Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan
1. Pengertian
Penyuluhan berarti proses, cara, memberikan penerangan serta perbuatan
menyuluh (Dep.Pendidikan,2005).
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan identik dengan pendidikan
kesehatan karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku.

2. Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga,
dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat
selain itu berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehata yang optimal.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku
perseorangan maupun masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy,2003,hlm.232).

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyuluhan kesehatan meliputi 3 aspek, yaitu; a). Sasaran
penyuluhan yaitu individu, keluarga, dan masyarakat yang dijadikan subjek dan
objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati dan
mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari; b). Materi atau
6
Universitas Sumatera Utara

pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan


kebutuhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dalam bahasa kesehariannya, materi yang disampaikan tidak perlu sulit
untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi penyuluhan menggunakan
alat peraga untuk mempermudah pemahaman, sehingga materi yang akan
disampaikan dapat dirasakan langsung oleh sasaran; c). Metode yang dipakai dalam
penyuluhan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara
yang

memberika

penyuluhan

dengan

sasaran,sehingga

diharapkan

tingkat

pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah
dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, dan
ceramah (Effendy,2003,hlm.236).

B. Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan
panguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku.
Menurut Rogers (1974) bahwa individu akan melakukan perubahan perilaku dengan
mengadopsi perilaku dengan tahapan-tahapan antara lain ; individu mulai menyadari
adanya stimulus, individu mulai tertarik dengan adanya stimulus, individu mulai berpikir
dan mempertimbangkan, individu mulai mencoba perilaku baru, individu menggunakan
perilaku baru. (Setiawati, S., & Dermawan, A.C., 2008, hlm 55).
2. Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
1). Cara coba salah ( trial and error )
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan ke
empat dan seterusnya sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
2). Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu
pengetahuan.
3). Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula menggunakan cara
tersebut.
4). Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Universitas Sumatera Utara

b. Cara Modern Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
(Notoatmodjo, 2005, hlm. 11-18 ).

3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yakni :
a. Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperoleh
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
mejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebaginya terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

Universitas Sumatera Utara

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan


sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


e. Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria
yang telah ada (Notoatmodjo, 2003, hlm. 128 - 130).
C. Vitamin A
1. Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan
vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup
(Almatsier, 2003, hlm. 153).
Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi manusia, karena zat
gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus dipenuhi dari luar tubuh berupa makanan
yang dikonsumsi ( Hassan, 2002, hlm. 344 ).

Universitas Sumatera Utara

Vitamin A juga merupakan vitamin yang berfungsi bagi pertumbuhan sel sel
epitel, dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata
(Notoatmodjo, 2003, hlm. 196).

2. Manfaat Vitamin A
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Bila
kita dari cahaya terang diluar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
cahayanya, maka kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang
berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia didalam darah. Tanda
pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat
memperbaiki penglihatan yang kurang bila itu disebabkan karena kekurangan
vitamin A.
b. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,
pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak anak
yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Dimana
vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
c. Reproduksi
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan
perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk
retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi
mengalami keguguran atau kesukaran dalam melahirkan. Kemampuan retinoid

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas


sistem kekebalan diduga

berpengaruh dalam pencegahan kanker

kulit,

tenggorokan, paru-paru, payudara dan kandung kemih.


d. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia.
Dimana kekurangan vitamin A dapat menurunkan

respon antibody yang

bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang
( Almatsier, 2003, hlm. 158 161 ).

3. Sumber-Sumber Vitamin A
Vitamin A yaitu karoten terdapat dalam berbagai macam makanan. Daging
merah hati, susu, full cream, keju, mentega merupakan makanan yang tinggi retinol.
Sayur dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning seperti wortel, sayur hijau seperti
daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, tomat,
jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, buah peach, apricot dan
minyak sayur, yaitu minyak kelapa sawit yang berwarna merah merupakan makanan
yang tinggi karoten ( Hidayat, 2005, hlm. 91 ).

4. Kebutuhan Vitamin A
Pemenuhan kebutuhan vitamin A sangat penting untuk pemeliharaan
kelangsungan hidup secara normal. Kebutuhan tubuh akan vitamin A untuk orang
Indonesia telah dibahas dan ditetapkan dalam Widyakarya Nasional pangan dan
Gizi (2007) dengan mempertimbangkan faktor-faktor khas dari kesehatan tubuh
orang Indonesia (Widyakaryanasional, 2007. Kebutuhan Vitamin A bagi Orang

Universitas Sumatera Utara

Indonesia.

http://www.Widyakaryanasional.co.id.

cetak.publikasi/php?/260607/003. diperoleh tanggal 6 November 2008).


Tabel 1. Daftar Kecukupan Vitamin A
Golongan Umur
Kebutuhan Vitamin A (RE)
Bayi
0 6 bulan
350
7 12 bulan
350
Balita
1 3 tahun
350
4 6 tahun
460
7 9 tahun
400
Pria
10 12 tahun
500
13 15 tahun
600
16 19 tahun
700
20 45 tahun
700
46 59 tahun
700
>60 tahun
600
Wanita
10 12 tahun
500
13 15 tahun
500
16 19 tahun
500
20 45 tahun
500
46 59 tahun
500
>60 tahun
500
+ 200
Hamil
+ 350
Menyusui
0 6 bulan
7 12 bulan
+ 300
(Almatsier, 2003, hlm. 161).

5. Tanda dan Gejala Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata
dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A,
terganggunya kemampuan untuk beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap,
xerophthalmia, hingga akhirnya mengalami kebutaan dapat terjadi.
Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air
mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput
yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang
akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan
yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi
kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku (Almatsier, 2003, hlm. 162)

6. Akibat Kekurangan Vitamin A


Vitamin A juga berperan sebagai antioksidan yang mampu menyingkirkan
radikal bebas yang terdapat didalam membran lemak menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil.
Penyebab primer adalah kekurangan vitamin A dan pembentukan vitamin A
dalam pengaturan makanan sehari-hari. Penyebab sekundernya adalah terjadinya
kegagalan dalam penggunaan vitamin A ( Almatsier, 2003, hlm. 163 ).
Penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin A adalah Xeropthalmia yaitu
keadaan selaput ikat mata yang kering akibat kekurangan vitamin A (Notoadmojo,
2003, hlm. 201).

7. Pencegahan dan Pengobatan


Kekurangan makan makanan bergizi yang berlarut-larut, selain membuat
orang menjadi kurus juga kekurangan vitamin-vitamin, termasuk kekurangan vitamin
A. penyakit usus yang menahun akan mengakibatkan penyerapan vitamin A dari usus
terganggu.
Untuk melakukan pengobatan harus berobat pada dokter dan biasanya dokter
akan memberikan suntikan vitamin A setiap hari sampai gejalanya hilang. Untuk
mencegah kekurangan vitamin A makanlah pepaya, wortel dan sayur-sayuran yang
berwarna ( Hassan, 2002, hlm. 345 ).

Universitas Sumatera Utara

Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk


mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini
adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah
Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A
didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan
Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu
melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan
membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2000 ).
Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai
dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka berikan
vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan
maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein
kalori mal nutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan
gizi.
Pencegahan dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan dari brosur
suplementasi vitamin A kapsul yang terdiri dari :
a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)
Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara
dengan vitamin A 100.000 IU) dengan dosis
1) Pencegahan bayi umur 6 bulan 11 bulan : 1 kapsul
2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
-

Saat ditemukan segera beri 1 kapsul

Hari berikutnya 1 kapsul

4 minggu berikutnya 1 kapsul

Universitas Sumatera Utara

3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya diberi
1 kapsul.
b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A
mengandung palmitat 1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000
IU) dengan dosis :
1). Pencegahan bayi umur 1 tahun 3 tahun : 1 kapsul
2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
-

Saat ditemukan segera beri 1 kapsul

Hari berikutnya 1 kapsul

4 minggu berikutnya 1 kapsul

3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi
lainnya diberi 1 kapsul ( Puspitorini, 2006 ).

8. Jadwal Pemberian Dosis Vitamin A


Anak-anak yang mengalami gizi kurang mempunyai resiko yang tinggi untuk
mengalami kebutaan sehubungan dengan defisiensi vitamin A, karena alasan ini
vitamin A dosis tinggi harus diberikan secara rutin untuk semua anak yang
mengalami gizi kurang pada hari pertama, kecuali bila dosis yang sama telah
diberikan pada bulan yang lalu. Dosis tersebut adalah sebagai berikut: 50.000 IU
untuk bayi berusia < 6 bulan, 100.000 IU untuk bayi berumur 6 - 12 bulan , dan
200.000 IU untuk anak berusia > 12 bulan. Jika terdapat tanda klinis dari defisiensi
vitamin A (seperti rabun senja, xerosis konjungtiva dengan bitots spot, xerosis
kornea atau ulceration, atau ketomalasia), maka dosis yang tinggi harus diberikan

Universitas Sumatera Utara

untuk dua hari pertama, diikuti dosis ketiga sekurang-kurangnya 2 minggu kemudian
(Maryam, 2000).

9. Efek Samping dari Penggunaan Vitamin A


Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam
waktu yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A
banyak dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar
tulang-tulang yang panjang, kulit kering dan gatal.
Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2 tingkat :
a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun 5 tahun mengkonsumsi
lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit
kepala dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat
terjadi pada balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari 2 hari.
1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau
pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk
dosis besar karena di konsumsi dalam periode 1 hari 2 hari.
2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan
simptomatis.
b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU
tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan
maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada
orang dewasa.

Universitas Sumatera Utara

1) Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia, kulit
kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan intracranial, bibir
pecah-pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.
2) Pengobatannya sama dengan hipervitaminosis A akut.
(www.hipervitaminosisA.com).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai