DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui
sebelumnyaatau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua
dekade terakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah
virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.
Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali
setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya diphtheria,
cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y.
Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.
Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Virus Nipah
1. DEFINISI
Virus Nipah ditemukan pertama kali ketika terjadi wabah penyakit di Kampung Sungai
Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Virus ini bersama virus Hendra merupakan bentuk virus
baru yaitu Henipavirus dalam family Paramyxoviridae (Anno 1999). Infeksi virus Nipah
ini di Malaysia dikenal juga dengan sebutan Porcine Respiratory and Ensefalitis
Syndrome (PRES) dan nama umumnya adalah "Barking Sindrom Babi" (BSB).
Nipah (nee-pa) merupakan penyakit virus yang dapat menular pada hewan dan
manusia. Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Asia Tenggara (Malaysia, Singapura,
India, dan Bangladesh). OIE and Australian Health Authorities merekomendasikan bahwa
virus Nipah merupakan zoonosis yang sangat serius dengan kasus kematian 40-70%.
EPIDEMIOLOGI
Hingga saat ini, infeksi virus Nipah baru ditemukan di negara Malaysia dan Singapura
Namun, kasus tersebut sudah mulai mereda, bahkan Malaysia dan Singapura sudah dapat
dinyatakan bebas kembali . Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya
suatu kasus penyakit diantaranya adalah terjadinya perubahan ekologi, di mana habitat
hewan dan kelelawar semakin sempit sehingga bermigrasi ke tempat yang banyak
menyediakan makanan.
Ekskresi yang dikeluarkan oleh kelelawar mungkin mengandung agen infeksius
seperti Nipah yang bila terkena hewan lain yang sensitif, seperti babi, akan menimbulkan
wabah seperti yang terjadi di Malaysia . MORSE (1995) mengemukakan beberapa faktor
lain yang ikut berperan dalam kejadian dan penyebaran penyakit diantaranya adalah
adanya perubahan dalam kepadatan penduduk (human demography) dan kebiasaan
manusia, kemajuan dalam teknologi dan industri, mutasi dan adaptasi mikroba, dan
pelanggaran rambu-rambu standar kesehatan masyarakat.
Agen
Agen virus Nipah adalah dari family Paramyxoviridae. Klasifikasi virus tersebut
menurut Bossart et al (2002) ialah:
Grup
: Grup V ((-) ssRNA)
Ordo
: Mononegavirales
Famili
: Paramyxoviridae
Genus
: Henipavirus
Type spesies : Hendravirus
Spesies
: Nipah virus
2.
Karakteristik Virus
2.2.1 Morfologi Virus Nipah
Spiral yang simetris
Memiliki selubung yang jelas (amplop)
Ukuran diameter 150-200 nm
Panjang 10.000-10.040 nm
Berbentuk bulat dan berfilamen
Bentuknya bervariasi
Ukuran diameter inti kapsid 13-18 nm
2.2.2 Komposisi Genetik
Virus RNA
Umumya bersifat negatif
Panjang nukleotida 15.200-15.900
Beruntai tunggal
2.2.3
2.2.3
Siklus Hidup
Replikasi virus Nipah sering terjadi pada epitel pernapasan induk semang. Replikasi
virus ini mirip dengan virus lain yang terdapat dalam kelompok Paramyxoviridae
dan secara keseluruhan sangat mirip dengan virus influenza. Replikasi kelompok
virus ini terjadi di sitoplasma. Virus melekat pada permukaan sel inang, amplop ke
membran plasma, dan inti kapsid dilepaskan ke dalam sel. RNA negatif
ditranskripsikan menjadi RNA pembawa dan RNA positif yang digunakan untuk
membuat RNA negatif. Setelah terjadi pertemuan antara kedua virus RNA tersebut
kemudian virus mulai bertunas dari membran sel. Virus ini memiliki kemampuan
seperti sel-sel yang dapat berfusi dan menciptakan sel-sel berinti besar yang disebut
syncytia. Virus dapat shedding dan berpindah ke tubuh inang lainnya melalui feses,
urin, air liur dan batuk
PATOFISIOLOGI
Induk semang antara virus Nipah adalah babi. Babi adalah hewan yang diketahui
secara umum memiliki kemiripan genetik dengan manusia, maka dari itu sering sekali
virus yang menyerang manusia dengan beradaptasi terlebih dahulu di tubuh babi, termasuk
virus Nipah. Babi yang terinfeksi virus Nipah dapat menunjukkan gejala asimptomatis dan
juga simptomatis. Gejala yang simptomatis sering membuat kekhawatiran para peternak.
Penularan virus Nipah dari kelelawar buah ke babi dapat terjadi karena adanya tumpang
tindih antara habitat kelelawar dan peternakan babi di semenanjung Malaysia.
sering bermigrasi. Virus dapat ditemukan didalam urin, feses, dan sisa buah yang
telah dimakan oleh kelelawar tersebut. (CFSPH 2008).Data surveillance menunjukkan
bahwa virus Nipah menyebar dengan cepat diantara babi dalam satu peternakan dan
penularannya melalui kontak dengan sekreta seperti urin, air liur, semen ekskreta dari
hewan yang terinfeksi dan hewan yang menjadi pembawa vrus (carrier).
Hewan lain yang dapat terinfeksi adalah kuda dengan gejala penyakit ensefalitis,
anjing dengan gejala mirip distemper, demam, gangguan pernafasan, dan keluarnya cairan
dari hidung dan mata. Kucing juga bisa terkena infeksi virus Nipah dengan gejala demam,
depresi, dan gangguan pernafasan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyakit ini dapat
ditransmisikan kepada hamster.
3. Sumber Agen Penyebab
3.3.1 Infeksi
Virus Nipah dapat menyebar akibat ulah manusia, yaitu pada saat terjadinya
kebakaran hutan akibat penebangan liar. Peristiwa ini menyebabkan habitat alami
kelelawar buah atau satwa liar lainnya tergaggu dan sumber makanan menjadi berkurang
sehingga mereka bermigrasi ke tempat lain untuk dapat bertahan hidup (Chua 2003).
Babi dapat terinfeksi akibat kontak atau makanan dari objek atau material yang
terkontaminasi virus Nipah. Virus dapat menyebar diantara babi melalui kontak langsung
ataupun udara pada saat babi yang terinfeksi tersebut batuk. Spesies lainpun dapat
terinfeksi apabila adanya kontak langsung dengan babi yang terinfeksi atau objek yang
terkontaminasi (CFSPH 2008).
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1
Virus Nipah merupakan virus yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia,
maka diagnosa infeksi virus Nipah memerlukan penanganan khusus. Diagnosa
penyakit dapat dilakukan berdasarkan epidemiologi penyakit, pengamatan
gejala klinis yang ditimbulkan, pemeriksaan laboratorium yang mencakup
deteksi antibodi yang spesifik, isolasi virus penyebab, deteksi virus antigen dari
sampel yang dicurigai, dan pemeriksaan patologi anatomi.
Berbagai tes untuk virus atau antibodi virus Nipah antara lain serum
neutralization (SN), polymerase chain reaction (PCR), enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) dan teknik antibody fluorescence. Virus mudah
tumbuh didalam kultur jaringan. Virus Nipah merupakan zoonosis patogen
biosecurity level 4 (BSL 4) dan harus sangat hati-hati dalam penanganan hewan
yang
terinfeksi,
dalam
mengumpulkan
dan
menguji
sampel
(Daniel et al. 2001).
Uji SN merupakan uji yang paling sensitif dan spesifik untuk virus Nipah,
sehingga uji tersebut dijadikan gold standard pengujian virus Nipah. Uji SN
tersebut tidak tepat digunakan untuk melakukan surveillance karena pada uji
SN digunakan virus hidup yang penangannnya mutlak dilakukan di
laboratorium yang memiliki tingkat keamanan sangat tinggi dengan fasilitas
Biosecurity Level (BSL) 4 sehingga biayanya menjadi sangat mahal. Sebagian
besar negara di Wilayah Asia Tenggara tidak memiliki fasilitas yang
memadai untuk
mendiagnosa virus atau cara
mengendalikannya.
Bangladesh, India
dan
Thailand telah
mengembangkan kapasitas
laboratorium untuk tujuan diagnostik dan penelitian.
5. PENATALAKSANAAN
Tidak ada vaksin yang spesifik untuk mencegah infeksi virus Nipah namun vaksin
aktif virus Nipah dan transfer pasif dari antibodi virus ini telah menunjukkan hasil
yang baik pada penelitian dengan menggunakan hamster. Walpita et al. (2011)
dalam penelitiannya, mendeskripsikan vaksin potensial dari virus Nipah (NiV)
yang menyerupai partikel virus (NiV VLPs) dan tersusun oleh tiga protein virus
Nipah yaitu protein G, F dan M. Ekspresi yang dihasilkan dari protein ini
mengoptimalkan kondisi dalam jumlah yang dapat dihitung dari VLPs dengan
banyak vaksin yang diinginkan termasuk beberapa VLPs dari paramyxovirus yang
tidak terdeskripsikan. Vaksin yang dibuat dengan formulasi sub-unit vaksin
rekombinan yang dapat melindungi agen letal virus Nipah berubah pada kucing
(McEachern et al. 2008). Vaksin virus Nipah F dan G dari vektor ALVAC
Canarypox dapat menjadi vaksin untuk babi dan berpotensi untuk manusia.
Strategi utama adalah untuk mencegah virus Nipah pada manusia (Weingartl et al.
2006).
Virus Nipah mudah diinaktifasikan oleh berbagai disinfektan, deterjen, sabun dan
natrium hipoklorit (pemutih). Pembersihan fisik secara rutin dengan penggunaan
disinfektan komersial atau pemutih akan mengendalikan virus di dalam lingkungan
namun belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengobati infeksi
PENCEGAHAN
1. Pencegahan merupakan sebagian dari komponen pengendalian. Sejak
ditemukannya virus Nipah di Malaysia dan Singapura kebijakan-kebijakan mulai
dikembangkan untuk membantu membasmi penyakit tersebut. Salah satunya
adalah membasmi penyebaran virus Nipah dengan memilih babi yang berkualitas,
memberikan vaksin pada ternak, mencari informasi lebih lanjut tentang pembawa
utama virus, epidemiologi, dan patogenesis virus. Pencegahan lainnya adalah
dengan tidak melakukan kontak langsung terhadap cairan tubuh dan jaringan
hewan yang terinfeksi. Pencegahan terbaik pada hewan adalah berusaha
menghindari babi yang diduga telah kontak dengan kelelawar buah dan mencegah
hewan lain mendekati babi yang terinfeksi virus tersebut.
2. Pencegahan pada manusia yang terbaik adalah berusaha menghindari kontak
langsung dengan hewan yang dapat ditularkan oleh virus Nipah seperti memakan
daging hewan yang tertular dan tidak memakan buah yang mungkin terkontaminasi
oleh air liur atau urin kelelawar buah penyebab virus Nipah tersebut (CFSPH
2008). Pekerja kesehatan yang menangani pasien terinfeksi virus Nipah juga
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1
2
3
4
Anno. 1999. Outbreak of Hendra-like virus Malaysia and Singapore, 1998-99. Morb. Mort.
Weekly Rep., 48 (13), 265-269.
[APHIS]. Animal and Plant Health Inspection Service.1999. Nipah virus, Malaysia.
Emerging Disease Notice
Australian Wildlife Health Network. 2010. EXOTIC - Nipah Virus FACT SHEET.
Australia
Bellini WJ, Rota PA, and Parashar UD. 2002. Zoonotic paramyxoviruses. Richman, DD,
Whitley, RJ, and Hayden, FG (eds.). Clinical virology 2nd ed. Washington, DC, USA: ASM
Press
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Bossart KN, Wang LF, Flora MN, Chua KB, Lam SK, Eaton BT, Broder CC. 2002.
Membrane fusion tropism and heterotypic functional activities of the
Nipah virus and
Hendra virus envelope glycoproteins. J Virol 76(22):11186-9
[CFSPH]. Center for Food Security and Public Health. 2008 Nipah. [terhubung berkala]
http://www.cfsph.iastate.edu/iseaseInfo/ default.htm. [11 Maret 2012]
Chadha MS, Comer JA, Lowe L, Rota PA, Rollin PE, Bellini WJ, Ksiazek TG, Mishra AC.
2006. Nipah virus-associated encephalitis outbreak, Siliguri, India. Emerg Infect
Dis12:235-40
Chong HT, Kamarulzaman A, Tan CT, Goh KJ, Thayaparan T, Kunjapan SR, Chew NK,
Chua KB, Lam SK. 2001. Treatment of acute Nipah encephalitis with ribavirin. Ann
Neurol. 49:810-3.
Chua KB. 2003 .Nipah virus outbreak in Malaysia. J Clin Vir. 26(3): 265-275
Chua KB. 2010. Epidemiology, surveillance and control of Nipah virus infections in
Malaysia. Malaysian J Pathol 2010; 32(2) : 69 73
Daniels P, Ksiazek T, Eaton BT. 2001. Laboratory diagnosis of Nipah virus and Hendra
infections. Microbes Infect., 3. 2001:289-295.
Goh KJ, Tan CT, Chew NK, Tan PSK, Kamarulzaman A, Sarji SA, Wong KT, Abdullah BJJ,
Chua KB, Lam SK. 2000. Clinical features of Nipah virus encephalitis among pig farmers
in Malaysia. N. Engl. J. Med. ;342, 12291235.
Gurley E, Montgomery JM, Hossain MJ, Bell M, Azad AK, Islam MR. 2007.Persontoperson transmission of Nipah virus in a Bangladeshi community. Emerg Infect Dis. ;
13:1031-7.
Hayman DTS, Suu-Ire R, Breed AC, McEachern JA, Linfa Wang L, Wood JLN,
Cunningham AA. 2008. Evidence of henipavirus infection in West African fruit bats. PLoS
ONE 3 (7): 2739
Iehl C, Razafitrimo G, Razainirina J, Goodman SM, Faure C, Georges-Courbot MC,
Rousset D, Reynes JM, NicoleAndriaholinirina. 2007. Henipavirus and Tioman virus
antibodiesin pteropodid bats, Madagascar. Emerging Infec. Dis 13 (1): 15961.
Luby SP , Rahman M, Hossain MJ, Blum LS, Husain MM, Gurley E, Khan R, Ahmed BN,
Rahman S, Nahar N, Kenah E, Comer JA, Ksiazek TG. 2006. Foodborne transmission of
Nipah virus, Bangladesh. Emerg Infect Dis 12:1888-1894
Marahimi.
2011.
Nipah
Virus:
A
deadly
encephalitis.
[terhubung
berkala] http://www.dr.marahimi.com/2011/11/05/nipah-virus/ [19 Maret 2012]
McEachern JA, Bingham J, Crameri G, Green DJ, Hancock TJ, Middleton D. A
recombinant subunit vaccine formulation protects against lethal Nipah virus challenge in
cats. Vaccine. Volume 26, Issue 31, 23 July 2008:3842-3852.
Moss WJ, Griffin DE. 2006. Global measles elimination. Nat
Rev Microbiol. 4(12):9008.
Nor MNM. 1999. Emergency report on Nipah to the OIE. Disease Information 28: 12(20)
Reynes JM, Counor D, Ong S, Faure C, Seng V, Molia S, Walston J, Georges-Courbot
MC, Deubel V, Sarthou JL. 2005. Nipah virus in Lyles flying foxes. Cambodia.Emerg
Infect Dis 11:1042
Sendow I, Adjid RMA. 2005. Penyakit Nipah Dan Situasinya Di Indonesia. Wartazoa Vol.
15 No. 2.
Walpita P, Barr J, Sherman Ml, Basler CF, Wang L. 2011. Virus-Like Particle-Based Nipah
Virus Vaccine. Plos One
Weingartl et al. 2006. Recombinant Nipah virus vaccines protect pigs against challenge.
Journal of Virology 80, : 7929-38.