Anda di halaman 1dari 11

OUTLINE

Hubungan Antara Tingkat Paritas Dengan Resiko Kejadian


Preeklamsia Dalam Kehamilan

Disusun Oleh:
Isnaini Karimah

(1250013075)

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator penentu


kesehatan suatu bangsa. Saat ini angka kematian ibu masih tinggi hal ini
disebabkan oleh komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
nifas. Tingginya angka kematian tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan
masyarakat akan tanda-tanda bahaya selama masa kehamilan, bersalin, nifas,
faktor ekonomi, social budaya, serta aspek medis sendiri. Salah satu penyebab
tingginya angka kematian ibu di Indonesia terjadi karena preeklamsia yang dapat
digolongkan sebagai suatu penyakit hipertensi selama masa kehamilan trimester
III. Preeklamsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan karena
kehamilan yang hingga kini penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti.
Preeklamsia ini merupakan salah satu penyebab utama tinggimya morbiditas dan
mortalitas pada masa kehamilan. (Wikjosastro, H, 2006)
Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dikarenakan penyakit
preeklamsia yang menurut WHO angka kejadian preeklamsia berkisar antara 0,51
%-38,4 %. Berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDTKI) dari
dinas keshatan tahun 2012 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dengan
penyebab utama preeklamsia sekitar 12,9 % (SDKI, 2012). Di Jawa Timur tahun
2012 angka kematian ibu masih tinggi sebesar 97,43 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan angka kematian ibu di Kota Surabaya berada diurutan nomor enam
tertinggi se Jawa Timur mencapai angka 14,6 per 1.000 kelahiran hidup.
Tingginya angka kematian ibu menyebabkan Indonesia kesulitan untuk mencapai
target MDS 2015.
Preeklamsi merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya
muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada
penyakit trofoblastik). Pereklamsia ini ditandai dengan peningkatan tekanna darah
lebih dari 140/90 mmHg, protein urine lebih dari 0,3 gram, bengkak diseluruh

tubuh, terdapat gejala nyeri kepala, gangguan pengelihatan, nyeri pada ulu hati
(Varney, 2006). Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian obstetric
pada ibu. Penyebab terjadinya preeklamsia pada ibu hamil belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit
preeklamsi selama kehamilan yaitu paritas, keadaan social ekonomi, diabetes
militus, mola hidatiosa, kehamilan ganda, hamil umur lebih dari 35 tahun, dan
obesitas. Kehamilan dengan preeklamsia lebih umum terjadi pada primigravida,
sedangkan pada multigravida berhubungan dengan penyakit hipertensi kronis,
diabetes militus, dan penyakit ginjal (Baktiyani, 2005). Pada primigravida
frekuensi terjadinya preeklamsia meningkat dibandingkan dengan multigravida,
terutama pada primi muda yang disesbabkan oleh berbagai faktor. Kejadian
preeklamsia akan menimbulkan berbagai macam komplikasi yang berakhir pada
kematian. Penyakit preeklamsia berakibat buruk terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya. Komplikasi yang sering terjadi pada janin berupa prematuritas,
gawat janin, berat badan lahir rendah, intrauterine fetal death (Wijayarini, 2009).
Kejadian preeklamsia akan menimbulkan berbagai macam kompikasi yang
berakhir pada kematian. Angka kejadian kematian karena preeklamsi di Indonesia
pada ibu masih tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor langsung seperti
perdarahan, preeklamsia/eklamsia (kejang), dan infeksi dan faktor tidak langsung
seperti tiga terlambat dan 4 terlalu.
Dengan tingginya angka kematian ibu akibat penyakit preeklamsia maka
setiap ibu hamil perlu dilakukan deteksi dini untuk mencegah timbulnya
komplikasi pada ibu. Untuk mendeteksi preeklamsia sedini mungkin dengan
melalui antenatal care secara teratur di tenaga kesehatan mulai dari trimester I
hingga trimester III minimal 4 kali kunjungan yaitu 1 kali kunjungan pada
trimester I, 1 kali kunjungan pada trimester II, 2 kali kunjungan pada trimester III.
Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat pada
kasus preeklamsia ringan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang bidan untuk
menurunkan angka kematian ibu akibat preeklamsia adalah dengan menurunkan
angka kejadian preeklamsia pada ibu hamil. Angka kejadian preeklamsia dapat
diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan secara dini, dan tindakan

terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat


diidentifikasi faktor penyebab, sehingga dapat mencegah terjadinya preeklamsia
pada ibu hamil. Pada ibu hamil dengan usia terlalu muda dan terlalu tua
merupakan salah satu faktor terbesar yang terjadi. Sehingga diharapkan bidan
dapat memberikan konseling dan edukasi pada ibu agar dapat menunda dan
menghentikan kehamilannya dengan ikut serta dalam program keluarga
berencana. Sehingga angka kejadian preeklamsia pada ibu primigravida terlalu
muda dan multigravida dapat dicegah dengan menunda dan menghentikan
kehamilan. Selain itu, bidan juga perlu melakukan deteksi dini pada ibu hamil
dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat untuk mengetahui tanda dan
gejala terjadinya preeklamsi pada ibu hamil didaerah tertentu.
Berdasarkan uraian diatas karena tingginya angka kematian ibu yang disebabkan
karena kejadian preeklamsia pada ibu hamil akibat faktor dari paristas, maka
penulis tertarik untuk menyusun sebuah penelitian yang membahas tentang
hubungan antara tingkat paritas dengan risiko kejadian preeklamsi dalam masa
kehamilan.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas faktor risiko yang mempengaruhi


terjadinya preeklamsia adalah paritas, keadaan social ekonomi, diabetes militus,
mola hidatiosa, kehamilan ganda, hamil umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas.
Maka peneliti membatasi penelitian ini pada hubungan antara tingkat paritas
dengan risiko kejadian preeklamsi dalam masa kehamilan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara tingkat paritas dengan risiko
kejadian preeklamsia dalam masa kehamilan?

D. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat paritas dengan risiko kejadian


preeklamsia dalam masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah kasus ibu hamil dengan preeklamsia akibat
faktor paritas.
b. Untuk mengetahui perbandingan angka kejadian preeklamsia pada ibu
hamil primigravida dan multigravida.

E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan tambahan


pengetahuan dalam memperkaya wawasan mengenai hubungan antara
tingkat paritas dengan risiko kejadian preeklamsi dalam masa kehamilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menggali
wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang
masalah yang terjadi selama masa kehamilan agar dapat merencanakan
dan melakukan evaluasi permasalahan dan pemecahan masalah terutama
yang berkaitan penyakit preeklamsi akibat faktor paritas.
b. Bagi profesi
Menambah keterampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
antenatal serta memotivasi tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi
dini pada setiap ibu hamil yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
komplikasi akibat penyakit preeklamsi.
c. Bagi lembaga pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan
khususnya lembaga pendidikan kebidanan dalam meningkatkan wawasan
mahasiswa mengenai permasalahan kebidanan yang berkaitan dengan
preeklamsia dan komplikasinya.
d. Bagi peneliti berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih
lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Preeklamsia
1. Definisi Preeklamsia
2. Etiologi Preeklamsia
3. Patofisiologi Preeklamsia
4. Klasifikasi Preeklasia

5. Tanda dan Gejala Preeklamsia


6. Faktor yang Berhubungan Dengan Preeklamsia
7. Komplikasi Preeklamsia
8. Pencegahan dan Penanganan Preeklamsia
B. Konsep Dasar Paritas
1. Definisi Paritas
2. Klasifikasi Jumlah Paritas
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Paritas

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual hubungan antara paritas dengan risiko kejadian preeklamsia


dalam masa kehamilan adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka konseptual
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor Resiko Terjadinya


preeklamsia:
Keadaan social ekonomi
Diabetes militus
Mola hidatidosa
Kehamilan ganda
Hamil usia lebih dari 35
tahun
6. Obesitas
1.
2.
3.
4.
5.

