Jtptiain GDL s1 2004 Munggeni21 322 BAB+II+2 7
Jtptiain GDL s1 2004 Munggeni21 322 BAB+II+2 7
1
2
15
Hanabilah
mendefinisikan
nikah
sebagai
akad
yang
3
4
Ibid
Ibid., hlm. 3
16
Rasulullah bersabda:
#&! ' ( ) * +,
-.!
)-561
, 3&
/0
)-$ 4/,%
!
" #"$ %
*#1 &2
30.
Abi Zakaria, Fathul Wahab bi Syarhi Minhaji al-Thulab, Semarang: Nur Asia, tt. hlm.
17
18
Beragama Islam
Laki-laki
Jelas orangnya
2. Calon Istri
-
Perempuan
Jelas orangnya
akan sah kecuali dengan adanya wali.12 Adapun syarat-syarat wali nikah
adalah:
1. Dewasa
2. Laki-laki
10
67
11
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. hlm.
Ibid.,
Taqiyyuddin Abi bakr, Kifayat al-Akhyar fi Hilli Ghayah al-Ihtishar, Dar al-Kutub alIslamiy, tt. hlm. 48.
12
19
kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang lain sesuai erat dan
tidaknya susunan kekerabatan dengan calon mempelai wanita. Pertama,
kelompok kerabat laki-laki garis lurus ke atas yakni ayah, kakek dari
pihak ayah dan seterusnya. Kedua, kelompok kerabat saudara laki-laki
seayah, dan keturunan laki-laki mereka. Ketiga, kelompok kerabat
paman, yakni saudara laki-laki kandung ayah, saudara seayah dan
keturunan laki-laki mereka. Keempat, kelompok saudara laki-laki
kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek dan keturunan laki-laki
mereka.
2. Apabila dalam satu kelompok wali nikah terdapat beberapa orang yang
sama-sama berhak menjadi wali, maka yang berhak menjadi wali ialah
yang lebih dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai wanita.
13
20
akta
nikah
pada
waktu
dan
tempat
akad
nikah
dilangungkan.18
Terlepas dari perbedaan para ulama mengenai status saksi apakah
sebagai rukun atau syarat nikah, yang jelas keberadaan saksi dalam akad
14
21
2.
Dalam hal-hal tertentu ucapan qabul nikah dapat diwakilkan kepada pria
lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas
secara tertulis penerimaan wakil atas nikah itu adalah mempelai pria.
3.
Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai
pria diwakili, maka akad nikah tidak boleh diwakilkan.
Adapun syarat-syarat dalam ijab adalah :22
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, juz 2 Semarang: Usaha Keluarga, hlm. 13.
Pasal 27 Kompilasi Hukum Islam Indonesia.
21
Pasal 29 Kompilasi Hukum Islam Indonesia
20
22
2. Lafadz ijab boleh dibuat oleh wali itu sendiri atau wakilnya.
Adapaun sihgat qabul yakni ucapan laki-laki secara pribadi atau yang
mewakilinya setelah selesai sighat ijab dengan tanpa diselingi dengan
perkataan lain ataupun sela yang panjang.
Ada hal yang menarik dalam nikah, yakni suatu yang harus
diserahkan tetapi bukan termasuk rukun. Hal wajib tetapi bukan rukun
tersebut adalah mahar, yakni pemberian dari calon mempelai pria kepada
calon mempelai wanita.
Adapun mengenai jumlah, bentuk, dan jenisnya adalah berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak. Akan tetapi penentuan mahar atas
kesederhanaan dan kemudahan dianjurkan oleh Islam. Apabila terjadi
perselisihan pendapat mengenai jenis dan nilai mahar yang ditetapkan,
penyelesaiannya diajukan ke Pengadilan Agama. Mahar diberikan langsung
kepada calon mempelai wanita, dan sejak itu menjadi milik pribadinya.
Penyerahan dapat dilakukan dengan tunai atau dengan penangguhan yang
dihitung sebagai hutang calon suami baik keseluruhan maupun sebagian,
apabila calon mempelai wanita menyetujui.
Penyebutan mahar dan jumlah serta bentuknya, termasuk di dalamnya
tunai atau ditangguhkan, diucapkan pada saat akad nikah dan hukumnya
adalah sunnah.23 Akan tetapi pembayarannya dapat ditangguhkan dengan
persetujuan istri. Apabila mempelai laki-laki belum menyerahkan mahar,
22
23
23
24
25
b.
b.
(2) Larangan tersebut pada ayat (1) huruf a. gugur kalau bekas istri tadi telah
kawin dengan pria lain, kemudian perkawinan tersebut putus bada
dukhul dan telah habis masa iddahnya.29
26
26
29
27
keturunan
dan
memeliharan
nasab,
karena
dengan
28
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Terj. Moh. Thalib, Bandung: Al-Maarif, Juz. 6, 1990,
hlm. hlm. 18-21.
33
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Kuwait: Dar al-Bayan, 1971, hlm. 126
29
$,78!
9 $: ; $<
J
= #;>
; ?@A B
I #G
G
HG
GG ;?
0
=E F5
C%
D
%
#;=A
K LMH5
5 #$ 7 K F2
N"M A OD
;PO OB
RR S
34
Q?
,
30
Artinya: Manusia itu sama seperti gigi sisir yang satu, tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang selain Arab, kecuali dengan
takwa. (HR. Abu Dawud).35
Dengan ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa takwa yang
membedakan manusia satu dengan lainnya menurut pandangan Allah dan
Rasulnya, bukan masalah kebangsaan, kebangsawanan, harta ataupun
kecantikan. Berbicara masalah takwa berarti berbicara tentang agama dan
akhlak. Dengan demikian, bobot utama dalam masalah kafaah atau kufu ini
adalah masalah agama dan akhlak. Adapun yang selain itu merupakan bobot
pelengkap.
Adapun pendapat jumhur ulama fiqih tentang kafaah adalah sebagai
berikut:
a. Golongan Hanafiyah berpendapat bahwa sesungguhnya kafaah adalah
persamaan antara seorang calon laki-laki dengan calon wanita dalam
beberapa masalah tertentu seperti:
1.
Keturunan
2.
Pekerjaan
3.
Merdeka
4.
Agama
5.
Harta36
31
1.
Masalah agama, dalam arti orang tersebut muslim yang tidak fasik.
2.
calon pria bebas dari cacat yang besar yang dapat mengakibatkan
wanita tersebut dapat melaksanakan hak khiyar atau hak pilihnya,
seperti penyakit supak, gila atau penyakit kusta.
3.
37
38
Ibid.,
Ibid., hlm. 59
32