Anda di halaman 1dari 48

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan


Kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 dari (40 Minggu, 9 bulan, 7 hari), dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifuddin AB, 2002 : 89) .
Kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan (0 14 mg), triwulan kedua dari bulan keempat sampai
6 bulan (14 28 mg), triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai kesembilan (28
40 mg). (Saifuddin AB, 2002 : 89).

Perubahan-perubahan maternal serta perkembangan dan pertumbuhan janin


pada Trimester III (PUSDINAKES-WHO-JHPIEGO, 2003).
a.

Minggu ke-28 (Bulan ke-7)


1) Perubahan-perubahan maternal
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan prosesus xyphoid.
Haemorroid mungkin terjadi, pernapasan dada menggantikan pernapasan
perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi ibu. Mungkin lelah menjalani
kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin
mulai terasa.
2) Perkembangan janin

Janin dapat bernapas, menelan dan mengatur suhu, Surfactant terbentuk


di dalam paru-paru, mata mulai membuka dan penutup. Ukuran janin 2/3
ukuran pada saat lahir, BB 1000 gr 1800 gr.
b. Minggu ke-32 / bulan ke 8
1) Perubahan perubahan maternal
Fundus mencapai proses xyphoideus, payudara penuh dan nyeri tekan.
Sering kencing terjadi mungkin juga mengalami dyspnea
2) Perkembangan janin
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm, BB 1800 gr
2500 gr, mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor.
c. Minggu ke-38 / bulan ke-9
1) Perubahan perubahan maternal
Penurunan bayi ke dalam pelvik / panggul ibu, plasenta setebal hampir 4
kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg, BB janin
2500 gr 4000 gr, PB 43 50 cm.
Ibu ingin sekali melahirkan bayi mungkin, memiliki enegi final yang
meluap. Sakit punggung dan sering kencing meningkat.

2) Perkembangan janin
Bayi cukup bulan, kulit licin, verniks kaseosa banyak, rambut kepala
tumbuh baik, organ-organ tubuh sudah terbentuk seluruhnya. Pada pria

testis sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada wanita labia mayora
berkembang dengan baik.

a. Perubahan-perubahan psikologis dalam kehamilan (trimester III)


Trimester tiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan
besarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu.
Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaanyya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadi persalinan.
Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkan
tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan
bayinya.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga
dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai
merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatiannya
khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester ini ibu memerlukan informasi
dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga tentang jenis kelamin bayinya

dan akan mirip siapa. Bahkan mereka mungkin saja memilih sebuah nama untuk
bayinya (PUSDINAKES, 2003).

b. Tanda tanda bahaya dalam kehamilan


(PUSDIKNAKES, 2003).
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak, kadang-kadang, tetapi
tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta
previa atau solutio plasenta.
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suhu masalah yang serius adalah sakit kepala
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur dan atau berbahaya. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari pre eklamsia.
c. Masalah penglihatan
Masalah yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang.

d. Bengkak pada muka dan tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, serta tidak hilang setelah beristirahat dan disertai keluhan fisik
yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan
eklamsia.
e. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah yang menetap dan tidak hilang setelah istirahat.
f. Bayi kurang bergerak seperti biasa
Jika bayi tidur, geraknya melemah, bayi harus segera bergerak paling sedikit
8 kali dalam periode 3 jam.

c. Keluhan yang dapat timbul pada Trimester III (PUSDINAKES, 23)


a. Rasa panas diulu hati
Penyebabnya :
1. Relaksasi otot polos dilambung yang disebabkan peningkatan hormon
progeterone karena kehamilan
2. Membesarnya rahim yang menekan lambung
Cara mengatasinya :
1) Makan-makanan dengan porsi kecil tapi sering
2) Minum susu rendah lemak
3) Hindari minuman yang mengangdung gas, makanan yang merangsang
atau terlampau dingin.

4) Latihan pernapasan dengan mengangkat tangan keatas sambil napas


panjang dan buang perlahan.
5) Jika sakit diulu semakin meningkat, konsultasi ke bidan / dokter.
b. Sering buang air kecil ( BAK )
Penyebabnya :
Rahim berada dibawah kandung kencing sehingga pembesaran rahim
menekan kandung kencing.
Cara mengatasinya :
1. kurangi minum dimalam hari, perbanyak di siang hari
2. jangan menunda jika ingin BAK
3. Hindari minuman yang mengandung soda, teh dan kopi
c. Perut kembung
Penyebabnya :
Karena penurunan peristaltik usus yang disebabkan peningkatan hormon
progesteron.
Cara mengatasinya :
Hindari makanan yang mengandung gas, seperti kol, melinjo, pete, dan mie,
durian.

d. Sembelit
Penyebabnya :

Peningkatan hormon estrogen dan progesteron, mempengaruhi lemahnya


daya dorong usus terhadap sisa makanan, meningkatnya penyerapan air, serta
pembesaran rahim.
Cara mengatasinya :
1. Tingkatkan makan-makanan tinggi serat dan mengandung cairan
misalnya : jus buah
2. Cukup istirahat
3. Latihan senan dan jangan menahan bila ingin BAB
4. Jika sembelit dirasakan bertambah konsultasikan kepada bidan / dokter.
e. Ambeien / Haemorhoid
Penyebabnya :
Gangguan sirkulasi pembuluh darah balik sebagai akibat dari rahim yang
membesar.
Cara mengatasinya :
1. Makan-makanan yang tinggi serat
2. Hindari duduk terlalu lama
3. Jika ambeien bertambah berat konsultasikan ke bidan / dokter
4. Hindari terjadinya sembelit, karena sembelit mempengaruhi rahim

f. Kaki Kram
Penyebabnya :

Belum dapat dipastikan / diketahui secara pasti, tetapi bisa disebabkan oleh
6fkurangnya konsumsi kalsium.
Cara mengatasinya :
1. Makan dan minum yang mengandung kalsium dan fosfor. Misalnya :
susu, ikan teri, tablet kalsium.
2. Jika ingin mendapat tambahan kalsium konsultasikan dengan bidan /
dokter.
3. Jika terjadi kram otot segera massase dengan balsem.
g. Susah tidur / insomnia
Penyebabnya :
1. Pola tidur berubah, sering bangun tengah malam karena ingin BAK
2. Panas dalam hidung tersumbat
3. Letih dan resah
4. Ketidaknyamanan karena kehamilan semakin membesar.
Cara mengatasinya :
1) Minum air hangat sebelum tidur
2) Mengadakan relaksasi
3) Jangan minum obat tdur
4) Atur posisi dengan miring kiri dilapisi bantal dibawah perut ibu.

h. Bengkak / Oedema
Penyebabnya :

Jika hanya kaki yang bengkak normal, karena terjadi gangguan pada
peredaran darah.
Cara mengatasinya :
1. Meninggikan kaki pada saat berbaring, tidak menyilangkan kaki pada
saat tidur, dan hindari berdiri lama.
2. Sebaiknya tidur dengan posisi miring
3. Memperhatikan keseimbangan tubuh saat beraktifitas
4. Berjalan untuk memperbaiki sirkulasi peredaran darah
i. Nyeri pada perut bagian bawah
Penyebabnya :
Karena adanya pembesaran rahim
Cara mengatasinya :
1. Dengan menekuk kaki
2. Menindih bantal / guling pada saat tidur (bantal diletakkan dibawah perut
ibu pada saat posisi dimiringkan kearah kiri)
j. Nyeri punggung atas dan bawah
Penyebabnya :
1. Pembesaran rahim
2. Perubahan postur tubuh
3. Ketegangan otot akibat ketegangan saraf
4. Penambahan ukuran payudara
5. Pengaruh hormonal pada sendi-sendi

10

Cara mengatasinya :
1) Gunakan body mekanik yang baik
2) Mengatur istirahat
3) Tidak menggunakan sepatu hak tinggi
4) Tidur dengan alas yang agak datar, misalnya : kasur busa
5) Gunakan stagen / korset
k. Napas Pendek
Penyebabnya :
1. Perubahan hormonal
2. Adanya penyempitan rongga diafragma karena pembesaran rahim dan hal
ini lazim terjadi pada ibu hamil.
Cara mengatasinya :
1) Mengadakan latihan pernafasan
2) Menjaga postur tubuh tetap tegak dan baik
l. Baal dan rasa nyeri di perut
Penyebabnya :
Gangguan sirkulasi peredaran darah dan penekanan pada saraf, biasanya pada
ibu hamil yang tidur terlentang.

Cara mengatasinya :

11

1) Tidur miring sehingga peredaran darah kembali lancar dan penekanan


saraf oleh rahim itu sendiri tidak terganggu lagi.
2) Tidur perlu menggunakan obat-obatan
m. Gatal-gatal di perut
Penyebabnya :
Karena gangguan hormonal yang dikeluarkan oleh plasenta dan ibu tidak
tahap terhadap hormonal tersebut.
Cara mengetasinya :
1. Jangan digaruk tetapi diusap saja
2. Pergunakan bedak / bedak cair anti gatal
n. Garis-garis di perut/striae
Penyebabnya :
Tidak jelas kemungkinan disebabkan karena peregangan dan perubahan
hormon (tidak sama untuk semua orang)

d. Nasehat-nasehat untuk ibu hamil (Sarwono, 2005)


a. Pemenuhan kebutuhan makanan
Makanan ibu hamil harus lebih diperhatikan, sebab kenaikan berat badan
selama hamil normalnya 6,5-16,5 kg.

b. Kebersihan tubuh

12

Kebersihan harus lebih dijaga pada masa hamil, baju hendaknya longgar dan
mudah menyerap keringat, mandi dianjurkan paling sedikit 3 x sehari.
c. Pakaian hamil
Pakaian yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar dan terbuat dari katun
sehingga dapat menyerap keringat, terutama pakaian dalam
d. Coitus
Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam
rongga panggul, koitus sebaiknya dikurangi dan sebaiknya menggunakan
kondom untuk kebersihan dan menghindarkan infeksi.
e. Kerja
Ibu hamil boleh bekerja, misalnya : memasak, menyapu dan sebagainya
(sesuai dengan kemampuan). Bagi pekerja kantor dapat bekerja sampai 2
minggu sebelum TPA (Tafsiran Persalinan Akhir). Bagi yang bekerja berat
dianjurkan untuk bekerja ringan saja karena pekerjaan berat dapat
menimbulkan partus preterm (prematur). Sebaiknya pada wanita hamil yang
bekerja harus lebih sering istirahat.

SOAP TEORI
(ANC)

13

Subjektif (S)
Merupakan data yang diperoleh dari hasil anamnesa ke klien maupun keluarga
klien. Terdiri dari :
Identitas klien & suami (nama, umur, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir,
alamat)
Keluhan klien
HPHT
TP
Objektif (O)
Merupakan data yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan langsung ke
pasien.
1. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
Berat Badan
Tinggi Badan
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a.Inspeksi
Wajah
: Pucat / tidak, odem / tidak.
Mata
: Konjungtiva anemis / tidak, sklera ikterus / tidak, palpebra odem
/ tidak.
Hidung
: PCH / tidak, terdapat polip / tidak, sekret berlebih / tidak.
Mulut
: Mukosa bibir lembab / kering, terdapat stomatitis / tidak,
terdapat tonsillitis / tidak.
Telinga
: Pendengaran baik / tidak, terdapat serumen berlebih / tidak,
terdapat purulen / tidak.
Dada
: Terdapat tarikan interkoste / tidak, terdapat luka / tidak.
Payudara : Simetris / tidak, puting menonjol / tidak, terdapat
hiperpigmentasi pada areola / tidak, terdapat pembesaran kelenjar
monsgomery / tidak, terdapat luka / tidak.
Abdomen : Pembesaran perut sesuai uk / tidak, terdapat luka bekas SC /
tidak, terdapat hiperpigmentasi linea alba / linea nigra, striae
livide / striae albican.
Genetalia : Terdapat tanda Chadwick / tidak, terdapat fluor albus berlebih /
tidak, terdapat kondiloma akuminata / tidak, terdapat kondiloma
lata / tidak, terdapat varises / tidak.

14

Anus
: Terdapat hemoroid / tidak.
Ekstremitas bawah
: Odem / tidak.
Ekstremitas atas
: Odem / tidak.
b.

Palpasi
Kepala
: Terdapat benjolan abnormal / tidak.
Mata
: Palpebra odem / tidak.
Leher
: Terdapat peembesaran vena jugolaris / tidak, terdapat
pembesaran kelenjar tyroid / tidak.
Payudara : Terdapat benjolan massa / tidak, konsistensi kenyal / tidak, sudah
keluar kolostrum / belum.
Abdomen :
Leopold I : Untuk mengetahui TFU,
Untuk menentukan bagian janin yang berada di fundus.
Untuk mengetahui TBJ.
Posisi pasien
: Terlentang dengan kaki ditekuk.
Posisi petugas
: Menghadap ke pasien.
Cara
: Mengetengahkan uterus dan
menelusuri sampai fundus.
Leopold II : Untuk mengetahui bagian janin yang berada di samping
kanan & kiri perut ibu.
Posisi pasien
: Terlentang dengan kaki ditekuk.
Posisi petugas
: Menghadap ke pasien.
Cara
: Tangan kiri petugas mendorong
perut kanan ibu ke arah kiri, tangan
kanan meraba bagian kiri perut ibu.
Tangan kanan petugas mendorong
perut kiri ibu ke arah kanan, tangan
kiri meraba bagian kanan perut ibu.
Variasi
:
o Ahfeld
: Tangan kiri sisi ulnar diletakkan di
pusat, ditekan ke arah punggung,
tangan kanan meraba bagian kanan
& kiri perut ibu.
o Boedin
: Tangan kiri berada di fundus,
menekan ke arah simphisis, tangan
kanan meraba bagian kanan & kiri
perut ibu.

15

Leopold III : Untuk menentukan presentasi & apakah presentasi


sudah masuk PAP/belum.
Posisi pasien
: Terlentang dengan kaki ditekuk.
Posisi petugas
: Menghadap ke pasien.
Cara
:Tangan kanan berada di tepi atas
simphisis,
meraba
&
menggoyangkan bagian janin yang
berada di tepi atas simphisis.
Variasi
o Kneebel

:
:Tangan kanan berada di tepi atas
simphisis, tangan kiri berada di
fundus, menggoyangkan secara
bergantian.
Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh presentasi masuk ke
PAP.
Posisi Pasien
: Terlentang & kaki diluruskan.
Posisi Petugas
: Menghadap kaki pasien.
Cara
: Tangan kanan dan kiri berada di samping kanan dan kiri
tepi atas simphisis. Apabila tangan bertemu, berarti
seluruh presentasi belum masuk PAP, apabila
divergen menguncup, berarti 1/3 bagian presentasi
masuk PAP, apabila divergen sejajar, berarti 2/3
bagian presentasi masuk PAP, apabila divergen
meembuka berarti bagian presentasi masuk PAP.
Genetalia
: Terdapat pembesaran kelenjar skene / tidak,
terdapat pembesaran kelenjar bartholine / tidak.
Ekstremitas bawah
: Terdapat odem pada 1/3 pretibia / tidak, terdapat
odem pada os maleolus / tidak, terdapat odem pada
metatarsal / tidak.
Ekstremitas atas
: Terdapat odem pada metacarpal / tidak.
c. Auskultasi
Dada
DJJ

: Suara jantung lup dup tunggal / tidak, terdengar


bunyi wheezing, ronchi, stridor / tidak.
: DJJ normalnya 120-160 x/m. DJJ dibedakan
dengan nadi ibu (DJJ lebih cepat 2x dari nadi ibu),
suara bising usus, gerakan janin, aorta ibu.

16

d. Perkusi
Tendon Achilles

: Reflek patella + / tidak. Jika + berarti ibu tidak


kekurangan vitamin B1, kemungkinan ibu kuat
untuk mengejan saat persalinan.

3. Pemeriksaan UPL (Ukuran Panggul Luar)


Distansia Spinarum
: Jarak antara spina iliaka kanan & kiri.
(N : 24-26 cm)
Distansia Crsitarum
: Jarak terjauh crista iliaka kanan & kiri.
(N : 28-30 cm)
Konjugata Externa
(N : 18-20 cm)
Lingkar panggul

: Jarak dari tepi atas simphisis ke prosesus spinosus


ruas tulang lumbal ke lima.
: Jarak dari tepi atas simphisis ke SIAS kanan, ke
pertengahan SIAS kanan dan trokhantor mayor
kanan, ke SIPS kanan, ke SIPS kiri, ke pertengahan
SIAS kiri dan trokhantor mayor kiri, ke SIAS kiri,
kembali ke tepi atas simphisis.

(N : 80-90 cm)
Distansia Tuberum
: Jarak antara tuber ischiadica kanan & kiri.
(N : 10-11 cm / 1 kepalan tangan)
4. Pengukuran LILA
(N : 23,5 cm 27 cm)
Jika >27 cm kemungkinan obesitas, DM.
Jika <23,5 cm kemungkinan KEK.
5. Pengukuran BB
6. Pengukuran TB

: TB wanita hamil minimal 145 cm. Jika <45 cm


kemungkinan panggul sempit.

Analisa Data (A)


Merupakan hasil analisa dan interpretasi data. Ha Pri Tu Hi Tu Let In Ja Ku.
Penatalaksanaan (P)
Terdiri dari rencana tindakan, evaluasi, dan pendokumentasian.

17

a. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


1. Definisi
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri Fisiologi UNPAD 1983 : 221)

18

2. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan


Pada persalinan ada tiga faktor yang memegang peranan ialah
1.

Kekuatan yang ada pada ibu (power)

2.

Keadaan jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang


(passageway)

3.

Janin dan plasenta (passanger)

( Manuaba, 1998 )
3. Tanda-tanda in-partu (Muchtar, 1998)
Menurut manuaba tanda-tanda inpartu sebagai berikut :
4. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
5. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada serviks.
6. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
7. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

B. Perubahan-perubahan fisiologis dalam persalinan


(PUSDIKNAKES WHO JJHPIEGO, 2003)
1. Tekanan darah

19

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-rata naik


15 (10-20) mmHg, diastolik 5-10 mmHg). Antara kontraksi, tekanan darah
kembali normal pada level sebelum persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas
juga akan meningkatkan tekanan darah.
2. Suhu tubuh
Karena terjadinya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit
meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah persalinan.
Peningkatan ini tidak boleh melebihi 0,5 C sampai 1 C
3. Metabolisme
4. Detak jantung
5. Pernapasan
6. Perubahan pada ginjal
7. Perubahan gastrointestinal
8. Perubahan hematologi
C. Kala Persalinan (Saifuddin AB, 2002)
1. Kala I (kala Pembukaan )
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi
lengkap ( 0-10 cm).
2. Proses pembukaan serviks akibat his dibagi dalam 2 fase :

Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan
3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

20

Fase aktif

3. Pemantauan pada kala I :


2

Kemajuan persalinan
i. His / kontraksi (frekuensi, lama, kekuatannya) setiap jam sekali
pada fase aktif
ii. Pemeriksaan vagina (pembukaan serviks, penipisan serviks,
penurunan bagian terendah, molding / molase) setiap 4 jam sekali.

Keadaan Ibu
i. Tanda-tanda vital (tekanan darah) setiap 4 jam sekali (nadi suhu,
pernafasan) setiap 30 menit.
ii. Kandung kemih
iii. Pemberian makanan / minuman
iv. Perubahan perilaku

Keadaan janin
i. Periksa DJJ setiap jam pada fase aktif
ii. Jika selaput ketuban pecah, periksa (warna cairan, kepekatan
jumlah cairan, molase)

4. Asuhan yang harus diberikan kepada ibu bersalin kala I meliputi :


1) Memberikan asuhan fisik dan psikologis

21

2)

Memfasilitasi kehadiran seorang pendamping secara terus


menerus

3) Menganjurkan keluarga memberikan dukungan


4) Mengurangi rasa sakit
5) Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
6) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulansi
7) Menerima atas sikap dan perilaku ibu
8) Memberikan informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
9) Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan
serta aktif dalam menentukan asuhan.
10) Menyiapkan ruangan, alat dan obat untuk persalinan
11) Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan
yang tepat guna dan tepat waktu.
12) Memantau persalinan dengan partograf meliputi (kesejahteraan ibu,
kesejahteraan janin, kemajuan persalinan) dengan interval waktu :
a) Denyut jantung janin (DJJ), kontraksi, dan nadi dipantau setiap 30
menit
b) TD, suhu, pembukaan serviks, penurunan kepala dipantau setiap 4
jam
c) Produksi urine, aseton dan protein dipantau tiap 2 4 jam

5. Kala II (Kala Pengeluaran) (Sarwono AB, 2002)

22

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.


Pada primigravia kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida
rata-rata 0,5 jam.
1) Tanda dan gejala kala II
a) Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah
b) Ibu ingin mengedan
c) Perineum menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka
d) Kepala telah turun di dasar panggul
2) Pemantauan kala II
a) Kemajuan persalinan
b) Kondisi Ibu : Periksa denyut nadi dan tekanan darah setiap 30 menit,
respon keseluruhan pada kala II (keadaan dehidrasi, perubahan sikap
atau perilaku, tingkat tenaga yang dimiliki)
c) Kondisi Janin : Periksa DJJ setiap 15 menit, penurunan presentasi,
perubahan posisi dan warna cairan tertentu.
3) Mekanisme persalinan normal (obstetri Fisiolohi, 1983)
Masuknya kepala dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.
Kalau sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir, ialah tepat
diantara symphisis dan promontorium. Serta os periental depan dan
belakang sejajar, maka dikatakan synclitismus.

23

Jika sutura sagitalis mendekati symphisis dan os periental belakang lebih


rendah dari os pariental depan, disebut asynclitismus posterior.
Asynclitismus

anterior

adalah

jika

sutura

sagitalis

mendekati

promontorium dan os pariental depan lebih rendah dari os pariental


belakang.
Majunya kepala disebabkan oleh tekanan cairan intra uterin, tekanan
langsung oleh fundus pada bokong, kekuatan mengejan, melurusnya
badan anak oleh perubahan bentuk rahim.
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubunubun kecil (UUK) lebih rendah dari ubun-ubun besar (UUB). Ukuran
kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir, yaitu diameter suboccipito
bregmatika 9,5 cm menggantikan diamter suboccipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak terdorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul cerviks, dinding
panggul atau panggul.
Kemudian kepala mengadakan putaran paksi dalam, yaitu pemutaran dari
bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
(UUK) memutar kedepan kebawah symphisis.
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala, disebabkan karena sumbu

24

jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah kedepan dan atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Setelah kepala lahir, maka kepala anak mengadakan putaran paksi luar,
yaitu kepala anak memutar kembali kearah panggul anak untuk
menghilangkan torsi (melilit) pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam.
Setelah putaran paksi luar maka dilahirkan bahu depan terlebih dahulu
baru kemudian bahu belakang dilahirkan dengan bahu depan sebagai
hipomochlion, selanjutnya seluruh badan anak lahir (ekspulsi) searah
dengan jalan lahir

6. Asuhan yang harus diberikan pada ibu kala II adalah :


(Saifuddin Abdul Bari, 2001)
1) Memberi dukungan terus menerus pada ibu
2) Menjaga kebersihan diri ibu
3) Memberi rasa nyaman
4) Memberikan dukungan mental
5) Mengatur posisi ibu untuk mengedan sesuai keinginan ibu yang nyaman
6) Menjaga kandung kemih tetap kosong
7) Memberikan cukup minum
8) Memimpin mengedan
9) Menganjurkan mengatur nafas selama persalinan

25

10) Kontrol kontraksi tiap 10 menit


11) Periksa nadi dan tekanan darah tiap 30 menit
12) Memantau denyut jantung tiap 15 menit atau setelah setiap kontraksi atau
habis mengedan.
13) Menolong kelahiran bayi
14) Mengeringkan tubuh bayi dan menghangatkan
15) Merangsang bayi

7. Kala III (Kala Pengeluaran Uri) (Asuhan Persalinan Normal 2004)


Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk pelepasan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira 100-200 cc. Tandatanda pelepasan plasenta :
1) Bentuk uterus berubah menjadi globular dan tinggi fundus uteri naik
karena plasenta dilepas kesegmen bawah rahim.
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah tiba-tiba

26

8. Asuhan yang diberikan kepada ibu bersalin kala III atau manajemen
aktif kala III.
1) Jepit dan gunting tali pusat
2) Memastikan tidak ada janin lagi dalam uterus
3) Memberikan oxytocin 10 unit IM
4) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
5) Mengidentifikasi tanda-tanda pelepasan plasenta
6) Melahirkan plasenta dengan maneuver Brand Andrew
7) Kaji kelengkapan plasenta dan selaputnya, catat kelainan bila ada
8) Melakukan massase fundus
9) Mengajarkan ibu menilai kontraksi dan massase fundus.
10) Catat waktu akhir kala III
11) Ukur dan kaji jumlah perdarahan
12) Kaji luka jalan lahir dan lakukan penjahitan
13) Lihat kondisi bayi, catat kondisi ibu, lihat bahwa ibu mampu buang air
kecil dan nyaman.
14) Catat semua data dengan akurat tentang ibu dan bayi

27

9. Kala IV (Kala Pengawasan) (Saifuddin, 2002, Mochtar 1998 : Bagian


obstetri dan ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung 1983).
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum.
1) 7 hal penting yang harus diperhatikan sebelum meninggalkan ibu post
partum (Mochtar, 1998)
a) kontraksi rahim
dapat diketahui dengan palpasi
b) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
c) Kandung kencing
Kandung kencing harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan
kalau tidak bisa lakukan kateter.
d) Luka-luka
Jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak
e) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
f) Keadaan umu ibu
Tensi, nadi, pernafasan, Rasa sakit
g) Bayi dalam keadaan baik

28

10. Asuhan yang harus diberikan pada ibu bersalin kala IV


1) Lakukan pengikatan tali pusat
2) Periksa fundus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam kedua.
3) Periksa tanda-tanda vital, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
4) Melakukan massase uterus bila kontraksi tidak kuat
5) Periksa perineum dari perdarahan aktif
6) Menganjurkan ibu minum untuk menjaga hidrasi
7) Menganjurkan ibu makan makanan yang disukai
8) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
9) Anjurkan ibu untuk istirahat dengan posisi yang nyaman
10) Beri kesempatan bayi berada bersama ibu untuk meningkatkan hubungan
dan memulai menyusui.
11) Bantu ibu untuk buang air kecil secara spontan
12) Pastikan ibu sudah buang air kecil 3 jam setelah melahirkan
13) Ajari ibu dan keluarga
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
14) Mengantarkan ibu ke ruang rawat gabung (rooming in)

29

D. Tanda Bahaya Persalinan


1. Partus lama, (Kala pertama atau persalinan aktif berlangsung lebih dari 12
jam).
2. Ketuban pecah sebelum waktunya (lebih dari 24 jam sebelum permulaan
persalinan)
3. Perdarahan sebelum melahirkan
4. Kala ke-2 yang lebih lama kira-kira lebih dari 2 jam

a. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


1. Definisi Masa Nifas
Masa nifas ( puerperium ) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal, 2002)
2. Mochtar, 1998, membagi nifas dalam 3 periode :
b. Puerperineum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
c. Puerperineum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna.

30

3.

Involusi alat-alat kandungan (Mochtar, 1998)

2.1.1.1 Uterus
Tingi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi, secara berangsurangsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi
Bayi lahir

Tinggi Fundus Uteri


Setinggi pusat

Uri lahir

2 jari bawah pusat

1 minggu

Pertengahan symphisis-pusat

2 minggu

Tidak teraba diatas symphisis

6 minggu

Bertambah kecil

8 minggu

Sebesar normal

2.1.1.2 Bekas implantasi plasenta


Tempat plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol kekavum uteri
dengan diamter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke
enam 24 cm, dan akhirnya pulih.
2.1.1.3 Luka-luka
Luka-luka pada jalan lahir yang tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7
hari.
2.1.1.4 Rasa sakit

31

After pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim,


biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
2.1.1.5 Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam nifas .
13) Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium, terjadi selama 2 hari pasca persalinan.
14) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca
persalinan.
15) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
16) Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
17) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
18) Lochiostasis
Lochea tidak lancar keluarnya.

2.1.1.6 Serviks

32

Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengangga seperti corong berwarna


merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaanperlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim.
Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui
1 jari.
2.1.1.7 Ligamen ligamen
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali.

4. Perubahan psikologis yang terjadi pada masa nifas


Dalam masa nifas seorang ibu bisa merasa takut, oleh karena itu ia memerlukan
dukungan dan dorongan dengan perasaan ketidakmampuan serta rasa kehilangan
hubungan yang erat dengan suaminya dan juga tanggung jawab yang terus
menerus untuk mengasuh bayinya.
( PUSDINAKES WHO JHPIEGO, 2003 )

5. Kunjunagn masa Nifas (Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, 2002)
4 x kunjungan masa nifas yaitu :
a.

5-8 setelah persalinan

Tujuannya :

33

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan rooming in
6) Menjaga bayi untuk mencegah hipotermia
b.

6 hari setelah persalinan


1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, dan infeksi
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, dan cairan
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c.

2 minggu setelah persalinan


Sama seperti 6 hari setelah persalinan

d.

6 minggu setelah persalinan


2) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami
3) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

6. Asuhan yang harus diberikan kepada ibu masa nifas

34

1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam dalam 24 48 jam pertama dan


seterusnya dua kali sehari.
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a) Kapan menghubungi bidan : jika ada tanda bahaya
b) Perawatan perineum
c) Perawatan payudara
d) Gizi
e) Kebersihan
f) Aktifitas dan istirahat
g) Kegiatan seksual
3) Memberikan suplemen zat besi
1) konseling tentang kontrasepsi
2) menjadwalkan kunjungan ulang

SOAP TEORI
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS
Tanggal pengkajian

jam:

35

Tempat

I. DATA SUBJEKTIF
S (subjektif) adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien atau
dengan seseorang yang mengetahui seluk beluk keadaan pasien selama ini.
a. Anamnesa

Nama

: ditanyakan dengan tujuan agar dapat mengenal atau

memanggil klien dengan benar.

Umur

: untuk mengetahui keadaan klien termasuk dalam usia

dewasa atau usia lanjut.

Agama

: untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama

yang dianutnya sehingga memudahkan dalam melakukan pendekatan dan


asuhan.

Suku/bangsa

: ditanyakan untuk mengetahui asal daerah klien.

Pekerjaan

: ditanyakan untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi

klien sebagai dasar konseling dan pengobatan yang diberikan.

Pendidikan

: ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

atau suami sebagai dasar pemberian HE

Alamat

: ditanyakan untuk mengetahui tempat tinggal klien,

dimana menjaga bila ada kemungkinan nama klien sama. Selain itu alamat
juga diperlukan untuk mengadakan kunjungan pada klien.
b. Keluhan utama
Adalah keluhan yang dirasakan oleh klien saat ini atau yang menyebabkan klien
datang memeriksakan diri.

36

c. Riwayat Menstruasi
Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur/ tidak, banyak darah yang keluar
saat haid, warna dan bau darah haid, serta disminorhea/tidak.
d. Riwayat Kehamilan
Perlu diketahui pola kontrol ibu selama hamil, apa saja yang sudah ibu dapatkan
selama hamil (obat dan imunisasi) serta apa saja yang dirasakan ibu selama hamil.
e. Riwayat persalinan
Untuk mengetahui tanggal dan jam persalinan, sejak kapan ibu kenceng-kenceng,
mengetahui hasil pemeriksaan dalam. Lalu untuk mengetahui bayi yang dilahirkan ibu
(tanggal dan jam lahir bayi, jenis kelamin, lahir spontan/tidak, BB, PB)
f. Riwayat Nifas
Perlu diketahui tanggal dan jam persalinan, apa yang dirasakan ibu setelah persalinan
dan apakah ASI sudah keluar/belum.
g. Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah klien menderita penyakit menular, menurun dan
menahun.
h. Riwayat kesehatan lalu
mengetahui apakah klien menderita penyakit menular, menurun dan menahun.
i. Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui pola keseharian ibu saat hamil dan saat nifas.
-

Nutrisi

: untuk mengetahui komposisi serta frekuensi

makan dan minum ibu setiap harinya.


-

Eliminasi
harinya

: untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK setiap

37

Aktivitas

: untuk mengetahui seberapa besar aktivitas ibu

setiap harinya
-

Istirahat

: untuk mengetahui frekuensi dan lama istirahat ibu

setiap harinya.
-

Personal Hygine

: untuk mengetahui seberapa besar kesadaran

kebersihan diri ibu.


j. Data Psikososial
Untuk mengetahui perasaan ibu, suami dan keluarga setelah kelahiran bayi.
k. Data Sosial Budaya
Untuk mengetahui asal daerah ibu dan suami agar mengetahui adat dan kebiasaan sosial
budaya klien.
II. DATA OBJEKTIF
O (objektif) adalah data yang didapatkan dengan melakukan pemeriksaan langsung
kepada pasien. Diantaranya pemeriksaan fisik umum dan khusus.
a. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum

: untuk mengetahui keadaan umum pasien secara

keseluruhan.

TTV

: untuk mengetahui berapa tekanan darah, suhu,

nadi dan pernafasan ibu.

b. Pemeriksaan fisik khusus

Inspeksi

38

Kepala

: mengevaluasi warna rambut, bersih/ tidak.

Muka

: pucat / tidak, oedem/tidak.

Mata

: konjungtiva merah muda/ tidak, sclera ikterus/

tidak.
Hidung

: simetris/tidak, ada secret/tidak, ada PCH/tidak.

Dada

: ada / tidak tarikan intercoaste

Payudara

: simetris/tidak, putting susu menonjol/tidak,

Abdomen

: ada bekas SC/tidak, ada striae dan linea/tidak.

Genetalia

: ada/tidak kondiloma akuminata, ada/tidak

keputihan, jahitan masih basah/kering, jahitan memiliki tanda


infeksi /tidak, mengetahui lochea yang keluar.

Anus

: mengevaluasi ada/ tidak hemoroid

Eks. Atas

: mengevaluasi gerakan normal/tidak

Eks. Bawah

: mengevaluasi gerakan normal/tidak

Palpasi
Ketiak

: ada / tidak pembesaran kelenjar limfe

Mata

: palpebra oedem/tidak.

Leher

: ada/ tidak bendungan vena jugularis, ada/tidak

pembesaran kelenjar tyroid.


Payudara

: ada/tidak nyeri tekan, ada/tidak benjolan

abnormal, ASI sudah keluar/belum

39

Abdomen

: untuk mengetahui involusi uteri, TFU, UC keras/

lembek, kandung kemih kosong/ tidak, ada shympisiolisis/tidak.

Genetalia

: ada/tidak pembesaran kelenjar skin dan bartolin.

Eks.atas

: oedem/tidak

Eks.bawah

: oedem/tidak, ada/tidak nyeri dorso flexi.

Auskultasi
Dada

: apakah ada suara pernafasan wheezing dan

ronchi, untuk mengetahui suara jantung.

A (analisis data) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui/menentukan


diagnosa potensial berdasarkan data subjektif dan objektif .
P ( penatalaksanaan) adalah rincian segala tindakan dan asuhan yang kita berikan
kepada pasien. Yang meliputi :
Intervensi

: mengacu pada kebutuhan segera

Implementasi

: rencana asuhan menyeluruh dan dilaksanakan

langsung.
Evaluasi

: hasil asuhan secara menyeluruh.

a. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


1. Definisi Bayi baru lahir

40

Bayi baru lahir (BBL) adalah organisme yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

2. Penatalaksanaan awal bayi baru lahir penilaian awal


Penilaian awal pada bayi baru lahir.
19) Air ketuban jernih
20) Kulit bayi berwarna merah
21)

Kehamilan cukup bulan

22) Bernapas spontan


23) Gerakan aktif
Pencegahan kehilangan panas (Depkes RI, 2004)
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain kering dan hangat
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi (mandikan bayi setelah
6 jam)
6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir yaitu :
1) Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali permenit.

41

2) Kehangatan : (> 380C atau < 360C)


3) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
4) Pemberian makan : reflek hisap lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah.
5) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, bernanah.
6) Infeksi : suhu tubuh meningkat, merah, bengkak keluar cairan (nanah),
bau busuk, pernafasan sulit.
7) Tinja / kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja
8) Aktivitas bayi : menggigil, atau tangis tidak bisa, sangat mudah
menangis, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak
bisa tenang, menangis terus menerus
1.

Rangsangan taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi
yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan
spontan.

2.

Perawatan tali pusat


Berikan nasehat pada ibu dan keluarga supaya jangan memberikan bahan
atau ramuan apapun pada pusat bayi dan jelaskan pada ibu untuk segera
meminta bantuan tenaga kesehatan jika pusat bayi menjadi merah,
mengeluarkan nanah atau darah.

3.

Memulai pemberian ASI

42

Pemerian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin
anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusui bayinya segera
setelah tali pusat di potong.

4.

Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.


Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Upaya protilaksis untuk
ganguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam satu jam
pertama kehidupannya. (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002)

5.

Pemberian Vitamin K
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral
1 mg/hari selama tiga hari untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K.

6.

Pencegahan infeksi
Saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi berikut ini :
1) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.

43

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum di
mandikan.
3) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem, gunting dan benang tali
pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola
karet penghisap, pakai yang bersih dan baru dan jangan digunakan untuk
lebih dari satu bayi.
4) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5) Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, dan benda-benda
lain yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih.

7. Keadaan bayi selama minggu-minggu pertama dan bulan pertama


(PUSDINAKES, 2003)
-

Bayi akan kehilangan panas, berat badan


dalam 2 hari pertama setelah lahir, tetapi akan kembali mendapatkannya pada
hari kesepuluh setelah lahir.

Bayi banyak tidur

Bayi minta susu setiap 2 atau 3 jam

Bayi berkemih 7 hingga 10 kali sehari

Bayi buang air besar paling tidak satu kali


sehari

Bayi belum mampu mengangkat kepalanya


sendiri

44

Tali pusat lepas sekitar 1-2 minggu.

8. Jadwal pemberian imunisasi menurut program Depkes


1.

Hepatitis B (VHB)
Pemberian imunisasi hepatitis B (VHB) dilakukan sebanyak 3 kali. Waktu
pemberian imunisasi hepatitis B yang pertama diberikan segera setelah lahir
atau dari usia 0-7 hari, sedangkan pemberian imunisasi hepatitis B yang
kedua pada usia 1-2 bulan dan pemberian dosis yang diberikan 0,5 ml.

2.

Tuberkulosisi (Vaksin BCG)


Waktu pemberian vaksin BCG pada usia 0 sampai 1 bulan dengan dosis 0,05
ml.

3.

Poliomielititis (VPO)
Pemberian poliomielititis ini dilakukan sebanyak 4 kali waktu pemberian
dapat dimulai setelah lahir atau dari usia 0 sampai 1 tahun dan jarak
pemberian minimal 4 minggu dan setiap pemberian diberikan sebanyak 2
tetes

A. Definisi Kontrasepsi

45

KB suntik (depo provera) adalah suntikan medroksi progesteron yang biasanya


diberikan pada hari ke-3 sampai 5 pasca persalinan, Segera setelah keguguran
dan pada masa interval sebelum hari ke-3 haid.
(Wiknjosastro, 2007)
KB suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)
Merupakan suatu progestin yang mekanisme kerjanya menghambat sekresi
hormon pemicu FSH dan LH serta lonjakan LH.
(Varney, 2007)
B. Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin yaitu:
1. Depo Medroksi Progesteron Asetat (Depo Provera)
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntikkan intramuskular.
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat)
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan
cara disuntik intramuskular.
C. Mekanisme Kerja
1. Mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH. Respon kelenjar
hipofisis terhadap gonadropin-realizing hormone eksogenus tidak berubah,
sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di kelenjar
hipofisis. Pemakaian DMPA dalam jangka lama,endometrium menjadi
dangkal dan sedikit dengan kelenjar yang tidak aktif.
2. Mengentalkan lendir servik
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
3. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi dari ovum
yang telah dibuahi.
4. Mempengaruhi kecepatan transportasi ovum dalam tuba fallopi
(Hartanto, 2007)
D. Keefektifan
Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan tahun, asal penyuntikannya dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
E. Keuntungan
- Sangta efektif
- Pencegahan kehamilan jangka panjang

46

Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.


Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai pramenopause
(Biran, 2011)
F. Kerugian
- Sering ditemukan gangguan haid seperti :
Siklus haid yang memendek dan memanjang
Perdarahan yang banyak atau sedikit
Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
Tidak haid sama sekali
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
- Tidak melindungi dari PMS
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
(Saifuddin, 2010)
G. Efek samping
1. Gangguan haid
- Amenorea
- Perdarahan bercak (spotting)
2. Berat badan bertambah
Umumnya pertambahan berat badan antara < 1 kg sampai 5 kg dalam tahun
-

pertama. Penyebab pertambahan BB tidak jelas tampaknya, terjadi karena


bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesanpara ahli, KB suntik merangsang pusat kendali nafsu makan dan
menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya.
3. Sakit kepala
Peristiwa sakit kepala terjadi pada < 1-17% akseptor
4. Efek metabolik
Depo provera mempengaruhi metabolisme karbohidrat tetapi tidak ditemukan
terjadinya diabetes pada akseptor
5.
-

Efek pada sistem reproduksi


Kembalinya kesuburan atau fertilisasi
Efek pada fetus atau janin
Laktasi
(Hartanto, 2007)

H. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntik progestin


1. Usia reproduksi
2. Nulipara dan yang telah memiliki anak

47

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menghendaki kontrasepsi jangka panjang


Ibu menyusui
Setelah abortus atau keguguran
Telah banyak anak
Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
Mendekati usia menopause

I. Yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi suntik progestin


1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
4. Menderita kanker payudara
5. Diabetes melitus disertai komplikasi
(Saifuddin, 2010)
J.

Waktu pemberian kontrasepsi suntik progestin


1. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
2. Diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pasca keguguran
(Wiknjosastro, 2010)

48

Anda mungkin juga menyukai