Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MANDIRI PA PKH Kelas A

Tahun Ajaran 2013/2014

Waspadai EDS 76
EDS 76 merupakan penyakit pada ayam petelur yang menyerang ayam petelur pada periode
pertumbuhan dan periode bertelur. Penyakit ini disebabkan oleh Hemagglutinating adenovirus. Agen ini
mampu mengaglutinasi eritrosit ayam, sehingga ayam yang terinfeksi akan mengalami anemia, hal ini
terlihat dari penampakan luar tubuh ayam, yakni kepucatan pada vial dan jengger. Secara ekonomi,
penyakit ini menimbulkan kerugian pada peternak karena tidak tercapainya produksi yang optimal.
Ayam yang terinfeksi agent EDS 76 tidak memperlihatkan gejala yang spesifik. Secara umum ayam
kelihatan sehat, tetapi produksi telur dapat turun sampai 40% selama 4-10 minggu.
Pakar perunggasan Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD
menyatakan, Gejala awal EDS 76 tersifat dari kehilangan warna kerabang pada telur yang berwarna
coklat. Gejala ini diikuti oleh adanya telur yang mempunyai kerabang tipis, kerabang lembek atau tanpa
kerabang sama sekali. Telur dengan kerabang tipis biasanya bertekstur kasar menyerupai kertas pasir atau
bergranula pada salah satu ujungnya.
Pada infeksi alami ditemukan adanya penurunan ukuran telur, sedangkan pada infeksi buatan ukuran telur
tetap normal. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa ayam yang terinfeksi Hemagglutinating
adenovirus dapat menurunkan viskositas pada putih telur, yakni putih telur yang berada pada bagian luar
menjadi lebih encer menyerupai air, sedangkan putih telur yang terletak pada bagian dalam di sekitar
kuning telur relatif normal. Disamping itu, umur ayam saat terinfeksi agent EDS 76 pun dapat
mempengaruhi kualitas putih telur. Hal ini sering dilaporkan oleh para pakar perunggasan dunia bahwa
anak ayam yang terinfeksi pada umur sehari (DOC) akan menghasilkan telur yang mempunyai putih telur
lebih encer dengan ukuran telur yang lebih kecil.
Gejala klinik lainnya yang juga dapat teramati pada kasus EDS 76 adalah kegagalan ayam mencapai target
produksi telur atau tertundanya waktu produksi telur. Gejala ini muncul akibat ayam terinfeksi agent EDS
76 dapat memproduksi antibody sebelum periode laten infeksi muncul. Menurut Prof Charles, periode
laten infeksi ditandai dengan terjadinya penurunan produksi telur yang bisa mencapai kisaran 50% dan
terjadinya halangan untuk mencapai puncak produksi. Lalu, bagaimana sistem penyebaran penyakit ini?
Penyakit ini menyebar melalui kontak langsung dengan unggas lain seperti itik dan angsa yang terpapar
virus EDS 76. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa itik dan angsa merupakan inang yang baik
untuk virus EDS 76, artinya keberadaan itik dan angsa dapat mempercepat proses penyebaran EDS 76 ke
unggas lain yang belum tertular. Perpindahan virus EDS 76 juga bisa melalui pemakaian jarum suntik yang
telah terkontaminasi virus EDS 76. Lantas, bagaimana tindakan pencegahan dan pengobatannya?
Lebih lanjut, Prof Charles menjelaskan bahwa tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara memilih
DOC dari telur yang induknya tidak tertular EDS 76. Hal ini beralasan bahwa EDS 76 dapat menular secara

vertikal yakni melalui telur. Namun ditegaskannya bahwa kebanyakan breeder telah mengeliminasi virus
EDS 76, sehingga kemungkinan penularan secara vertikal menjadi sangat kecil. Penularan secara
horizontal perlu mendapat perhatian peternak. Hal terkait dapat dilakukan kegiatan berupa penerapan
praktek manajemen seoptimal mungkin di kandang.
Praktek manajemen yang dianjurkan Guru Besar staff dan pengajar bagian Patologi FKH UGM ini adalah
sanitasi dan desinfeksi yang ketat. Disamping itu, peternak dianjurkan untuk tidak menggunakan air
minum dari sumber yang pernah tercemar oleh feses atau leleran tubuh lainnya dari itik, angsa dan
beberapa jenis unggas lainnya.
Namun, bila kondisi usaha peternakan mengharuskan tetap menggunakan sumber air yang tercemar feses
unggas yang terinfeksi, maka peternak diminta untuk melakukan sanitasi dan desinfeksi terlebih dahulu
dengan cara klorinasi sebelum air tersebut diberikan kea yam peliharaannya. Tindakan lain yang dapat
dilakukan peternak untuk mencegah meluasnya EDS 76 adalah dengan melalui vaksinasi. Saat ini vaksin
yang tersedia adalah vaksin killed atau vaksin in aktif yang diberikan pada ayam dara dalam kurun waktu
3-4 minggu sebelum bertelur atau pada kisaran umur 14-16 minggu.

Sumber : http://www.majalahinfovet.com/2009/01/waspada-3-penyakit-utama-penyebab.html

Analisis hal-hal berikut ini berdasarkan kasus di atas:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Etiologi dari penyakit pada unggas yang dibahas dalam artikel diatas adalah
Sebutkan organ-organ yang mengalami perubahan patologis karena etiologi pada kasus diatas !
Deskripsikan gambaran perubahan patologis yang terjadi pada organ pada kasus diatas !
Jelaskan patogenesa penyakit yang dibahas dalam artikel diatas secara komprehensif !
Sebut dan jelaskan gejala klinis yang ditunjukkan oleh hewan yang sakit pada kasus diatas !
Bisakah penyakit ini menular ke manusia?, mengapa? Jelaskan jawaban anda

Anda mungkin juga menyukai