Risiko Kejadian
Preeklamsia Dalam
Kehamilan

7. Tingkat Paritas

Faktor-faktor yang
mempengaruhi paritas
menurut Friedman:
Pendidikan
Pekerjaan
Keadaan Ekonomi
Latar Belakang
Budaya
5. Pengetahuan
1.
2.
3.
4.

(Friedman, 2005)

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1: Kerangka konseptual penelitian hubungan antara paritas dengan
risiko kejadian preeklamsia dalam masa kehamilan.

Berdasarkan kerangka konseptual di atas faktor-faktor yang mempengaruhi paritas


menurut Friedman adalah pendidikan, pekerjaan, ekonomi, latar belakang budaya,
dan pengetahuan. Sedangkan faktor resiko terjadinya preeklamsi dalam kehamilan
adalah paritas, keadaan social ekonomi, diabetes militus, mola hidatiosa,
kehamilan ganda, hamil umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas. Namun dalam
penelitian yang diteliti hanyalah hubungan antara tingkat paritas dengan risiko
kejadian preeklamsia dalam masa kehamilan.

B. Hipotesis

Berdasarkan penelitian tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan
antara tingkat paritas dengan risiko kejadian preeklamsia dalam masa kehamilan.

BAB 4
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik observasional yaitu


menjelaskan suatu keadaan atau situasi masalah yang diteliti. Penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat paritas
dengan resiko kejadian preeklamsia dalam kehamilan. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah secara cross sectional dimana waktu pengukuran dan

observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada saat itu
saja. pada jenis penelitian ini variable independen dan dependen dinilai secra
simultan pada satu waktu , jadi tidak ada tindak lanjut.

B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke BPS X
untuk melakukan pemeriksaan antenatal care selama bulan April 2015.

C. Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke
BPS X pada bulan April 2015 dengan jumlah 30 ibu hamil.
2. Besar Sampel

Pada penelitian ini sampel yang diambil dari seluruh ibu hamil yang
memeriksakan kehamilannya sebesar 30 responden.
3. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini sampling dilakukan secara probability sampling,


bahwa setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih
atau tidak terpilih sebagai sampel. Teknik yang digunakan adalah stratified
random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti
mengetahui beberapa variable pada populasi yang merupakan hal yang
terpenting untuk mencapai random yang representative, dengan dengan
tingkatan paritas primigravida, multigravida, dan grandemultigravida sebagai
stratanya. Kemudian masing-masing tingkatan paritas diambil secara random
sampling.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini dibagi menjadi 2 variabel, yaitu:


a. Variabel Independen (bebas)

Variable independen dalam penelitian ini adalah tingkat paritas ibu hamil
b. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah resiko kejadian preeklamsi
dalam kehamilan
2. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan dalam table
berikut:

E. Instrumen Penelitian dan Metode Pengambilan Data


1. Instrumen Penelitian

Alat bantu yang digunakan dan dipilih peneliti dalam kegiatannya


mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih
mudah. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kartu
pemeriksaan ibu hamil. Pada penelitian ini mengunakan dan mengumpulkan
data yang sudah ada terkait hasil pemeriksaan ibu hamil.
2. Metode Pengambilan Data

Pengambilan dan pengumpulan data yang digunakan adala data sekunder


yang diperoleh dari data yang sudah ada pada kartu pemeriksaan ibu hamil
terkait hasil pemeriksaan ibu hamil selama bulan April di BPS X. Langkah
perta adalah menyeleksi calon responden dengan berpedoman pada sampel
yang memenuhi kriteri yang telah ditetapkan, lalu peneliti meminta persetujuan
dan tanda tangan responden bila bersedia diteliti, kemudian peneliti mulai
mengambil data.
Teknik mengambilan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
melakukan pemeriksaan pada responden di BPS X yang akan diteliti selama
bulan april 2015, kemudian mengisi hasil pemeriksaan di kartu pemeriksaan
ibu hamil. Setelah itu menyeleksi responden yang akan diteliti sesuai random
yang dipilih.

Anda mungkin juga menyukai