Allah Swt dalam kehidupan manusia menciptakan momen-momen yang sarat dengan
keutamaan dan kedudukan yang tinggi; hari-hari yang penuh rahmat laksana kesejukan angin
sepoi yang menyirami kesegaran bagi jiwa dan raga manusia serta memberi mereka semangat
baru. Momen-momenitu mengajak manusia untuk bangkit dari tidur dan mengambil jarak
dari gemerlap dunia serta merasakan kehadiran Sang Pencipta dan nikmat-nikmat
spiritual.Terpaan angin sepoi bisa membawa kita ke poros rahmat Tuhan dan mendorong kita
bergegas menuju ke pangkuan-Nya.
Kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk menjadi tamu Allah Swt di bulan
Ramadhan dan menikmati limpahan rahmat dan karunia-Nya di bulan suci ini. Keagungan
bulan puasa dapat disimak dalam surat al-Baqarah ayat 185, Allah Swt berfirman, Bulan
Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang
bathil.Salah satu ciri khas utama Ramadhan adalah adanya kewajiban puasa bagi umat Islam
di sepanjang bulan itu. Puasa adalah sebuah kewajiban bagi seorang Muslim dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah Swt, dengan cara meninggalkan makan dan minum mulai dari
terbit fajar sampai azan maghrib selama satu bulan penuh, kadang berjumlah 29 hari dan
kadang bisa sampai 30 hari.
Allah Swt menjelaskan tentang kewajiban berpuasa dalam alQuran ayat 183 dan 184 surat al-Baqarah, Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.
Dalam ayat tersebut Allah Swt menyeru kaum Muslim dengan
kalimat yang indah dan lembut. Nada bicara seperti inimemberi
angin sejuk bagi orang-orang yang berpuasa dan membuat
mereka mudah menjalaninya. Ayat tersebut juga mengingatkan
bahwa ibadah puasa tidak hanya diwajibkan untuk umat ini, tapi
juga sudah dijalankan oleh umat-umat terdahulu. Meski
kewajiban berpuasa memiliki waktu khusus, namun dalam kondisi
tertentu kewajiban ini masih bersifat fleksibel yaitu, orang-orang
karena dalam perjalanan, jatuh sakit, atau tidak mampu
5
bisa
semua amal ibadah lain juga seperti itu. Akan tetapi tidak
demikian dengan puasa. Puasa sama sekali tidak bisa
diidentifikasi dari gerakan badan atau perilaku lahiriyah dan
selama seseorang belum memberi tahu pihak lain, maka tidak
ada yang mengerti kondisi lahiriyah orang yang sedang berpuasa.
Imam Ali as berkata, Puasa adalah ibadah antara hamba dan
penciptanya. Tidak ada yang mengetahui perkara itu kecuali Sang
Khalik dan tidak ada yang memberi ganjarannya kecuali Tuhan.
Pada dasarnya, ibadah puasa secara alamiah mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas dan berbuat sesuatu karena
Allah Swt. Orang yang menjalani puasa selama satu bulan, maka
pekerjaan ini merupakan sebuah latihan ikhlas baginya.
Keistimewaan lain ibadah ini adalah; puasa merupakan sarana
untuk menumpas musuh Allah Swt. Senjata syaitan adalah
syahwat dan ia memperoleh kekuatan dengan mengkonsumsi
makanan dan minuman. Rasulullah Saw bersabda, Syaitan
laksana darah yang mengalir dalam diri manusia, oleh karena itu
persempitlah jalur mereka dengan menahan lapar.
Ikhlas merupakan puncak dari fase kesempurnaan spiritual.
Ikhlas adalahmensucikan niat dari selain Allah Swt dan
melaksanakan ibadah hanya untuk-Nya. Di mata orang yang
ikhlas, pujian dan celaan berkedudukan sama, sebab ia beribadah
hanya untuk memperoleh keridhaan Tuhan dan bukan keridhaan
orang lain. Seorang ahli ibadah berkisah, Selama 30 tahun aku
selalu mendirikan shalat berjamaah di masjid di barisan pertama.
Suatu hari aku datang terlambat dan barisan pertama sudah
penuh terisi, lalu aku berdiri di barisan kedua. Aku malu karena
orang-orang di sekitar menyaksikanku shalat di barisan kedua.
Tiba-tiba aku tersadar bahwa penilaian masyarakat ternyata
penting bagiku. Kemudian aku mengerti bahwa semua shalatku
tercemari oleh riya dan tidak ada keikhlasan di dalamnya.
Ikhlas dan pensucian amal perbuatan dari selain Tuhan memiliki
beberapa tingkatan. Rasul Saw bersabda, Dengan sarana ikhlas,
keunggulan derajat orang-orang yang beriman akan terwujud.
Dari riwayat ini dapat diketahui bahwa ikhlas memiliki beberapa
derajat dan kedudukan orang beriman juga diukur dengan kadar
keikhlasan mereka. Derajat pertama adalah rasa takut dari
neraka dan derajat lain karena kerinduan kepada surga. Derajat
utama adalah bahwa manusia tidak mendambakan hal lain
8
Manusia di samping dimensi jasmani juga memiliki dimensi ruhani. Masing-masing dari
dimensi itu membutuhkan program-program khusus untuk mencapai kesempurnaan prima.
Salah satu program untuk memperkuat dan menumbuhkan dimensi spiritual adalah takwa.
Takwa merupakan sebuah kondisi di mana manusia meninggalkan perbuatan dosa dan
memilih untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan serta menghambakan diri kepada-Nya.
Oleh karena itu, jika manusia ingin menumbuhkan aspek spiritual dan mencapai kesucian
jiwa, mereka harus mengendalikan hawa nafsunya dan menghapus semua rintangan yang
menghalangi pertumbuhan itu.
Salah satu amalan yang efektif dalam hal ini adalah ibadah
puasa. Allah Swt menjelaskan tentang peran puasa dalam
mewujudkan takwa pada diri seseorang. Surat al-Baqarah ayat
183 dengan tegas menerangkan bahwa tujuan dari puasa adalah
untuk mencapai ketakwaan dan penggunaan kata La'alla
(supaya/agar) untuk menegaskan bahwa puasa tidak hanya
bermakna takwa, tapi juga sebuah latihan untuk membentuk dan
menumbuhkan ketakwaan itu sendiri. Dalam ajaran Islam, salah
satu jalan utama untuk mencapai ketakwaan yang sempurna
adalah melatih diri dengan puasa.
Puasa meski tampak sebagai kegiatan yang meliburkan hal-hal
seperti, makan, minum, hawa nafsu, dan sejenisnya, namun
sebenarnya manusia sedang melatih takwanya dengan cara
melawan hawa nafsu dan godaan-godaan lain. Ramadhan dan
puasa merupakan ajang latihan selama satu bulan, di mana
manusia secara sadar dan dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah Swt, meninggalkan tuntutan-tuntutan hawa nafsunya.
Dalam ibadah yang dijalankan dengan kesadaran dan tekad ini,
9
13
Allah Swt menghadirkan hidangan yang penuh berkah dan nikmat kepada kaum Muslim di
bulan Ramadhan, sebuah jamuan yang dipenuhi dengan berbagai nikmat material dan
spiritual. Setiap orang dapat membawa kenikmatan itu sesuai dengan kadar ibadahnya
sebagai bekal untuk kehidupan duniawi dan ukhrawi. Meski ibadah puasa secara lahiriyah
hanya menahan makan dan minum, namun orang yang berpuasa untuk bisa sampai ke derajat
tinggi kesempurnaan insani dan meraih nikmat-nikmat spiritual, perlu menjaga seluruh
anggota badannya dan meninggalkan semua perbuatan dosa dan maksiat.
14
masalah ini. Meski begitu aku tetap merasa nyaman dan aku
menikmati kegiatan ibadahku. (IRIB Indonesia/RM)
18