Anda di halaman 1dari 11

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

TEORI BELAJAR SOSIAL ROTTER

Disusun oleh:
AMANDA MAHDALENA

135120307111051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

TEORI BELAJAR SOSIAL ROTTER


Rotter berasumsi bahwa teori belajar sosial berlandaskan lima hipotesis dasar.
Pertama, manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya (Rotter, 1982).
Rotter yakin bahwa perilaku manusia berasal dari interaksi antara lingkungan dengan faktor
personal. Asumsi kedua adalah bahwa kepribadian manusia bersifat dipelajari. Kepribadian
tidak diatur atau ditentukan berdasarkan suatu usia perkembangan, melainkan kemampuan
untuk belajar. Asumsi ketiga adalah bahwa kepribadian mempunyai kesatuan mendasar,
yang berarti kepribadian manusia mempunyai stabilitas yang relatif. Manusia belajar untuk
mengevaluasi pengalaman baru atas dasar penguatan terdahulu yang akan membawa pada
stabilitas yang lebih besar dan kesatuan dari kepribadian. Hipotesis keempat adalah bahwa
motivasi terarah berdasarkan tujuan. Pernyataan ini merujuk pada hukum efek empiris,
yang mendefinisikan penguatan sebagai tindakan, kondisi, atau kejadian apa pun yang
memengaruhi pergerakan manusia menuju suatu tujuan (Rotter & Hochreich, 1975, hlm.95).
asumsi kelima Rotter adalah bahwa manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.
Mengantisipasi kejadian sebagai kriteria untuk mengevaluasi penguatan. Dengan kelima
asumsi ini, Rotter membangun teori kepribadian yang berusaha memprediksikan perilaku
manusia.
A. Memprediksikan Perilaku Spesifik
Rotter mengajukan empat variabel yang harus dianalisis untuk membuat prediksi yang
akurat dalam suatu situasi yang spesifik. Variabel-variabel ini adalah potensi perilaku,
ekspektasi, nilai penguatan, dan situasi psikologis.
1. Potensi Perilaku (Behavior Potential BP)
Potensi perilaku merujuk pada kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi
dalam situasi tertentu. Potensi perilaku dalam situasi apa pun adalah suatu fungsi dari
ekspektasi dan nilai penguatan. Apabila total penguatan dari setiap perilaku yang
mungkin dilakukan bernilai sama, maka satu perilaku yang memiliki ekspektasi untuk
diberi penguatan paling tinggi akan menjadi yang paling mungkin untuk terjadi.
2. Ekspektasi (E)
Ekspektasi adalah ekspektasi seseorang untuk diberikan penguatan. Ekspektasi
merujuk pada ekspektasi sesorang bahwa suatu penguatan spesifik atau seperangkat
penguatan akan terjadi dalam suatu situasi. Ekspektasi dapat bersifat umum ataupun
spesifik. Ekspektasi umum (Generalized Expectancies GE) dipelajari melalui
pengalaman terdahulu dari suatu respons tertentu atau respons yang mirip, dan

didasari oleh keyakinan bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti oleh penguatan
positif. Ekspektasi spesifik ditentukan sebagai E (E prime). Dalam situasi apa pun,
ekspektasi untuk penguatan tertentu ditentukan oleh kombinasi dari ekspektasi
spesifik (E) dan ekspektasi umum (GE). Ekspektasi total atas kesuksesan adalah
sebuah fungsi dari ekspektasi umum seseorang dengan ekspektasi spesifiknya.
Ekspektasi total menentukan sebagian dari besaran usaha yang dikeluarkan oleh
seseorang dalam mencapai tujuannya.
3. Nilai Penguatan (Reinforcement value RV)
Nilai penguatan adalah pilihan seseorang untuk suatu penguatan tertentu. Nilai
penguatan, yaitu kecenderungan pilihan yang dijatuhkan seseorang pada suatu
penguatan tertentu saat probabilitas terjadinya penguatan yang berbeda-beda setara.
Saat asumsi ekspektasi dan situasional diasumsikan sebagai konstan, perilaku
dibentuk oleh preferensi seseorang terhadap penguatan yang mungkin untuk
didapatkan, yaitu nilai penguatan. Dalam kebanyakan situasi, tentu saja ekspektasi
jarang sekali setara, dan presiksi menjadi sulit karena ekspektasi serta nilai penguatan
sama-sama dapat bervariasi.
Persepsi seseorang berkontribusi kepada nilai positif atau negatif dari suatu
kejadian merupakan salah satu penentu nilai penguatan. Rotter menyebut persepsi ini
sebagai penguatan internal dan membedakannya dari penguatan eksternal, yang
merujuk pada kejadian, kondisi, atau tindakan yang diberikan nilai oleh masyarakat
atau budaya seseorang. Penguatan internal dan eksternal dapat bersifat harmonis dan
selaras, atau saling bertentangan satu sama lain. Kontributor lainnya atas penguatan
adalah kebutuhan seseorang. Secara umum, penguatan cenderung akan meningkat
nilainya apabila kebutuhan yang akan dipuaskannya menjadi lebih kuat. Manusia
berorientasi pada tujuan, mereka mengantisipasi untuk dapat meraih suatu tujuan
apabila bertindak dalam suatu bentuk. Dengan asumsi bahwa semua hal lain setara,
tujuan dengan nilai penguatan yang paling tinggi akan menjadi yang paling
diinginkan.
4. Situasi Psikologis (Psychological Situation S)
Situasi psikologis merujuk pada pola kompleks dari tanda-tanda yang
dipersepsikan oleh seseorang selama suatu periode waktu yang spesifik. Situasi
psikologis didefinisikan sebagai bagian dari dunia internal dan eksternal yang
direspons oleh manusia. Situasi psikologis adalah kumpulan yang kompleks dari
tanda-tanda yang saling berinteraksi, yang beroperasi pada seseorang dalam periode
waktu spesifik (Rotter, 1982, hlm.318). Situasi psikologis harus diperhitungkan,

bersama-sama dengan ekspektasi dan nilai penguatan, dalam menentukan probabilitas


dari suatu respons.
Berikut ini adalah rumusan dasar untuk memprediksi perilaku spesifik dengan
memasukkan keempat variabel prediksi:
BPxI, sI, ra = f (ExI, ra, sI + RVa, sI)
Rumusan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: potensi dari perilaku x untuk terjadi
dalam situasi I, dalam hubungannya dengan penguatan a adalah fungsi dari ekspektasi bahwa
perilaku x akan diikuti oleh penguatan a dalam situasi I dan nilai penguatan a dalam situasi I.
B. Memprediksikan Perilaku Umum
1. Ekspektasi Umum
Memprediksikan reaksi atas kemungkinan berarti melihat pilihan-pilihan yang
tersedia dan juga mengetahui status dari kebutuhannya.
2. Kebutuhan
Rotter (1982) mendefinisikan kebutuhan sebagai perilaku atau seperangkat
perilaku yang dilihat orang dapat menggerakkan mereka ke arah suatu tujuan. Berikut
ini adalah keenam kategori umum dari kebutuhan:

Pengakuan-Status: Kebutuhan untuk diakui oleh orang lain dan untuk

mendapatkan status di mata orang lain.


Dominasi: Kebutuhan untuk mengendalikan perilaku orang lain.
Kemandirian: Kebutuhan untuk bebas dari dominasi orang lain.
Perlindungan-Ketergantungan: Kebutuhan untuk diperhatikan oleh
orang lain, untuk dilindungi dari rasa frustasi dan sesuatu yang

menyakitkan, serta untuk memuaskan kategori kebutuhan lainnya.


Cinta dan Afeksi: Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain yang
lebih dari sekedar pengakuan dan status, untuk dapat memasukkan
beberapa indikasi bahwa orang lain mempunyai perasaan positif yang

penuh kasih sayang untuk mereka.


Kenyamanan Fisik: Kebutuhan yang paling mendasar, meliputi
perilaku-perilaku yang diarahkan untuk mendapatkan makanan,
kesehatan yang baik, dan keamanan fisik.

Komponen Kebutuhan

Potensi Kebutuhan (Need Potential NP)


Merujuk pada kemungkinan terjadinya seperangkat perilaku yang
berhubungan secara fungsional, yang terarah untuk memenuhi tujuan

yang sama atau serupa. Potensi kebutuhan seseorang terpenuhi atau


tidak, bergantung tidak hanya pada nilai atau preferensi yang dimiliki
orang tersebut mengenai penguatan, tetapi juga pada kebebasan untuk
bergerak dalam membuat respon-respons yang akan mendahului

penguatan tersebut.
Kebebasan Bergerak (Freedom of Movement FM)
Kebebasan bergerak adalah ekspektasi keseluruhan untuk diberikan
penguatan yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan perilaku
yang diarahkan untuk memuaskan beberapa kebutuhan umum.
Kebebasan bergerak dapat ditentukan dengan mengasumsikan bahwa
nilai kebutuhan konstan dan mengobservasi potensi kebutuhan

seseorang.
Nilai Kebutuhan (Need Values NV)
Nilai kebutuhan seseorang adalah sejauh mana ia memilih seperangkat
penguatan daripada yang lainnya. Rotter, Chance, dan Phares (1972)
mendefinisikan nilai kebutuhan sebagai rata-rata nilai preferensi dari
seperangkat penguatan yang berhubungan secara fungsional (hlm.33).

Berikut ini adalah rumusan prediksi umum menurut Rotter:


NP = f (FM + NV)
Persamaan ini berarti bahwa potensi kebutuhan (NP) adalah fungsi dari kebebasan
bergerak (FM) dan nilai kebutuhan (NV). Rumusan prediksi umum Rotter memberikan jalan
bagi sejarah seseorang dalam menggunakan pengalaman yang serupa untuk mengantisipasi
penguatan di masa sekarang, yaitu bahwa mereka yang mempunyai ekspektasi yang
digenaralisasikan atas kesuksesan. Dua skala Rotter yang paling populer untuk mengukur
mengenai ekspektasi umum adalah Internal-External Control Scale dan Interpersonal Trust.
Kontrol Internal dan Eksternal dari Penguatan
Untuk dapat mengkaji kontrol internal dan eksternal dari penguatan, atau locus of
control, Rotter (1966) mengembangkan Internal-Eksternal Control Scale. Skala I-E ini
meliputi 29 item yang bersifat jawaban yang dipaksakan, yaitu 23 pasang dari item-item
tersebut akan dinilai dan 6 dari item-item tersebut merupakan pertanyaan mengisi untuk
menyamarkan tujuan dari skala ini. Skala ini dinilai dengan mengarah pada kontrol eksternal,
sehingga 23 adalah nilai eksternal yang paling tinggi dan 0 adalah nilai internal yang paling
tinggi.
Skala I-E berusaha mengukur sejauh mana seseorang memersepsikan hubungan
kausalitas antara usahanya sendiri dengan konsekuensi dari lingkungan. Orang-orang yang

mempunyai skor yang tinggi dalam kontrol internal, pada umumnya yakin bahwa sumber
kontrol berada dalam diri mereka sendiri dan mereka melakukan kontrol personal yang cukup
tinggi dalam kebanyakan situasi. Orang-orang yang mempunyai skor yang tinggi dalam
kontrol eksternal, pada umumnya yakin bahwa hidup mereka banyak dikendalikan oleh
dorongan-dorongan di luar diri mereka, seperti keberuntungan, takdir, atau perilaku dari
orang lain. Skor yang ekstrem internal dan eksternal sama-sama tidak diinginkan. Skor yang
berada di tengah-tengah dari kedua titik ekstrem ini, tetapi memiliki sedikit kecenderungan
ke arah kontrol internal, mungkin adalah yang paling sehat atau yang paling diinginkan.
Interpersonal Trust Scale
Salah satu contoh lain dari ekspektasi umum (GE) yang telah memunculkan penelitian
dan minat yang cukup besar adalah konsep kepercayaan antarpribadi. Rotter (1980)
mendefinisikan kepercayaan antarpribadi sebagai ekspektasi umum yang dipegang oleh
individu bahwa kata-kata, janji, pernyataan diucapkan atau tertulis dari individu atau
kelompok lain dapat diandalkan (hlm. 1). Rotter melihat kepercayaan antarpribadi sebagai
keyakinan dalam berkomunikasi dengan orang lain ketika tidak ada bukti untuk tidak
meyakini hal tersebut, berbeda denga sifat mudah percaya yang berarti meyakini kata-kata
orang lain secara naif atau bodoh.
Untuk mengukur perbedaan dalam kepercayaan antarpribadi, Rotter (1967)
mengembangkan Interpersonal Trust Scale yang menanyakan respnden untuk setuju atau
tidak setuju dengan 25 item yang mengkaji kepercayaan antarpribadi dan 15 item pengisi
yang dirancang untuk menutupi tujuan dari instrumen. Skor kepercayaan yang tinggi lebih
diinginkan dan menjadi penting dalam kelangsungan hidup sebuah peradaban.
JURNAL YANG RELEVAN:
1. INTERNAL VERSUS EXTERNAL CONTROL OF REINFORCEMENT AND
DECISION TIME, JULIAN B. ROTTER AND RAY C. MULRY
Individu yang dapat dicirikan sebagai internal dari nilai pada Skala Control IE, memakan waktu yang lebih lama untuk memutuskan dalam tugas pencocokan saat
tugas ditentukan sebagai keterampilan terkendali dibandingkan saat didefinisikan
sebagai kesempatan terkendali. Sebaliknya kecenderungan ditemukan dengan subjek
yang digolongkan sebagai eksternal. Eksternal cenderung lebih lama memutuskan
pertandingan yang benar ketika tugas tersebut didefinisikan sebagai kesempatan
daripada saat didefinisikan sebagai keterampilan terkendali. Sebagian besar perbedaan

disebabkan semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh internal dalam kondisi
keterampilan. Penelitian ini memperluas validitas konstruk kontrol dimensi internaleksternal dan menunjukkan bahwa orang didistribusikan sepanjang dimensi ini tidak
hanya berbeda diduga dalam

harapan mengenai kontingen perilaku-penguatan

mereka sendiri, tetapi juga di tingkat dimana mereka menilai kesempatan bertekad
dan terampil ditentukan oleh imbalan.
Hasil ini memiliki beberapa implikasi yang menarik untuk studi perbedaan
budaya. Jika Memang benar bahwa kelompok yang belajar untuk mengharapkan
kesempatan atau nasib atau kekuatan orang lain untuk mengontrol lingkungan
cenderung juga untuk menempatkan nilai pada imbalan yang mereka lihat sebagai
kendali oleh pengaruh luar ini daripada mereka yang anggap sebagai fungsi
keterampilan mereka sendiri, itu akan berarti bahwa mereka akan kurang termotivasi
menuju peningkatan keterampilan atau prestasi.
Internal mungkin cenderung untuk memilih di kegiatan mereka yang dapat
menunjukkan keterampilan, dan eksternal kegiatan di mana mereka dapat
menunjukkan keberuntungan. Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi keputusan
teori. Feather (1959) membuat asumsi bahwa penguatan dalam tugas kesempatan
didasarkan pada nilai penguatan saja tapi di tugas keterampilan itu adalah kombinasi
dari nilai penguatan dan nilai keberhasilan yang ia lihat sebagai dasar kebutuhan
prestasi. Agaknya keterlibatan ego akan selalu lebih tinggi dalam tugas-tugas
keterampilan ketika faktor-faktor lain yang dikendalikan. Temuan bahwa berorientasi
eksternal individu tidak mengurangi waktu keputusan di bawah instruksi kesempatan,
tetapi cenderung jika ada diarah yang berlawanan, menunjukkan bahwa hasil Feather
akan mendapatkan hanya dalam didominasi internal sampel berorientasi.
2. INTERPERSONAL TRUST, INTERNAL-EXTERNAL CONTROL, AND THE
WARREN COMMISSION REPORT, J. HERBERT HAMSHER, JESSE D.
GELLER, AND JULIAN B. ROTTER
Korelasi antara IE dan Timbangan Kepercayaan hasil Warren Komisi
Kuesioner dalam cahaya yang agak berbeda untuk pria dan wanita. Untuk perempuan
Skala Trust, tapi tidak Skala IE, terkait dengan tanggapan pada tiga item penting
tentang Komisi. Akan terlihat bahwa untuk wanita varians prediksi dicatat dengan dua
dimensi kepribadian berbeda. Laki-laki, di sisi lain, bukti skor hubungan yang kuat
antara internalisasi dan kepercayaan yang tinggi. Laki-laki lebih umum benar-benar
sangat kompetitif dan berorientasi prestasi, reaksi ini telah dipahami sebagai proyeksi

tanggung jawab atas kegagalan. Penelitian ini juga berimplikasi pada instrumen yang
digunakan dan konstruksi yang mereka dikembangkan. Data dipandang sebagai
memperpanjang validitas Skala Interpersonal Kepercayaan dalam situasi yang sangat
berbeda dari kompleksitas relatif terbatas laboratorium. Sementara beberapa hipotesis
berkaitan dengan Skala IE tidak didukung, dukungan yang kuat untuk hipotesis
eksternalitas lebih defensif di antara laki-laki diperoleh dan impor utama untuk
membangun IE.
3. SOME PROBLEMS AND MISCONCEPTIONS RELATED TO THE
CONSTRUCT OF INTERNAL VERSUS EXTERNAL CONTROL OF
REINFORCEMENT, JULIAN B. ROTTER
Penelitian yang melibatkan kontrol internal versus eksternal dari penguatan
sebagai variabel kepribadian yang telah berkembang pada tingkat yang cepat. Tampak
jelas bahwa untuk beberapa peneliti ada masalah yang terkait dengan pemahaman
konseptualisasi konstruk ini serta memahami sifat dan keterbatasan metode
pengukuran. Artikel ini mencoba membahas secara rinci (a) tempat membangun
dalam kerangka teori pembelajaran sosial, (b) kesalahpahaman dan masalah yang
bersifat teoritis, dan (c) kesalahpahaman dan keterbatasan yang terkait dengan
pengukuran. Masalah keumuman, kekhususan dan unidimensi-multidimensi dibahas
termasuk logika prediksi dari test scores.

4. THE IMPACT OF LOCUS OF CONTROL ON JOB STRESS, JOB


PERFORMANCE AND JOB SATISFACTION IN TAIWAN, JUI-CHEN
CHEN AND COLIN SILVERTHORNE
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara locus of
control dan tindakan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan stres kerja,
kepuasan dan kinerja untuk akuntan di Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
skor LOC (Locus Of Control) adalah prediktor kerja perilaku terkait di beberapa
daerah. Responden yang memiliki LOC internal dianggap lebih rendah tingkat stres
kerja, melaporkan tingkat yang lebih tinggi dari kepuasan kerja dan prestasi kerja..
Tes fungsi mediator juga menunjukkan bahwa LOC adalah mediator, di mana stres
kerja mempengaruhi kepuasan kerja. Selain itu, efek mediasi dari LOC menunjukkan
bahwa kepuasan kerja mempengaruhi kinerja kerja dan stres kerja. Dengan kata lain,

bagi seorang individu LOC eksternal, stres kerja akan memiliki efek negatif pada
kinerja nya sementara untuk individu LOC internal stres kerja dapat meningkatkan
kinerja nya. Dibandingkan dengan individu LOC eksternal, individu LOC internal
lebih mudah puas dengan pekerjaannya, sehingga meningkatkan prestasi kerja. Juga
seorang individu LOC internal menemukan lebih mudah untuk mengatasi stres
pekerjaan.
5. HAPPINESS, CREATIVE IDEATION, AND LOCUS OF CONTROL,
TAMMY C. PANNELLS AND AMY F. CLAXTON
Penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara kebahagiaan, ideation kreatif,
dan lokus kontrol. Tiga hipotesis dieksplorasi: Pertama, kebahagiaan itu diperkirakan
akan berkorelasi dengan locus of control internal; kedua, ideation kreatif diperkirakan
akan berkorelasi dengan locus of control internal, dan ketiga, kebahagiaan
diperkirakan akan berkorelasi dengan ideation kreatif. Alat penilaian termasuk Oxford
Happiness Inventory, Runco Ideation Behavior Scales, dan Rotters Locus of Control.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara ideation kreatif dan locus of control
external. Data juga menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
kebahagiaan dan ideation kreatif. Sebuah perbedaan yang signifikan pada ukuran
kebahagiaan adalah ditemukan untuk orang-orang dengan locus of control internal
dibandingkan dengan mereka dengan eksternal locus of control.
6. LOCUS

OF

CONTROL

AND

THE

THREE

COMPONENTS

OF

COMMITMENT TO CHANGE, JINGQIU CHEN AND LEI WANG


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubaan dari
locus of control pada reaksi psikologis. Itu menguji hubungan antara locus of control
dan tiga komponen komitmen untuk perubahan (Herscovitch & Meyer, 2002) yang
telah ditemukan untuk menunjukkan implikasi perilaku yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa locus of control dapat secara signifikan memprediksi komitmen
individu untuk perubahan tertentu. Secara khusus, hubungan antara locus of control
dan tiga komponen yang berbeda dari komitmen untuk berubah adalah differentiative:
individu dengan locus of control internal lebih, lebih mungkin untuk memiliki afektif
yang tinggi dan komitmen normatif untuk mengubah, sedangkan individu dengan
locus of control eksternal lebih, lebih cenderung memiliki komitmen kelanjutan tinggi
untuk berubah.

7. LOCUS OF CONTROL AT WORK: A META-ANALYSIS, THOMAS W. H,


KELLY L. SORENSEN, AND LILLIAN T
Penelitian meta-analisis ini merupakan hubungan antara locus of control
(LOC) dan berbagai hasil pekerjaan. Hasil ini dikategorikan sesuai dengan tiga
perspektif teoritis: LOC dan kesejahteraan, LOC dan motivasi, dan LOC dan orientasi
perilaku. Ditemukan bahwa internal locus positif dikaitkan dengan hasil kerja yang
baik, seperti tugas positif dan pengalaman sosial, dan motivasi kerja yang lebih besar.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk menunjukkan secara empiris bahwa
LOC terkait dengan berbagai hasil karya. Secara khusus, LOC internal terkait dengan
berbagai hasil positif melalui setidaknya tiga proses mediasi. Secara keseluruhan,
tampak bahwa sifat kepribadian LOC menyediakan perspektif teoritis berguna untuk
meningkatkan penjelasan dan prediksi sikap kerja dan perilaku karyawan.
8. DECISION-MAKING STYLE AMONG ADOLESCENTS: RELATIONSHIP
WITH SENSATION SEEKING AND LOCUS OF CONTROL, ROBERTO
BAIOCCO, FIORENZO LAGHI, AND MARIA DALESSIO
Hasilnya menyarankan bahwa (1) ada pola evolutif tentang penggunaan
pembuatan keputusan: remaja tua ( 15-17 tahun vs 18-19 tahun) menggunakan
pembuatan keputusan rasional daripada remaja yg lebih muda dan mereka terlihat
rendah dalam menggunakan gaya intuitif, penghindaran, dan spontan (2) remaja
dengan locus of control internal seperti menggunakan gaya pembuatan keputusan
rasional dan rendah untuk menggunakan gaya penghindaran dan ketergantungan (3)
kognitif individu sulit hidup setiap hari dalam pembuatan keputusan: mereka tidak
rasional tetapi mereka lebih kepada ketergantungan, intuitif, dan spontan (4)
penghargan tinggi di sekolah dan absen yg rendah dari sekolah, membuat asosiasi
positif dengan pembuatan keputusan rasional dan negatif untuk gaya pembuatan
keputusan spontan dan penghindaran. Kesimpulannya adalah hasil dari penelitian
statistik dukungan ini dan validitas Skala Pembuatan Keputusan yang Umum
(GDMS) dan mendorong untuk menggunakan skala versi ini di kalangan remaja.
9. SOCIAL

SUPPORT,

LOCUS

OF

CONTROL,

AND

DEPRESSIVE

SYMPTOMS IN HEMODIALYSIS PATIENTS, TLIN GENZ AND


GLENDAM ASTAN
Tujuan utama penelitian ini untuk mengungkapkan bagaimana
dukungan sosial dan psikologi akan menjadi kesejahteraan sosial
yang mungkin berbeda dengan orientasi locus of control untuk

pasien yang kronis dalam menerima pembatasan dan perawatan


medis

yang

menyenangkan

(contoh

mengontrol varians penyumbang

hemodialisis).

Setelah

oleh gender dan durasi dari

dialisis, untuk pasien dengan locus of control, ditemukan kurangnya


dirasakan dukungan sosial kepada gejala depsresi. Selain itu untuk
pasien

dengan locus of control eksternal, analisis pengungkapan

yang sama terhadap kepuasan dari penerima dukungan sosial


terasosiasi dengan gejala depresi. Demikian, variabel terkait pasien
hemodialisis dengan gejala depresi bervariasi dengan locus of
control orientasi mereka.
10. ANALYSIS OF COGNITIVE LEARNING STRATEGIES AND COMPUTER
ATTITUDES, ACCORDING TO COLLEGE STUDENTS GENDER AND
LOCUS OF CONTROL, SAHIN KESICI, ISMAIL SAHIN, AND AHMET
OGUZ AKTURK
Penelitian ini dieksplorasi variasi kognitif strategi pembelajaran dan sikap
komputer di kalangan mahasiswa, berdasarkan jenis kelamin dan locus of control.
Hasil menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan terhadap strategi pembelajaran kognitif
pada mahasiswa perempuan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa
laki-laki, terutama dalam hal menghafal, analitis, dan penjelasan. Studi ini
menemukan bahwa gender mahasiswa memiliki efek pada strategi kognitif dan sikap
belajar komputer. Dalam hal locus of control, strategi belajar kognitif mahasiswa dan
sikap belajar komputer ditemukan signifikan secara statistik pada tingkat berikut:
kecil (remeh) dalam aplikasi, kecil menghafal, lemah dalam analisis, kecil meringkas,
kecil latihan, lemah dalam penjelasan, dan kecil dalam sikap komputer. Ketaatan
strategi pembelajaran kognitif ditemukan secara signifikan lebih tinggi untuk
mahasiswa dengan locus of control internal daripada bagi mereka dengan locus of
control eksternal dalam hal meringkas dan latihan.

Anda mungkin juga menyukai