Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Pengertian sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang
memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat
satu sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu sinartrosis, diartrosis dan
amfiartrosis.
Sinartrosis adalah sendi yang tidak memungkinkan tulang tulang yang
berhubungan dapat bergerak satu sama lain. Diantara tulang yang saling bersambungan
tersebut terdapat jaringan yang dapat berupa jaringan ikat (sindesmosis), seperti pada
tulang tengkorak, antara gigi dan rahang, antara radius dengan ulna dsb, atau jaringan
tulang rawan (sinkondrosis), misalnya antara kedua os pubika pada orang dewasa, atau
jaringan tulang (sinostosis) misalnya persambungan antara os ilium, os iskium, os
pubikum.
Diartrosis adalah sambungan antara 2 tulang atau lebih yang
memungkinkan tulana tulang tersebut bergerak satu sama lain. Diantara tulang tulang
yang bersendi tersebut terdapat rongga yang disebut kavum artikulare. Diartosis disebut
juga sendi sinovial. Sendi ini tersusun atas bonggol sendi (kapsul artikulare), bursa sendi
dan ikat sendi (ligamentum). Berdasarkan bentuknya diartrosis dibagi dalam beberapa
sendi, yaitu sendi engsel (interfalang, humereoulnaris, talokruralis), sendi kisar
(radioulnaris), sendi telur (radiokarpea), sendi pelana (karpometakarpal), sendi peluru
(glenohumeral) dan sendi buah pala (coxae).
Amfiartrosis merupakan sendi yang memungkinkan tulang tulang yang
saling berhubungan dapat bergerak secara terbatas, misalnya sendi sakroiliakadan sendi
sendi antara korpus vertebtra. (1)
Artritis merupakan suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam


sendi.

BAB II
DEFINISI
Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur
atau jaringan penunjang di sekitar sendi. Infeksi arthritis merupakan peradangan yang
disebabkan oleh bakteri, virus. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
Pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang
apabila tidak diobati akan menimbulkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas
sendi yang progresif dan menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini.
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi
tidak menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih sering
terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini adalah pada
persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung.(2)
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang
paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan
oleh M.bovis atau M.africanum. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang
terkontaminasi

oleh

bakteri

M.

tuberculosis.

Udara terkontaminasi oleh bakteri karena penderita tuberkulosis aktif melepaskan bakteri
melalui batuk dan bakteri bisa bertahan dalam udara selama beberapa jam.
Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya menghancurkan
bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak dimusnahkan
tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag (sejenis sel
darah putih) selama bertahun-tahun. Sehingga terjadilah Tuberkulosis yang menyerang
bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner) biasanya berasal dari tuberkulosis
pulmoner

yang

telah

menyebar

melalui

darah.

Klasifikasi
Ada beberapa bentuk arthritis, masing masing memiliki penyebab yang
berbeda. Penyakit arthritis yang sering dijumpai antara lain osteoarthritis, penyakit ini
merupakan penyakit artritis kronik yang angka kejadiannya meningkat seiring dengan
bertambahnya umur oleh karna itu disebut penyakit degeneratif sendi sinovial.(3)
Terdapat kerusakan kartilago hialin disertai sklerosis, pembentukan kista dan osteofit
pada tulang subkondral yang mendasari, dan penyempitan rongga sendi. Ada dua jenis
osteoarthritis, yaitu osteoarthritis primer (tidak diketahui penyebabnya), dan osteoarthritis
sekunder (pencetusnya adalah penyakit lain).(2)
Bentuk

lain

arthritis

adalah

rheumatoid

arthritis,

penyakit

ini

menyebabkan sinovitis, nyeri, kerusakan sendi, dan gangguan fungsional. Septic arthritis
disebakan oleh infeksi sendi. Gouty arthritis disebabkan oleh deposit kristal asam urat di
sendi, menyebabkan peradangan.
Tipe-tipe arthritis
Bentuk utama dari arthritis:

Osteoarthritis
Rheumatoid arthritis
Septik arthritis
Gout dan pseudogout
Juvenile idiopathic arthritis
Still's disease
Ankylosing spondylitis

