Anda di halaman 1dari 8

Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN


INSTALASI LISTRIK
Hasrul
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Abstrak
PUIL 2000 mensyaratkan bahwa setiap instalasi yang baru atau mengalami perubahan harus
diperiksa dan diuji terlebih dahulu sesuai ketentuan mengenai pengujian sistem pembumian. Hal ini
dilakukan untuk menjamin sistem proteksi instalasi listrik berfungsi dengan baik sesuai dengan maksud
penggunaannya. Terdapat tiga tindakan pengukuran sistem pembumian instalasi listrik, yaitu 1) Pengukuran
resistansi pembumian dan resistansi lingkar pada sistem pembumian proteksi; 2) Pengujian dan pengukuran
pada GPAS; 3) Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT perlengkapan yang diproteksi; dan 4) Pengukuran
resistansi isolasi lantai dan dinding berkaitan dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif. Ketentuan
mengenai sistem pembumian tergantung dari jenis sistem pembumian yang digunakan, yaitu sistem TN, TT
atau IT. Terdapat dua metode yang digunakan dalam pengukuran dan pengujian, yaitu 1) Metode voltmeter
dan amperemeter dan 2) Menggunakan alat ukur resistansi pembumian (eart tester).
Kata kunci: Pengukuran dan pengujian, Sistem pembumian, Instalasi Listrik

Pembumian yang sering juga disebut


pentanahan adalah penghubungan suatu titik sirkit
listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian
dari sirkit listrik, dengan bumi menurut cara
tertentu. Istilah lain untuk pembumian adalah
grounding dan earthing.
Terdapat dua jenis pembumian pada sistem
tenaga listrik, yaitu:
1. Pembumian sistem
2. Pembumian peralatan
Pembumian sistem adalah pembumian pada
sistem tenaga listrik ke bumi dengan cara tertentu.
Pembumian sistem
ini
dilakukan pada
transformator pada gardu induk (GI) dan
transformator pada gardu distribusi (GD) pada
pada saluran distribusi. Umumnya pengetanahan
sistem dilakukan pada titik netral sistem tenaga.
Adapun Tujuan dari pengetanahan sistem adalah:
1. Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan
arus gangguan relatif besar (> 5A) sehingga
busur listrik yang timbul tidak dapat padam
sendiri yang akan menimbulkan busur tanah
(arching grounds). Gejala busur tanah
merupakan gejala pemutusan (clearing) dan
pukul ulang (restriking) dari busur listrik
secara berulang-ulang. Gejala ini sangat
berbahaya
karena
dapat menimbulkan
tegangan lebih transien yang tinggi yang dapat

merusak peralatan. Pada sistem yang


dibumikan gejala tersebut hampir tidak ada.
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada
fase-fase yang tidak terganggu (sehat).
L

L
L
N

L
L

L
Pembumian titik netral
transformator

Gambar 1. Contoh sistem pembumian


titik netral transformator
Pembumian peralatan berbeda dengan
pembumian sistem. Pembumian peralatan adalah
pembumian bagian konduktif terbuka (BKT)
peralatan yang pada waktu normal tidak
bertegangan. Secara umum tujuan pembumian
peralatan adalah:
1. Untuk membatasi tegangan antara bagianbagian yang tidak dilalui arus dan antara
bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada
suatu harga yang aman (tidak membahayakan)

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

untuk semua kondisi operasi normal atau tidak


normal.
Untuk mencapai tujuan ini, suatu sistem
pembumian peralatan atau instalasi harus
dilaksanakan. Sistem pembumian ini gunanya
untuk memperoleh beda potensial yang merata
(uniform) pada semua bagian peralatan. Selain
itu juga untuk menjaga agar operator atau
manusia yang berada di area tersebut berada
pada beda potensial yang sama dan tidak
berbahaya pada setiap waktu. Dengan
dicapainya beda potensial yang merata pada
semua titik dalam daerah sistem pembumian
ini, kemungkinan timbulnya perbedaan beda
potensial yang besar pada jarak yang dapat
dicapai oleh manusia sewaktu terjadi hubung
singkat kawat ke tanah menjadi sangat kecil.
2. Untuk
memperoleh
impedansi
yang
rendah/kecil dari jalan balik arus hubung
singkat ke tanah. Kecelakaan pada manusia
terjadi pada saat hubung singkat ke tanah
terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah
dipaksakan mengalir melalui impedansi tanah
yang tinggi, ini akan menimbulkan perbedaan
potensial yang sangat besar dan berbahaya.
Selain itu impedansi yang besar pada
sambungan-sambungan
pada
instalasi
pembumian dapat menimbulkan busur listrik
dan pemanasan yang dapat menyebabkan
material mudah terbakar.
Sedangkan secara khusus pembumian
sistem bertujuan untuk:
1. Mencegah terjadinya kejut listrik pada
sentuhan tak langsung pada BKT peralatan
akibat bekerjanya GPAL (gawai pemutus arus
lebih) pada instalasi listrik.
2. Memungkinkan timbulnya arus tertentu baik
besarnya maupun lamanya dalam keadaan
gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran
atau ledakan pada bangunan beserta isinya.
3. Memperbaiki penampilan (performance) dari
sistem.
Pembumian merupakan salah satu cara
konvensional untuk mengatasi bahaya tegangan
sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi
pada bagian peralatan yang terbuat dari logam.
Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/
rumah tidak terbuat dari logam tidak memerlukan
sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara
efektif maka baik dalam pembuatannya maupun
hasil yang dicapai harus sesuai dengan standard.
Ada 2 hal yang dilakukan oleh sistem
pembumian, yaitu (1) menyalurkan arus dari
bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus

listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan,


dan (2) menghilangkan beda potensial antara
bagian logam peralatan dan tanah sehingga tidak
membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut
ini contoh potensi bahaya tegangan sentuh tidak
langsung dan pengamanannya.
International Electrotechnical Commision
(IEC) merekomendasikan tegangan sentuh
yang diizinkan sebagai fungsi dari lama
gangguan seperti ditunjukkan pada tabel 1 di
bawah ini. Tabel 1 umumnya digunakan
untuk
sistem
tegangan
pemanfaatan
(instalasi tegangan rendah)
Tabel 1. Besar dan lama tegangan sentuh
Tegangan Sentuh
(Volt)
<50
50
75
90
110
150
220
280

Waktu Pemutusan
Maksimum
(detik)
~
5,0
1,0
0,5
0,2
0,1
0,05
0,03

Gambar 2. Kondisi tegangan sentuh pada


BKT mesin
Agar persyaratan pada tabel 1 di atas
dipenuhi, maka besarnya tahanan RE1 :
=

. (1)

Dimana:
RE2 = Resistansi pembumian BKT
50 = Batas nilai maksimum tegangan aman
K = Konstanta pengaman
2,5 5 untuk pengaman lebur (fuse)

Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik

atau sekering
1,25 3,5 untuk pengaman lainnya,
misalnya MCB
In = Setelan atau kapasitas GPAL (gawai
proteksi arus lebih)
Biasanya impedansi transformator
nilainya kecil terhadap RE1 atau RE2, maka
arus hubung tanah,

.. (2)

Dimana:
If = arus hubung tanah (Ampere)
Vf = Tegangan fase (volt)
Rsal = Tahanan saluran ()
L
1
L
2
L
3
N

If

RE1
E2

RE2

Gambar 3. Hubung tanah pada peralatan


dalam sistem yang netral ditanahkan
Contoh:
Suatu peralatan listrik disuplai dari tegangan
fase 220 V dan diproteksi oleh sebuah fuse
dengan kapasitas 6 A, jika diketahui
besarnya tahanan pembumian titik netral
sebesar 2 , hitunglah:
a. Besarnya arus hubung tanah
b. Besarnya tegangan sentuh
Jawab:
Dik: Vf = 220 V
In = 6 A
RE1= 2
k = diambil 3
Rsal = kecil dan diabaikan

Penyelesaian,

50
= 2,77
3 6
Maka besarnya arus hubung tanah,
220
=
= 48,9
2,77 2
Dan besarnya tegangan sentuh,
= .
= 48,9 2,77 = 135,45
<

Jadi tegangan sentuh yang terjadi sebesar


135,45 Volt, tegangan ini lebih besar dari
tegangan sentuh aman yakni 50 V, namun
jika digunakan fuse yang memenuhi standar,
maka fuse tersebut akan putus dalam waktu
0,1 detik, sehingga dapat dengan segera
mengamankan instalasi listrik dari kejut
listrik.

JENIS PEMBUMIAN SISTEM


Dalam instalasi listrik dikenal 3 macam
sistem pembumian, yaitu :
1. Sistem TN (Terra Neutral) atau sistem
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Sistem pembumian TN mempunyai satu
titik yang dibumikan langsung, BKT instalasi
dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar
proteksi. Sistem TN dilakukan dengan cara
menghubungkan semua BKT perlengkapan/
instalasi melalui penghantar proteksi ke titik
sistem tenaga listrik yang dibumikan sedemikian
rupa sehingga bila terjadi kegagalan isolasi
tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu tinggi karena terjadinya pemutusan suplai
secara otomatis dengan bekerjanya gawai
proteksi.
Umumnya titik sistem tenaga listrik yang
dibumikan adalah titik netral. Jika titik netral
tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase
harus dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan
di Indonesia. Dalam semua keadaan, penghantar
fase tidak boleh melayani sebagai penghantar
PEN.
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan
susunan penghantar netral dan penghantar
proteksi yaitu sebagai berikut :
a. Sistem TN-S (Terra Neutral-Separated)
Pada sistem ini, digunakan penghantar
proteksi yang terpisah di seluruh sistem. Pada
instalasi listrik 3 fase, terdapat lima penghantar
dari titik suplai (PHB). Tiga buah penghantar

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk


penghantar netral dan satu penghantar untuk
penghantar proteksi. Sedangkan pada instalasi
listrik 1 fase, terdapat tiga penghantar dari titik
suplai (PHB). Satu penghantar untuk penghantar
fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan

satu penghantar untuk penghantar proteksi.


(lihat gambar 4).

Gambar 6. Sistem Pembumian TN-C-S


2.

Gambar 4. Sistem Pembumian TN-S


b. Sistem TN-C (Terra Neutral-Combined)
Pada s istem ini, fungsi netral dan fungsi
proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di
seluruh sistem. Pada instalasi listrik 3 fase,
terdapat 4 penghantar dari titik suplai (PHB). Tiga
buah penghantar untuk masing-masing fase, satu
penghantar untuk penghantar netral bersama-sama
dengan penghantar proteksi. Sedangkan pada
instalasi listrik 1 fase, hanya terdapat dua
penghantar dari titik suplai. Satu penghantar
untuk penghantar fase, satu penghantar untuk
penghantar netral dan penghantar proteksi.

Sistem TT (Terra-Terra) atau sistem


Pembumian Pengaman (PP)
Sistem TT dilakukan dengan cara :
- Membumikan titik netral sistem listrik di
sumbernya
- Membumikan BKT perlengkapan dan BKT
instalasi listrik, sedemikian rupa sehingga
apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah
bertahannya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya
pemutusan suplai secara otomatis dengan
bekerjanya gawai proteksi.
Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada,
penghantar fase dari sumber dapat dibumikan.
Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di
Indonesia. Yang dimaksud dengan sumber adalah
generator atau transformator.

Gambar 7. Sistem pembumian TT


Gambar 5. Sistem Pembumian TN-C
c. Sistem TN-C-S (Terra Neutral-CombinedSeparated)
Pada sistem ini fungsi netral dan fungsi
proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di
sebagian sistem. Sistem ini merupakan gabungan
antara sistem TN-S dan TN-C. Di sebagian sistem
penghantar netral dan penghantar proteksi
tergabung dalam penghantar tunggal dan di
bagian lain, penghantar proteksi dan penghantar
netral terpisah.

Semua BKT perlengkapan/instalasi yang


secara kolektif diberi proteksi oleh suatu gawai
proteksi yang sama, beserta penghantar
proteksinya, harus bersama-sama dihubungkan ke
suatu elektrode pembumi bersama. Jika beberapa
gawai proteksi digunakan secara seri, persyaratan
tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT
yang diberi proteksi oleh setiap gawai proteksi.
Pembumi BKT perlengkapan/instalasi
listrik secara listrik terpisah dari pembumi sistem
listrik dengan menggunakan elektrode bumi
tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam

Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik

yang memenuhi syarat. Jika pembumi BKT


perlengkapan/instalasi listrik dihubungkan dengan
pembumi sistem listrik melalui jaringan yang
sama dari pipa air minum dari logam, maka
sistem tersebut bukan sistem TT, tetapi
merupakan sistem TN-S.
3. Sistem IT (Impedance Terra) atau sistem
penghantar pengaman (HP)
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua
bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu
impedans. BKT instalasi listrik dibumikan secara
independen atau secara kolektif atau ke
pembumian sistem (lihat gambar 8).

Gambar 8. Sistem IT

a) Pengukuran
dengan
voltmeter
dan
amperemeter Penghantar bumi dari elektrode
bumi yang akan diukur dihubungkan dengan
penghantar fase instalasi melalui gawai
proteksi arus lebih, sakelar, resistansi yang
dapat diatur dari 20 sampai 1000 , dan
amperemeter. Antara titik sirkit setelah
amperemeter dengan elektrode bumi bantu,
dipasang voltmeter.
Jika elektrode bumi yang akan diukur
terdiri dari elektrode batang atau pipa tunggal,
maka elektrode bumi bantu harus berjarak
sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode
bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur
terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial
atau kombinasi), maka jarak antara elektrode
bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali garis
tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi
tersebut.
Pada saat sakelar dimasukkan, resistansi
tersebut harus dalam kedudukan maksimum.
Setelah sakelar dimasukkan, resistansi diatur
sedemikian rupa hingga amperemeter dan
voltmeter
menunjukkan
simpangan
secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan arus
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut
adalah resistansi pembumian yang diukur.

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN


1. Pengukuran resistansi pembumian dan
resistansi lingkar pada sistem pembumian
proteksi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa sistem pembumian proteksi ada dua
macam yaitu:
a) Pembumian BKT perlengkapan listrik terpisah
dari pembumian sistem listriknya (sistem TT).
b) Pembumian BKT perlengkapan listrik
dihubungkan dengan pembumian sistemnya
dengan melalui jaringan pipa air dari logam
yang sama (sistem TN).
Pengukuran resistansi pembumian yang
besarnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
yaitu :
RA x Ia 50 V . (3)
Resistansi pembumian (R) dalam sistem TT
sebaiknya tidak boleh melebihi 100 .
Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai
berikut :

Gambar 9. Pengukuran resistansi pembumian


pada sistem TT
b). Pengukuran dengan instrumen ukur resistansi
pembumian
Elektrode bantu yang diperlukan untuk
pengukuran ini harus berjarak minimum 20 meter
jika elektrode bumi terdiri dari elektrode batang,
dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika
elektrode bumi terdiri dari elektrode pita (dalam
bentuk cincin, radial atau kombinasi). Pengukuran

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

ini harus dilakukan dengan instrumen yang


mempunyai sumber tegangan sendiri.
Pengukuran resistansi lingkar
Elektrode bumi yang akan diukur
dihubungkan ke penghantar fase setelah gawai
proteksi arus lebih melalui sakelar, resistansi dan
amperemeter (lihat gambar 19). Paralel dengan
serangkaian gawai tersebut dipasang voltmeter
yang mengukur tegangan antara fase dan tanah VE
bila semua sakelar dalam keadaan terbuka. Mulamula sakelar (SV) ditutup. Jika tegangan tidak
turun banyak, sakelar Sh baru boleh ditutup.
Penunjukan tegangan VE1 dan arus I dicatat.
Maka resistansi lingkar :

,,,,,,,,.. (4)

dengan :
R1k = resistansi lingkar
VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt
(dalam keadaan sakelar terbuka)
VE1 = tegangan pada resistansi Rh, dalam volt
(pada waktu sakelar Sh ditutup)
I
= arus yang diukur dalam ampere (pada
waktu sakelar Sh ditutup).

- Nilai R yang dipasang terlampau rendah;


- Ada kontak yang kurang baik pada sirkuit
lingkar yang diukur.
c) Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
teliti, selisih antara VE dan VE1 harus cukup
besar. Bila selisih tersebut terlalu kecil maka
selisih tersebut dapat diperbesar dengan
mengatur Rh secukupnya.
1. Pengukuran arus hubung pendek pada sistem
TN (PNP)
Persyaratan pertama pada sistem TN
(PNP) dapat diuji dengan cara pengukuran yang
ditunjukkan pada gambar 20 dengan :

.. (5)

dengan :
Ik = besar arus hubung pendek dalam ampere
I
= besar arus yang diukur dalam ampere, pada
waktu sakelar Sh ditutup
VE = tegangan fase terhadap bumi, dalam volt
(dalam keadaan sakelar terbuka)
VE1 = tegangan pada resistansi Rh pada waktu
sakelar Sh ditutup, dalam volt
Dari arus hubung pendek Ik dapat diketahui nilai
arus nominal gawai proteksi arus lebih yang
diijinkan sesuai dengan karakteristik gawai
tersebut.

Gambar 10. Pengukuran resistansi lingkar


a) Resistansi Rv harus kira-kira 20 kali resistansi
Rh, untuk mencegah tegangan sentuh yang
terlalu besar yang mungkin timbul pada saat
pengujian.
b) Jika pada saat Sv ditutup, penunjukkan
voltmeter berubah banyak, berarti terdapat
kesalahan pada instalasi yang kemungkinannya
adalah :

Gambar 11. Pengukuran arus hubung pendek


pada sistem TN (PNP)
Pengukuran resistansi pembumian atau arus
hubung pendek pada sistem IT :
a) Pengukuran resistansi pembumian :

Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi Listrik

(1)

Pengukuran
dengan
voltmeter
dan
amperemeter (gambar 8).
Penghantar bumi dari elektrode bumi yang
akan diukur dihubungkan dengan penghantar
fase instalasi melalui gawai proteksi arus
lebih, sakelar, resistans yang dapat diatur dari
20 sampai 1000 , dan amperemeter.
Antara titik sirkit setelah amperemeter
dengan elektrode bumi bantu, dipasang
voltmeter (lihat kembali gambar 18). Jika
elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari
elektrode batang atau pipa tunggal, maka
elektrode bumi bantu harus berjarak
sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode
bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur
terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial
atau kombinasi), maka jarak antara elektrode
bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali
garis Pada saat sakelar dimasukkan, resistans
tersebut harus dalam kedudukan maksimum.
Setelah sakelar dimasukkan, resistans diatur
sedemikian rupa hingga amperemeter dan
voltmeter
menunjukkan
simpangan
secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan
arus yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
tersebut adalah resistans pembumian yang
diukur. tengah rata-rata dari susunan
elektrode bumi tersebut.
(2) Pengukuran dengan instrumen ukur resistans
pembumian
Elektrode bantu yang diperlukan untuk
pengukuran ini harus berjarak minimum 20
meter jika elektrode bumi terdiri dari
elektrode batang, dan berjarak kira-kira 3
kali diameternya jika elektrode bumi terdiri
dari elektrode pita (dalam bentuk cincin,
radial atau kombinasi). Pengukuran ini harus
dilakukan
dengan
instrumen
yang
mempunyai sumber tegangan sendiri.
Untuk cara seperti pada butir (1), karena
sistem listriknya tidak dibumikan atau dibumikan
melalui resistansi yang tinggi, maka sebelum
pengukuran, penghantar netral atau salah satu
penghantar fase lainnya perlu dibumikan melalui
elektrode bumi terpisah, pada jarak 20 m baik dari
elektrode bumi yang akan diukur maupun dari
elektrode bumi bantu. Bila hasil pengukuran tidak
lebih besar dari 50 , maka sistem penghantar
proteksi dapat dinyatakan efektif.
b) Pengukuran arus hubung pendek :
(1) Cara
pengukuran
sama
pengukuran
arus
hubung
sistemTN.

dengan
pendek

(2) Pengukuran arus hubung pendek ini harus


dilakukan pada ujung saluran yang paling
jauh dari sumbernya.
(3) Dalam hal ini penghantar netral atau salah
satu penghantar fasenya perlu dibumikan
(4) Bila
hasil pengukuran memenuhi
persyaratan RA x Id < 50 V, maka sistem
IT dinyatakan efektif.
2. Pengujian dan pengukuran pada GPAS
a. Pengujian berfungsinya GPAS
Pengujian dilakukan dengan cara berikut:
Dalam keadaan sakelar tertutup, tombol uji (lihat
Gambar 9) ditekan, maka GPAS akan terbuka.

Gambar 12. Pengukuran pada gawai proteksi


arus sisa
3. Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT
perlengkapan yang diproteksi
BKT perlengkapan yang diproteksi
dihubungkan ke penghantar fase melalui
ampermeter dan resistansi yang dapat diatur.
Sebuah voltmeter dengan resistansi dalam tidak
kurang dari 3000 ohm dipasang di antara BKT
perlengkapan dan elektrode bumi bantu sementara
yang terletak pada jarak minimum 10 meter dari
elektrode bumi perlengkapan. Resistansi tersebut
diatur sedemikian rupa hingga tegangan ke bumi
dari BKT perlengkapan yang diproteksi jauh di
bawah 50 volt. Bila resistansi tersebut dikurangi,
arus sisa akan naik, sampai GPAS terbuka. Pada
saat GPAS terbuka, arus sisa yang ditunjukkan
oleh ampermeter tersebut kira-kira harus sama
dengan atau kurang dari arus jatuh nominalnya,
sedangkan tegangan BKT tidak boleh melebihi 50
volt.

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

4. Pengukuran resistansi isolasi lantai dan


dinding berkaitan dengan proteksi dengan
lokasi tidak konduktif
a. Definisi dan nilai isolasi lantai dan dinding
Resistansi isolasi lantai dan dinding ialah
resistansi antara permukaan lantai atau dinding
tersebut dan bumi. Resistansi isolasi lantai dan
dinding untuk memenuhi persyaratan proteksi
dengan lokasi tidak konduktif harus diukur sesuai
dengan ketentuan di bawah ini.
b. Pengukuran isolasi lantai dan dinding
Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya
tiga kali pada lokasi yang sama, satu dari
pengukuran itu dilakukan kira-kira 1 m dari setiap
BKE yang dapat terjangkau dalam lokasi tersebut.
Dua pengukuran yang lain harus dilakukan pada
jarak yang lebih jauh. Seri pengukuran tersebut di
atas harus diulangi untuk setiap permukaan lokasi
yang relevan.
c. Metode untuk mengukur resistansi isolasi
lantai dan dinding
Sebuah tester isolasi magneto-ohmmeter
atau dengan tenaga baterai yang memberikan
tegangan tanpa beban kira-kira 500 V (atau 1000
V jika tegangan pengenal instalasi melebihi 500
V) digunakan sebagai sumber arus searah (a.s.).
Resistansi diukur di antara elektrode uji dan
penghantar proteksi instalasi.
Direkomendasikan
bahwa
pengujian
dilakukan sebelum penerapan perlakuan pada
permukaan (vernis, cat atau produk serupa).
Elektrode terdiri atas sebuah pelat logam bujur
sangkar berukuran 250 x 250 mm dan kertas atau
kain penyerap air basah berukuran 270 x 270 mm
yang ditempatkan antara pelat logam dan
permukaan yang akan diuji.
Selama pengukuran, suatu daya (beban)
kira-kira sebesar 750 N (sekitar 75 kg, untuk
lantai) atau 250 N (sekitar 25 kg, untuk dinding)
diterapkan di atas pelat logam tersebut. Untuk
meratakan beban, dapat digunakan kayu yang
diletakkan di atas pelat logam.

SIMPULAN DAN SARAN


Pengukuran
dan
pengujian
sistem
pembumian instalasi listrik harus dilakukan
sebelum
instalasi
listrik
tersebut
digunakan/dioperasikan. Empat hal yang harus
diuji dalam sistem pembumian adalah 1)
Pengukuran resistansi pembumian dan resistansi
lingkar pada sistem pembumian proteksi; 2)

Pengujian dan pengukuran pada GPAS; 3)


Pengukuran arus sisa dan tegangan BKT
perlengkapan yang diproteksi; dan 4) Pengukuran
resistansi isolasi lantai dan dinding berkaitan
dengan proteksi dengan lokasi tidak konduktif.
Metode pengujian dan pengukuran tergantung
dari jenis sistem pembumian yang digunakan
(TN, TT atau IT). Hal mendasar yang ingin
diketahui dari pengukuran dan pengujian tersebut
adalah untuk mengetahui efektifitas sistem
proteksi jika terjadi gangguan.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
setiap instalatur disarankan untuk menguji sistem
pembumian instalasi yang baru dipasang atau
instalasi yang telah mengalami perubahan sesuai
dengan metode pengujian dan pengukuran yang
disyaratkan dalm PUIL 2000. Penyimpangan
terhadap
persyaratan
tersebut
dapat
mengakibatkan tidak bekerjanya sistem proteksi
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Hughes, GJ, 1986. Electricity and Building. Peter
Peregrinus: London.
Panitia Revisi PUIL, 2000. Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000, Yayasan PUIL:
Jakarta.
Trevor Linsley, 2007. Instalasi Listrik Tingkat
Lanjut, Erlangga: Jakarta.
Muhaimin, 1995. Instalasi Listrik 1. Pusat
Pengembangan Politeknik: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai