Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI
GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)
I.

definisi
Gagal ginjal kronik masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di Negaranegara yang sedang berkembang. Kematian biasanya disebabkan karena penyakit penyebab,
bukan gagal ginjal itu sendiri. Prognosis buruk pada klien lanjut usia dan bila terdapat gagal
organ lain. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran
cerna (10-20%), penyakit jantung (10-20%), gagal napas (10%), dan gagal multi organ dengan
kombinasi hiper atau hipotensi, septicemia, dan sebagainya. Pasien dengan gagal ginjal kronik
dapat datang dengan kelemahan, kelelahan, penurunan konsentrasi urin, dan selera makan.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak
riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap (Doenges, 1999: 626)
Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada
kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat
lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996: 368)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001: 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992: 812)
II.

Etiologi
Penyebab Gagal Ginjal Kronik, antara lain: glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999: 626)
Penyebab lainnya dari Gagal Ginjal Kronik, yakni menurut Price (1992) antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria
renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis
sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbale

Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.

III.

Patofisiologi
Penurunan fungsi nefron

Mekanisme kompensasi dan adaptasi asimptomatik

BUN dan creatinin meningkat

Penumpukan toksin uranik

Gang

guan gagal ginjal kronik simptomatik

1.
2.
3.
4.

IV. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan
pembagian sebagai berikut :
100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
< 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

V. manifestasi klinik
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena
gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas
dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.

1.
2.
3.
4.
5.

VI. Komplikasi
Hipertensi.
Infeksi traktus urinarius.
Obstruksi traktus urinarius.
Gangguan elektrolit.
Gangguan perfusi ke ginjal.

VII. Pemeriksaan penunjang


1. Radiologi. Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang
terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini
mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan
Nefropati Asam Urat.

4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim,
ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi
metastasik.
8. Pemeriksaan radiologi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai
bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu
Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih
kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes
Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada
GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi
tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan
diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal,
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin,
hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asamasam organik pada gagal ginjal.
VIII. Penatalaksanaan
Tujuan pelaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama
mungkin. Seluruh factor yang berperan pada gagal gnjal tahap akhir dan factor yang dapat
dipulihkan ( misalnya obstruksi ) diidentifikasi dan ditaangani.
Komplikasi potensial gagal gnjal kronis yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam
perawatan mencakup :
1. Hiperkalemia akbat penurunan eksresi, asisosis metabolic, kataboisme, dan masukan diet berlebih
2. Perikarditis, efusi Pericardial, dan temponade jantung akibat retensi produk sampah urenik dan dialysis
yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-aldosteron

4. Anemia akibat penurunan eritropoitin, penurunan rentang usia sel darah merah, pendarahan
gastrointestinal akibat iritasi dan kehilangan darah selama hemodialisis
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi posfat, kadar kalsium serum yang rendah,
metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar aluminium.

Komplikasi dapat dicegah atau dihambat dengan pemberian antihipertensif, eritropoitin,


suplemen besi, agens pengikat posfat dan supermen kalsium. Pasien juga perlu mendapat
penangan dialysis yang adekuat untuk menurunkan kadar produk sampah uremik dalam daram.
Pada umumnya pada keadaan gagal ginjal kronik, etiologi tidak dapat diobati lagi. Usaha
harus ditujukan untuk mengurangi gejala, mencegah kerusakan/pemburukan faal ginjal yang
terdiri :
1. Pengendalian hipertensi
Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Dengan obat tertentu tekanan darah
dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa metildopa,
vasodilator. Mengurangi intake garam dalam rangka ini harus hati-hati karena tidak semua renal
failure disertai retensi Natrium.
2. Pengendalian Kalium dalam darah
Mengendalikan K darah sangat penting, karena peninggian K dapat menimbulkan
kematian mendadak. Yang pertama harus diingat ialah jangan menimbulkan hiperkalemia
karena tindakan kita sendiri seperti obat-obatan, diet buah,dan lain-lain. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG, dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia maka pengobatannya dengan mengurangi intake K, pemberian Na Bikarbonat,
dan pemberian infus glukosa.
3. Penanggulangan Anemia
Anemia merupakan masalah yang sulit ditanggulangi pada CRF. Usaha pertama harus
ditujukan mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin
dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.
Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi
koroner.
4. Penanggulangan asidosis
Pada umumnya asidosis baru bergejala pada taraf lebih lanjut. Sebelum memberi
pengobatan yang khusus faktor lain harus diatasi dulu, khususnya dehidrasi. Pemberian asam
melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral
atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan.
kalau perlu diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
5. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien CRF dapat
ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini tentu memperburuk
lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba diberi bila ada bakteriuria dengan perhatian khusus
karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau keluar melalui ginjal.
Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi sedapat mungkin harus
dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat pula menimbulkan permasalahan
yang sama dan pengurangan faal ginjal.
6. Pengurangan protein dalam makanan

Intervensi diet juga perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup pengaturan yang
cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk mengganti cairan yang hilang,
masukan natrium untuk mengganti natrium yang hilang, dan pembatasan kalium. Pada saat
yang sama, masukkan kalori yang adekuat dan suplemen vitamin harus dianjurkan. Protein
akan dibatasi karena urea, asam urat, dan asam organik- hasil pemecahan makanan dan
protein jaringan-akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gangguan pada
klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus memiliki nilai biologis tinggi (produk
susu, telur, daging). Potein mengandung nilai biologis yang tinggi adalah substansi protein
lengkap dan menyuplai asam amino utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perbaikan
sel. Biasanya cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml untuk 24 jam. Kalori diperoleh dari
karbohidrat dan lemak untuk mencegah kelemahan. Pemberian vitamin juga penting karena diet
rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. Selain itu, pasien
dialisis mungkin kehilangan vitamin-larut air melalui darah selama penanganan dialisis.
7. Pengobatan neuropati
Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini sukar diatasi dan
merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada pasien yang sudah dialisispun neuropati
masih dapat timbul.
8. Dialisis
Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel
dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga komposisi
elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan bahwa zat-zat yang
tidak diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu air juga
dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu hemodialisis dan
peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal ginjal sementara yaitu faal
pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak ditanggulangi.
9. Transplantasi
Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah pasien CRF maka seluruh
faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai harus memenuhi beberapa
persaratan, dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut diambil dari orang/mayat
yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan pasien. Pemilihan dari segi imunologik ini
terutama dengan pemeriksaan HLA .
IX.

POLA DIET
Penderita gagal ginjal sebaiknya mengurangi konsumsi buah-buahan karena sebagian
besar buah-buahan berkadar Kalium (potassium) tinggi. Kadar kalium tinggi (hiperkalemia)
dapat menyebabkan irama jantung terganggu.
Misalnya satu buah apel, bisa dimakan setengahnya saja. Namun bila penderita gagal
ginjal sudah tidak bisa berkemih, sebaiknya menghentikan konsumsi sayur dan buah hingga
lancar berkemih.
Bila belum menjalani dialisis (cuci darah), dianjurkan untuk melakukan diet rendah protein
40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal penderita tersebut, yang dapat
diketahui dengan pemeriksaan laboratorium creatinine clearance test. Dilakukan dialisis jika
fungsi ginjal kurang dari 15%.

Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau kronis. Berikut
ini penjelasan diet untuk para penderita gagal ginjal kronis atau CRF (Chronic Renal Failure)
menurut ahli gizi Idet Haryanto, SKM, M.Kes.
Tujuan diet pada penderita gagal ginjal kronis:
1. Untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Untuk menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti orang normal.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Prinsip diet penderita gagal ginjal kronis:


Diet lunak atau biasa.
Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
Cukup energi dan rendah protein.
Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi, daging, dan ikan.
Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.
Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar 25% dari
total energi yang diperlukan.
Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urin 24 jam; sekitar 500 ml melalui
minuman dan makanan.
Untuk kebutuhan kalium dan natrium disesuaikan dengan keadaan penderita.
Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi (darah tinggi) atau edema (bengkak).
Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi juga
mengandung serat yang larut.

Makanan yang sebaiknya dibatasi:


1. Sumber karbohidrat, seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya dan daun
pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.

1.
2.
3.
4.

Makanan yang harus dihindari:


Tahu
Tempe
Oncom
Kacang-Kacangan, Seperti: Kacang Tanah, Kacang Merah, Kacang Tolo, Kacang Hijau, Dan
kacang kedelai.
X.

PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian
yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah

medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress
(infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
Selain itu, Pengaturan minum pada dasarnya adalah memberikan cairan sedemikian rupa
sehingga dicapai diurisis maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral maka diberikan
per parenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di dalam rongga
badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemia yang sangat sulit diatasi.

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)
I. Pengkajian
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada
semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang
Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga
Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
4. Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul),
dyspnea.
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala
Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak.

Tanda
Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala
Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas,
gangguan irama jantung, edema.
Tanda
Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, Disritmia
jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Gejala
Penurunan frekuensi urine (Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua
dan pekat, tidak dapat kencing), oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare
atau konstipasi.
Tanda
Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal,
ada/berulangnya infeksi.
Tanda
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit
fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena
kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan
dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah
dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan
mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Peningkatan berat badan cepat
(oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut

(amonia), Penggunaan diuretic, Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,


kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat
kencing. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung,
diare atau konstipasi, Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
d. Pola tidur dan Istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
f. Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).

g. Pola sensori dan kognitif


Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan
baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
(self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain lain, dapat
menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas,
takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik
dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah
klien.
II.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

Gangguan metabolisme protein.


Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet berlebih, dan retensi

cairan dan natrium.


Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur

dialisis
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.

III.

RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
Resiko tinggi
Tujuan : Mempertahankan
Gangguan
pemenuhan nutrisi sesuai
pemenuhan nutrisi
kebutuhan.
kurang dari
Kriteria :
kebutuhan tubuh
- Klien tidak mengalami
berhubungan
kehilangan BB lebih
dengan Gangguan
lanjut.
metabolisme
- Masukan makanan dan

protein.
cairan meningkat
- Pasien mematuhi dietnya.
- Mual berkurang dan
muntah tidak ada.

- Urine tidak pekat.


- Output urine meningkat

(1500 ml/24 jam).


- Membran mukosa
lembab.
- Mulut dan kerongkongan
tidak kering.
- Inflamasi, ulserasi tidak
ada
- Bau amonia
berkurang/hilang.

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

Untuk mengetahui tentang


keadaan dan kebutuhan nutrisi
status nutrisi dan kebiasaan
pasien sehingga dapat
makan.
diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang adekuat.
Mengetahui apakah pasien
telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
Identifikasi perubahan pola
Meminimalkan anoreksia dan
makan.
mual.
Kepatuhan terhadap diet dapat
Berikan makanan sedikit dan
mencegah komplikasi
terjadinya hipertensi yang lebih
sering
berat.
Anjurkan pasien untuk
Mengetahui perkembangan
mematuhi diet yang telah
berat badan pasien (berat
diprogramkan.
badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan
diet).
Timbang berat badan setiap
Deteksi untuk mencegah
seminggu sekali.
infeksi.
Kaji/catat pemasukan diet

Inspeksi rongga mulut,

perhatikan kelembaban,
karakter saliva adanya
inflamasi dan ulserasi.
Berikan cairan peroral
sepanjang 24 jam dalam
abatas yang ditentukan.

Mencegah kekeringan mulut.

Perawatan mulut menyejukan,


melumasi, dan membantu
menyegarkan mulut yang tidak
menyenangkan karena uremia
dan menurunkan pertumbuhan
bakteri.

Asap rokok dapat mengiritasi


mukosa dan efeknya
(perawatan mulut) dengan
mengeringkan rongga mulut.
menyikat gigi minimal 2 x /
CaCo3 untuk mengoreksi
setelah makan dan saat akan
hiperkalemia. Nabic dapat
mengatasi/memperbaiki
tidur.
asidosis dan anti emitik akan
mencegah mual/muntah.
Tinggi Kalori diperlukan untuk
Anjurkan klien untuk
memenuhi kebutuhan energi,
menghentikan merokok.
Rendah Protein disesuaikan
dengan fungsi ginjal yang
menurun. Rendah Garam
Kolaborasi: konsul dengan
dapat mempercepat
dokter untuk pemberikan obat
penurunan tekanan darah dan
sesuai dengan indikasi;
mencegah komplikasi.
CaCo3 Nabic dan Anti emetik.
Kolaborasi: konsul dengan

Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan penurunan
haluaran urine, diet
berlebih, dan
retensi cairan dan
natrium

Anjurkan oral hygiene

ahli gizi untuk pemberian diet


tinggi kalori, rendah protein,
rendah garam (TKRPRG).
Mempertahankan berat Kaji status cairan :
Pengkajian merupakan dasar
tubuh ideal tanpa
dan data dasar berkelanjutan
Timbang berat badan harian
kelebihan cairan
untuk memantau perubahan
Keseimbangan masukan dan
dan mengevaluasi intervensi.
haluaran
Turgor kulit dan adanya
edema
Tekanan darah, denyut dan Pembatasan cairan akan
menentukan berat tubuh ideal,
irama nadi
haluaran urine dan respon
Batasi masukan cairan
terhadap terapi.
Sumber kelebihan cairan yang
tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
Identifikasi sumber potensial
cairan :
Medikasi dan cairan yang
Pemahaman meningkatkan
digunakan untuk pengobatan
kerjasama pasien dan
oral dan intravena
keluarga dalam pembatasan
Makanan
cairan.

Kenyamanan
pasien
Jelaskan pada pasien dan
meningkatkan
kepatuhan
keluarga rasional pembatasan
terhadap pembatasan diet

Bantu pasien dalam

menghadapi
ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
Tingkatkan dan dorong

Higiene oral mengurangi


kekeringan membran mukosa
mulut

Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan keletihan,
anemia, retensi
produk sampah dan
prosedur dialisis

Berpartisipasi dalam
aktivitas yang dpat
ditoleransi

higiene oral dengan sering


Kaji faktor yang menimbulkan Menyediakan informasi
tentang indikasi tingkat
keletihan :
keletihan
Anemia
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
Retensi produk sampah
depresi
Meningkatkan aktivitas ringan
atau sedang dan memperbaiki
Tingkatkan kemandirian
dalam aktivitas perawatan diri harga diri
yang dapat ditoleransi ; bantu
Mendorong latihan dan
jika keletihan terjadi.
aktivitas dalam batas-batas
Anjurkan aktivitas alternatif
yang dapat ditoleransi da

Istirahat
yang adekuat
sambil istirahat
dianjurkan setelah dialisis,
yang bagi banyak pasien
Anjurkan untuk beristirahat
sangat melelahkan.
setelah dialisis

Cemas
Tujuan : rasa cemas
berhubungan
berkurang/hilang.
dengan kurangnya
Kriteria Hasil :
pengetahuan
- Klien mengungkapkan
tentang
bahwa ia tidak cemas.
penyakitnya.
- Ekspresi wajah rileks.
- RR : 12 24 X / menit.
- N : 60 - 100 X / menit

Kaji tingkat kecemasan yang Untuk menentukan tingkat


kecemasan yang dialami
dialami oleh pasien.
pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang
cepat dan tepat.
Dapat meringankan beban
Beri kesempatan pada pasien pikiran pasien.

untuk mengungkapkan rasa


cemasnya.
Lakukan pendekatan kepada Agar terbina rasa saling
percaya antar perawat-pasien
klien dengan tenang dan
sehingga pasien kooperatif
meyakinkan dan hindari
dalam tindakan keperawatan.
pemberian informasi atau
instruksi yang bertele-tele dan Penjelasan yang sederhana
dan singkat tentang tujuan
terus menerus.
intervensi dan pemeriksaan
Berikan penjelasan yang
diagnostik serta anjurkan
sederhana dan singkat tentang
tujuan intervensi dan
pemeriksaan diagnostik serta
anjurkan kepada klien untuk
ikut serta dalam tindakan
keperawatan.

kepada klien untuk ikut serta


dalam tindakan keperawatan
dapat mengurangi beban
pikiran pasien.
Sikap positif dari tim kesehatan
akan membantu menurunkan
kecemasan yang dirasakan
pasien.

Berikan keyakinan pada


pasien bahwa perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain selalu Pasien akan merasa lebih
berusaha memberikan
tenang bila ada anggota

keluarga yang menunggu.


pertolongan yang terbaik dan
Lingkungan yang tenang dan
seoptimal mungkin.
nyaman dapat membantu
Berikan kesempatan pada
mengurangi rasa cemas
keluarga untuk mendampingi
pasien.
pasien secara bergantian.
Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
Untuk memberikan informasi
pada pasien/keluarga, perawat
pasien/keluarga tentang
perlu mengetahui sejauh mana
penyakit gagal ginjal kronik
informasi atau pengetahuan
dan Hipertensi.
yang diketahui
pasien/keluarga.
Agar perawat dapat
Kaji latar belakang pendidikan memberikan penjelasan
dengan menggunakan katapasien.
kata dan kalimat yang dapat
dimengerti pasien sesuai
tingkat pendidikan pasien.
Agar informasi dapat diterima
dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan
Jelaskan tentang proses
kesalahpahaman.
penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata Dengan penjelasdan yang ada
dan ikut secra langsung dalam
yang mudah dimengerti.
tindakan yang dilakukan,
Jelasakan prosedur yang kan
pasien akan lebih kooperatif
dilakukan, manfaatnya bagi
dan cemasnya berkurang.

Gambar-gambar
dapat
pasien dan libatkan pasien
membantu mengingat
didalamnya.
penjelasan yang telah
diberikan.

Kurangnya
Tujuan : Klien

pengetahuan
memperoleh informasi
tentang proses
yang jelas dan benar
penyakit, diet,
tentang penyakitnya.
perawatan,Kriteria
dan
Hasil :
pengobatan
- Klien mengetahui tentang
berhubungan
proses penyakit, diet,
dengan kurangnya
perawatan dan
informasi.
pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila
ditanya.
- Klien dapat melakukan
perawatan diri sendiri
berdasarkan

pengetahuan yang
diperoleh.

Kaji tingkat pengetahuan

Gunakan gambar-gambar
dalam memberikan penjelasan
(jika ada / memungkinkan).

BAB III
TINJAUAN KASUS

GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)


Kasus
Tn D (40 tahun) datang ke RS dengan keluhan tidak kencing selama 1 minggu, mual dan muntah,
dan tampak lemah, setelah dilakukan pemeriksaaan urin, diketahui pasien perlu tindakan cuci darah.
Perawat tidak menganjurkan pasien untuk makan pisang ataupun anggur. Urin pasien harus diukur setiap
hari.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn D DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL


KRONIK (CHRONIK RENAL FAILURE)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

Nama Klien
Umur
Jenis Kelamin
Agama/Suku
Pendidikan
Alamat

: Tn D
: 40 tahun
: laki laki
: Islam/sasak
: tamat SD
: Kekalik Gerisak, Mataram

Identitas Penanggung Pawab

Nama
Umur
Pekerjaan
Jenis Kelamin
Agama/suku
Pendidikan
Alamat
Status Perkawinan

: Ny A
: 37 tahun
: Swasta
: Perempuan
: Islam/sasak
: tamat SMP
: Kekalik Gerisak, Mataram
: sudah menikah

2. Riwayat Penyakit
- Keluhan utama saat masuk RS
Klien mengeluh tidak kencing selama 1 minggu.
-

Riwayat penyakit sekarang


Klien datang ke RS diantar keluarganya melalui IGD pada tanggal 20 Maret 2011 dengan keluhan tidak
kencing selama 1 minggu, mual muntah, dan klien tampak lemah. Sebelumnya klien pernah dibawa ke
Puskesmas Ampenan pada tanggal 19 Maret 2011 dengan keluhan yang sama. Selanjutnya klien dirujuk
ke RSU Mataram, kemudian klien mendapat tindakan perawat di IGD.

Riwayat penyakit dahulu


Istri klien mengatakan bahwa klien belum pernah masuk RS. Klien biasanya dibawa ke Puskesmas jika
mengalami gejala ringan. Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit kronis.

Riwayat penyakit keluarga


Dari pihak keluarga, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Keluarga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

Diagnose medic saat masuk RS


Gagal ginjal kronik

3. Pengkajian Saat Ini


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya dan bagaimana perawatannya serta pengobatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Program diit RS:
Intake makanan
Sebelum masuk RS : klien kurang nafsu makan, disertai mual dan muntah.
Setelah masuk RS : nafsu makan klien masih kurang, klien tidak mampu menghabiskan makanan sesuai
program diit RS yang dianjurkan. Klien masih mual muntah.
Intake Cairan
Sebelum masuk RS : sebelumnya klien biasa minum 4-5 gelas air putih per hari. Tapi semenjak ada
keluhan, klien minum 1-2 gelas air putih per hari karena mual muntahnya.
Setelah masuk RS : klien jarang minum. Klien minum 1-2 gelas air putih per hari.
c. Pola eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Sebelum masuk RS : klien biasanya BAB 2 x sehari tanpa konstipasi ataupun diare.
Setelah masuk RS : klien mengalami konstipasi
Buang Air Kecil (BAK)
Sebelum masuk RS : sebelumnya buang air klien lancar. Namun, setelah ada keluhan, klien sudah
seminggu buang air kecilnya tidak lancar.
Setelah masuk RS : klien jarang BAK (urine sedikit).
d. Pola aktifitas dan latihan
No

Kemampuan
perawatan diri

Makan/minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di TT

Berpindah

Ambulasi/ROM

Keterangan
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
e. Pola tidur dan istirahat
Keluarga klien mengatakan bahwa sebelumnya, tidur klien tidak mengalami gangguan. Namun, setelah
muncul keluhan, tidur klien agak terganggu.
f. Pola persepsual
Penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan perabaan klien tidak ada gangguan.
g. Pola persepsi diri
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering sakit saat berkemih.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Tidak ada gangguan
i. Pola peran hubungan
Komunikasi dengan keluarga sebelum masuk RS dan saat di RS cukup lancar.
j. Pola managemen koping-stress
Tidak ada gangguan
k. System nilai dan keyakinan
Klien biasanya solat sebelum masuk RS. Namun, setelah masuk RS, klien jarang solat karena kondisi
klien lemah.
4. Pemeriksaan Fisik
k/u
: lemah
TTV : RR =
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)

Bentuk dada
: simetris
Pola napas
: 32 x/menit, reguler
Gerakan pernapasan
: intercostal
Secret
: tidak ada
Alat bantu napas
: tidak ada
Penggunaan otot bantu napas : tidak ada
Auskultasi
: normal (vesikuler)
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Frekuensi nadi
Irama dan bunyi jantung
Pembesaran jantung
Nyeri dada
Clubbing finger
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran
GCS
Total GCS = 15

: 100 x/menit
: normal
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

: compos mentis
: Eye(4)
Verbal(5)

Motorik(6)

d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)


Urine
: kencing sedikit ( 300 cc/hari)
Warna
: kuning tua dan pekat
e. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan
- Selaput lendir mulut
: lembab dan tampak pucat
- Lidah
: agak kotor
- Rongga mulut
: gigi kotor, carries gigi
- Tenggorokan
: tidak ada gangguan
- Acites
: ada
- Anoreksia

Masalah Usus Besar


- BAB
- Obat pencahar

: konstipasi
: tidak ada

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi
: tidak ada gangguan
Kemampuan kekuatan otot: tidak ada gangguan
Suhu
: 37 derajad celcius
Kelembaban kulit
: lembab
Warna kulit
: pucat

ANALISA DATA
NO
.
1

DATA
DS: klien mengatakan tidak
kencing selama 1 minggu.
DO: Klien tampak lemah,
haluaran urine sedikit (< 400
ml/hari)

ETIOLOGI

Gangguan filtrasi glomerulus

MASALAH
Kelebihan volume
cairan

Gangguan haluaran urin

Penumpukan sisa-sisa metabolik

DS : klien mengatakan mual


muntah, mulut terasa pahit,
nafsu makan kurang,
DO : Klien tampak lemah,
klien tidak bisa
menghabiskan porsi diit RS

Nutrisi kurang dari


keutuhan tubuh
Kelebihan volume cairan

Anoreksia, mual muntah

Absorpsi nutrient menurun

Nutrisi ke jaringan menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan b/d gangguan filtrasi glomerulus
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual muntah
C. INTERVENSI
DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
Resiko tinggi
Tujuan : Mempertahankan
Gangguan
pemenuhan nutrisi sesuai
pemenuhan nutrisi
kebutuhan.
kurang dari
Kriteria hasil:
kebutuhan tubuh
- Klien tidak mengalami
berhubungan
kehilangan BB lebih
dengan anoreksia,
lanjut.
mual, muntah
- Intake makanan
mengalami peningkatan.
- Mual berkurang dan
muntah tidak ada.
- Membran mukosa

lembab.
- Mulut dan kerongkongan

tidak kering.

RENCANA TINDAKAN

RASIONAL

Untuk mengetahui tentang


keadaan dan kebutuhan nutrisi
status nutrisi dan kebiasaan
pasien sehingga dapat
makan.
diberikan tindakan dan
pengaturan diet yang adekuat.
Mengetahui apakah pasien
telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.
Identifikasi perubahan pola
Meminimalkan anoreksia dan
makan.
mual.
Kepatuhan terhadap diet dapat
Berikan makanan sedikit dan
mencegah komplikasi
terjadinya hipertensi yang lebih
sering
berat.
Anjurkan pasien untuk
Mengetahui perkembangan
mematuhi diet yang telah
berat badan pasien (berat
diprogramkan.
badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan
diet).
Timbang berat badan setiap
Deteksi untuk mencegah
seminggu sekali.
infeksi.

Kaji/catat pemasukan diet

Inspeksi rongga mulut,

perhatikan kelembaban,
karakter saliva adanya
inflamasi dan ulserasi.
Berikan cairan peroral

Mencegah kekeringan mulut.

Perawatan mulut menyejukan,


melumasi, dan membantu
menyegarkan mulut yang tidak
menyenangkan karena uremia
sepanjang 24 jam dalam
dan menurunkan pertumbuhan
abatas yang ditentukan.
bakteri.
Asap rokok dapat mengiritasi
Anjurkan oral hygiene
mukosa dan efeknya
(perawatan mulut) dengan
mengeringkan rongga mulut.
menyikat gigi minimal 2 x /
CaCo3 untuk mengoreksi
setelah makan dan saat akan
hiperkalemia. Nabic dapat
mengatasi/memperbaiki
tidur.
asidosis dan anti emitik akan
mencegah mual/muntah.
Tinggi Kalori diperlukan untuk
Anjurkan klien untuk
memenuhi kebutuhan energi,
menghentikan merokok.
Rendah Protein disesuaikan
dengan fungsi ginjal yang
menurun. Rendah Garam
Kolaborasi: konsul dengan

dokter untuk pemberikan obat


sesuai dengan indikasi;
CaCo3 Nabic dan Anti emetik.
Kolaborasi: konsul dengan

Kelebihan volume
cairan
berhubungan
dengan penurunan
haluaran urine, diet berlebih, dan
retensi cairan dan
natrium
-

dapat mempercepat
penurunan tekanan darah dan
mencegah komplikasi.

ahli gizi untuk pemberian diet


tinggi kalori, rendah protein,
rendah garam (TKRPRG).
Mempertahankan berat Kaji status cairan :
Pengkajian merupakan dasar
tubuh ideal tanpa
dan data dasar berkelanjutan
Timbang berat badan harian
kelebihan cairan
untuk memantau perubahan
Keseimbangan masukan dan
Kriteria hasil:
dan mengevaluasi intervensi.
Turgor kulit normal
haluaran
Haluaran urine normal
Turgor kulit dan adanya
(400-500 ml/hari)
edema
Intake dan output cairan
Tekanan darah, denyut dan Pembatasan cairan akan
seimbang
menentukan berat tubuh ideal,
Klien tidak mengalami
irama nadi
haluaran urine dan respon
kelemahan.
Batasi masukan cairan
terhadap terapi.
Sumber kelebihan cairan yang
tidak diketahui dapat
diidentifikasi.
Identifikasi sumber potensial
cairan :
Medikasi dan cairan yang
Pemahaman meningkatkan
digunakan untuk pengobatan
kerjasama pasien dan
oral dan intravena
keluarga dalam pembatasan
Makanan
cairan.
Kenyamanan pasien
Jelaskan pada pasien dan
keluarga rasional pembatasan meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet

Bantu pasien dalam

menghadapi
ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
Tingkatkan dan dorong

Higiene oral mengurangi


kekeringan membran mukosa
mulut

higiene oral dengan sering

D. IMPLEMENTASI

No. DX

TANGGAL

JAM

TINDAKAN

1.

1.
2.
3.

2.

Mengkaji status cairan dengan menimbang BB


perhari, membatasi masukan cairan
Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang pembatasan cairan
Menganjurkan pasien/ajari pasien untuk
mencatat
penggunaan
cairan
terutama
pemasukan dan haluaran

1.
2.
3.
4.

Berikan perawatan mulut sering


Perhatikan adanya mual dan muntah
Beikan makanan sedikit tapi sering
Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat
selama makan
5. Awasi konsumsi makanan / cairan

E. EVALUASI

NO.
1.

2.

TANGGAL

JAM

DIAGNOSE
EVALUASI
Perubahan nutrisi S : klien mengatakan sudah tidak mual muntah
kurang dari
lagi, mulut masih sedikit terasa pahit, nafsu
kebutuhan tubuh
makan sudah agak membaik.
berhubungan denganO : klien sudah dapat menghabiskan sepertiga
mual muntah dan
porsi makannya, klien masih tampak
nafsu makan
lemah.
berkurang.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Kelebihan volume S : klien mengatakan sudah bisa berkemih
cairan berhubungan
walaupun tidak lancar
dengan gangguan O : jumlah haluaran urine masih, kurang dari
filtrasi glomerulus
normal, klien masih tampak lemah.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai