Skenario D Blok 17 Kel 4 (FIX)
Skenario D Blok 17 Kel 4 (FIX)
SKENARIO D BLOK 17
Kelompok 4
Tutor : dr. Yan Effendy
Agus Salim
04101401015
Tri Hasnita
04101401019
04101401028
04101401029
Atifatur Rachmania
04101401078
04101401083
04101401091
Novianty
04101401096
04101401122
Ayu Ariesta
04101401126
Dyaz Desimorianiaga
04101401130
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario
D Blok 17 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 17 yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis
mengharapkan
kritik
dan
saran
yang
bersifat
membangun
guna
Penulis
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab I Pendahuluan
1
2
Bab II Pembahasan
2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Paparan
I.
Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
25
25
25
26
35
44
52
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
7.2 g/dL
99.0 fL
3.200/mm3
Platelet
131.000/mm3
2.2
I.
1.3
39
Sodium
138 mEq/dL
Potassium
3.5 mEq/dL
Urea
5.2 mmol/dL
Creatinine
64 mol/dL
Paparan
Klarifikasi Istilah
First pregnancy
delivered twin sons
Antenatal
: Sebelum persalinan.
Ferrous sulphate
Folic acid
Liquor volume
Spontaneous labour
Intravenous cannula
Lochia
Drowsy
: Penurunan kesadaran.
10. Pale
perineum
jaringan perineum.
12. Sutured
: Dijahit.
: Perdarahan masif.
14. INR
15. APPT
II.
Identifikasi Masalah
1. Ny. Rima, 36 tahun, G1P1A0, melahirkan bayi kembar laki-laki 24 jam yang
lalu tanpa komplikasi antenatal.
2. Riwayat kehamilan:
Ny. Rima diberi ferro sulfat dan asam folat sebagai profilaksis anemia
selama kehamilan, Hb terakhir 10,9 g/dL pada usia kehamilan 38 minggu.
3. Riwayat persalinan:
-
4. Sekarang Ny. Rima mengalami perdarahan masif (500 mL) dengan keluar
bekuan darah.
5. Pemeriksaan fisik:
-
TB
= 155 cm
BB
= 50 kg
Temp = 35,9 oC
BP
= 100/60 mmHg
HR
= 112 x/menit
Inspeksi vagina didapat robekan derajat dua pada perineum yang sudah
dijahit dengan perdarahan masif.
6. Pemeriksaan laboratorium:
-
Hb
= 7,2 g/dL
MCV
= 99,0 fL
Leukosit
= 3.200/mm3
Trombosit = 131.000/mm3
INR
= 1,3
APTT
= 39 detik
Natrium
= 138 mEq/dL
Kalium
= 3,5 mEq/dL
Urea
= 5,2 mmol/dL
Kreatinin
= 64 mol/dL
III.Analisis Masalah
1. Bagaimana hubungan usia, kehamilan pertama, dan gemeli dengan perdarahan
pascapersalinan (PPP)?
2. a. Apa manfaat dan efek samping pemberian ferro sulfat dan asam folat
terhadap ibu dan janin selama kehamilan?
Usia 36 tahun
Termasuk usia yang beresiko, karena usia yang baik untuk hamil adalah 20
- 35 tahun. Pada usia > 35 tahun elastisitas otot polos uterus dan jalan lahir
mulai menurun. Usia ibu yang tua bisa mengakibatkan partus menjadi lama,
sehingga berisiko terjadi atoni uteri yang mengakibatkan perdarahan
pascapersalinan.
Gemeli
Kehamilan multipel dapat menyebabkan atoni uteri karena distensi uterus
yang berlebihan maka terjadi perdarahan pascapersalinan.
2.
a. Apa manfaat dan efek samping pemberian fero sulfat dan asam folat
terhadap ibu dan janin selama kehamilan?
Fero sulfat
Asam folat
Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua
embrio akan terjadi, masing-masing dalam kantong yang terpisah,
dengan chorion bersama, dengan demikian menimbulkan kehamilan
kembar diamnionik, monochorionik.
kantong
amnion
bersama,
atau
kehamilan
kembar
monoamnionik, monochorionik.
2) Kembar Dizigotik
Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang
terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar
monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain
ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi infertilitas.
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
batas toleransi dan seringkali terjadi partus prematurus. Berat lahir ratarata kehamilan kembar dua 2500 gram, triplet 1800 gram, kuadruplet
1400 gram. Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat
plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu
amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah
monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin
tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.
Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin
berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan
pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk,
bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat.
Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar
pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan
persalinan vagina adalah 935 ml atau hampir 500 ml lebih banyak
dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.
Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional
lebih sedikit pada kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan
tunggal, yang menimbulkan anemia fisiologis yang lebih nyata. Kadar
hemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20
minggu ke depan. Cardiac output meningkat sebagai akibat dari
peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume.
Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak meningkatkan
perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya
dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon.
Khusus dengan kembar dua monozigotik, dapat terjadi akumulasi yang
cepat dari jumlah cairan amnionik yang nyata sekali berlebihan, yaitu
hidramnion akut. Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup
besar serta pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru
dengan peninggian diafragma.
Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi
Cek presentasi
-
Bayi II
Periksa DJJ
10
Ketuban dipecah
Periksa DJJ
Pecahkan ketuban
Periksa DJJ
11
a) Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan
lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang
berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro
elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berfroliferasi karena adanya estrogen yang sangat
besar
kemudian
mengalami
atrofi
sebagai
reaksi
terhadap
Tinggi Fundus
Setinggi pusat
Berat
1000gr
Diameter
12,5 cm
12
1 minggu
Pertengahan antara
500 gr
7,5 cm
350 gr
60 gr
5 cm
2,5 cm
Tidak teraba
Normal
Lokia
Lokia adalah sekresi
cairan rahim
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus, lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat menyebabkan
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam pada vagina
normal.
a) Lokia rubra atau lokia kruenta
Lokia ini muncul pada hari pertama hingga hari keempat postpartum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena mengandung darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
dan mekonium.
b) Lokia sanguinolenta
Cairan yang berwarna merah kecoklatan dan berlendir, berlangsung
dari hari keempat dan ketujuh postpartum.
c) Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit dan robekan/laserasi plasenta, muncul pada hari ketujuh
hingga hari keempat belas post partum.
d) Lokia alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender serviks
dan serabut jaringan yang mati, berlangsung selama 2 minggu
sampai 6 minggu.
e) Lokia purulenta
Bila keluar cairan nanah dan berbau busuk selama postpartum.
Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna serviks
sendiri merah kehitam-hitaman karena mengandung pembuluh darah,
konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil,
karena robekan yang terjadi selama dilatasi. Bentuk seperti corong karena
kontraksi korpus uteri sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan serviks terbentuk cincin. Muara serviks
yang berdilatasi selama persalinan akan menutup secara bertahap. Setelah
bayi lahir, tangan masih bisa masuk, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari.
Pada minggu keenam postpartum serviks menutup.
13
tekanan
yang
menyebabkan
kolon
menjadi
kosong,
Hormon plasenta
Pengeluaran
plasenta
menyebabkan
penurunan
hormon
yang
Hormon pituitari
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu dua minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
14
Hormon oksitosin
Selama kala 3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta,
dan
selanjutnya
bertindak
atas
otot
yang
menahan
kontraksi,
15
Syok hipovolemik
Anemia
Sheehan syndrome
Iskemik miokard
Kematian maternal
Interpretasi
Anemia
umum
kesadaran
Perdarahan anemia
dan pucat
perfusi O2 ke jaringan
mentis
penurunan kesadaran
TB
155 cm
dan pucat.
IMT = 20, 81
50 kg
35,9 oC
BB
Temp
36,5-37,2 C
BP
HR
80-100
112 x/menit
Takikardia
Perifer
x/menit
Dingin
Anemia
Hangat
Syok ringan
Perdarahan hipovolemia
rangsang saraf simpatis
kontriksi arteriol, kontriksi
vena, kontraksi otot jantung
takikardia.
Hipovolemia redistribusi
16
Abdomen
perifer dingin.
Atoni uteri dan PPP
Pertengahan
Setinggi
antara
simpisis pubis
gangguan penutupan
Tegang dan
Lembut dan
keras
tidak tegang
implantasi plasenta
perdarahan di kavum uterus
menumpuknya koagulasi
darah uterus gagal
berinvolusi uterus teraba
setinggi umbilikus dan
lembut, abdomen lembut dan
Vagina
Tidak ada
Laserasi
tidak tegang.
Robekan pada mukosa
laserasi
derajat 2
pada
perineum
6.
Pemeriksaa
Nilai Normal
Pada Kasus
Interpretasi
n
Hb
MCV
7,2 g/dL
99,0 fL
Anemia
Normal
Perdarahan anemia
Leukosit
5.000 - 10.000
normokrom normositer
Menurun
3.200/mm3
Perdarahan lokia
Trombosit
INR
150.000 -
131.000/mm
banyak leukosit
Menurun
400.000
Perdarahan
0,8 - 1,2
trombosit
Meningkat
1,3
Perdarahan
viskositas darah
17
faktor pembekuan
7.
APTT
Natrium
23 - 39 detik
135 - 155
39 detik
138 mEq/dL
darah
Normal
Normal
Kalium
Urea
mEq/dL
3,6 - 5,5 mEq/dL 3,5 mEq/dL
2,6 - 5,5
5,2 mmol/dL
Normal
Normal
Kreatinin
mmol/dL
45 - 90 mol/dL
Normal
64 mol/dL
Gejala primer:
Gejala primer:
Gejala primer:
a. Uterus tidak
a. Plasenta atau
a. Perdarahan segera
berkontraksi dan
sebagian selaput
lembek
(mengandung
b. Perdarahan segera
pembuluh darah)
mengalir segera
tidak lengkap
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi
baik
pascapersalinan
primer)
d.
Gejala sekunder:
Gejala sekunder:
a. Uterus berkontraksi
tidak berkurang
ekstremitas dingin,
gelisah, mual, dan
Plasenta baik
Gejala sekunder:
a. Pucat
b. Lemah
lain-lain)
c. Menggigil
8.
18
(kemungkinan diagnosis)
(2) Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab
munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)
(3) Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit
tersebut (faktor predisposisi dan faktor risiko)
(4) Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
(5) Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan
pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)
Riwayat Obstetri
1. Riwayat menstruasi meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT.
2. Riwayat perkawinan meliputi: usia kawin, kawin yang keberapa, usia
mulai hamil.
3. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
a. Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta.
b. Riwayat persalinan meliputi: tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan
anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu
lahir.
c. Riwayat nifas meliputi: keadaan luka, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi.
d. Riwayat kehamilan sekarang.
-
e. Riwayat
antenatal
care
meliputi: dimana
tempat pelayanan,
darah.
Tekanan
darah
biasanya
stabil,
memperingan
19
hipovolemia.
4. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi
tidak normal.
Pemeriksaan Khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
1. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan), ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2. Sistem vaskularisasi:
a. Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8
jam berikutnya.
b. Tensi diawasi tiap 8 jam.
c. Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
d. Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
e. Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek
koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem reproduksi:
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum,
kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan
posisinya serta konsistensinya.
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna,
banyak dan bau.
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi,
luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas.
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
f.
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan
fungsi sebelum kehamilan (sub involusi).
20
diaktivasi,
masa
tromboplastin
partial
(APT/PTT),
masa
Akibat anestesi
Multiparitas
Korioamniotis
Sisa plasenta
21
Plasenta susenturiata
Ruptura uteri
Gangguan koagulasi
Jarang terjadi tetapi bisa memperburuk keadaan di atas, misalnya pada
kasus trombofilia, sindrom HELLP, preeklampsia, solusio plasenta,
kematian janin intrauterin, dan emboli air ketuban.
Overdistensi uterus
Abdomen lembek
Partus lama
PPP
Hb
anemia
Perfusi O2 dan nutrisi ke jaringan
WBC dan platelet
Fundus uteri teraba setinggi pusat
Perdarahan pervaginam
takikardia
22
Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah
tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan
karena tromboplastin sudah tidak mampu lagi bertindak sebagai anti
pembekuan darah.
Masase fundus uterus (searah jarum jam), sampai uterus menjadi keras dan
merangsang puting susu.
Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan
operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus)
atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa:
Histerektomi supravaginal
Pencegahan
-
Persiapan sebelum lahir (lihat keadaan umum, atasi anemia jika pada
23
V. Hipotesis
24
VI.
Anamnesis:
Kerangka Konsep
Pemeriksaan lab:
Riwayat
Pemeriksaan
persalinan:
fisik:
VII.
BAB III
SINTESIS
25
3.1Kehamilan Kembar
Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multiple adalah suatu kehamilan dengan
dua janin atau lebih. Kehamilan multiple dapat berupa kehamilan ganda/gemeli (2
janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan seterusnya.