Patofisiologi
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke tulang atau sendi
manapun. Resiko kejadian tersebut semakin besar pada anak dengan usia semakin muda.
Kebanyakan dari tuberculosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah
terjadinya infeksi pertama, tetapi dapat saja timbul lebih lama sesudahnya. Sekalipun
tulang atau sendi manapun dapat terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung
lebih sering terkena daripada yang lainnya. Yang paling sering terkena adalah tulang
belakang, kemudian pinggul, lutut, serta tulang-tulang kaki.
Kartilago artikular sangat rentan terinfeksi oleh tuberculosis. Yang paling sering
terkena adalah yang menahan berat badan. Karena reaksinya membahayakan, ini
berlangsung tahunan kartilago dihancurkan sehingga sendi sempit. Kadang, kerusakan
kartilago terbatas dan tidak berkembang. Area nekrotic kecil kemudian baik kembali,
dengan mengganti fibrokartilago. Jika kondisi berkembang atau tetap tidak terobati,
kesembuhan mungkin terjadi spontan atau proses berlangsung tahunan. Walaupun, area
terkecil dari infeksi tuberculosis menimbulkan granulasi (pannus) sehingga melibatkan
tepi kartilago dimana berlanjut untuk menyebar dan mengalahkan dasar kartilago dan
bergabung dengan tulang. Pannus mencegah difusi cairan sinovial ke dalam kartilago,
menutrisi dan menuju kehancuran kartilago.
Walaupun kartilago dirusakkan secara luas, sendi tidak akan sempit karena
kartilago di tahan di dalam penahan berat badan dan tetap tinggal sementara proses
berlangsung tahunan. Setelah seluruh kartilago artikular nekrosis, ruang sendi biasanya
akan dipelihara karena elemen nekrotic yang bebas tetap tinggal.
Awalnya, terjadi penurunan pembentukan tulang, efek langsung dari toksin
tuberculosis berupa atrofi atau hyperemia. Hanya setelah sendi kartilago hancur, infeksi
menyerang seluruh dasar tulang biasanya sepanjang titik tumpu berat badan, dengan
kontras pada awal destruksi sepanjang permukaan kartilago. Akhirnya, ketika kartilago
cukup hancur tulang menjadi kontak dengan tulang, dimana akhirnya menyebabkan

sklerosis tulang berakhir secara simetris meliputi permukaan sendi, mungkin keliru untuk
kissing sequestra. Dalam perjalanan penyakit, debris kalsifikasi terkumpul di sendi,
terutama sekali di pinggul.
Meskipun area nekrotik kecil berangsur membaik dengan formasi tulang baru,
lesi besar biasanya digantikan oleh jaringan ikat. Ankylosis tulang lebih sering di tulang
belakang tapi jarang sekali terjadi di sendi perifer, karena debris biasanya di tahan dan
hanya jaringan ikat yang akan menutup celah.(4)

Etiologi
Arthritis tuberculosis adalah peringkat kedua setelah spondylitis dan biasanya
menyerang sendi sendi besar terutama pinggul dan lutut tetapi bisa juga menyerang
tulang pergelangan tangan, dan siku. Infeksi multifokal jarang.(5)Bakteri yang
menyebabkan arthritis tuberculosis adalah M. tuberculosis dan M. bovi. Bakteri ini
masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama
pada

orang

yang

memiliki

daya

tahan

tubuh

rendah)

Tuberkulosis yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner)


biasanya berasal dari tuberkulosis pulmoner yang telah menyebar melalui darah. Infeksi
bisa tidak menyebabkan penyakit, tetapi bakteri tetap hidup dorman di dalam jaringan
parut yang kecil.
Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya
menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri
tidak dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam
makrofag

(sejenis

sel

darah

putih)

selama

bertahun-tahun.

Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang dorman.
Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya mulai
berkembangbiak. Pengaktivan bakteri dorman ini bisa terjadi jika sistem kekebalan
penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian kortikosteroid atau lanjut usia).

Biasanya seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis memiliki peluang sebesar 5% untuk
mengalami suatu infeksi aktif dalam waktu 1-2 tahun
Mikro organisme dapat mencapai membrane sinovial sendi. Ini terjadi dalam
beberapa cara :

penyebaran patogen melalui darah, dari abses atau kontaminasi udara

penyebaran dari fokus osteomyelitis akut

penyebaran dari infeksi jaringan ikat

masuk melalui penetrating trauma

masuk melalui iatrogenic(3)

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi antara lain :

trauma

alcoholism

drug abuse

intraarticular injection of steroids

prolonged systemic ilness

Gejala klinis
Arthritis tuberkulosis terjadi pada umur : dekade 1, 2, 3 (50% umur 3-5 tahun.
Monoartikuler.(7)

Pasien dikatakan menderita artritis jika memenuhi sekurang-kurangnya kriteria 1-4 yang
diderita sekurang-kurangnya selama 6 minggu(3)
No
Kriteria
1. Kaku pagi hari

Definisi
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum

2.

perbaikan maksimal.
Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atu persendian atau
persendian atau lebih

lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang)pada


sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan

3.

Arthritis pada

yang diobservasi oleh seorang dokter.


Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu

4.
5.

persendian tangan
Arthritis simetris
Nodul reumatoid

persendian tangan.
Keterlibatan sendi yang sama
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau

6.

Faktor

permukaan ekstensor.
reumathoid Terdapat titer abnormal faktor reumatoid yang

serum positif

diperiksa dengan cara yang memberikan hasil


positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang

7.

diperiksa.
Perubahan gambaran Adanya perubahan erosi atau deklasifikasi tulang
radiologis

yang berlokasi pada sendi atau daerah yang


berdekatan dengan sendi.

Pemeriksaan Penunjang
I. Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri
tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan
pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakan dan kemerahan, maka
hasilnya adalah positif.

II. Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan sebuah jarum
diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung.

III. Pemeriksaan darah


IV. Sebagian besar pasien mengalami anemia. Laju endap eritrosit yang meningkat.
Jumlah sel darah putih terkadang juga berkurang

V. Biopsy nodul
VI. Roentgen (2).
VII. Gambaran radiografi : (7)
Phemisters triad :

1. periarticular osteoporosis
2. peripherally osseous erosions
3. narrowing of the joint space (5)

Stage I

: 1. soft-tissue swelling
2. osteoporosis hebat
3. celah sendi normal

stage II

1. osteoporosis lebih hebat lagi


2. destruksi kartilago
3. marginal, subchondral bone resorption (non weight bearing)
4. pannus / granulasi synovia leih banyak

Stage III

1. ankylosis
2. kartilago hancur
3. kedua ujung tulang bertemu (kissing)

4. celah sendi hilang


Gambar 1. Seorang pria 30 tahun yang menggunakan obat steroid menunjukkan adanya efusi
sendi dan nyeri lutut. pandangan anteroposterior lutut menunjukkan demineralisasi dengan
gambar kesuraman dari tibia dan tulang paha dan penyempitan celah sendi. Hal ini
disebabkan oleh infeksi tuberkuloid dari sendi.

Gambar 2: Arthritis septik. Pandangan anteroposterior bahu terdapat erosi subchondral dan
sclerosis di kaput humerus. Ini adalah fase terakhir dari arthritis septik. Reaksi periosteal
terjadi karena adanya osteomyelitis berdekatan dengan kolum leher humerus setelah operasi.

10

Gambar 3. Gambar 3-5 menunjukkan perkembangan dari infeksi radang sendi pinggul.
Gambar 3 diperoleh pada fase awal penyakit dan hanya menunjukkan kehilangan dari joint
space.

gambar.4. Empat bulan setelah Gambar 3 diperoleh, erosi subchondral dan sclerosis kepala
femoralis muncul.

Gambar 5: Delapan bulan setelah pemeriksaan awal, di temukan osteonekrosis dn destruksi


total dari kaput femoris.

11

VIII. MRI
Dilakukan dalam waktu 24 jam dan ditemukan ; synovial enhancement, perisynovial
edema dan joint effusion.
Gambar 1: Inversi koronal pemulihan pada MRI simfisis pubis menunjukkan suatu efusi
sendi yang hiperintens dan meningkatnya intensitas sinyal dalam sumsum tulang pubis.
Intensitas sinyal tinggi yang abnormal juga tampak dalam otot-otot panggul adduktor
bilateral. Diagnosis yang didapatkan adalah artritis septik yang berhubungan dengan
osteomielitis dan perubahan inflamasi pada jaringan lunak.

Gambar 2. Koronal T2-weihted fat-saturated MRI bahu menunjukkan suatu efusi sendi,
edema sumsum tulang, dan peradangan jaringan lunak yang melekat dengan kumpulan
cairan di dalam otot infraspinatus. Ini adalah contoh arthritis septic yang berhubungan
dengan abses jaringan lunak.

12

Differential Diagnosis
1.

Pyogenic arthritis
Gambaran radiografi :
Stage I

1. soft tissue swelling


2. osteoporosis (-)

Stage II celah sendi lebar


Stage III 1. destruksi kartilago , celah sendi sempit, permukaan sendi irreguler
2.bone reaction : sclerosis, eburnation
3. juxta artikular rusak : sequester
4. bone ankylosis

2.

Rheumatoid arthritis
Gambaran radiografi :

mula-mula periarticular soft tissue swellng

osteoporosis

pannus erosi kartilago, celah sendi sempit

subartikular kortex kabur / hilang. Trabekula irregular dan distorsi.

osteoporosis meningkat, subluxatio, contracture, ankylosis

13

gambar 1: Pembengkakan jaringan lunak dan erosi awal pada sendi proksimal
interphalangeal pada pasien dengan rheumatoid arthritis pada tangan.

Gambar 2: . juxta-artikular osteopenia yang menetap pada semua sendi interfalangealis pada
pasien dengan rheumatoid arthritis pada tangan

14

Gambar 4: Tanda ankilosis pada sebagian besar tulang karpal pada pasien dengan
rheumatoid artritis pada tangan

Gambar 5. Destruksi parsial pada penyatuan tulang karpal dengan subluksasi pada sendi
radiokarpal pada pasien dengan rheumatoid artritis pad tangan.

3.

Gouty arthritis
Gambaran radiografi :

Asymetrical periarticular swelling


Punched-out areas di ujung tulang atau subarticular cyst
Deposit kalsium di kristal asam urat di soft tissue berupa amorph
radiopaque tophi

Ujung tulang erosi dan lisis


Celah sendi sempit

15

Gambar 1: Radiografi kaki pada pasien dengan gout kronis. Podagra, atau nyeri sendi pada
metatarsophalangeal pertama, dapat dengan mudah dipahami ketika radiograf ini dievaluasi.
Sclerosis dan penyempitan joint space terlihat pada sendi metatarsophalangeal pertama, serta
pada sendi interphalangeal keempat. Image courtesy of Larry Brent, MD.

Media type: X-RAY


Media file 2. Radiografi tangan. Pada gambar gout artritis tophi kronis ini, erosi tulang yang
luas ditemukan sepanjang tulang karpal. Deposisi keton mungkin bias ditemukan di daerah
periarticular.

16

Penatalaksanaan
Prinsip utama pengobatan penyakit artritis adalah dengan mengistirahatkan sendi yang
terserang, karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan memperparah
peradangan.
Obat-obatan yang dipakai untuk mengobati arthritis adalah
1. obat anti peradangan non steroid
Aspirin dan ibuprofen, Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri
2.obat slow acting
Jika terbukti obat anti peradangan non steroid tidak efektif setelah diberikan
selama 2-3 bulan atau diberikan segera apabila penyakitnya berkembang cepat. Yang
sekarang digunakan adalah (a) senyawa emas, dan (b) penisilamin.
3.kortikosteroid
Contohnya prednison merupakan obat paling efektif untuk mengurangi
peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan pada pemakaian
jangka pendek, dan kurang efektif bila dipakai dalam jangka panjang. Obat ini tidak
memperlambat perjalanan penyakit ini dan pemakaian jangka panjang mengakibatkan
berbagai efek samping, yang melibatkan hampir setiap organ. Untuk mengurangi resiko
terjadinya efek samping, maka hampir selalu digunakan dosis efektif terendah.

4.obat imunosupresif

17

Contohnya metotreksat, azatioprin, dan cyclophosphamide. Efektif untuk


mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga pemakaian
kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.(2)
Sedangkan untuk TBC nya :
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup
lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC
dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan
yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup
baik.
Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi
dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat
seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu
kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.

18

BAB III
KESIMPULAN
Kuman tuberkulosis dapat menyebar dari kompleks primer ke tulang atau
sendi manapun. Sehingga terjadilah arthritis tuberkulosis (TB ekstra pulmonal).
Kebanyakan dari arthritis tuberculosis tulang atau sendi terjadi dalam waktu 3 tahun
sesudah terjadinya infeksi pertama, tetapi dapat saja timbul lebih lama sesudahnya.
Infeksi lebih sering ditemukan pada anakanak dan usia semakin muda. Umumnya,
penyebaran bakteri secara hematogen. Sekalipun tulang atau sendi manapun dapat
terkena, tetapi yang menahan berat badan cenderung lebih sering terkena daripada yang
lainnya. Yang paling sering terkena adalah tulang belakang, kemudian pinggul, lutut,
serta tulang-tulang kaki. Biasanya monoartikuler.
Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya
mulai berkembangbiak dan menimbulkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas
sendi yang progresif. Pembengkakan pada sendi muncul secara perlahan tanpa adanya
rasa panas atau nyeri akut seperti pada infeksi septik. Pada foto rontgen ditemukan
Phemisters triad : periarticular osteoporosis, peripherally osseous erosions dan
narrowing of the joint space.
Untuk pengobatan, dengan mengistirahatkan sendi yang terserang, obat
anti peradangan non steroid, kortikosteroid, immunosupresif, dan obat anti Tuberkulosis
(OAT). Untuk mengurangi peradangan sendi, bersamaan dengan pemberian obat bisa
dilakukan latihan-latihan, terapi fisik, pemanasan pada sendi yang meradang.
Mengkonsumsi suplement dapat pula membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Olahraga teratur dan latihan beban perlu untuk meningkatkan kesegaran jasmani.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. W.Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Juni 2006.
2. www.fkuii.org.com
3. www.wikipedia.com
4. Edeikens Jark, Dalinka Murray, Karasick David.Radiology Diagnosis of
Diseases of Bone volume 1.
5. Sutton, David.Textbook of radiology and imaging 7th edition 2003
6. www.google.com
7. Widodo Sigit, Kristanto L. Diktat Kuliah Radiologi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti, 2005.
8. Crofton John, Horne Norman, Miller fred. Tuberkulosis Klinis. Jakarta :
Widya Medika, 2002.
9. www.emedicine.com/radio/TOPIC629.HTM

20

Anda mungkin juga menyukai