Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Utara
Selatan
: Jalan Pasteur
Barat
Timur
: Perumahan Penduduk
Sedangkan wilayah eksternal dari penelitian ini yaitu kawasan Jalan Cipaganti
dan sekitarnya, Jalan Setiabudi dan sekitarnya, serta Jalan Pasteur. Pemilihan wilayah
studi yang hanya mengambil beberapa ruas Jalan Cihampelas saja didasarkan kepada
konsentrasi kegiatan perdagangan dan jasa yang tinggi pada ruas-ruas tersebut,
sehingga peneliti tidak mengambil seluruh Jalan Cihampelas sebagai wilayah
penelitian. Ruas jalan yang dijadikan wilayah studi yaitu penggal Jalan Bapak HusenProf. Eyckman dan Jalan Prof. Dr. Eyckman-Pasteur, untuk selanjutnya kedua penggal
jalan ini tetap disebut sebagai Jalan Cihampelas.
1.5 Metodologi
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu metode analisis dan metode pengumpulan data.
volume
BAB II
TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori mengenai transportasi secara umum dan
penjelasan mengenai moda angkutan darat. Dibahas pula mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemilihan moda dan penjelasan mengenai metodemetode yang digunakan.
2.1 Sistem Transportasi dan Pendekatan Perencanaan Transportasi
Transportasi merupakan aktivitas pemindahan barang maupun penumpang dari
suatu tempat ke tempat lainnya (Salim, 2004). Transportasi merupakan kebutuhan
turunan (derived demand), bukan sebagai tujuan akhir. Pergerakan timbul karena
adanya kebutuhan akan barang dan jasa tidak bisa dipenuhi di tempat kita berada.
Sistem transportasi meliputi beberapa sistem yang saling berkaitan dan saling
berpengaruh satu sama lain. Sistem-sistem yang membentuk sistem transportasi
antara lain sistem pergerakan, sistem jaringan, dan sistem aktivitas. Selain itu,
terdapat pula sistem kelembagaan yang berfungsi sebagai penunjang dan yang
mempengaruhi hubungan berbagai sistem tersebut. Sistem kelembagaan ini
dituangkan dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan (Fadiah, 2003).
Keseluruhan komponen tersebut juga dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan yang
meliputi aspek fisik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi dimana sistem
trasnportasi tersebut berada. Lingkup perwilayahan yang meliputi wilayah kota,
regional, nasional, dan internasional juga berpengaruh besar terhadap sistem
transportasi (Kusbiantoro, 1996 dalam Fadiah, 2003).
Sistem kegiatan merupakan perwujudan dari ruang dan isinya, terutama
manusia dengan segala aktivitasnya yang dilakukan di suatu guna lahan (Zacky,
2005). Untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitasnya tersebut, manusia
membutuhkan perjalanan dengan menggunakan sistem transportasi. Semakin tinggi
kuantitas dan kualitas penduduk di suatu wilayah dengan kegiatannya, semakin
tinggi pula pergerakan yang dihasilkan, baik dari segi jumlah atau volume, frekuensi,
jarak, moda, maupun tingkat pemusatan temporal dan atau spasial (Kusbiantoro dkk,
2005).
Sistem jaringan merupakan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung
terjadinya sistem pergerakan. Sistem jaringan meliputi jaringan infrastruktur, antara
lain jalan raya, rel kereta api, terminal, stasiun, pelabuhan, dan bandara serta
pelayanan transportasi yang meliputi pelayanan angkutan umum, angkutan
paratransit, dan berbagai moda transportasi lainnya. Semakin tinggi kuantitas dan
kualitas jaringan infrastruktur serta pelayanan transportasi, maka akan semakin
tinggi pula kualitas dan kuantitas pergerakan yang dihasilkan (Kusbiantoro dkk,
2005).
Sistem kelembagaan yang berkaitan dengan sistem transportasi meliputi aspek
legal (kesesuaian Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, RTRW, maupun kebijakan
insentif dan disinsentif dalam penyelenggaraan transportasi), aspek organisasi
(kesiapan
organisasi
pemerintah,
masyarakat,
maupun
swasta
dalam
Salim, 1993). Dalam transportasi intermodal ada tiga aspek yang perlu diperhatikan,
antara lain:
a. Aspek teknis
Harus adanya hubungan tiap moda dengan fasilitas yang digunakan untuk
menangani jenis barang atau masa yang dibawa secara teknis.
b. Aspek dokumentasi
Dalam transportasi intermodal hanya terdapat satu macam dokumen
pengangkutan yaitu yang dikeluarkan oleh pihak yang bertindak sebagai
operator.
c. Aspek tanggung jawab
Dalam pelaksanaan intermoda transportation hanya ada satu pihak yang
bertanggungjawab terhadap terselenggaranya transportasi.