Kehamilan multiple terjadi jika dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi (dizigotik)
atau jika satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua
embrio (monozigotik).
Superfetasi adalah fertilisasi dan perkembangan ovum ketika janin telah berada
di dalam uterus. Sedangkan superfekundasi adalah fertilisasi ovum melalui
inseminasi setelah ovum difertilisasi. Superfekundasi mengacu kepada pembuahan
dua ovum dalam jangka waktu pendek, namun bukan pada waktu koitus yang sama
dan tidak harus oleh sperma pria yang sama.
26
Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang lain,
karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari
perdarahan.
Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum, seperti akardiakus, dan kelainan lainnya.
Dapat terjadi sindroma transfusi fetal, pada janin yang mendapat darah
lebih banyak terjadi hidramnion, polistemia, edema dan pertumbuhan
yang baik. Sedangkan janin kedua terlihat kecil, anemis, dehidrasi,
oligohidrami dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup
bulan.
27
Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda), atau pada
kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
Etiologi
Bangsa, hereditas, umur, dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur. Juga obat klomid dan hormon
gonadotropin
yang
dipergunakan
untuk
menimbulkan
ovulasi
dilaporkan
28
tali pusat.
29
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tua kehamilan
Polihidramnion;
3. Auskultasi
Palpasi satu atau lebih fetus pada fundus setelah melahirkan satu bayi.
2. Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin serta jumlah seldarah merah menurun,
berhubungan dengan peningkatan volume darah.Anemia mikrositik hipokrom
30
sering kali muncul pada kehamilan kembar. Pada trimester kedua, kebutuhan
fetus terhadap besi (Fe) melebihi kemampuan maternal untuk mensuplai Fe 7.
Pada tes toleransi glukosa sering kali didapat gestasional DM dan
gestasional hipoglikemi. Pada kehamilan kembar, chorionic gonadotropin pada
urin, estriol dan pregnanendiol meningkat. Kehamilan kembar juga dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan peningkatan serum alfa fetoprotein ibu,
meskipun pemerisaan ini tidak berdiri sendiri.
3. Ultrasonografi
Sonografi dapat dilakukanpada awal minggu 6 7 postmenstrual dengan
vaginal probe. Dengan pemeriksaan USG yang teliti,kantung gestasional yang
terpisah dapat diidentifikasi pada awal kehamilan kembar. Identifikasi masingmasing kepala fetus harus dapat dilakukan dalam bidang tegak lurus sehingga
tidak tertukar dengan potongan lintang badan janin dengan kepala janin yang
kedua. Scanning sonograf harus mampu mendeteksi semua bagian janin.
Roentgen foto abdomen. Namun cara ini sudah jarang dilakukan karena
adanya bahaya penyinaran.
Manifestasi Klinik
Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati
Batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
31
pendek dengan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar. Kira-kira 25% bayi
kembar, 50% bayi triplet, dan 75% bayi kuadruplet lahir 4 minggu sebelum
kehamilannya cukup-bulan. Lama kehamilan rata-rata untuk kehamilan kembar 260
hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah,
sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain. Frekuensi
hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan kembar daripada
kehamilan tunggal. Hidramnion menyebabkan uterus regang, sehingga dapat
menyebabkan partus prematurus, inersia uteri, atau perdarahan postpartum.
Frekuensi pre-eklampsia dan eklampsia juga dilaporkan lebih sering pada
kehamilan kembar. Hal ini diterangkan dengan penjelasan bahwa keregangan uterus
yang berlebihan menyebabkan iskemia uteri. Solusio plasenta dapat terjadi setelah
bayi pertama lahir, sehingga menyebabkan salah satu faktor kematian yang tinggi
bagi janin kedua. Keluhan karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti
sesak napas, sering kencing, edema, dan varises pada tungkai bawah dan vulva.
Berhubung uterus regang secara berlebihan, ada kecenderungan terjadinya
inersia uteri. Tetapi, keadaan ini diimbangi oleh bayi yang relatif lebih kecil, sehingga
lamanya persalinan tidak banyak berbeda dari persalinan kehamilan tunggal.
Penanganan Persalinan
Kehamilan
kembar
perlu
perhatian
khusus.
Rekomendasi
untuk
Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
32
33
Segera setelah bayi kedua lahir, ibu disuntikkan oksitosin 10 IU dan tinggi
fundus uteri diawasi. Jika tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka plasenta
dilahirkan dan diberi 0,2 mg methergin. Kala IV diawasi secara cermat dan cukup
lama agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan dapat segera ditangani.
Interval antara lahirnya bayi pertama dan kedua biasanya 5 15 menit,
dengan waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi kedua yang kurang dari 5 menit
setelah bayi pertama akan menimbulkan trauma persalinan. Sementara kelahiran
bayi kedua yang lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insufisiensi uteroplasental,
karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum
bayi dilahirkan.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin pada keadaan hamil kembar lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Angka kematian parinatal pada kehamilan
kembar cukup tinggi. Kembar monozigotik 2,5 kali lebh tinggi dari pada angka
kematian kembar dizigotik. Risiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau
keduanya tinggi. Pada trimester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau
keduanya mungkin terjadi. Anemia sering kali ditemukan pada kehamilan kembar
karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak
sebanding dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar hemoglobin
menjadi turun.
Pada tahun 2006 Angka kejadian persalinan prematur di Amerika (umur
kehamilan 37 minggu) pada kehamilan kembar sebesar 61%. Angka ini jauh
melampaui kehamilan tunggal premature yaitu sebesar 11%.
Frekuensi terjadinya hipertensi, preklamsia dan eklamsia meningkat pada
kehamilan kembar. Perdarahan antepartum karena permukaan plasenta yang jelek
pada kehamilan kembar sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian yang paling
umum terjadi pada salah satu janin adalah membelitnya tali pusar. Bahaya yang
perlu diperhatikan pada kematian satu janin adalah koagulopati konsumtif berat yang
dapat mengakibatkan disseminated intravascular coaglopathy.
Berat badan lahir rendah lebih sering ditemukan pada kehamilan kembar
dari pada kehamilan tunggal. Sebanyak 59% dari kelahiran kembar memiliki berat
badan lahir rendah (< 2500 g) Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan janin yang
terbatas serta persalinan preterm. Pada kehamilan kembar juga memungkinkan
terjadi hambatan pertumbuhan intra urin. Pada kehamilan dizigotik, perbedaan
ukuran yang mencolok biasanya disebabkan oleh plasentasi yang tidak sama. Satu
tempat plasenta menerimasuplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya.
Perbedaan ukuran juga bisa disebabkan oleh abnormalitas umbilikus.
34
Prognosis
Bahaya bagi ibu dengan kehamilan kembar lebih tinggi dari pada kehamilan
tunggal. Hal ini dikarenakan pada kehamilan kembar, ibu lebih sering mengalami
anemia, pre-eklampsia, operasi obstetrik dan perdarahan postpasrtum sehingga
prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal, dimana
resiko terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia, pertolongan obstetri operatif
dan perdarahan post partum lebih tinggi. Angka kematian perinatal tinggi terutama
karena premature, prolaps tali pusat, solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena
kelainan letak janin.
Kematian bayi kedua lebih tinggi dari pada bayi pertama karena lebih sering
terjadi gangguan sirkulasi plasenta setelah bayi pertama lahir, lebih banyak terjadi
prolapsus funikuli, solusio plasenta, serta kelainan letak pada janin kedua.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
35
hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahanperubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Involusi Uteri
Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari
Setinggi pusat
Pertengahan
(minggu 1)
14 hari
dan simpisis
Tidak teraba
350 gram
5 cm
(minggu 2)
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm
1000 gram
pusat 500 gram
Diameter
Uterus
12,5 cm
7,5 cm
Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen
yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
36
Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Percampuran
antara
darah
dan
desidua
inilah
yang
dinamakan
lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat
sebagai berikut:
Lokia
Rubra
Sanguilent
Waktu
1-3 hari
3-7 hari
Warna
Merah
Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks
kehitaman
caseosa,
Putih
rambut
lanugo,
sisa
bercampur
Serosa
merah
Kekuningan/
kecoklatan
Putih
Alba
7-14 hari
>14 hari
37
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga
270 ml.
Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bias memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
Pengosongan usus
38
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada
masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar
ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari
cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan
untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan
dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah
tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan
dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi
pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu
merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil
pada ibu post partum, antara lain:
39
Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
yang
tertimbun
selama
hamil
kadang-kadang
disebut
kebalikan
Kulit abdomen
40
Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
Perubahan ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti
sediakala.
Tidak
jarang
ligamentum
rotundum
menjadi
kendor
yang
Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara
lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini
dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan
ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada pascapartum antara lain:
-
Hal
ini
disebabkan
adanya
ketegangan
postural
pada
sistem
41
penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur.
Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
-
Diastasis Rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada
tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap
linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering
terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen
dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih
ke arah keturunan,sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
42
bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
1. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh
plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah
menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun
dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2. Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam
waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5. Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang
tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, vulva dan vagina.
43
44
IV. KOMPLIKASI
Syok terjadi bila ada hipoperfusi pada organ vital. Hipoperfusi bisa disebabkan
oleh kegagalan kerja jantung (syok kardiogenik), infeksi yang hebat sehingga terjadi
redistribusi cairan yang beredar (intravaskular) ke dalam cairan ekstravaskular (syok
septik), hipovolemia karena dehidrasi (syok hipovolemik) atau karena perdarahan banyak
45
(syok hemoragik). Tanda dan gejala syok hemoragik bervariasi tergantung pada jumlah
darah yang hilang dan kecepatan hilangnya darah (Tabel 3).
Tabel 3. Tanda, Gejala dan Klasifikasi Syok Hemoragik (Wanita dengan Berat Badan 6070 kg)
banyak.
Keadaan
ini
cepat
memacu
terjadinya
kegagalan
miokardium.
46
VI. PENANGANAN
Tujuan utama penanganan perdarahan postpartum ada 3 yakni pencegahan,
penghentian
perdarahan
dan
mengatasi
syok.
Pendekatan
resiko,
meskipun
47
Setiap ibu melahirkan harus mendapatkan manajemen aktif kala III. Merupakan
tindakan
(intervensi)
yang
bertujuan
mempercepat
lahirnya
plasenta
dengan
Dokter
ahli
harus
menggunakan
uterotonika
(oksitosin,
ergonovine,
2. Uterotonika
48
3. Misoprostol
Misoprostol adalah analog prostaglandin E 1, yang banyak digunakan dalam
praktek obstetrik karena sifatnya yang memacu kontraksi miometrium. Misoprostol lebih
unggul dibanding prostaglandin lain seperti PG E 2 atau PG F2 karena sifatnya yang
stabil pada temperatur kamar, murah dan mudah penggunaannya.
Adanya perdarahan postpartum setelah persalinan harus segera ditangani
dengan tepat. Penanganan lini pertama dengan pemberian uterotonika yaitu oksitosin
dan ergometrin yang dilanjutkan dengan masase uterus. Misoprostol dapat digunakan
apabila dengan metode ini perdarahan tidak dapat dihentikan. Dalam situasi di mana
uterotonika tidak tersedia, pemberian misoprostol 600 g dapat digunakan sebagai terapi
utama perdarahan postpartum. Misoprostol dapat diberikan secara oral ataupun
sublingual.
4. Penanganan perdarahan postpartum yang telah terjadi (establihed postpartum
hemorrhage)
a. Intervensi medis
Jika dengan managemen aktif kala III perdarahan vaginal masih
berlangsung, maka harus segera diberikan 5-10 unit oksitosin secara intravena
pelan atau 5-30 unit dalam 500 ml cairan dan 0,25-0,5 mg ergometrin intravena.
Pada saat yang sama dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya sebab lain seperti adanya robekan jalan lahir atau retensi sisa plasenta.
Perhatian harus ditujukan pada cara mengatasi syok (ABC's) dengan
memasang venokateter besar, memberikan oksigen dengan masker, monitoring
tanda vital dan memasang kateter untuk memonitor jumlah urin yang keluar.
Monitoring saturasi oksigen juga perlu dilakukan. Darah diambil untuk
pemeriksaan rutin, golongan darah dan skrining koagulasi.
Langkah penting yang harus segera diambil adalah koreksi hipovolemia
(resusitasi cairan). Kelambatan atau ketidaksesuaian dalam memberikan koreksi
49
50
Lasso-Budiman,
sederhana,
mudah,
keduanya
dan
efektif
merupakan
untuk
teknik
menghentikan
yang
aman,
perdarahan
DAFTAR PUSTAKA
51
Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Kumala, Poppy, Dyah Nuswantari. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Leveno, Kenneth J, Cunningham, F. Gary, et al. 2003. Obstetri Williams. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
52