9. Beliau biasa makan roti dengan lauk apa saja yang beliau punya, kadang daging, kadang
semangka, kadang kurma, dan kadang cuka. Beliau bersabda, Sebaik-baik lauk adalah
cuka. (Shahih Muslim : 2052).
10. Beliau biasa makan buah-buahan hasil panen negerinya pada musimnya, beliau tidak
memantangnya. Ini juga merupakan sarana paling besar untuk menjaga kesehatan.
11. Rasulullah bersabda : Aku tidak makan sambil bersandar. (Shahihul Bukhari : 5398)
Ada tiga cara bersandar:
a.Bersandar pada rusuk.
b. Bersila.
c. Bersandar diatas sesuatu.
Jenis pertama menyulitkan makan, karena ia menghalangi aliran makanan secara alami,
menghambat kecepatan masuknya makanan ke lambung, dan menekan lambung sehingga
sulit terbuka untuk makanan. Lambung akan miring, tidak tegak, sehingga makanan tidak
mudah sampai kepadanya.
Adapun dua jenis lainnya merupakan gaya duduk orang-orang sombong yang
bertentangan dengan jiwa kehambaan.
12. Dalam hadits Anas disebutkan, Saya melihat Nabi shalallahu alaihi wassallam duduk
dengan posisi iqa sambil memakan kurma. (Shahih Muslim : 2044)
Beliau biasa duduk dengan posisi iqa untuk makan, maksudnya duduk dalam posisi
bertumpu pada kedua lutu, seraya memposisikan perut telapak kaki kanan, sebagai
bentuk ketawadhuan kepada Rabbnya. Ini merupakan posisi paling baik pada saat makan.
13. Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda : Jika salah seorang dari kalian makan,
maka janganlah ia membersihkan tangannya sebelum menjilatinya. (Muttafaqun Alaih,
Bukhari : 5376, dan Muslim : 2031).
14. Beliau makan dengan menggunakan tiga jemari beliau, dan ini merupakan cara menyuap
makanan yang paling bermanfaat.
15. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : Wahai anak kecil! Sebutlah nama
Allah (BISMILLAH), makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang
terdekat darimu. (Muttafaqun Alaih, Bukhari : 5376, dan Muslim : 2022).
Demikianlah cara makan yang paling baik adalah cara makan beliau shalallahu alaihi wassallam
dan cara makan siapa saja yang meniru cara beliau.
Diringkas dari kitab : KEAJAIBAN THIBBUN NABAWI, Penulis : Aiman bin Abdul Fattah,
Halaman 175 178. Penerbit : Al-Qowam.