Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KMB TUMOR PARU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. Namun begitu, kanker paru
ini meningkat dengan angka yang lebih besar pada wanita dibanding pada pria dan sekarang
melebihi kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
Pada hampir 70% Pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat limfatik regional dan
tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka survival pasien kanker paru adalah rendah.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut
sebelumnya (tuberculosis, fibrosis ) dalam paru. Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan
bagian dari kelompok resiko tinggi yaitu , apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar
dengan suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya , dan pernakah pasien menderita fibrosis paru
kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok dihilangkan.

B. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti seminar diharapkan mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan tumor paru.
2. TUJUAN KHUSUS
a.

Mahasiswa mengetahui apa pengertian tumor paru bagaimana etiologi dan patofisiologinya .

b.

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan tumor paru.

c.

Mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan pada klien tumor paru

d.

Mahasiwa dapat membuat serta memahami perencanaan perawatan pad aklien dengan tumor paru.

C. METODE PENULISAN
1.

Pustaka
Dalam menyusun makalah ini kelompok menggunakan beberapa literature atau referensi yang ada
di perpustakaan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini.

2.

Browsing
Selain dari buku, kelompok juga mencari tambahan referensi dan gambar melalui Wikipedia.

3.

Diskusi
Yang terakhir kami menggunakan metode diskusi kelompok sebagai salah satu upaya penyelesian
makalah .

D. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membatasi pada pembahasan tentang pengertian, etiologi,
patofisiologi ( proses perjalanan penyakit , manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan
medis dan non medis ), dan asuhan keperawatan ( pengkajian, diagnose dan intervensi ).
E. Sitematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari tiga bab, diantaranya :
Bab I : Berisikan tentang pendahuluan yang memberikan gambaran tentang latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sitematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori berisi diantaranya pengertian, etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan
( pengkajian, diagnose, dan perencanaan keperawatan).
Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Atmanto (1992) menyatakan kanker paru merupakan penyakit dengan keganasan tertinggi
diantara jenis kanker lainnya di Jawa Timur dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 24,1%.
Pada Tahun 1998 di RS Kanker Dharmais, kanker paru menem-pati urutan kedua terbanyak setelah
kanker payudara, yaitu sebanyak 75 kasus (Nasar, 2000)

B. ETIOLOGI
Beragam faktor telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru: asap tembakau, perokok
kedua ( perokok pasif , polusi udara, radon, dan masukan vitamin A yang tidak adekuat.
Asap tembakau
Penggunaan tembakau menyebabkan lebih dari satu setiap 6 kematian di Amerika Serikat
akibat penyakit paru dan kardiovaskuler; merokok ini merupakan penyebab kematian dan penyebab
tunggal yang paling dapat dicegah di Negara ini ( healthy people 2000, 1990 ). Kanker paru adalah
sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan perokok. Resiko ditentukan
dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun ( jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok ). Selain itu, makin muda individu memulai merokok, makin besar
resiki terjadinya kanker paru. Faktor lain juga dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap
( kandungan tar, filter vs tidak berfilter ).
Perokok kedua
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru pada
bukan perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang pada asap tembakau
dala lingkungan yang dekat ( mobil, gedung ) berisiko terhadap terjadi nya kanker paru. Opini
publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang merokok pada tempat-tempat
umum seperti restoran, kantor, dan pesawat udara.

Polusi udara
Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur, emisi kendaraan
bermotor dan poluten dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukan bahwa insiden kanker
paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan
bermotor.
Pemajanan Okupasi
Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard,
krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan terjadinya
kanker paru. Hukum telah dibuat untuk mengendalikan pemajangan terhadap elemen tersebut
ditempat kerja.
Radon
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.
Selama bertahun-tahun, gas ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi sekarang
diketahui gas tersebut dapat menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan didasar tanah.
Vitamin A
Riset menunjukan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah masukan vitamin A dan
terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa vitamin A berkaitan dengan pengaturan
diferensiasi sel.

C. PATOFISIOLOGI
Klasifikasi dan pentahapan
Empat jenis sel utama kanker paru ( yang berbeda secara signifikan ) telah diidentifikasi :
karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ), karsinoma sel kecil ( sel oat ), adenorkarsinoma, dan sel
besar ( tidak dapat dibedakan ).
Selain tipe sel, kanker paru dapat diberi tahapan; tahapan tumor mengacu pada ukuran tumor,
apakah nodus limfe terkena, dan apakah kanker telah menyebar. Pentahapan ditentukan dengan
biopsi jaringan, biopsi nodus limfe, dan mediastinoskopi. Pentahapan membantu menentukan
apakah tumor harus diangkat.

Beberapa faktor terjadinya kanker paru diantaranya yaitu Asap tembakau, perokok ke dua,
polusi udara, pemajanan okufasi, radon, vitamin A, PPOM dan atau tuberculosis dapat
menyebabkan kanker bronkogenik, dimana kanker ini memiliki beberapa sel utama diantaranya
karsinoma, epidermoid, karsinoma sel besar, adenokarsinoma, dan karsinoma sel kecil. Berdasarkan
pilihan pengobatan maka karsinoma bronkogenik biasa nya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel
kecil
( SCLC ) dan kenker paru-paru sel tidak kecil ( NSCLC ).
Karsinoma epidermoid, karsinoma sel besar dan adenokarsinoma merupakan kanker paru-paru sel
tidak kecil dimana tindakan yang dilakukan ialah reseksi bedah. Sedangkan karsinoma sel kecil
merupakan kanker paru-paru sel kecil sehingga dapat dilakukan tindakan radiasi dan kemoterapi .
pada umum nya kanker tidak dapat disembuhkan tetapi tindakan yang dilakukan berfungsi untuk
memperpanjang usia klien.
2.

Manifestasi klinis
Tumor pada system bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim
paru pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat ( biasanya selama beberapa decade )
dan seringkali asimtomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung
pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasan metastase ke tempat regional atau
tempat yang jauh.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebab kan
oleh massa tumor. Individu sering mengabaikan gejala ini dan menghubungkan dengan merokok.
Batuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik
dimana dibentuk sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.

Batuk yang karakternya berubah membangkitkan kecurigaan terhadap kanker paru.


Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam berespons terhadap
infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal tumor. Pada kenyataannya, kanker paru
harus dicurigai pada individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas berulang yang tidak
sembuh-sembuh. Nyeri adalah manifestasi akhir dan sering ditemukan dengan metastasis ke tulang.
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional, pasien dapat
menunjukan nyeri dada dan sesak, serak ( menyerang saraf lariengal )disfagia, edema kapala dan
leher, dan gejala-gejala efusi pleura atau pericardial. Tempat metastase yang paling umum adalah
nodus limfe, tulang, otak, paru kontralateral, dan kelenjar adrenal. Gejala umum seperti kelemahan,
anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia tampak pada akhir penyakit.

3.

KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kanker paru di antaranya:

Reseksi Bedah dapat mengakibatkan gagal napas

Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru

Kemoterapi kombinasi radiasi dapat menyebabkan pneumonitis

Kemoterapi menyebabkan toksisitas paru dan leukemia

4.

PENATALAKSANAAN MEDIS DAN NON MEDIS

a.

Penatalaksanaan medis
Sasaran penatalaksanaan ialah untuk memberikan penyembuhan jika memungkinkan.
Secara umum, pengobatan dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

1.

Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor setempat
tanpa adanya penyebaran metastatiic dan mereka yang fungsi jantung parunya baik.
Reseksi bedah jarang menghasilkan penyembuhan sempurna.

2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam
pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang ressponsif terhadap radiasi. Radiasi
dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif
untuk menghilangkan tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada,
dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
3.

Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menanganii pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.

a.

Penatalaksanaan non medis

1)

Manganjurkan masyarakat ( pasien ) untuk tidak merokok.

2)

Hidup dalam lingkungan yang tidak cemar polusi

3)

Beri dukungan

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian difokuskan pada sistem yang terganggu.
A.

Distress pernafasan
Bisa didapatkan adanya henti nafas, tachypneu, bradypneu, retraksi dinding dada,
penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha
untuk bernafas. Suara nafas yang mungkin didapatkan antara lain crackless, ronchi, wheezing,
stridor, penurunan suara nafas. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent.

B.

Kesadaran
Kebingungan, cemas, kurang istirahat.

C. Cardiocvaskuler dan sirkulasi


Pucat, cyanosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia pada atrial maupun
ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.
D. Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan CO2).
Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin ditunjukkan adanya
arrytmia).
E. Pemeriksaan diagnostic
Rontgen dada
Suatu foto rontgen dada dapat menunjukan suatu massa atau rongga, mencari tahu densitas
paru, atelektasis, dan infeksi
Sitologi sputum
Dapat dilakukan melalui batuk atau bilas salin untuk mengetahui sel-sel maligna.
Bronkhoskopi
Memberikan pemeriksaan rinci sekmen bronhkial dan membantu dalam mengidentifikasi
sumber sel-sel maligna serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan
2 . Diagnosa keperawatan
a.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

b.

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

d. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.


3.

Perencanaan keperawatan ( intervensi keperawatan )

a.

DX I

Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan untuk bernafas secara efektif.
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya gravitasi yang menarik
diafragma ke arah bawah.
- Kaji suara nafas.
R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan terutama trakhea.
- Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan suplai O2 pada
daerah otak.
- Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian oksigen.
R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan nafas, suplai oksigen yang adequat membantu
proses metabolisme dalam tubuh.
- Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama, kedalaman dan frekwensi.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
b.

DX II

Tujuan:
Klien mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Rencana tindakan:
-

Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

mengeluarkan sekret.
R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret memungkinkan klien
kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
- Anjurkan klien untuk banyak minum air yang hangat.
R/ Pengenceran sekret mempermudah pengeluaran sekret pada jalan nafas.
- Ajarkan pada klien tentang tehnik batuk efektif.
R/ Batuk efektif dengan tehnik yang benar membantu mengeluarkan sekret secara adequat.
- Kolaborasi dalam pemberian obat-obat seperti mukolitik agent.
R/ Sekret yang encer akan lebih mudah untuk dikeluarkan.

- Observasi suara nafas.


R/ Crackless menunjukkan adanya penumpukkan di jalan nafas.
c.

DX III

Tujuan:
Klien menunjukkan peningkatan kemampuan pertukaran gas dengan parameter hasil pemeriksaan
gas darah dalam batas normal.
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan gas darah.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.
- Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas.
R/ Kebutuhan oksigen dapat dikurangi dengan penurunan metabolisme tubuh.
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Pemberian oksigen mengurangi usaha pernafasan yang tidak efektif.
- Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan penurunan suplai oksigen ke jaringan otak.
d. DX IV
Tujuan:
Klien menunjukkan penurunan kecemasan.
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untum mengurangi kecemasan.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan perawatan.
- Anjurkan pada klien untuk nafas panjang.
R/ Pengendoran otot menciptakan relaksasi sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.
- Observasi tingkat kecemasan klien.
R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan tindakan selanjutnya.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Kanker paru yang diderita seseorang bisa bersifat benigna atau maligna. Tumor paru terjadi

sering kali karena aliran darah yang membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana
saja didalam tubuh ke paru. Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat
limfatik regional dan tempat lain pada saat di diagnosis. Beragam faktor telah dikaitkan dengan
terjadinya kanker paru-paru :
Asap tembakau, perokok pasif, polusi udara, radon, masukan vitamin A, PPOM, dan tuberkolosis.
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, nyeri dada, sesak, kelemahan, anoreksia,
penueunan berat badan dan anemia. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok
dihilangkan.

B.

SARAN
Melihat tingginya persentase kanker paru, sangat disarankan terhadap masyarakat untuk

lebih memperhatikan kesehatannya, terutama bagi perokok. Selain itu sebaiknya masyarakat lebih
peka terhadap tanda dan gejala-gejala yang timbul sehingga tahap pengobatan lebih efektif untuk
ditangani.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Stark, John E, dkk. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai