Anda di halaman 1dari 18

Bersama Kafilah Ramadhan (1)

Allah Swt dalam kehidupan manusia menciptakan momen-momen yang sarat dengan
keutamaan dan kedudukan yang tinggi; hari-hari yang penuh rahmat laksana kesejukan angin
sepoi yang menyirami kesegaran bagi jiwa dan raga manusia serta memberi mereka semangat
baru. Momen-momenitu mengajak manusia untuk bangkit dari tidur dan mengambil jarak
dari gemerlap dunia serta merasakan kehadiran Sang Pencipta dan nikmat-nikmat
spiritual.Terpaan angin sepoi bisa membawa kita ke poros rahmat Tuhan dan mendorong kita
bergegas menuju ke pangkuan-Nya.

Bulan Ramadhan merupakan salah satu dari momen keemasan


dalam hidup manusia dan kini para penduduk langit dan
malaikatmenyambut gembira kedatangan bulan suci ini. Bulan
agung telah tiba dan menebarkan semerbak harum aroma
spiritual di tengah masyarakat dan membangunkan jiwa-jiwa
yang lalai. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan suci,
refleksi dari pancaran rahmat Ilahi dan pengampunanNya.Ramadhan adalah bulan Allah Swt, bulan diturunkannya alQuran dan bulan yang paling mulia di sepanjang tahun. Di bulan
ini, pintu-pintu langit dan pintu surga dibuka, sementara
gerbang-gerbang neraka ditutup rapat. Ibadah di bulan ini diberi
ganjaran berlipat ganda dan Lailatul Qadar yang ada di dalamnya
lebih baik dari seribu bulan ibadah.
Di penghujung bulan Syaban, Rasulullah Saw menyampaikan
sebuah khutbah seputar keutamaan dan keagungan Ramadhan
dan beliau bersabda, Wahai hamba Tuhan! Sungguh telah
datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah,
rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hariharinya merupakan paling utamanya hari, malam-malamnya
adalah paling utamanya malam, dan detik-detiknya termasuk
paling utamanya detik. Inilah bulan ketika kalian diundang
menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Di bulan ini, nafas
kalian dihitung sebagai tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian
diterima, dan doa kalian diijabah. Bermohonlah kepada Allah
Tuhan kalian dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Dia
1

membimbing kalian untuk menunaikan puasa dan membaca


kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah
di bulan yang agung ini.
Ramadhan adalah bulan penyucian diri, bulan pembersih jiwa dan
batin, bulan untuk melepas diri dari cengkraman syaitan dan
hawa nafsu, bulan untuk bertasbih, dan bulan untuk kembali ke
jalan Allah Swt. Bulan ini merupakan kombinasi dari kemudahan
dan kesulitan. Dari satu sisi, manusia harus berjuang menahan
rasa lapar dan haus, memerangi hawa nafsu, menjaga tutur kata,
dan menghindari banyak makan. Dari sisi lain, mereka
merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, menghirup aroma
wangi pengampunan, dan menyirami diri dengan pancaran
rahmat Tuhan.
Ramadhan dengan segala pesonanya kembali mendatangi rumahrumah manusia dan menghadirkan rasa gembira dalam hati kaum
Muslim. Mereka menghitung hari untuk menyambut bulan mulia,
rasa gembira juga mengguncang jiwa orang-orang yang baru
memperoleh hidayah memeluk agama Islam.Bagi mereka ini
adalah pengalaman pertama berpuasa dan menikmati keindahan
Ramadhan.
Marcos adalah seorang pemuda dari Filipina dan sekarang
memilih nama Ahmad Mukmin setelah memeluk agama Islam.
Dia sudah tak sabar menanti datangnya bulan Ramadhan dan
berkata, Saya sebelum ini mengejek bulan Ramadhan dan
konsep puasa dalam Islam. Selama 10 tahun saya tinggal di Uni
Emirat Arab, ibadah puasa yang dijalankan kaum Muslim adalah
mimpi buruk bagi saya. Sebuah bulan di mana kita semua
membatasi diri di rumah-rumah dan menutup toko-toko kita di
kota. Tidak hanya perkara ini yang membuat saya membenci
bulan Ramadhan. Sebelumnya saya percaya puasa adalah sebuah
bentuk siksaan terhadap jiwa dan raga manusia.
Akan tetapi, Marcos setelah melakukan kajian dan penelitian
yang panjang memilih memeluk agama Islam dan mulai
memahami makna hakiki berpuasa. Pandangannya tentang bulan
puasa juga berubah total. Setelah masuk Islam, Marcos
menunaikan ibadah puasa selama beberapa hari dan mengenai
pengalaman pertamanya itu ia berkisah, Selama ini saya belum
pernah merasakan kedamaian seperti ini. Sekarang saya
memahami tentang pengaruh-pengaruh puasa bagi dimensi
2

spiritual manusia. Ibadah puasa selain bukan menyiksa diri, tapi


justru sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Marcos lebih lanjut menuturkan, Berpuasa satu bulan selama
setahun adalah sebuah pekerjaan yang sangat rasional dan oleh
karena itu, Tuhan mewajibkan puasa untuk hamba-Nya sekali
dalam
satu
tahun
dan
bukan
kewajiban
sepanjang
tahun.Ramadhan kini telah menjadi sebuah pengalaman yang
menyenangkan bagi saya. Sebuah pengalaman yang sarat
dengan kedamaian dan kegembiraan. Saya tak sabar menanti
datangnya bulan Ramadhan.
Penantian datangnya Ramadhan juga dilakukan oleh Amina,
seorang mualaf yang tinggal di Yordania. Wanita yang
sebelumnya bernama Caroline ini menganggap puasa sebagai
latihan untuk melatih kesabaran, mengendalikan hawa nafsu, dan
meningkatkan derajat spiritual. Dia menyebut ibadah shalat dan
membaca al-Quran sebagai amal shaleh untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Berkenaan dengan puasa, Amina yang berasal
dari Afrika Selatan ini berkata, Puasa adalah sebuah jalan baik
untuk meningkatkan kedamaian jiwa. Di bulan puasa, kaum
Muslim menahan diri dari makan dan minum mulai dari azan
subuh sampai terbenamnya matahari dan mendekatkan jiwa
mereka ke sisi Tuhan.
Ramadhan adalah bulan Allah Swt, sebuah momentum untuk
mengingat-Nya.Refleksi kecintaan yang paling kecil adalah
mengingat Dzat yang kita cintai. Pecinta harus selalu mengingat
kekasih dan mengingatnya merupakan jalan utama untuk
membuktikan kecintaan. Para pemuka agama menganggap zikir
sebagai sebuah keharusan untuk meningkatkan derajat orang
Mukmin guna mencapai keridhaan Tuhan. Sebab, berzikir bukan
hanya menggerakkan lisan,tapi kehadiran seorang pecinta di
hadapan Sang Kekasih. Zikir adalah penyatuan antara orang yang
jatuh cinta dengan Dzat yang ia cintai. Imam Ali as berkata,
Zikir adalah kebersamaan dengan kekasih. Pada dasarnya
orang yang selalu mengingat Tuhan, Dia juga akan mengingat
hambanya itu. Dan ini adalah pengertian dari kecintaan dan
kebersamaan dengan Tuhan.
Tubuh manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk
meneruskan kelangsungan hidupnya, begitu juga dengan jiwa
manusia, ia jugamemerlukan nutrisi untuk melanjutkan
3

kehidupan spiritual dan menapaki derajat kemanusiaan. Imam Ali


as menyebut zikir dan mengingat Tuhan sebagai sumber
kekuatan jiwa seseorang. Adapun berkenaan dengan keutamaan
dan berkah zikir di bulan puasa, Imam Ali Zainal Abidin as dalam
munajatnya memperkenalkan zikir sebagai sumber kehidupan
hati dan berseru, Ya Tuhanku! Hatiku hidup dengan mengingatMu dan api kegelisahan dan kesakitan hanya padam dengan
bermunajat kepada-Mu.
Salah satu dari kriteria berzikir di bulan Ramadhan adalah
kelezatan dan kenikmatannya. Rasulullah Saw dalam doa harian
bulan Ramadhan berseru, Ya Allah! Anugerahkan kepadaku di
dalamnya kelezatan dan kenikmatan berzikir kepada-Mu. Selama
manusia belum merasakan kelezatan dan kenikmatan beribadah
kepada Allah Swt, maka mereka belum mampu memahami arti
penghambaan dan zikir serta belum menikmati dampaknya dalam
kehidupan duniawi dan ukhrawi. Kelezatan hidup akan terasa
ketika dihabiskan dengan mengingat kekasih dan tidak melewati
sedetik pun tanpa menyebutnya.
Oleh karena itu, orang yang memahami kehadiran permanen
kekasih dan mengerti hakikatnya, mereka akan menikmati
kehidupan yang damai dan suci.Bulan Ramadhan adalah
momentum terbaik untuk menggapai kehidupan yang damai
bertaburan rahmat Tuhan. Ramadhan adalah bulan untuk
memperbanyak munajat. Allah Swt membuka pintu rahmat
seluas-luasnya pada bulan ini dan manusia dapat memohon apa
saja yang mereka inginkan. Sebenarnya, salah satu tugas orang
yang berpuasa pada bulan Ramadhan adalah berdoa dan
memohon kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah Swt. Seorang
hamba harus selalu menjulurkan tangannya kepada Sang
Pencipta untuk memohon segala kebutuhan. (IRIB Indonesia/RM)

Bersama Kafilah Ramadhan (2)

Kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menjadi tamu Allah Swt di bulan
Ramadhan dan menikmati limpahan rahmat dan karunia-Nya di bulan suci ini. Keagungan
bulan puasa dapat disimak dalam surat al-Baqarah ayat 185, Allah Swt berfirman, Bulan
Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang
bathil.Salah satu ciri khas utama Ramadhan adalah adanya kewajiban puasa bagi umat Islam
di sepanjang bulan itu. Puasa adalah sebuah kewajiban bagi seorang Muslim dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan cara meninggalkan makan dan minum mulai dari
terbit fajar sampai azan maghrib selama satu bulan penuh, kadang berjumlah 29 hari dan
kadang bisa sampai 30 hari.

Allah Swt menjelaskan tentang kewajiban berpuasa dalam alQuran ayat 183 dan 184 surat al-Baqarah, Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.
Dalam ayat tersebut Allah Swt menyeru kaum Muslim dengan
kalimat yang indah dan lembut. Nada bicara seperti inimemberi
angin sejuk bagi orang-orang yang berpuasa dan membuat
mereka mudah menjalaninya. Ayat tersebut juga mengingatkan
bahwa ibadah puasa tidak hanya diwajibkan untuk umat ini, tapi
juga sudah dijalankan oleh umat-umat terdahulu. Meski
kewajiban berpuasa memiliki waktu khusus, namun dalam kondisi
tertentu kewajiban ini masih bersifat fleksibel yaitu, orang-orang
karena dalam perjalanan, jatuh sakit, atau tidak mampu
5

menjalaninya di waktu khusus tersebut, mereka


menggantikannya di hari lain atau membayar kafarah.

bisa

Allah Swt kemudian menerangkan tentang manfaat dan filosofi


berpuasa yaitu untuk mencapai derajat takwa. Kabar gembira ini
membuat kaum Muslim menyambut dengan antusias datangnya
bulan Ramadhan.Hakikat ibadah puasa membawa kebaikan bagi
orang-orang yang menunaikannya dan mereka memperoleh
rahmat Tuhan. Oleh karena itu, orang-orang Mukmin menyambut
bulan Ramadhan dengan penuh cinta dan rasa senang.
Bulan Ramadhan merupakan momentum pensucian jiwa dan
introspeksi diri, kesempatan untuk berkhalwat dengan Tuhan,
waktu untuk menguji keikhlasan, dan kesempatan untuk
membuka lembaran hati serta membaca kembali buku amalan
kita. Untuk itu kita perlu bersikap mawas diri ketika menghadiri
jamuan Ilahi ini. Allah Swt menyediakan aneka hidangan untuk
kaum Muslim mulai dari bangun sahur yang penuh berkah, buka
puasa bersama dengan nuansa religius, melakukan tadarus
bersama dan khatam Quran,dan kegiatan shalat tahajud yang
membawa ketentraman jiwa. Ini adalah sebagian hidangan di
bulan penuh berkah dan kita mendapat kehormatan untuk
menjadi tamu Allah Swt, sehingga kita bisa mencicipinya sesuai
dengan kapasitas masing-masing.
Perasaan senang merupakan salah satu dari nikmat Allah Swt, di
mana beragam motivasi berperan dalam menghadirkan perasaan
ini. Sebagian orang menikmati partisipasinya di forum-forum dan
diskusi ilmiah, sebagian memperoleh kesenangan saat mencicipi
menu-menu favoritnya, dan sebagian yang lain justru menikmati
kesenangan di atas penderitaan orang lain dan membunuh
manusia tak berdosa. Namun kelezatan spiritual merupakan
derajat tertinggi dari perasaanjiwa untuk manusia.
Perasaan itu muncul ketika kita menanamkansifat-sifat baik dan
mulia dalam diri, tidak merampas hak-hak orang lain, memiliki
sifat pemaaf meski kita mampu untuk menuntut balas, atau
berinfak kepada orang miskin pada saat kita sendiri dalam
kesulitan. Kelezatan spiritual ini mencapai puncaknya dengan
puasa di bulan Ramadhan, kegiatan shalat berjamaah, tadarus,
dan munajat di pertengahan malam yang memenuhi sekat-sekat
hati manusia.
6

Ahmed, seorang mualaf dari San Francisco, Amerika Serikat


berkisah, Aku belajar di sekolah Katolik di Florida sebelum
memeluk Islam. Di luar jam belajar biasanya aku membaca bukubuku lain. Di sebuah buku yang berbicara tentang Islam, aku
menemukan bahwa kaum Muslim harus berpuasa. Puasa yaitu
menahan rasa lapar dan haus serta belajar mengendalikan emosi.
Mencerna masalah ini tentu saja bukan perkara mudah bagiku.
Setelah memeluk agama Islam, aku berpuasa untuk pertama kali
pada usia 19 tahun. Pada waktu itu aku dengan penuh bangga
memberi tahu teman-teman satu kamar bahwa aku ingin
berpuasa di bulan Ramadhan. Ini adalah untuk pertama kalinya
bagiku, di mana berbuat sesuatu bukan karena kedua orang tua
atau mengejar nilai kelas.
Ahmed lebih lanjut menuturkan, Aku berpuasa untuk Dzat yang
tidak bisa aku lihat, tapi seluruh wujudku merasakan
kehadirannya. Momen ini adalah hari terbaik dan mungkin hari
yang paling penting dalam hidupku. Teman-temanku yang bukan
Muslim mengira bahwa berpuasa hanya menahan lapar dan haus.
Namun, ketika aku menjelaskan perasaanku kepada mereka
mulai dari pensucian jiwa dan ketenangan batin, mereka mulai
menyadari perubahan batinku. Sebenarnya, aku sedang
merasakan kelezatan spiritual dengan berpuasa dan mungkin
sebelum ini aku tidak pernah merasakannya dalam situasi
apapun.
Bulan Ramadhan merupakan momentum untuk memperbaiki diri
menjadi lebih baik. Bulan ini memberi kekuatan kepada manusia
untuk menemukan jati dirinya dan kemudian menapaki jalan
Tuhan. Berpuasa adalah ibadah khusus di bulan ini. Puasa punya
banyak kekhususan yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah lain.
Ibadah puasa benar-benar sangat istimewa di mana Allah Swt
dalam sebuah hadis Qudsi berfirman, Puasa adalah untukku dan
Aku yang akan membalasnya.Salah satu alasan keistimewaan
puasa mungkin karena keikhlasan yang ada di dalamnya.
Berbeda dengan jenis ibadah lain yang bisa disaksikan oleh
khalayak, puasa adalah sebuah amal ibadah yang tersembunyi.
Ketika kita mendirikan shalat, gerak-gerik kita mulai dari sujud
dan ruku menjadi petunjuk bahwa kita sedang shalat. Demikian
juga dalam masalah khumus dan zakat atau infak. Paling tidak
para amil zakat mengetahui perkara ini. Ibadah haji, jihad dan
7

semua amal ibadah lain juga seperti itu. Akan tetapi tidak
demikian dengan puasa. Puasa sama sekali tidak bisa
diidentifikasi dari gerakan badan atau perilaku lahiriyah dan
selama seseorang belum memberi tahu pihak lain, maka tidak
ada yang mengerti kondisi lahiriyah orang yang sedang berpuasa.
Imam Ali as berkata, Puasa adalah ibadah antara hamba dan
penciptanya. Tidak ada yang mengetahui perkara itu kecuali Sang
Khalik dan tidak ada yang memberi ganjarannya kecuali Tuhan.
Pada dasarnya, ibadah puasa secara alamiah mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas dan berbuat sesuatu karena
Allah Swt. Orang yang menjalani puasa selama satu bulan, maka
pekerjaan ini merupakan sebuah latihan ikhlas baginya.
Keistimewaan lain ibadah ini adalah; puasa merupakan sarana
untuk menumpas musuh Allah Swt. Senjata syaitan adalah
syahwat dan ia memperoleh kekuatan dengan mengkonsumsi
makanan dan minuman. Rasulullah Saw bersabda, Syaitan
laksana darah yang mengalir dalam diri manusia, oleh karena itu
persempitlah jalur mereka dengan menahan lapar.
Ikhlas merupakan puncak dari fase kesempurnaan spiritual.
Ikhlas adalahmensucikan niat dari selain Allah Swt dan
melaksanakan ibadah hanya untuk-Nya. Di mata orang yang
ikhlas, pujian dan celaan berkedudukan sama, sebab ia beribadah
hanya untuk memperoleh keridhaan Tuhan dan bukan keridhaan
orang lain. Seorang ahli ibadah berkisah, Selama 30 tahun aku
selalu mendirikan shalat berjamaah di masjid di barisan pertama.
Suatu hari aku datang terlambat dan barisan pertama sudah
penuh terisi, lalu aku berdiri di barisan kedua. Aku malu karena
orang-orang di sekitar menyaksikanku shalat di barisan kedua.
Tiba-tiba aku tersadar bahwa penilaian masyarakat ternyata
penting bagiku. Kemudian aku mengerti bahwa semua shalatku
tercemari oleh riya dan tidak ada keikhlasan di dalamnya.
Ikhlas dan pensucian amal perbuatan dari selain Tuhan memiliki
beberapa tingkatan. Rasul Saw bersabda, Dengan sarana ikhlas,
keunggulan derajat orang-orang yang beriman akan terwujud.
Dari riwayat ini dapat diketahui bahwa ikhlas memiliki beberapa
derajat dan kedudukan orang beriman juga diukur dengan kadar
keikhlasan mereka. Derajat pertama adalah rasa takut dari
neraka dan derajat lain karena kerinduan kepada surga. Derajat
utama adalah bahwa manusia tidak mendambakan hal lain
8

kecuali Allah Swt. Imam Ali berkata, Aku tidak menyembah-Mu


karena takut terhadap siksa dan rakus akan surga, tapi aku
beribadah karena menemukan Engkau pantas untuk disembah.
(IRIB Indonesia/RM)

Bersama Kafilah Ramadhan (3)

Manusia di samping dimensi jasmani juga memiliki dimensi ruhani. Masing-masing dari
dimensi itu membutuhkan program-program khusus untuk mencapai kesempurnaan prima.
Salah satu program untuk memperkuat dan menumbuhkan dimensi spiritual adalah takwa.
Takwa merupakan sebuah kondisi di mana manusia meninggalkan perbuatan dosa dan
memilih untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan serta menghambakan diri kepada-Nya.
Oleh karena itu, jika manusia ingin menumbuhkan aspek spiritual dan mencapai kesucian
jiwa, mereka harus mengendalikan hawa nafsunya dan menghapus semua rintangan yang
menghalangi pertumbuhan itu.

Salah satu amalan yang efektif dalam hal ini adalah ibadah
puasa. Allah Swt menjelaskan tentang peran puasa dalam
mewujudkan takwa pada diri seseorang. Surat al-Baqarah ayat
183 dengan tegas menerangkan bahwa tujuan dari puasa adalah
untuk mencapai ketakwaan dan penggunaan kata La'alla
(supaya/agar) untuk menegaskan bahwa puasa tidak hanya
bermakna takwa, tapi juga sebuah latihan untuk membentuk dan
menumbuhkan ketakwaan itu sendiri. Dalam ajaran Islam, salah
satu jalan utama untuk mencapai ketakwaan yang sempurna
adalah melatih diri dengan puasa.
Puasa meski tampak sebagai kegiatan yang meliburkan hal-hal
seperti, makan, minum, hawa nafsu, dan sejenisnya, namun
sebenarnya manusia sedang melatih takwanya dengan cara
melawan hawa nafsu dan godaan-godaan lain. Ramadhan dan
puasa merupakan ajang latihan selama satu bulan, di mana
manusia secara sadar dan dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah Swt, meninggalkan tuntutan-tuntutan hawa nafsunya.
Dalam ibadah yang dijalankan dengan kesadaran dan tekad ini,
9

seseorang memanfaatkan semua sarana yang bisa mempertebal


iman seperti, shalat berjamaah, shalat sunnah, tadarus, dan
tahajud demi mencapai hakikat takwa.
Dalam al-Quran, syarat untuk menjadi penghuni surga dan
menikmati semua kesempurnaan lain adalah menyandang
predikat takwa. Dalam banyak ayat, al-Quran menganggap surga
dan nikmat-nikmatnya sebagai milik orang-orang yang bertakwa;
mereka yang meninggalkan semua larangan dan menempatkan
dirinya di jalan kesempurnaan kemanusiaan.
Mengenai nikmat-nikmat surga yang diberikan untuk kaum
Mukmin, Allah Swt dalam surat al-Hijr ayat 45-48 berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam
surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang
mengalir). (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya
dengan sejahtera lagi aman, Dan Kami lenyapkan segala rasa
dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa
bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. Mereka
tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan
dikeluarkan daripadanya.
Di bulan Ramadhan, ruh takwa dalam diri manusia dapat
dihidupkan dengan cara berpuasa dan mematuhi perintahperintah Allah Swt. Tidak ada keraguan bahwa dimensi internal
manusia tersimpan berbagai naluri dan nafsu seperti, nafsu
makan dan minum, cinta kepada diri sendiri dan harta benda dan
sejenisnya, di mana semua itu penting untuk melanjutkan
kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan hawa nafsu itu
kadang keluar dari batas alamiahnya dan mendominasi seluruh
wujud manusia. Orang yang berpuasa dengan menahan rasa
lapar dan haus serta batasan-batasan lain secara signifikan
mampu memadamkan bara api hawa nafsu dan naluri hewani
tersebut.
Oleh sebab itu, berpuasa tidak hanya menahan diri dari makan
dan minum, tapi juga meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa
dan maksiat. Rasul Saw dalam sebuah khutbah di penghujung
bulan Syaban menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan
Ramadhan kepada kaum Muslim dan ketika itu Imam Ali as
bertanya, Perbuatan apakah yang paling utama di bulan ini?
Rasul Saw menjawab, Menjauhi dan menghindari dosa.
10

Pada dasarnya, memelihara takwa bukan sebuah perkara yang


rumit dan mustahil dilakukan, tapi setiap kebaikan yang
dikerjakan oleh manusia dan setiap keburukan yang ditinggalkan
oleh mereka, dengan sendirinya perkara ini sudah termasuk
contoh dari memelihara takwa dalam hidup. Bulan Ramadhan
merupakan momentum terbaik untuk menaati perintah Allah Swt
dan memelihara ketakwaan. Mengatasi masalah orang lain,
mengabdi kepada masyarakat, menjauhi barang haram, serta
tidak meremehkan ibadah, semua perkara ini merupakan bentuk
dari ketakwaan itu sendiri. Dengan melatih dan membiasakan diri
dalam perbuatan baik, maka orang yang berpuasa telah
menanamkan tradisi baik dalam dirinya untuk selalu menjauhi
larangan Allah Swt. Cara ini akan membuat hatinya bersih dan
bersinar.
Takwa berarti menjaga diri dari perkara yang dibenci oleh Allah
Swt. Individu yang meninggalkan perbuatan buruk dan
menanggung semua kesulitan demi meraih ridha Allah Swt, maka
ia juga akan mendapat perhatian khusus dari-Nya. Rasul Saw
bersabda, Wahai Abu Dzar, perhatikanlah selalu Allah Swt dan
keridhaan-Nya sehingga engkau juga memperoleh perhatianNya. (Bihar al-Anwar, jilid 77)
Dalam buku Tadzkiratul Awliya karya Syeikh Attar Naishaburi
dikisahkan, Seorang arif berjanji kepada dirinya untuk tidak
mengambil keuntungan lebih dari 5 persen dari niaganya. Suatu
hari ia membeli beberapa karung kacang almond seharga 60
dinar. Harga almond di pasar tiba-tiba melambung naik. Seorang
agen datang ke toko orang arif itu untuk membeli almond dan ia
pun menanyakan harganya. Arif tersebut menjawab, 63 dinar
tuan. Agen itu berkata, harga almond ini pantasnya 90 dinar!
Arif itu menjawab, iya benar demikian, tapi aku sudah berjanji
untuk tidak meraup untung lebih dari 5 persen. Aku sudah
merusak harga pasar, tapi aku tidak mengingkari janjiku.
Beberapa hari kemudian pasar di kota itu terbakar dan semua
toko berserta aset milik mereka hangus dilalap api, namun toko
orang arif itu tidak terbakar dan selamat dari kobaran api. Inilah
balasan Allah Swt, ia sudah memilih jalan takwa dan Allah Swt
juga melindunginya.
Ramadhan dengan segala keindahannya kembali menyapa
rumah-rumah kaum Muslim. Mereka dengan penuh suka cita
11

berusaha menunaikan kewajiban agamanya dengan sempurna


sehingga bisa menghadirkan senyum merekah di penghujung
Ramadhan. Perasaan gembira ini selalu mengundang tanda tanya
bagi kebanyakan warga non-Muslim. Mereka menganggap puasa
hanya terbatas pada menahan lapar dan haus dan mereka
merasa kesulitan jika harus memikul beban tersebut. Rasa
penasaran ini kadang mendorong mereka untuk mencoba
berpuasa sehingga mengetahui alasan kecintaan umat Islam
terhadap bulan Ramadhan dan ibadah puasa.
Sebut saja Rahul, ia adalah seorang pemuda dari India. Dia
termasuk salah satu dari mereka yang penasaran dengan
aktivitas kaum Muslim di bulan puasa. Bulan Ramadhan akhirnya
membawa Rahul mengenal ajaran-ajaran luhur Islam dan ia pun
memilih masuk Islam. Berkenaan dengan keputusannya untuk
memeluk Islam, Rahul berkata, Aku sudah menjadi seorang
Muslim selama beberapa bulan. Aku dibesarkan di sebuah
keluarga seperti semua keluarga di India mengikuti ajaran Hindu.
Sebagian dari mereka menyembah berhala, sebagian yang lain
mendewakan binatang seperti sapi, dan sisanya menganggap
matahari sebagai tuhannya. Aku juga dibesarkan di lingkungan
seperti itu dan keyakinan tersebut membuatku hidup dalam
kesesatan.
Rahul lebih lanjut mengisahkan perjalanan hidupnya dan berujar,
Dengan izin Tuhan, aku kemudian merantau ke Oman, sebuah
negara Muslim. Untuk pertama kalinya di sana aku mengenal
kaum Muslim dan selama tiga tahun tinggal di Oman, aku
memperoleh banyak pengetahuan tentang Islam dan menemukan
kebenaran. Waktu tiga tahun itu berperan sangat besar dalam
mengantarkanku ke gerbang kebenaran serta mengubah
pemikiran dan akidahku.
Ibadah puasa memunculkan pertanyaan pada diri Rahul dan
membangkitkan rasa ingin tahunya. Ia kemudian melakukan
penelitian untuk mengetahui filosofi puasa dan bulan Ramadhan.
Jawaban yang diberikan oleh teman-temannya dan hasil yang
diperoleh dari kajiannya memberi pengaruh besar bagi Rahul. Ia
memutuskan ikut berpuasa bersama teman-temannya dan
merasakan apa yang dirasakan oleh mereka. Rahul berkisah,
Aku sengaja berpuasa sebelum masuk Islam untuk mengobati
rasa penasaranku dan itu hanya sebatas tidak makan dan
12

minum, tapi kini aku berpuasa dengan niat ibadah dan


mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ramadhan bagiku sekarang
bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi aku juga mengisinya
dengan shalat, doa, sedekah, dan tadarus.
Atas dasar ketertarikannya yang sangat besar terhadap
Ramadhan dan ibadah puasa juga telah membuatnya
memperoleh hidayah, Rahul akhirnya mengganti namanya
dengan Rayyan, karena Allah Swt akan memasukkan orang-orang
yang berpuasa ke dalam surga melalui Babul Rayyan. (IRIB
Indonesia/RM)

13

Bersama Kafilah Ramadhan (4)

Allah Swt menghadirkan hidangan yang penuh berkah dan nikmat kepada kaum Muslim di
bulan Ramadhan, sebuah jamuan yang dipenuhi dengan berbagai nikmat material dan
spiritual. Setiap orang dapat membawa kenikmatan itu sesuai dengan kadar ibadahnya
sebagai bekal untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi. Meski ibadah puasa secara lahiriyah
hanya menahan makan dan minum, namun orang yang berpuasa untuk bisa sampai ke derajat
tinggi kesempurnaan insani dan meraih nikmat-nikmat spiritual, perlu menjaga seluruh
anggota badannya dan meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat.

Salah satu anjuran para pemuka agama kepada orang-orang


yang
berpuasa adalah
meminta merekauntuk menjaga
penglihatan, lisan, pendengaran, dan anggota lainnya dari
perbuatan dosa.Imam Ali Ridha as berkata, Wahai manusia yang
berpuasa semoga Tuhan merahmati kalian! Sesungguhnya puasa
adalahhijab di mana Allah menjadikannya untuk menjaga lisan,
pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota badan.
Sungguh Allah telah menetapkan hak puasa untuk seluruh
anggota badan, karena itu barang siapa menunaikan hak-hak
tersebut dalam puasanya, maka ia sungguh telah berpuasa
danmelaksanakan hak puasanya.Dan barang siapa yang
mengabaikan hak-hak tersebut, mereka telah kehilangan
keberkahan dan pahala puasa sesuai dengan kelalaiannya
itu.(Mizan al-Hikmah, jilid 5)
Orang yang benar-benar berpuasa, mencegah lisannya dari
melakukan dosa-dosa yang melibatkan lisan seperti, berdusta,
ghibah (membicarakan keburukan orang lain), dan mencela. Ia
juga mengontrol pendengarannya dari mendengar suara-suara
yang menyimpang dan rayuan syaitan.Penglihatan orang yang
berpuasa juga tidak dibenarkan untuk melihat setiap
pemandangan. Fenomena yang bisa menyeret manusia ke
lembah dosa haram hukumnya untuk ditonton dan orang yang
berpuasa harus menutup penglihatannya.

14

Individu yang berpuasa harus meninggalkan semua dosa dan


menjauhi sifat-sifat tercela seperti, rasa dengki, iri hati, marah
atau menebarkan permusuhan dan lain-lain. Sebab, puasa
merupakan sebuah ibadah untuk melatih manusia mengontrol diri
dan memupuk semangat takwa. Rentang waktu antara sahur
sampai terbenam matahari merupakan sebuah kesempatan baik
untuk mengontrol dan memerangi hawa nafsu serta menolak
godaan.Setiap individu yang menjaga amal ibadahnya hingga
waktu berbuka, tentu ia akan memperoleh derajat yang tinggi.
Kesuksesan seseorang untuk meninggalkan dosa, akan
membuatnya meraih keuntungan yang lebih besar dalam urusan
ibadah dan jika ia terlibat banyak dosa meskipun tidak
membatalkan puasa,tapi pahala dan ganjarannya telah
berkurang. Kaum mukmin akan berusaha maksimal agar bisa
mempersembahkan amal ibadah yang sempurna dan tanpa cacat
ke pangkuan Allah Swt.Amalan yang ikhlas dan bersih ini diterima
dengan lapang dan membuat pelakunya memperoleh keridhaan
Tuhan.
Menjauhi dosa dan mengendalikan hawa nafsu merupakan salah
satu keuntungan berpuasa. Manusia yang tidak mampu menahan
gejolak hawa nafsu dan syahwat, maka bulan Ramadhan
merupakan momentum terbaik bagi mereka untuk mengontrol
naluri hewani dan syahwatnya.Imam Jakfar Shadiq as berkata,
Puasa adalah tirai dan hijab bagi orang yang berpuasa dari
penyakit-penyakit dunia. Ia juga akan menjadi perisai dari azab
akhirat. Setiap saat kalian ingin berpuasa, maka kekanglah diri
kalian dari semua syahwat dan hawa nafsu (seperti, mencela,
bersumpah dengan dusta, dan lain-lain), sebab terperangkap
dalam dosadi tengah puasa akan mengurangi pahala puasa dan
membuatnya tidak diterima.
Melakukan perbuatan dosaseperti, ghibah (membicarakan
keburukan orang lain), berdusta, menatap non-muhrim, berlaku
zalim, dan sejenisnya, secara lahiriyah tidak membatalkan
puasa,namun akan mencegah seseorang meraih kenikmatan
spiritual berpuasa.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa seorang perempuan sedang
menjalani puasa sunnah, tapi ia mengeluarkan celaan untuk
tetangganya, Rasul Saw kemudian membawa satu piring nasi dan
bersabda, Makanlah makanan ini! Perempuan itu bersikeras
15

bahwa ia sedang berpuasa, Rasul lalu bersabda, Bagaimana


engkau mengaku berpuasa, sementara engkau mencela
tetanggamu? Ketahuilah bahwa puasa bukan hanya tidak makan
dan minum, tapi orang yang berpuasa juga harus mengajak
seluruh anggota badannya berpuasa bersamanya, serta
menghindari ucapan dan perbuatan buruk. Allah menetapkan
puasa untuk mencegah perkataan dan perbuatan buruk. Rasul
Saw kemudian menghadap ke arahkhalayak dan bersabda,
Betapa sedikit orang yang berpuasa dan betapa banyak orang
yang lapar. (Mizan al-Hikmah, jilid 5)
Faktor utama yang membuat manusia jauh dari rahmat Tuhan
disebabkan mereka terlena dalam gejolak hawa nafsu dan
syahwat. Dalam ajaran Islam, ada banyak petunjuk untuk
mengontrol
dan
mengarahkan
hawa
nafsu
serta
menyeimbangkan naluri hewani dan salah satunya adalah puasa.
Puasa merupakan bentuk latihan, yang jika dilakukan secara
teratur dan rutin, maka kekuatan untuk mengontrol diri dan
meninggalkan dosa secara bertahap akan menguat dalam diri
manusia dan membuat mereka mampu mengendalikan nafsunya.
Untuk itu, orang yang berpuasa tidak boleh kehilangan kontrol
atas segala jenis dosa dan ia harus menjauhi perbuatan maksiat.
Rasul Saw bersabda, Barang siapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan dan menjaga hawa nafsunya dan lisannya dari dosa
serta tidak menyakiti masyarakat, maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya dan ia terbebas dari neraka dan mendapatkan
tempat di surga.
Seiring datangnya bulan Ramadhan, banyak orang bertanya dan
ingin tahu tentang kiat agar tetap semangat menjalani rutinitas di
tengah rasa lapar dan dahaga. Apakah Ramadhan menjadi
penghalang bagi kemajuan manusia dalam urusan kerja dan
dunia? Dengan sebuah kajian sederhana dan menyaksikan
kehidupan kaum Muslim di bulan Ramadhan, kita akan
memahami bahwameski tak lepas dari kesulitan, namun umat
Islam selain tidak meliburkan rutinitasnya, tapi mereka justru
bekerja dengan penuh semangat. Mereka dengan puasanya
sedang melatih kesabaran dan ketakwaan.
Mantan bomber Sevilla, Frederic Kanoute sudah lama dikenal
sebagai pesepak bola yang taat. Ia sudah terbiasa menjalankan
ibadah puasa di tengah padatnya kompetisi. Pemain 35 tahun ini
16

yakin berpuasa bukan melemahkan, justru bisa menguatkan. Eks


striker Sevilla ini menuturkan, "Secara pribadi, menjalankan
tuntunan agama membantu saya dalam sepakbola. Dan
sepakbola juga ikut membantu untuk tetap sehat dan
menguatkan saya. Tak ada konflik karena orang yang tahu
tentang Islam, mereka tahu bahwa ibadah puasa itu malah
menguatkan mereka yang menjalaninya, dan bukan malah
melemahkan umat Muslim."
Sekarang banyak pemain yang beragama Islam masuk ke dunia
sepakbola Eropa dan mereka mampu menjadi perhatian dengan
kemampuan mengolah bola yang lihai. Mau tidak mau, membuat
klub atau pengelola kompetisi sepakbola Eropa melakukan
kompromi. Sebelumnya, para pelatih beranggapan bahwa puasa
akan mengurangi performa pemain Muslim dan menurunkan
tingkat profesionalitas mereka. Masalah ini menciptakan
perdebatan panjang antara pelatih dengan para pemain Muslim,
namun para pemain Muslim biasanya tidak bersedia duduk di
bangku
cadangan,
mereka
tetap
berpuasa
dan
ingin
membuktikan bahwa puasa tidak menghalangi mereka untuk
tampil prima.
''Puasa Ramadan membuatku menjadi semakin kuat,'' ujar
Kanoute, bintang sepak bola asal Mali.Tidak mudah bagi Muslim
di Spanyol berpuasa saat musim panas di Eropa mencapai
puncaknya. Suhu bisa mencapai 40 derajat Celcius, dengan
kelembaban tinggi. Siang lebih panjang dibandingkan malam
hari.''Saya berusaha menghormati keyakinanku dan menjalankan
ibadah sebisa mungkin,'' tambahnya. ''Terkadang memang sulit
melakukan puasa Ramadhan ketika cuaca di selatan Spanyol
sangat
panas.
Tetapi,
saya
mampu
melakukannya.
Alhamdulillah,'' tegas Kanoute.
Kanoute menemukan kedamaian dalam Islam dan olahraga telah
memberinya peluang terbaik untuk berkonsentrasi dan
memusatkan pikiran. Dia berkata, Aku selalu menyempatkan diri
untuk ibadah. Kadang teman-teman satu tim menyaksikan
tingkahku, tapi mereka bisa mengerti kalau aku seorang Muslim
dan mereka menghormati keyakinanku. Banyak dari mereka yang
penasaran dan ingin tahu tentang kegiatan ibadahku, terutama di
bulan Ramadhan. Mereka heran mengapa aku tidak makan
sesuatu dan mereka mengajukan banyak pertanyaan seputar
17

masalah ini. Meski begitu aku tetap merasa nyaman dan aku
menikmati kegiatan ibadahku. (IRIB Indonesia/RM)

18

Anda mungkin juga menyukai