kekerasan yang disebabkan oleh sekelompok orang yang ingin menjatuhkan pemerintah atau
karena kurangnya aspirasi mendengar bahwa mereka keluarkan. Aksi terorisme juga bisa terjadi
karena pemerintahan yang lemah, khususnya di negara-negara demokratis. Terorisme adalah
tindakan sistematis yang kekerasan dan pemaksaan. Terorisme mengacu pada tindakan teror
yang ditujukan untuk menciptakan rasa takut untuk mencapai kepentingan mereka dan biasanya
mengabaikan keselamatan orang lain. Donald Hamilton dalam bukunya Terorisme Politik
mengatakan bahwa terorisme didefinisikan sebagai ancaman terus dan kekerasan yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang menyebabkan rasa takut dan kepedulian terhadap orang lain.
Namun dalam jurnal ini hadir penjelasan mengenai tren penculikan global yang disebabkan oleh
kelompok teroris yang mana menurut saya teroris melakukan penculikan untuk menciptakan
ketakutan serta ancaman bagi masyarakat dunia.
James J.F. Forest dalam tulisannya Global Trends in Kindnapping by Terrorist Groups
menjelaskan bahwa insiden penculikan yang terjadi di dunia disebabkan oleh tindakan kelompok
teroris. Maraknya kasus penculikan ini ditandai dengan meningkatnya data kasus penculikan
yang terjadi di tahun 1970-2010 versi Global Terrorism Database.
sebagai pemasok senjata berharga dan bahan-bahan untuk kelompok Islam militan di wilayah
tersebut. Belmokhtar and his followers financed these supplies by engaging in criminal activities
such as smuggling, drug trafficking and kidnapping, and taxing the traffickers in the Sahara and
the Sahel regions for protection.1
Upaya penculikan yang dilakukan oleh teroris biasanya ditujukan kepada orang asing daripada
warga sipil karena penculikan orang asing bisa memberikan tekanan pada pemerintah negara
tersebut untuk membayar tebusan yang besar pembebasan korban. Hal ini dikarenakan
penculikan yang dilakukan teroris umumnya bertujuan untuk pendanaan tindakan teror yang
mereka lakukan. Negara barat menjadi target yang paling sering diculik oleh teroris. Pada
umumnya teroris telah menargetkan korban penculikannya berasal dari bangsa tertentu.
Motivasi penculikan yang dilakukan oleh teroris selain untuk tujuan pendanaan ialah
untuk tujuan politis. Serta ada juga sebagai upaya balas dendam, memberikan rasa takut terhadap
masyarakat. In Uganda, the Lords Resistance Army (LRA) represents one of the most repugnant
and offensive forms of kidnapping, as their modus operandi is to raid villages, kidnap young
boys and girls and force them to become members (boys as militants, girls as sex slaves) of their
terrorist group.2
Contoh kasus penculikan yang pernah dilakukan oleh kelompok teroris adalah:
Enrique Andersen, a British citizen and regional manager of the Bank of London and
South America, was kidnapped by Ejercito Revolucionaria del Pueblo (ERP) in
Argentina, and a $1.15 million ransom was paid for his release.3
Anthony Da Cruz, a US citizen working as an executive at a Kodak subsidiary in
Argentina, was kidnapped by the Argentine Liberation Front (FAL), and $1.5 million was
paid for his release.4
3 Michael Newton, The Encyclopedia of Kidnappings (New York: Facts on File, Inc.,
2002), p11.
4 GTD incident summary,
http://www.start.umd.edu/gtd/search/IncidentSummary.aspx?gtdid=197304020001.
Victor Samuelson, a US citizen working as the general manager of the Esso Oil Refinery,
was kidnapped in Buenos Aires by ERP, and a ransom of $14.2 million was paid for his
release.5
Kelemahan penulis pada jurnal ini terletak pada data penculikan yang disebabkan oleh kelompok
teroris. Hal ini disebabkan tidak semua korban penculikan yang melaporkan kasusnya pada
pendataan pemerintah melihat dari jumlah tebusan atau sifat penyandraan korbannya.
Di lain sisi karena adanya data penculikan oleh teroris tersebut yang belum diverivikasi
menyebabkan kasus penculikan yang disebabkan oleh teroris sulit untuk dilacak. Penculikan
yang terjadi bisa saja hanya penculikan biasa yang mana targetnya adalah masyarakat sipil
seperti yang diungkapkan oleh pengamat intelijen Wawan Poerwanto ketika diwawancarai oleh
Detiknews yang mengatakan bahwa penculikan yang terjadi di Indonesia merupakan bentuk
tindakan teror biasa bukan seperti yang dilakukan oleh teroris biasanya bermotif ekonomi.
Dari jurnal mengenai Global Trends in Kindnapping by Terrorist Groups dari data yang
dicatat oleh GTD selada 40 tahun terakhir, adanya peningkatan jumlah penculikan yang
dilakukan oleh teroris sebanyak 25% dalam 5 tahun terakhir. Teroris biasanya telah menentukan
negara target untuk penculikan korbannya. Analisis tren historis ini menunjukkan bahwa kita
kemungkinan besar akan melihat kelanjutan dari penculikan yang dilakukan oleh kelompokkelompok teroris, terutama di Asia Selatan, tetapi sebagai persentase yang relatif kecil dari
keseluruhan kegiatan teroris. Secara keseluruhan, penculikan yang dilakukan oleh kelompok
teroris merupakan fenomena yang menarik dan relatif unik serta layak mendapatkan perhatian
yang lebih besar, terutama karena menggambarkan keputusan strategis dan taktis kelompok dari
waktu ke waktu. Sementara analisis global dari tren ini adalah titik awal yang berguna, banyak
pertanyaan yang lebih penting hanya dapat dijawab melalui studi kasus kelompok teroris, insiden
dan konteks.