Anda di halaman 1dari 21

Pernikahan Beda Agama; Tinjauan

Hukum Islam & HukumPositif


KELOMPOK 1
ANGLING ZANIFIAR
RAVITA DEWI NURANTI
LAILA AULIA

Pernikahan merupakan bagian dari kemanusiaan


seseorang, seorang muslim yang hidup di negara
yang majemuk seperti ini hampir dipastikan sulit
untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan
dengan orang yang beda agama. Pada posisi
seperti ini ketertarikan pria atau wanita Muslim
dengan orang yang beda agama dengannya atau
sebaliknya, yang berujung pada pernikahan hampir
pasti tidak terelakkan. Dengan kata lain, persoalan
pernikahan antar agama hampir pasti terjadi pada
setiap masyarakat yang majemuk.

Pernikahan beda Agama dalam


hukum Islam
Masalah pernikahan berbeda
keyakinan ini sebenarnya terbagi
dalam 2 kasus keadaan, antara lain:
Kasus 1: Pernikahan antara laki-laki
non-muslim dengan wanita muslim
Kasus 2: Pernikahan antara laki-laki
muslim dengan wanita non-muslim

Pada kasus 1 kedua pihak ulama


sepakat untuk mengharamkan
pernikahan yang terjadi pada keadaan
seperti itu, seorang wanita muslim
haram hukumnya dan pernikahannya
tidak sah bila menikah dengan laki-laki
non-muslim Al-Quran menjelaskan
Dalam surat Al-Baqarah 221

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,


sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun
dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinNya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintahperintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran. (Surat Al-Baqarah Ayat 221)

Sedang pada kasus ke-2. Seorang lakilaki muslim dilarang menikah dengan
wanita non-muslim kecuali wanita ahli
kitab, seperti yang disebutkan dalam
surat Al-Maidah ayat 5

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan


(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal
bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan
dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orangorang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah
membayar maskawin mereka dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang
kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum
Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat
termasuk orang-orang merugi.(Al-Maaidah Ayat 5)

Pada surat Al-Baqarah ayat 221 terang di jelaskan


bahwa :Baik laki-laki ataupun perempuan memiliki
larangan untuk menikahi atau dinikahkan oleh
seorang musyrik.. dan dalam surat Al-Maidah di
jelaskan kembali bagi seorang laki-laki ,boleh
menikahi AHLI KITAB. Namun terdapat beberapa
pendapat bahwa ahli kitab di sini bukanlah
penganut injil,ataupun taurat yang ada pada saat
ini.Ahli kitab yang dimaksudkan disini ialah mereka
yang bersyahadat Mengakui adanya ALLAH akan
tetapi tidak mengakui adanya Muhamad

Ada beberapa hikmah dari pelarangan


perkawinan diatas, diantaranya
Dilarang perkawinan antara orang islam (pria/wanita)
dengan orang yang bukan islam (pria/wanita), selain
Ahlul Kitab ialah bahwa antara orang islam dengan
orang kafir selain Kristen dan yahudi itu way of laife
dan filsafat hidup yang sangat berbeda.
Dilarangnya perkawinan antar seorang wanita islam
dengan seorang pria Kristen/yahudi, karena
dikhawatirkan wanita itu kehilangan kebebasan
beragama dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya,
kemudian tersesat pada agama suaminya.
Sebagaimana firman Alloh dalam Surat Al-Baqoroh
ayat 120 :

Surat Al-Baqoroh ayat 120 :


Artinya: orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, Maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.

Dan juga Firman Alloh dalam Surat AnNisa ayat 141 :


Artinya :dan Allah sekali-kali tidak
akan memberi jalan kepada orangorang kafir untuk memusnahkan
orang-orang yang beriman.

Perkawinan Beda Agama


Menurut Hukum Positif Indonesia
Dasar hukum perkawinan di Indonesia yang berlaku
sekarang ada beberapa peraturan, diantaranya
adalah :

1. Buku I Kitab Undang-undang Hukum Perdata


2.UU No. 1/1974 tentang Perkawinan
3.UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama
4.PP No. 9/1975 tentang Peraturan Pelaksana
UU No. 1/1974
5.Intruksi Presiden No. 1/1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

Dalam Kompilasi Hukum Islam mengkategorikan


perkawinan antar pemeluk agama dalam bab
larangan perkawinan. Pada pasal 40 point c
dinyatakan bahwa dilarang melangsungkan
perkawinan antara seorang pria dengan
seorang wanita yang tidak beragama Islam.
Kemudian dalam pasal 44 dinyatakan bahwa
seorang wanita Islam dilarang melangsungkan
perkawinan dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam.

Mengenai perkawinan beda agama


yang dilakukan oleh pasangan calon
suami isteri dapat dilihat dalam UU
No.1/1974 tentang perkawinan pada
pasal 2 ayat 1, bahwa Perkawinan
adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya.

Dalam memahami perkawinan


beda agama menurut undangundang Perkawinan ada tiga
penafsiaran yang berbeda.

Pertama, penafsiran yang berpendapat bahwa


perkawinan beda agama merupakan pelanggaran
terhadap UU No. 1/1974 pasal 2 ayat 1 pasal 8 f.

Pendapat kedua, bahwa perkawinan antar agama


adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah
tercakup dalam perkawinan campuran, dengan
argumentasi pada pasal 57 tentang perkawinan
campuran yang menitikberatkan pada dua orang
yang di Indonesia tunduk pada hukum yang
berlainan, yang berarti pasal ini mengatur
perkawinan antara dua orang yang berbeda
kewarganegaraan juga mengatur dua orang yang
berbeda agama.

Pendapat ketiga bahwa perkawinan


antar agama sama sekali tidak diatur
dalam UU No. 1/1974, oleh karena itu
berdasarkan pasal 66 UU No. 1/1974
maka persoalan perkawinan beda
agama dapat merujuk pada peraturan
perkawinan campuran, karena belum
diatur dalam undang-undang
perkawinan.

Pendapat Hukum Terhadap


Perkawinan Beda Agama
Berdasarkan pada pasal 57 UU No.
1/1974, maka perkawinan beda agama
di Indonesia bukanlah merupakan
perkawinan campuran. Sehingga
semestinya pengajuan permohonan
perkawinan beda agama baik di KUA
dan Kantor Catatan Sipil dapat ditolak.

Ketidakjelasan dan ketidaktegasan Undang-undang


Perkawinan tentang perkawinan antar agama dalam
pasal 2 adalah pernyataan menurut hukum masingmasing agama atau kepercayaannya. Artinya jika
perkawinan kedua calon suami-isteri adalah sama,
tidak ada kesulitan. Tapi jika hukum agama atau
kepercayaannya berbeda, maka dalam hal adanya
perbedaan kedua hukum agama atau kepercayaan
itu harus dipenuhi semua, berarti satu kali menurut
hukum agama atau kepercayaan calon dan satu kali
lagi menurut hukum agama atau kepercayaan dari
calon yang lainnya.

Dalam pertimbangan MA adalah dalam UU No. 1/1974 tidak


memuat suatu ketentuan tentang perbedaan agama antara
calon suami dan calon isteri merupakan larangan
perkawinan. Dan hal ini sejalan dengan UUD 1945 pasal 27
yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum, tercakup di dalamnya
kesamaan hak asasi untuk kawin dengan sesama warga
negara sekalipun berlainan agama dan selama oleh
undang-undang tidak ditentukan bahwa perbedaan agama
merupakan larangan untuk perkawinan, maka asas itu
adalah sejalan dengan jiwa pasal 29 UUD 1945 tentang
dijaminnya oleh negara kemerdekaan bagi setiap warga
negara untuk memeluk agama masing-masing.

APAKAH ADA YANG INGIN BERTANYA?

???

TERIMAKASIH
ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai