Anda di halaman 1dari 18

ASKEP LOW BACK PAIN

Negeri 5 Menara
Selasa, 21 Januari 2014

ASKEP LOW BACK PAIN

TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Teoritis
2.1.1. Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang
belakang. Diantara dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67
cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 buah ruas sisanya bergabung membentuk dua tulang.
Gambar 1.1 Anatomi Tulang Belakang
Sumber: Roos and Wilson, (2011 : 298)
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang dikelompokkan dan dinamai
sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu:
1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang belakang leher membentuk daerah tengkuk.
2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk tulang belakang
thorax atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang.
5.

Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus
atau tulang tungging.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas
tulang dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang. Dengan perkecualian dua ruas pertama
dari tulang leher maka semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang
sama. Setiap vertebra terdiri atas dua bagian, yang anterior disebut vertebra dan yang
posterior disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra
atau saluran sumsum tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali
yang pertama dan kedua , yang berbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada
umumnya mempunyai ciri seperti berikut : badannya kecil dan persegi panjang,
lebih panjang dari samping ke samping dari pada depan kebelakang. Lengkungnya
besar. Prosesus spinosus atau taju duri atau ujungnya memecah dua atau bifida.

Prosesus transversusnya atau taju sayap berlubang-lubang karena banyak foramina


untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai
prosesus spinosus tidak berbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada
ujungnya. Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian
bawah tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra
prominens.
Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang
servikal dan di sebelah bawah menjadi besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah
sebagai berikut : badannya berbentuk lebar-lonjong (bentuk jantung) dengan faset
atau lekukan kecil di setiap sisi untuk menyambung iga; lengkungnya agak kecil;
prosesus spinosus panjang dan mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transverius,
yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat fase persendian
untuk iga .
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar.
Badannyasangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk
ginjal. Prosesus spinosus lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya
lebar dan berbentuk sperti pak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan lanngsing.
Ruas kelima membentuk sendi dengan sekrum pada sendi lumbo-sakral.
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga yang terletak pada
bagian bawah kolumna vertebaralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (tulang
koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum
terletak diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk
promontrorium sakralis. Karnalis sakralis terletak dibawah karnalis vertebarallis
(saluran tulang belakang) dan memang lanjutan dari padanya. Dinsing karnalis
sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang
rudirameter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior
sakrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang
menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini,
di setiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubanglubang ini disebut foramina. Apex dari sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di
sisinya, sakrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka
kanan dan kiri. Koksigeus atau tulang tungging terdiri atas empat atau lima vertebra
rudimenter yang bergabung menjadi satu. Di atasnya ia bersendi dengan
sakrum.Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari samping maka kolumna

vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-posterior: lengkung


vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung
ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan daerah pelvis melengkung ke
belakang.
Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis,
disebut primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari
tulang belakang, yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke
bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan
badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder-lengkung
servikal berkembang ketika kanak-kanak mangangkat kepalanya untuk melihat
sekelilingnya sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal dibentuk ketika ia
merangkak, berdiri dan berjalan dan mempertahankan tegak. Sendi kolumna
vertebra, sendi ini dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang diletakkan diantara
setiap dua vertebra, dikuatkan oleh ligamentum yang berjalan didepan dan belakang
badan-badan vertebra sepanjang kolumna vertebralis. Massa otot disetiap sisi
membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang belakang. Diskus invertebralis atau
cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat
diantara badan vertebra yang dapat bergerak. Gerakan Sendi yang terbentuk antara
cakram dan vertebra adalah persendian dengan gerakan yang terbatas saja dan
termasuk sendi jenis simfisis, tetapi jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan
membengkok kepada kolumnanya secara keseluruhan. Gerakannya yang mungkin
adalah flexi atau membengkok ke depan, extensi, membengkok kebelakang,
membengkok lateral ke setiap sisi dan rotasi atau berputar ke kanan dan ke
kiri(Evelyn C. Pearce, 2005 : 56-59).
Fisologinya adalah sebagai berikut :
1.

Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat
melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.

2.

Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas
tulang) yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok
tanpa patah.

3.

Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat
menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat.

4.

Tulang belakang juga befungsi memikul berat badan

5.

Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau
rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paruparu (Evelyn C. Pearce, 2005 : 62).
Fungsi kolumn vertebrata meliputi hal-hal berikut ini:

1. Foramina vertebrata membentuk kanal vertebrata yang memberi perlindungan yang


kuat kepada medula spinalis yang lunak. Medula spinalis berada didalam kanal
vertebrata.
2. Pedikel pada vertebrata yang berdekatan membentuk foramina intervertebrata di sisi,
memberikan akses ke medula spinalis untuk syaraf spinal pembuluh darah, dan
pembulu limfe.
3. Jumlah tulang vertebrata yang banyak memungkinkan gerakan tertentu.
4. Menopang tengkorak.
5. Diskus intervertebrata bekerja sebagai shock absober (bantalan penahan goncangan)
yang melindungi otak.
6. Membentuk aksis batang tubuh, memberi pelekatan pada tulang iga, gelang bahu,
ekstremitas atas, gelang pelvis, dan ekstremitas bawah.
Sangkar toraksikis, toraks ( sangkar toksiskis) dibentuk oleh sternum,
dibagian anterior, 12 pasang iga yang membentuk sangakar tulang lateral, dan 12
vertebrata toraksikis.
1. Sternum merupakan tulang pipih yang berada didepan dada. Sternum terdiri atas:
a. Manubrium yang merupakan bagian teratas dan membentuk persendian dengan
klavikula, yakni sendi sterno-klavikula dan dengan dua pasang iga pertama.
b. Badan atau bagian tengah yang merupakan tempat meletaknya iga;
c. Prosesus xipodeus merupakan ujung tulang tempat meletaknya diafragma, otot
dinding abdomen anterior, dan linea alba.
2. Iga terdiri atas 12 pasang yang membentuk dinding lateral sangkar toraksis.
Dibagian anterior, 7 pasang iga pertama membentuk persendian dengan sternum dan
disebut iga sejati. Tiga pasang iga berikutnya membentuk persendian secara tidak
langsung. Kartilago kosta melekatkan iga pada sternum. Dua pasang iga terbawah,
disebut dengan ujung sternum dan ujung anterior tidak terhubung oleh struktur apa
pun. (Roos and Wilson, 2011 : 298)
2.1.2. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.

Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang
sering terjadi pada mahasiswa (Lukman, Nurna Ningsih 2011 ;128).
Menurut Fransisca B. Batticaca (2008:168) Herniasi Diskus Invertebralis atau
disebut juga dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang
diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus (cincin
fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar saraf. Herniasi
dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio skapula, regio servikal dan berbagai
kolumna vertebralis.
Menurut Arif Muttaqin (2008:192) Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah
keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan

oleh

proses

patologik

di

kolumna

vertebralis

pada

diskus

invertebralis/diskogenik.
2.1.3. Etiologi
Menurut Lukman dan Nurna Ningsih (2011; 128). Penyebab LBP dapat dibagi
menjadi:
1.

Regangan lumbosakral akut

2.

Ketidak stabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot

3.

Osteoartritis tulang belakang

4.

Stenosis tulang belakang

5.

Masalah diskus invertebralis

6.

Perbedaan panjang tungkai

7.

Pada lansia ; akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang.

8.

Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal,


aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik.
2.1.4. Patofisiologi
Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
toraks keatas dan perut. Bagian tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan
seluruh tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan
fisiologi. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis
berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah
nucleus pulposus. Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang

mengikat dan membungkus korpus serta diskus intervertebralis, tetapi fleksibilitas


tersebut dijamin terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan
oleh artikulus posterior superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang
belakang. Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus
dan transverses.
Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang
dikenal sebagai kanalis vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi dengan
faises artikulus tetangganya. Persendian tersebut terdiri dari semua unsur jaringan
yang dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovial dan kapsul. Diantara
padikel-padikel sepanjang kolumna vertebralis terdapat lubang yang dinamakan
foramen intervertebralis. Dinding belakang dibentuk oleh artikulus posterior dan
dinding depannya dibentuk sebagian besar oleh diskus intervertebralis. Didalam
kanalis vertebralis terdapat medulla spinalis yang membujur kebawah sampai L2
melalui setiap foramen intervertebralis setiap segmen medulla spinalis menjulurkan
radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi menuju cervical dan torakal berkas
serabut tepi itu (radiks dorslis dan ventralis) menuju ke foramen tersebut secara
horizontal. Tetapi didaerah lumbal dan sacral, radiks dorsalis dan ventralis berjalan
secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba ditingkat foramen intervertebralis yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena medulla spinalis membujur hanya
sampai tingkat L.2 saja. Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang
mempunyai origo dan inserio pada processus transverses atau processus
spinosus.Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh ligamenta secara impuls nyeri
terdapat ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan louar annulus fibrosus dan sinovia
artikulus posterior.
Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls
nyeri.Korpus vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama
periostiumnya tidak teregang, oleh karena korpus vertebra tidak mengandung ujungujung serabut pengantar impuls nyeri. Proses patologi apapun yang membangkitkan
nyeri setempat harus dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka
nyeri. Nyeri setempat biasanya terus menerus atau hilang timbul. Pada penekanan
nyeri dapat bertambah hebat atau diluar.
Reffered pain atau nyeri berulang yang dirasakan didaerah pinggang dapat
bersumber pada proses patologi dijaringan yang peka nyeri didaerah abdominal,
pelvis ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri. Reffered pain yang berasal dari
tulang belakang lumbal bagian atas dirasakan didaerah anterior paha dan tungkai

bawah. Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan pelvis terasa
disamping pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.
Proses patologi di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma,
karsinpoma, dan aneorisma aorta dapat membangkitkan reffered pain di pinggang
dengan penjalaran kedaerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau
testis. Reffered pain dipinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan
oleh proses patologi apapun yang menegangkan ligament sakrouterina. Posisi uterus
yang salah dapat menarik ligament tersebut dan menimbulkan reffered paindi
punggung bagian bawah.
Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat
nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikuler timbul karena
perangsangan terhadap radiks hal ini berarti proses patologi yang menimbulkan nyeri
radikuler harus berada disekitar foramen intervertebralis. Nyeri yang menjalar karena
terlibatnya nervus isciadicus di tingkat sendi sakroiliaka atau sendi punggung pada
waktu.
Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan proaktif. Otot dalam keadaan
tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang dinyatakan kebanyakan orang
sebagai pegal. Sikap duduk jalan dan berdiri yang salah dapat menimbulkan sakit
pinggang. Keadaan tegang mental memberikan ketegangannya kepada otot-otot
lumbal juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang diberikan kepada
otot-otot kepala-leher-bahu.
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang
yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.
Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras
multi arah yang kompleks.
Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral

dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang
berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin
yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar
nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan
organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan
sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal
dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai
akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. (Priguna Sidharta 2000; 203).
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit

vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks
sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang
unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal
dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai
akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur
dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri
punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus
atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut (Lukman Nurma Ningsih, 2011 : 128-130).
2.1.5. Manifestasi Klinis
1.

Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsung lebih dari dua bulan
tanpa perbaikan) dan kelemahan

2.

Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf

3.

Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural


belakang yang berlebihan)

4.

Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal

5.

Dapat ditemukan deformitas pada tulang belakang (Lukman Nurma Ningsih, 2011 :
130).
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Marilyn E.Doengoes (2000 : 321) ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan
HNP(Hernia Diskus Pulposus) diantaranya :

1. Foto Rontgen Spinal : Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang


belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain,
seperti tumor, osteomielitis.

2. Elektromiografi : Dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal yang utama
yang terkena.
3. Venogram Epidural : Dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
4. Pungsi Lumbal : Mengesampingkan kondisi yang berhubungan infeksi, adanya
darah.
5. Tanda Leseque (Tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) : Mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus invertebralis ketika muncul nyeri pada posterior.
6. Scan CT : Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus
invertebralis.
7. MRI : Pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang
dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
8. Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang
diskus, menentukan lokasi dan herniasi secara spesifik.
2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis mencakup beberapa aspek yang diperlu diperhatikan
yaitu :
1. Dukungan
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan tripleks tebal tanpa
kasur),kompres panas atau dingin pada daerah nyeri dan pemasangan cervical collar
atau traksi servikal
2. Terapi fisik
Terapi farmakologi : Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon,relaksasi
otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine dan obat analgesik dan narkotik
merupakan obat pilihan selama fase akut.
3. Pembedahan
Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi
konservatif.

Prosedur

pembedahan

meliputi

: diskectomy, laminektomy,

spinalfusion, microdikectomy dan percutaneous diskectomy.


4. Chemunudeolysis
Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapain kedalam diskus agar menghilangkan air
dan proteoglian dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada
akar saraf (Fransisca B. Batticaca, 2008 : 169).
2.2. Konsep Keperawatan
2.2.1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,


verfikasi, dan komunikasi data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah: pengumpulan data dari sumber primer (pasien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk
diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005:144).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengkajian pasien menurut Arif
Mutaqqin (2008 : 352-358) terdiri dari :
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada pasien dengan gangguan sistem
persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis, injuri,
dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan
pengkajian psikososial.
1.

Anamnesis
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri punggung bawah.

a. Propocatif/ paliatif
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
b. Quality/ Quantity
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular
atau nyeri acuan (refered pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin
lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti
gerakan-gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri
khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian
belakang lutut, kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah
L5-S1 (garis antara dua krista iliaka).

c.

Region

Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setempat-tempatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.
d. Saverity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas
yang menimbulkan nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan
yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama
klien menggunakan obat tersebut.
e.

Time
Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam
beberapa minggu sampai beberapa tahun).

2. Riwayat Penyakit Saat Ini


Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang
berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis flisid, parestesia, dan
retensi urine. Keluhan pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau
baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga bisa
minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip dengan keluhan
nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih komprehensif
dan memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita
tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan metabolik
(osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan kejadian dan
meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian lainnya
adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cidera tulang belakang,
diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagia data untuk
melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes militus.
5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk


menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat, apakah klien
mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan,
rasa cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan
manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang
belakang. Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin akan
bermanifestasi pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami
kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak mampuan dalam aktivitas
ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, karena klien harus
menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji apakah keadaan iniakan memberi
dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan
dampak ganguan neurologisyang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan
yang diakibatkan oleh defisit nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial
klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan
neurologis di dalam sistem dukungan individu.
6. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesa.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan terarah (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubngkan dengan keluhan
klien.
a.

Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi, hipotensi yang
berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparise.
B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan :

1)

Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas , dan frekuensi
pernapasan normal.

2)

Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.

3)

Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh lapang paru.

4)

Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.


B2 (Blood), bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas
dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan
bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain), merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem yang lain. Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya anglus, pelvis miring/asimetris, postur tungkai yang
abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama
bergerak.

b.

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.

c.

Pemeriksaan fungsi serebri


Status mental, observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara
klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motirik. Status mental klien yang
telah lama menderita HNP biasanya mengalami perubahan.

d.

Pemeriksaan saraf kranial


Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
Saraf V, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan
refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi,
indra pengecapan normal.

e.

Sistem motorik

1) Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu jari, dan
jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu
menahan gerakan tersebut.
2) Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan dan kiri.
3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
f.

Pemeriksaan refleks

1)

Refleks achilles pada HNP L4-L5 negatif.

2)

Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5 negatif.

g.

Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
untuk menentukan dermatom yang terganggu sehigga dapat ditentukan pula radiks
yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak memebingungkan klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan
rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.
B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan
adanya dehidrasi.
B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena
danya nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan
masalah padapola aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan,
pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur
paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya
kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak.Palapasi, ketika meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan
adanya deviasi kelateral antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa
nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.

2.2.2

Diagnosa Keperawatan
Menurut Marlyn E. Dongoes, (2000:320) diagnosa yang muncul antara lain

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan

dengan agen

pencedera

fisik

kompresi

saraf,spasme otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak


mampuan berjalan, perubahan tonus otot.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan neuro
maskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan otot.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan,ditandai
dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk memenuhi harapan
peran.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan belajar
berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang mengingatditandai dengan
mengungkapkan masalah, dengan pernyataan salah konsepsi.
Menurut Arief Mutaqin, (2008 : 360).Diagnosis Keperawatan yang muncul
adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebratalis, tekanan
didaerah distribusu ujung saraf.
2. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan
atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
4. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.
5. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidak berdayaan dan
merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan.

Diposkan oleh ALEX IDNRA NEUTRON di 03.55


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Poskan Komentar

Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Inspirational Prayer of the Day


Mengenai Saya

ALEX IDNRA NEUTRON


Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

2014 (1)
Januari (1)
ASKEP LOW BACK PAIN
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai