Negeri 5 Menara
Selasa, 21 Januari 2014
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Teoritis
2.1.1. Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang
belakang. Diantara dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67
cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 buah ruas sisanya bergabung membentuk dua tulang.
Gambar 1.1 Anatomi Tulang Belakang
Sumber: Roos and Wilson, (2011 : 298)
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang dikelompokkan dan dinamai
sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu:
1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang belakang leher membentuk daerah tengkuk.
2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk tulang belakang
thorax atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang.
5.
Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus
atau tulang tungging.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas
tulang dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang. Dengan perkecualian dua ruas pertama
dari tulang leher maka semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang
sama. Setiap vertebra terdiri atas dua bagian, yang anterior disebut vertebra dan yang
posterior disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra
atau saluran sumsum tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali
yang pertama dan kedua , yang berbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada
umumnya mempunyai ciri seperti berikut : badannya kecil dan persegi panjang,
lebih panjang dari samping ke samping dari pada depan kebelakang. Lengkungnya
besar. Prosesus spinosus atau taju duri atau ujungnya memecah dua atau bifida.
Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat
melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.
2.
Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas
tulang) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok
tanpa patah.
3.
Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat
menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat.
4.
5.
Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau
rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paruparu (Evelyn C. Pearce, 2005 : 62).
Fungsi kolumn vertebrata meliputi hal-hal berikut ini:
Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang
sering terjadi pada mahasiswa (Lukman, Nurna Ningsih 2011 ;128).
Menurut Fransisca B. Batticaca (2008:168) Herniasi Diskus Invertebralis atau
disebut juga dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang
diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus (cincin
fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar saraf. Herniasi
dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio skapula, regio servikal dan berbagai
kolumna vertebralis.
Menurut Arif Muttaqin (2008:192) Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah
keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan
oleh
proses
patologik
di
kolumna
vertebralis
pada
diskus
invertebralis/diskogenik.
2.1.3. Etiologi
Menurut Lukman dan Nurna Ningsih (2011; 128). Penyebab LBP dapat dibagi
menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada lansia ; akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang.
8.
bawah. Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan pelvis terasa
disamping pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.
Proses patologi di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma,
karsinpoma, dan aneorisma aorta dapat membangkitkan reffered pain di pinggang
dengan penjalaran kedaerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau
testis. Reffered pain dipinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan
oleh proses patologi apapun yang menegangkan ligament sakrouterina. Posisi uterus
yang salah dapat menarik ligament tersebut dan menimbulkan reffered paindi
punggung bagian bawah.
Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat
nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikuler timbul karena
perangsangan terhadap radiks hal ini berarti proses patologi yang menimbulkan nyeri
radikuler harus berada disekitar foramen intervertebralis. Nyeri yang menjalar karena
terlibatnya nervus isciadicus di tingkat sendi sakroiliaka atau sendi punggung pada
waktu.
Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan proaktif. Otot dalam keadaan
tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang dinyatakan kebanyakan orang
sebagai pegal. Sikap duduk jalan dan berdiri yang salah dapat menimbulkan sakit
pinggang. Keadaan tegang mental memberikan ketegangannya kepada otot-otot
lumbal juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang diberikan kepada
otot-otot kepala-leher-bahu.
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang
yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.
Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras
multi arah yang kompleks.
Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang
berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin
yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal
dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai
akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. (Priguna Sidharta 2000; 203).
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit
vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks
sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang
unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal
dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai
akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut (Lukman Nurma Ningsih, 2011 : 128-130).
2.1.5. Manifestasi Klinis
1.
Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsung lebih dari dua bulan
tanpa perbaikan) dan kelemahan
2.
Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf
3.
4.
5.
Dapat ditemukan deformitas pada tulang belakang (Lukman Nurma Ningsih, 2011 :
130).
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Marilyn E.Doengoes (2000 : 321) ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan
HNP(Hernia Diskus Pulposus) diantaranya :
2. Elektromiografi : Dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal yang utama
yang terkena.
3. Venogram Epidural : Dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
4. Pungsi Lumbal : Mengesampingkan kondisi yang berhubungan infeksi, adanya
darah.
5. Tanda Leseque (Tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) : Mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus invertebralis ketika muncul nyeri pada posterior.
6. Scan CT : Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus
invertebralis.
7. MRI : Pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang
dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
8. Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang
diskus, menentukan lokasi dan herniasi secara spesifik.
2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis mencakup beberapa aspek yang diperlu diperhatikan
yaitu :
1. Dukungan
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan tripleks tebal tanpa
kasur),kompres panas atau dingin pada daerah nyeri dan pemasangan cervical collar
atau traksi servikal
2. Terapi fisik
Terapi farmakologi : Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon,relaksasi
otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine dan obat analgesik dan narkotik
merupakan obat pilihan selama fase akut.
3. Pembedahan
Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi
konservatif.
Prosedur
pembedahan
meliputi
: diskectomy, laminektomy,
Anamnesis
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri punggung bawah.
a. Propocatif/ paliatif
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
b. Quality/ Quantity
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular
atau nyeri acuan (refered pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin
lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti
gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri
khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian
belakang lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah
L5-S1 (garis antara dua krista iliaka).
c.
Region
Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setempat-tempatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.
d. Saverity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas
yang menimbulkan nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan
yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama
klien menggunakan obat tersebut.
e.
Time
Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam
beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi, hipotensi yang
berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparise.
B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan :
1)
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas , dan frekuensi
pernapasan normal.
2)
3)
4)
b.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.
c.
d.
e.
Sistem motorik
1) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu jari, dan
jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu
menahan gerakan tersebut.
2) Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan dan kiri.
3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
f.
Pemeriksaan refleks
1)
2)
g.
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga dapat ditentukan pula radiks
yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak memebingungkan klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan
rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.
B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan
adanya dehidrasi.
B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena
danya nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan
masalah padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya
kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak.Palapasi, ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan
adanya deviasi kelateral antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa
nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Menurut Marlyn E. Dongoes, (2000:320) diagnosa yang muncul antara lain
dengan agen
pencedera
fisik
kompresi
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan neuro
maskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan otot.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,ditandai
dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk memenuhi harapan
peran.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan belajar
berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang mengingatditandai dengan
mengungkapkan masalah, dengan pernyataan salah konsepsi.
Menurut Arief Mutaqin, (2008 : 360).Diagnosis Keperawatan yang muncul
adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebratalis, tekanan
didaerah distribusu ujung saraf.
2. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan
atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
4. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidak berdayaan dan
merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan.
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
2014 (1)
Januari (1)
ASKEP LOW BACK PAIN
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.