ra. (2 tahun pertama masa
kepemimpinannya), sayyidina Ali ra. (sebelum tahkm). Bahkan, mereka mengkafirkan sayyidina
Utsman ra. dan sayyidina Ali ra. di akhir masa kekhilafahannya. Dan tidak luput dari pengkafiran mereka
sayyidina Thalhah ra., sayyidina Zubair ra., sayyidah Aisyah ra., sayyidina Abu Musa Al-Asyary ra.,
sayyidina Amru bin A ra., sayyidina Muawiyah ra., dan seluruh pejabat Daulah Umawiyah.
(3) Metode Khawrij dalam memahami Islam:
Dari kasus pengkafiran pelaku dosa besar di atas, kita dapat mengetahui, bahwa pemahaman Khawrij
didasarkan kepada ahir nas-nas Al-Quran dan pemahaman harfiah atas sebuah ayat, tanpa memahami
nas-nas tsb. secara utuh dan keseluruhan.
Berikut ini 2 contoh nas Al-Quran yang dijadikan landasan untuk mengkafirkan para sahabat ra.:





...

5

Shih Muslim, Kitab Zakat, Bab. Hasutan untuk membunuh khawrij.


Nama sebuah desa di Kfah Irak.
7
Baca Trkh Al-Thabary, Bab. Apa Yang dikatakan tentang Berita Kaum Khawarij, vol. 5, hal. 74.
6

(3)

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah menunaikan ibadah haji ke baitullah,
yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari
(kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh
alam.[Qs. Ali Imran: 97]
Pemahaman Khawrij atas ayat tsb.: Allah swt. dalam ayat tsb. menyifati orang yang meninggalkan
ibadah haji dengan kufur, dan menginggalkan perintah haji adalah sebuah dosa. Maka, pelaku dosa
adalah kafir.



Hari di mana ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun
orang-orang yang berwajah hitam muram, (kepada mereka dikatakan): Kenapa kamu kafir setelah
beriman? Karena itu, rasakanlah azab yang disebabkan kekafiranmu itu. [Qs. Ali Imran: 106]
Pemahaman Khawrij atas ayat tsb., bahwa seorang fasik tidak boleh masuk dalam golongan orangorang yang berwajah putih berseri, akan tetapi mereka termasuk dalam golongan yang berwajah hitam
muram. Maka, mereka adalah orang-orang kafir.
Untuk mengenal prinsip-prinsip mereka dan metode menjawabnya, sayyidina Abdullah Ibnu Abbas
telah menunjukkan dan mengajarkannya kepada kita, dalam perdebatannya dengan Khawrij. Berikut
riwayat tentang perdebatan tsb.8:


.


:


.



:
. :



:

: .






Riwayat Al-Hkim dalam Al-Mustadrak, kitab Qitl Ahl-l-Bagy wa Huwa khir-l-Jihd.


Baca juga: (1) Dhiauddin Al-Maqdisy, Al-Ahdits Al-Mukhtrah - Bab. Nuzlu-l-Wahyi wa Hum alam bi tawlih; (2)
Abdurrazzq, Al-Muannaf - Bab. M Ja fi-l-Harriyah; (3) Al-Afahny, Hilliyatu-l-Auliy Bab. Abdullah Ibn Abbas wa
fahmu-l-laqni-l-Muallim; (4) An-Nas, As-Sunan Al-Kubr Bab. Dzikru Munzarah Abdillah Ibn Abbas Al-Harriyah; (5)
Al-Baihaqy, As-Sunan Al-Kubr - Bab. L Yabda Al-Khawrij bi-l-Qitl; (6) Ath-Thabrny, Al-Mujam Al-Kabr Bab. Min
Manqib Abdillah Ibn Abbas wa Akhbruh; (7) Ibnu Abdi-l-Br, Jmi Bayni-l-Ilm wa Fadlih Bab. Itynu-l-Munzarah
wa-l-Mujdalah wa Iqmatu-l-Hujjah.
(4)


:



:

:
[ ]32:





:









.

{:
:
}[ ]58:







:






.


:


:


: .


:

: :
]



[ 57:



: .



.
:



:
.
:

: .
: :




[ ]95:



:

)(5

[ ]95:








[ ]35:


:



: :



:
:






[ ]6:


:



:


":
"









:
:



":






"








:









Dari perdebatan di atas, sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mengajarkan kepada kita bagaimana
menyikapi dan menjawab paham, isu, syubht, dan pemikiran nyeleneh dalam memahami Islam; baik
yang terlahir dari internal umat Islam sendiri atau dari luar. Syaikh Usama Sayyid Al-Azhary,
meringkasnya dalam enam perkara 9, yaitu:
1) Mengikuti dan memperhatikan semua syubht dan pemikiran nyeleneh tsb., kemudian
mengumpulkan, mengkaji, meringkas, dan mereformulasinya ke dalam inti-inti pemikiran. Dan
kemudian memberikan solusi dan kritik ilmiah atas pemikiran tsb.
2) Sebuah pertanyaan: Kenapa sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mengenakan pakaian mewah dari
?Yaman

Diringkas dari Al-Haqq Al-Mubn f Radd man Talaba bi-d-Dn, Usama Sayyid Al-Azhary, hal. 41-48.
)(6

Apa maksud dari tindakannya tsb.? Tidak lain adalah untuk mengenal mindset berpikir Khawrij
dari respon mereka atas pakaian tsb. Respon mereka menunjukkan kejumudan mereka dalam
memahami agama Islam dan kesempitan framework berpikir mereka dalam menafsirkan nas-nas AlQuran, yang kemudian mengantarkan mereka kepada pengkafiran para sahabat ra. dan selain
pengikut manhaj Khawrij.
3) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. menunjukkan kepada mereka keontentikan manhaj dan
keilmiahan konsep berpikir dalam memahami agama Islam. Yang beliau tunjukkan dalam perkataan
berikut:



4) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mendebat Khawrij secara langsung, tanpa harus bertanya dan
meminta pendapat terlebih dahulu. Beliau mengajarkan untuk langsung mengenal Khawrij secara
langsung, baik dari mindset dan pemikiran mereka, ataupun dari tindakan dan perbuatan mereka.
5) Penetapan dan pembatasan sumber permasalahan dan jawabannya. Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas
ra. menanyakan kepada Khawrij tentang alasan mereka keluar dan menentang Sayyidina Ali ra.
6) Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. menunjukkan kepada kita, bahwa pemikiran Khawrij bertumpu
pada sebuah nas atau beberapa nas saja, tanpa berusaha untuk mengumpulkan nas-nas Al-Quran dan
Hadis untuk memahami sebuah permasalahan.
Demikianlah enam hal yang berhubungan dengan manhaj dan metode yang diajarkan oleh sayyidina
Ibnu Abbas ra. dalam menjawab pemikiran Khawrij. Dalam beberapa riwayat mengatakan, bahwa 2000
pengikut Khawrij bertaubat setelah perdebatan tsb.
Golongan-golongan Dalam Tubuh Khawrij:
(1) Khawrij Perdana (
):
Mereka adalah golongan yang keluar dari barisan sayyidina Ali ra. ketika beliau menerima tahkm.
Di antara mereka adalah Abdullah bin Kaw, Attb bin Al-Awr, Abdullah bin Wahb al-Rsiby,
Urwah bin Jarr, Yazd bin Abu im al-Muhriby, dan arq bin Zuhair.
(2) Al-Azriqah () :
Yaitu sebutan bagi para pengikut Nfi bin al-Azraq al-Hanafy (Abu Rsyid). Para pengikut Khawrij
berkumpul dan mengangkatnya sebagai amr al-Muminn, yang kemudian diikuti oleh Khawrij Oman
dan Yammah, sehingga pengikutnya lebih dari 20.000 orang.

(7)

(3) Al-Najdt ():


Mereka adalah pengikut Najdah bin mir al-Hanafy. Najdah dan pasukannya keluar dari Yammah
untuk berbaiat kepada Nfi bin al-Azraq. Akan tetapi, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan
Abu Fudaik, Athiyah bin al-Aswad al-Hanafy, dan sekumpulan orang yang keluar dari barisan Nfi
bin al-Azraq, karena Nfi bin al-Azraq mengkafirkan orang-orang yang tidak ikut berperang dan
menghalalkan darah anak-anak dan isteri-isteri orang yang berbeda pandangan dengannya.
Dan akhirnya mereka membaiat Najdah bin mir al-Hanafy sebagai pemimpin, dan menyebutnya
sebagai amr al-Muminn. Kemudian mereka dikenal dengan para pengikut Najdah (Al-Najdt).
(4) Al-Baihasiyah ():
Mereka adalah pengikut Abu Baihas al-Haiam bin Jbir. Ia berpendapat, bahwa seseorang tidak
dikatakan muslim sebelum mengakui telah mengenal Allah swt., para rasul-Nya, risalah rasulullah saw.,
dan wilayah para wali-Nya, serta berlepas diri dari musuh-musuh Allah swt.
Dan kemudian, golongan ini terpecah lagi menjadi beberapa golongan kecil, seperti Ashb al-Tafsr,
Ashb al-Sul, dst.
(5) Al-Ajridah ():
Adalah pengikut Abdul Karm bin Ajrad. Sebagian ulama 10 berpendapat, bahwa mereka adalah
pecahan dari pengikut Najdah bin mir al-Hanafy (Al-Najdt), dan sebagian lainnya 11 berpendapat
mereka adalah pecahan dari pengikut Al-Baihasiyah. Perpecahan tsb. karena perbedaan pendapat yang
terjadi di dalamnya. Pecahan ini berpendapat, bahwa; (1) mereka harus berlepas diri dari anak kecil yang
belum baligh, dan apabila telah baligh mereka harus mengajaknya berbaiat kepada Islam yang benar;
(2) Anak-anak orang musyrik kekal di neraka bersama orang tua mereka; (3) Hijrah adalah fadhlah
bukan kewajiban; (4) dll.
(6) Al-Tsalibah ():
Adalah pengikut Tsalabah bin Musykn. Pengikutnya mengangkatnya sebagai imam setelah terjadi
perselisihan pendapat antara Tsalabah bin Musykn dan Abdul Karm bin Ajrad tentang kedudukan
anak kecil; apakah mereka di bawah kepemimpinan Khawrij atau tidak? Tsalabah melihat bahwa
mereka berada di bawah naungan Khawrij selama tidak tampak pengingkaran dari mereka. Perbedaan
inilah yang melahirkan perpecahaan antara pengikut mereka berdua.
(7) Al-ufriyah () :
Adalah pengikut Ziyd bin al-Afar. Sebagian besar pendapat Al-ufriyah sama dengan Al-Azriqah,
hanya sedikit permasalahan yang berbeda, seperti; (1) tidak mengkafirkan orang yang tidak ikut

10
11

Al-Asyary, Maqlt al-Islmiyyin.


Al-Syahristny, al-Milal wa al-Nihal.
(8)

berperang selama berkeyakinan seperti mereka; (2) tidak meniadakan hukum rajam; (3) taqiyyah boleh
dalam perkataan tidak dalam perbuatan; (4) dll.
(8) Al-Ibaiyah ():
Adalah pengikut Abdullh bin Ib al-Tammy.
Para pengikut Ibaiyah sendiri tidak menganggap golongan mereka bagian dari Khawrij, karena
terdapat perbedaan pendapat dalam masalah-masalah dasar mazhab, akan tetapi para sejarawan Islam
memasukkannya sebagai bagian dari Khawrij.
Setelah perdebatan panjang antara Abdullh bin Zubair ra. dan Khawrij di Makkah (th. 64 H.),
terjadi perdebatan panjang dalam tubuh Khawrij, yang kemudian mendorong mereka untuk
mengamandemen prinsip-prinsip pokok mazhab mereka. Sehingga Khawrij terbagi menjadi 2
golongan; (1) Khawrij Ekstrimis, yang mengajak untuk jihad dan perang, dan; (2) Khawrij Moderat,
yang bersifat lebih toleran kepada mereka yang berbeda pendapat dengannya.
Khawrij Moderat terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu: (1) Abdullh bin Ib al-Tammy dan
pengikutnya, dan (2) Ziyad bin al-Afar dan pengikutnya.
Abdullah bin Iba melihat, bahwa mereka yang berbeda pendapat dengan Khawrij tidak keluar dari
Islam, akan tetapi mereka kufur atas nikmat Allah swt. Oleh karena itu, mereka tidak boleh diperangi
dan tidak dibunuh, serta seluruh wilayah kekuasaan umat Islam bukanlah dr al-harb. Dan mereka juga
berpendapat, bahwa pelaku dosa besar adalah seorang yang mengesakan Allah (muwahhid), akan tetapi
bukan seorang mukmin. Dan beberapa pendapat lain yang tidak memungkin untuk disebutkan secara
detail di sini.
Pada awal abad ke-2 Hijriah, Kota Barah menjadi pusat penyebaran Ibaiyah, yang kemudian
menyebar ke kawasan Oman, Hadramaut, dan Yaman. Dan sampai detik ini, Ibaiyah menjadi mazhab
resmi negara Oman.

2) WAHABI:
Wahabi adalah sebutan yang disematkan untuk dakwah tajdid dan pembaharuan yang dibawa oleh
Muhammad bin Abdul wahhb bin Sulaimn al-Tamimy yang bermula dari kawasan Najd. Membahas
tentang Wahabi tidak bisa terlepas dari doktrin-doktrin salafy, yang akan kembali kepada sejarah tentang
manhaj salaf dalam memahami ayat-ayat tentang sifat di abad ke-4 Hijriah (pengikut Ahmad bin
Hanbal), dan kemudian didengungkan kembali oleh Ibnu Taimiyah di abad ke-7 Hijriah. Dan setelah
berabad-abad lamanya doktrin pemikiran ini termakan waktu, Muhammad bin Abdul Wahhb kembali
mendengungkan dan menyebarkannya di abad ke-12 Hijriah.
Shaikh Muhammad Abu Zahrah mengatakan 12: Penggagas gerakan Wahaby adalah Muhammad bin
Abdul Wahhb (th. 1787 M). Ia telah mempelajari karya-karya Ibnu Taimiyah, hingga terpatri dalam

12

Trkh al-Madhhib al-Islmiyah, hal. 212.


(9)

pandangannya, dan kemudian ia mendalaminya. Bahkan, ia mengeluarkannya dari sebuah sudut


pandang (pemikiran) menjadi pandangan yang harus diterapkan. Dan sesungguhnya, mereka (Wahaby)
dalam doktrin akidah tidak lebih dari doktrin akidah yang dibawa oleh Ibnu Taimiyah, akan tetapi
mereka lebih keras dari pendahulunya (Ibnu Taimiyah), dengan menerapkannya dalam amalperbuatan
Demikian gambaran umum tentang Wahabi.
Sejarah Kemunculan Wahabi 13
Muhammad bin Abdul Wahhb lahir pada tahun 1115 H (1703 M) di kota al-Ainiyah Najd. Ia
terlahir dari keluarga yang berilmu, shaikh Sulaiman (kakeknya) adalah seorang qy di kota alAiniyah.
Terlahir di Najd, kota di mana mayoritas penduduknya terlalu berlebih-lebihan dalam mengkultuskan
ulama, bahkan dalam masalah ngalap berkah dari makam, kuburan, dan bahkan pepohonan dan batubatu, hingga masalah tawasul dengan para nabi, wali, dan para orang salih yang telah wafat. Aspek
sosio-kultural masyarakat inilah yang memenuhi pikiran Muhammad bin Abdul Wahhb. Sampai
akhirnya ia menemukan sandaran dalam pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah dalam karya-karyanya,
hingga ia merasa bahwa iklim sosio-kultural yang dirasakannya menemukan jawaban dan solusi dalam
karya-karya Ibnu Taimiyah.
Dalam menyebarkan keyakinannya, Muhammad bin Wahhb menghadapi banyak rintangan dan
hambatan dari mayoritas masyarakatnya ketika itu. Hingga ia pindah ke kawasan al-Dariyah dan
bertemu dengan pangeran al-Dariyah Muhammad bin Saud. Dan terjadilah baiat antara keduanya
untuk saling membantu dan menguatkan, yaitu pada tahun 1158 H/1744 H. Hingga akhirnya terlahir
kerajaan Saudi Arabia yang dipimpin oleh keluarga Saud dan ber-manhaj-kan Wahabi. Demikianlah
sejarah koalisi antara kekuasaan Muhammad bin Saud dengan manhaj Muhammad bin Abdul Wahhb.

Prinsip-prinsip Keyakinan Wahabi

Sebagaimana penjelasan syaikh Muhammad Abu Zahrah, bahwa dakwah yang dibawa oleh
Muhammad bin Abdul Wahhb tidak lebih dari sebuah penerapan atas pemikiran-pemikiran Ibnu
Taimiyah, meskipun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Berikut beberapa prinsip-prinsip yang
dakwah Wahabi:

13

Untuk mengenal sejarahnya, baca: Rauat al-Afkr wa al-Afhm li murtd hl al-Imm (karya: Husein bin Ghanm), Tidd
al-Ghazawt dhawy al-Islm (karya: Husein bin Ghanm), dan Unwn al-Majd an Trkh al-Najd (karya: Utsman bin
Abdullah bin Basyr).
Husein bin Ghanm adalah sejarawan yang hidup semasa dengan Muhammad bin Abdul Wahhb dan salah satu dari muridnya.
Bahkan, ia menuliskan sejarah tsb. atas perintah dari sang guru.
Dan Utsman bin Abdullah adalah sejarawan yang lahir setelah Muhammad bin Abdul Wahhb meninggal.
(10)

(1) Pembagian Tauhid menjadi tiga: (1) Ulhiyah; (2) Rubbiyah; (3) Asm wa ift 14.
(2) Pengingkaran atas tawasul dan istighsah kepada para nabi as., para wali, dan orang salih.
Ini adalah pengaruh keadaan sosio-kultural masyarakat Najd kepada Muhammad bin Abdul Wahhb.
Sehingga ia menilai bahwa hal-hal di atas bertentangan dengan nilai-nilai tauhid dalam mengesakan
Allah swt. 15
(3) Pengingkaran atas tasawuf dan filsafat secara umum tanpa terkecuali.
Muhammad bin Abdul Wahhb dan para pengikutnya mengingkari tasawuf secara umum, tanpa
membedakan antara tasawuf sunny yang diakui oleh Ahlussunnah wal jamaah, dan tasawuf falsafy yang
meyakini paham hull, al-Ittihd, dan wihdat al-Wujd.
(4) Pengingkaran atas metode takwil dalam memahami ayat-ayat Al-Quran.
(5) Memperluas cakupan makna bidah, yaitu seluruh bidah adalah sesat, dan mengingkari
adanya bidah hasanah.16

Penutup
Demikian sekilas tentang sejarah dan doktrin-doktrin pemikiran Khawrij dan Wahabi. Slogan-slogan
kembali kepada hukum Allah swt. banyak kita temukan dalam era modern sekarang. Dan apabila kita
cermati lebih dalam lagi, ternyata slogan tsb. telah didengungkan oleh Khawrij di abad pertama hijriah.
Demikian juga tawaran-tawaran tajdid dan pembaharuan dalam Islam, banyak kita temukan di masa kita
sekarang.
Demikianlah, bahwa doktrin-doktrin pemikiran yang pernah terjadi dalam tubuh umat Islam, telah
kembali didengungkan oleh umat Islam sekarang tanpa mereka sadari bahwa slogan dan tawaran tajdid dan
pembaharuan tsb. telah memecah persatuan umat di masa silam.
Mampukah umat Islam - pada umumnya - dan para ulama pada khususnya merevisi dan
mereformulasi pemahaman dan persoalan Islam kontemporer sembari mengikatnya dengan tradisi
pandangan para sahabat dan salaf-salih?! Sebagaimana sayyidina Abdullah Ibnu Abbas ra. mengembalikan
2000 pengikut Khawrij kepada pemahaman Islam yang benar, yaitu agama rahmat bagi alam semesta.
Wa Allahu wa Rasuluhu alam.[]

...

14

Objek pembahasan ini sangat panjang, untuk keterangan lebih lanjut lihat karya-karya Ibnu Taimiyah, kemudian bandingkan
dengan pendapat Ahlussunnah wal Jamaah (Al-Asyairah - Al-Mturdiyah).
15
Objek pembahasan ini sangat panjang. Akan tetapi, stressing point-nya adalah apakah masalah tawasul dan istightsah
masuk ke dalam ranah Akidah atau ranah Fikih?
16
Baca: Al-Bidah f Dhaui Al-Quran wa As-Sunnah, Dr. Imd Sayyid Syarbny.
(11)

Anda mungkin juga menyukai