Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel
menggunakan glukosa akibat kurangnya produksi atau tidak adekuatnya insulin dari sel Beta
pankreas. Diabetes Melitus disebut juga The Great Imitator karena penyakit ini dapat mengenai
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. (1,6)
Umum diketahui bahwa penderita diabetes rata-rata mempunyai gangguan kesehatan gigi. Hal
ini diperkuat dengan studi penelitian di Amerika Serikat yang menyatakan penderita kerusakan gigi
kronis bisa menjadi pengidap penyakit diabetes mellitus tipe 2. Pada kerusakan gigi yang parah,
bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel sistem
kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut cytokines. Cytokines inilah
penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes
Penemuan peneliti AS ini diumumkan saat simposium National Institute of Dental and
Craniofacial Research di Maryland. Dr. Anthony Iacopino, ahli gigi di Marquette University School of
Density, Wisconsin mengatakan bahwa di dalam pankreas, sel yang bertanggung jawab sebagai
penghasil insulin dirusak oleh kandungan cytokines yang tinggi. Jika ini terjadi sekali saja, maka
seseorang berpeluang menderita diabetes tipe 2, walaupun orang itu sebelumnya dalam keadaan
sehat. (2)
Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para ahli dari Kuwait (Journal of
Periodontology) pada November 2005 dilaporkan bahwa satu dari lima orang penderita penyakit
gusi (ginggiva) mengalami diabetes tipe 2. Sementara itu dokter gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG) Universitas Indonesia, drg Zaura Rini Matram menambahkan, dalam pertemuan tahunan
"American Association for the Advancement of Science" pada 1999 diungkapkan bahwa sakit gigi
dan gusi dapat mengakibatkan penderita diabetes semakin parah, sebab penyakit itu telah memicu
tidak terkontrolnya kadar gula darah.(3)
Pada penderita diabetes copotnya gigi sulit dicegah, gusi akan mudah bengkak dan
berdarah (4), mulut mudah berbau (4,5), baunya khas seperti bau aseton(5), serta gigi gampang goyah
dan tanggal. Selain itu, terlalu lama mengonsumsi obat diabetes yang tidak terkontrol juga
mengakibatkan jaringan gusi membesar.(4)
Juru bicara British Dental Association (BDA) mengatakan bahwa segala yang terjadi pada
tubuh manusia selalu bisa dihubungkan dengan penyakit gangguan gigi. Maka bukan tak mungkin
bahwa diabetes hanya salah satu gangguan kesehatan yang ada hubungannya dengan penyakit
gigi. Ia juga menyarankan agar setiap orang membiasakan menggosok gigi dua kali sehari dengan
pasta gigi flouride serta mengunjungi dokter gigi secara reguler.(2)
II.
DIABETES MELITUS
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain
aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya setengah dari populasi penderita
diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau mereka menderita diabetes karena hal itu dianggap
merupakan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia. (6)
Diabetes merupakan penyakit metabolisme yang rumit yang ditandai dengan hipofungsi atau
ketiadaan fungsi pulau-pulau Langerhan pankreas, dengan akibat peningkatan kadar glukosa darah
dan ekskresi gula melalui urin.(7) Ada dua tipe diabetes Mellitus :
1.
2.
DM TIPE I
Mudah terjadi ketoasidosis
Pengobatan harus dengan insulin
DM TIPE II
Sukar terjadi ketoasidosis
Pengobatan tidak harus dengan
insulin
Onset lambat
Gemuk atau tidak gemuk
Biasanya terjadi pada umur > 45
tahun
Tidak berhubungan dengan HLA
Onset akut
Biasanya kurus
muda
Berhubungan dengan HLA-DR3
dan DR4
Didapatkan antibodi sel islet
Tidak ada antibodi sel islet
10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga 30%nya ada riwayat diabetes pada
30-50 % kembar identik terkena
keluarga
100% kembar identik terkena
Sumber : Priyanto, Diabetes Melitus Pada Lanjut Usia, Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Trumanagara Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti RIA
Pembangunan. PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002
Kriteria diagnostik diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa menurut WHO 1985:
a.
b.
c.
Kadar glukosa plasma 200 mg / dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
pada TTGO
Menurut Kane et al (1989), diagnosis pasti DM pada lanjut usia ditegakkan kalau didapatkan kadar
glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dl. Apabila kadar glukosa puasa kurang dari 140 mg/dl dan
terdapat gejala atau keluhan diabetes seperti di atas perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Apabila TTGO abnormal pada dua kali pemeriksaan dalam waktu
berbeda diagnosis DM dapat ditegakkan.(6)
Tabel 2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM
Kadar glukosa (mg/dl )
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Sewaktu
Plasma Vena
< 110
110 199
200
Darah Kapiler
< 90
90 199
200
Puasa
Plasma Vena
< 110
110 125
126
Darah Kapiler
< 90
90 109
110
Sumber : Priyanto, Diabetes Melitus Pada Lanjut Usia, Kepaniteraan Gerontologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Trumanagara Sasana Tresna Werda Yayasan Karya Bakti RIA
Pembangunan. PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002
Diabetes bukan suatu penyakit yang dapat diobati, pengobatan yang dilakukan mempunyai 4
tujuan :
Untuk menormalkan tingkat kadar glukosa darah
Untuk mencegah komplikasi akut dan mengurangi gejala
Untuk memelihara berat badan ideal
Untuk mencegah dan mengurangi komplikasi kronis
Dokter gigi harus familiar dengan obat-obatan yang digunakan pada penderita diabeteas; daftar obat
diabetes yang secara umum digunakan adalah : agen hipoglikemik oral meliputi sulfonil urea
(meningkatkan sekresi insulin, biguanides (mengurangi produksi glukosa hati), penghambat alfaglukosidase ( memperlambat absorpsi glukosa) dan thiazolidinediones (meningkatkan sensitivitas
insulin). Insulin bisa digunakan dalam formula short-acting (1 1,5 jam), regular acting ( 4 6
jam), intermediate acting ( 8 12 jam) dan long acting (24 36 jam). (8)
III.
Di Indonesia saat ini Penyakit Diabetes Mellitus (DM) belum menempati skala prioritas utama
dalam pelayanan kesehatan. Prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5 2,3 % pada penduduk usia >
dari 15 tahun meningkat menjadi 5,6 % pada tahun 1993. Di Jakarta Prevalensi DM meningkat ari
1,7 % pada tahun 1982 menjadi 5,7 % pada tahun 1993. DM dapat menyerang warga segala
lapisan umur dan sosial ekonomi, sebagian besar DM adalah tipe 2 yang terjadi lebih dari 90%
biasanya pada usia 40 tahun ke atas.(9)
IV.
1.
dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Sebuah penelitian lain menaksirkan ketika orang
dengan diabetes merokok, maka mereka mempunyai kemungkinan 20 kali lebih besar untuk
mengalami periodontitis dengan kehilangan tulang pendukung dibanding dengan mereka yang
tanpa diabetes.(11)
Ada beberapa hipotesa mengenai keterlibatan DM sebagai faktor etiologi penyakit gingiva dan
periodontal :
a.
b.
Perubahan biokimia
Level cyclic adenosine monophospate (cAMP) yang efeknya mengurangi inflamasi pada penderita
diabetes melitus menurun; hal mana diduga menjadi salah satu sebab lebih parahnya inflamasi
gingiva pada penderita diabetes melitus
c.
Perubahan Mikrobiologis
Peningkatan level glukosa dalam cairan sulkular dapat mempengaruhi lingkungan subgingival, yang
dapat menginduksi perubahan kualitatif pada bakteri yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan
periodontal
d.
Perubahan Imunologis
Meningkatnya kerentanan penderita diabetes melitus terhadap inflamsi diduga disebabkan oleh
terjadinya defisiensi fungsi leukosit polimorfonuklear (LPN) berupa terganggunya khemotaksis,
kelemahan daya fagositosis atau terganggunya kemampuannya untuk melekat ke bakteri. dan
e.
2.
Karies Dentis
Hubungan antara diabetes dan karies gigi telah diselidiki, namun tidak ada organisasi yang
menjelaskan secara tuntas. Hal ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan diabetes peka
terhadap gangguan sensori mulut, jaringan periodontal, dan produksi air ludah, yang bisa
meningkatkan resiko pembentukan baru atau muncul kembali karies pada gigi. (8)
Laju peningkatan karies gigi pada pasien muda dengan diabetes yang telah dilaporkan berhubungan
dengan gangguan fungsi pembentukan saliva. (11)Faktor pembentukan karies termasuk unsur-unsur
tradisional (sebagai contoh, pengukuran jumlah streptokokus, pada kerusakan gigi sebelumnya)
menunjukkan baik tidaknya pengontrolan dari diabetes. Oleh karena itu diperlukan penilaian
berkelanjutan oleh dokter gigi terhadap gigi busuk yang baru atau berulang. (8) Dokter gigi juga dapat
memberikan pengobatan topical seperti flouride yang mengandung penyengar mulut dan penganti
saliva untuk mencegah karies dan mengurangi ketidaknyamanan. (11)
3.
4.
kelompok kontrol, hal ini menyiratkan kemungkinan adanya hubungan terhadap imunopathogenesis
dari Lichen Planus.(11)
5.
6.
Gangguan Pengecapan
Lidah merupakan organ utama dalam kesehatan mulut, dan mengalami pengaruh yang kurang baik
pada pasien dengan diabetes. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa lebih dari 1 3 orang
dewasa dengan diabetes mengalami hypogeusia atau penyusutan persepsi pada lidah yang bisa
menghasilkan hiperfagia dan obesitas. Gangguan fungsi sensory ini dapat menghambat
kemampuan untuk memelihara suatu pola makan yang sesuai dan bisa mendorong regulasi glukosa
kearah yang lebih rendah.(8)
Lidah penderita diabetes juga sering membesar dan terasa tebal sehingga terjadi gangguan
pengecapan pada lidahnya.(6)
7.
Kerusakan neurosensory
Pasien diabetes dilaporkan mengalami peningkatan keluhan terhadap glossodynia dan
stomatopyrosis. Secara umum, gangguan sensori saraf wajah dan mulut serta sindrom mulut
terbakar dihubungkan dengan diabetes melitus. Pasien kemungkinan mengalami oral dysesthesias
yang lama, yang mana memberikan efek yang kurang baik bagi pemeliharaan kesehatan mulut. (8)
Sindrom mulut atau lidah terbakar biasanya secara klinis tidak memperlihatkan luka yang dapat
ditemukan, walaupun gejala nyeri dan rasa terbakar dapat terasa berat. Penyebab rasa mulut
terbakar bervariasi dan sering sulit diterjemahkan secara klinis. Gejala nyeri dan terbakar nampak
hasil dari suatu faktor atau kombinasi dari beberapa faktor. Pada diabetes tidak terkontrol atau
secara garis besar terkontrol, faktor penyebabnya bisa meliputi gangguan fungsi pembentukan
saliva, kandidiasis dan abnormalitas neurologi seperti depresi. Neuropati saraf otonom dan sensorikmotorik merupakan bagian dari sindrom diabetes, dan prevalensi neuropati pada diabetes melitus
mendekati 50% setelah 25 tahun dari awal terjadinya onset dari penyakit, dengan rata-rata 30
persen pada orang dewasa dengan diabetes.
Neuropati mungkin mendorong perasaan kebas atau perasaan geli pada mulut, mati rasa, rasa
terbakar atau nyeri disebabkan perubahan patologis yang melibatkan persarafan di daerah mulut.
Diabetes telah dihubungkan dengan gejala rasa terbakar pada mulut. Bagaimanapun neuropati
pada diabetes dihubungkan dengan nyeri dan rasa terbakar pada bagian tubuh yang lain seperti
pada kaki.
Untuk mengurangi gejala mulut terbakar pada penderita diabetes, faktor yang sangat menentukan
adalah peningkatan terhadap kontrol gula darah, sehingga kekeringan pada mulut (xerostomia) dan
kandidiasis yang merupakan faktor penyebab mulut terbakar dapat di minimalisir.(11)
V.
1.
Waktu pemberian
Dosis
Topikal
Clotrimazole troches1
Nystatin
Supossutoria2
2 minggu
vaginal
Dipecahkan
perlahan
dan
dimasukkan 1 10 mg dalam mulut
sebanyak 5 kali/hari
2 minggu
Dipecahkan perlahan satu tablet
( 100.000 unit) dalam mulut 6-8
kali/hari
Sistemik
Flukonazole
2 minggu
100 mg/hari
Ketokonazole3
2 minggu
200 mg/hari
Itrakonazole4
2 minggu
200 mg/hari
1.
2.
Secara umum dinasehatkan kepada dokter gigi bahwa pertama yang dinilai adalah kandungan gula
pada beberapa anti jamur sebelum diresepkan. Sebagai contoh clotimazole troches mempunyai
kadar gula yang tinggi mungkin akan berlawanan jika diberikan pada penderita dengan diabetes. (11)
2.
3.
beberapa minggu atau bulan. Dosis dari obat ini disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien.
Efek samping yang berpotensi meliputi xerostomia. Konsultasi dengan dokter pasien sangat perlu
karena obat ini mempunyai potensial untuk kecanduan dan ketergantungan. Pengobatan yang biasa
digunakan meliputi amitriptilin, nortriptilin, clonazepam dan gabapentin. Yang menarik amitriptilin
telah digunakan untuk pengobatan neuropati otonom pada diabetes. (11)
4.
5.
sebenarnya memang terdapat dalam ekosistem rongga mulut yang normal, namun karena kondisi diabetes
yang dialami, membuat tubuh tidak dapat mengontrol perkembangbiakan jamur tersebut, sehingga
perkembangbiakannya menjadi berlebihan.
- Dry mouth syndrome atau sindrom mulut kering atau dikenal juga dengan istilah xerostomia. Ketika tubuh kita
tidak dapat memproduksi air liur yang cukup, maka sindrom ini akan terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh
meningkatnya level glukosa pada air liur, sedangkan pasien diabetes memiliki peningkatan kadar glukosa
bukan saja pada darah melainkan juga pada air liur. Salah satu efeknya adalah meningkatnya risiko karies
pada gigi.
Yang harus dilakukan oleh seorang penderita diabetes untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya adalah:
- Berobat/ kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam terutama untuk mendapatkan kadar gula darah yang
selalu terkontrol yang otomatis akan mempengaruhi keadaan rongga mulut.
- Mengkonsumsi diet yang tinggi kadar serat yang sangat baik untuk mempertahankan kadar gula darah
normal dan membantu merangsang produksi air liur yang sangat baik untuk mendapatkan efek self cleansing
di rongga mulut
- Tetap menjaga kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi paling tidak 2 kali sehari (setelah sarapan dan
tepat sebelum tidur malam) dan berkumur dengan mouthwash (yang tidak mengandung alkohol) setelah
menyikat gigi, serta rajin minum air putih.
- Rutin pergi ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi agar dapat diberikan prosedur pencegahan dan perawatan
gigi yang diperlukan.
http://www.tanyapepsodent.com/diabetes-dan-hubungannya-dengan-kesehatan-rongga-mulu