Peningkatan kebutuhan transportasi intermodal antara lain disebabkan oleh
pendeknya jangka waktu yang dibutuhkan karena pelaku perjalanan tidak perlu
mengurus dokumen perjalanan seperti tiket dan sebagainya untuk berganti moda,
rendahnya biaya transportasi secara total dan terkendalinya biaya, keselamatan,
serta kepastian jadwal pelaksanaan angkutan dari satu moda ke moda lainnya
(kendala moda transportasi).
perangkutan darat tersebut memiliki fungsi dan peran yang berbeda, namun masih
memiliki satu tujuan yang kurang lebih sama, yaitu menyediakan keselamatan,
kenyamanan, serta keamanan dalam perjalanan (Salim, 1993).
Perangkutan darat merupakan sistem yang paling mendominasi dalam angkutan
perkotaan. Sistem angkutan umum perkotaan, yang merupakan bagian dari
perangkutan darat, dibagti ke dlaam dua sub sistem dengan beberapa jenis moda
angkutan massal yaitu sub sistem berbasis jalan raya dengan moda bus konvensional
maupun bus rapid transit dan sub sistem berbasis jalan rel dengan moda kereta api.
Kedua sistem transportasi darat tersebut memiliki perbedaan karakteristik yang
menunjukkan kelebihan dan kekurangannta masing-masing.
13
14
secara
geografis
dengan
sistem
jaringan
transportasi
yang
banyaknya
jumlah
perjalanan/pergerakan/lalulintas
yang
saranan
transportasi
Perkembangan
lahan
dari
suatu
sangat dipengaruhi oleh gaya hidup maupun status sosial masyarakat yang sulit
untuk dikuantitatifkan (Manheim, 1979).
Beberapa contoh studi mengenai pola pemilihan moda dan sensitivitas
masyarakat terhadap atribut layanan moda antara lain studi yang dilakukan oleh
Siahaan (1986) yang menyatakan bahwa untuk menarik golongan masyarakat
berpendapatan menengah-rendah agar menggunakan sarana transportasi umum,
maka perlu dilakukan peningkatan atribut pelayanan moda. Tidak sama dengan
halnya bagi pengguna kendaraan pribadi. Bagi penggguna kendaraan pribadi,
perbaikan tingkat pelayanan moda transportasi tidak terlalu mempengaruhi
perpindahan moda. Perpindahan moda dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum
harus dilaksanakan dengan cara meningkatkan pelayanan kendaraan umu sekaligus
memberi tekanan atau paksaan kepada pengguna kendaraan pribadi. Misalnya,
pembangunan sistem angkutan umum massal yang nyaman dan cepat, diiringi
dengan kebijakan kenaikan tarif parkir. Pembatasan kendaraan pribadi semacam ini
lebih dikenal dengan istilah travel demand management (TDM).
Pemilihan moda transportasi di Indonesia dibedakan ke dalam dua jenis moda
pokok, yaitu kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Kendaraan umum dibedakan
menjadi kendaraan jalan raya dan jalan rel, sedangkan kendaraan pribadi terdiri dari
mobil pribadi dan sepeda motor. Masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai
bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi karena berbagai alas an, antara
lain karena kendaraan umum di Indonesia dianggap masih jauh dari kenyamanan,
keamanan, dan diragukan ketepatan waktunya. Selain itu, penggunaan kendaraan
pribadi juga masih dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi dan guna
memenuhi gaya hidup masyarakat masa kini.
19
20
dalam
memperoleh
pelayanan
angkutan.
Kemudahan
kemudahan
mendapatkan
pelayanan
angkutan
umum
21
Menurut Schumer (1997) secara lebih rinci atribut-atribut tingkat pelayanan pada
sistem transportasi yang efisien dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Kecepatan, merupakan periode waktu yang dilalui oleh pengguna jaasa dalam
melakukan perjalanan dari tiiti awal sejak memulai perjalanan hingga tiba di
tempat tujuan.
b. Keselamatan dan keamanan, yang dimaksud dengna keselamatan adalah
terhindarnya perjalanan dari kecelakaan yang disebabkan oleh factor
internal. Sedangkan keamanan adalah terhindarnya perjalanan dari
gangguan-gangguan bersifat ekternal, baik gangguan alam maupun ulah
manusia.
c. Kapasitas, merupakan keteraturan kedatangan dan keberangkatan moda
transportasi dalam jangka waktu tertentu.
d. Frekuensi, merupakan keteraturan kedatangan dan keberangkatan moda
transportasi dalam jangka waktu tertentu.
e. Keteraturan, yang diartikan bahwa pergerakan moda transportasi terjadi
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan jadwal dan peraturan perjalanan.
f. Kekomprehensifan, yaitu adanya keterkaitan antar moda (multimoda).
g. Tanggung jawab, yaitu kualitas pelayanan yang diinginkan tetapi dapat
dikondisikan dengan pertanggungjawaban yang sah atas pengusahaan alat
transportasi dan kemampuannya untuk membayar kompensasi jika terjadi
klaim dari pengguna.
h. Kenyamanan dalam perjalanan, merupakan terwujudnya ketenangan dan
ketentraman bagi penumpang selama dalam perjalanan. Kenyamanan disimi
melipputi tempat vduduk, sirkulasi dan pengaturan temperature udara, serta
fasilitas perjalanan jarak jauh, seperti pelayanan konsumsi, hiburan, dan
fasilitas akomodasi.
i.
Tarif yang wajar, merupakan penetapan tariff betas ataas dan batas bawah
yang wajar dan sesuai dengan tingkat pelayanan yang ditawarkan serta dapat
diterima oleh pengguna jasa.
Agar moda transportasi yang dioperasikan tidak sia-sia, dalam artian tingkat
keterisian (occupancy rate) yang kecil, maka atribut pelayanan moda transportasi
22
yang ditawarkan harus sesuai dengan keinginan pelaku perjalanan. Menurut Meyer
dan Miller (1984), penyediaan pelayanan moda transportasi dapat dilihat dari dua
perpektif, yaitu perspektif pengguna dan perspektif operator. Jika dilihat dari sisi
pengguna, maka atribut pelayanannya harus sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
cepat, nyaman, jadwal yang diandalkan dan frekuensi keberangkatan (headway)
yang cukup. Sedangkan dari sisi operator, pelayanan moda nagkutan meliputi
frekuensi perjalanan, kapasitas, biaya operasional, dan sistem penjadwalan.
23
BAB III
GAMBARAN UMUM KAWASAN
3.2 Kebijakan dan Kedudukan Jalan Cihampelas dalam Lingkup Kota Bandung
Jalan Cihampelas yang merupakan jalan kolektor sekunder, adalah salah satu
jalur
yang
menghubungkan
bagian
utara
dengan
pusat
kota.
Dalam
perkembangannya jalan Cihampelas ini tumbuh pesat menjadi salah satu kawasan
perdagangan dan jasa di Kota Bandung.
Menurut RTRW Kota Bandung tahun 2013, kawasan perdagangan adalah lokasi
yang ditetapkan untuk transaksi langsung antara pembeli dan pedagang. Wadah fisik
dari kegiatan transaksi ini adalah pertokoan, pasar atau pusat belanja. Sedangkan
kawasan jasa adalah lokasi yang ditetapkan untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan pelayanan dengan wadah fisiknya berupa perkantoran dengan kegioatan
ekonomi atau serangkaian kegiatan yang umumnya tidak kasat mata, dan tidak
25
berdampak kepada kepemilikan apapun, yang ditawarkan satu pihak kepada orang
lain, yang produknya dinikmati pada saat diproduksi, serta mempunyai nilai tambah
dalam berbagai bentuk (kenyamanan, hiburan, kemudahan, atau kesehatan).
Arahan pengembangan kawasan dan kegiatan perdagangan dan jasa berdasarkan
RTRW Kota Bandung 2013, antara lain adalah merevitalisasi atau meremajakan
kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kualitas pelayanannya dengan
tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang telah ditetapkan.
Kebijakan lainnya yaitu mengendalikan kegiatan perdagangan dan mengarahkan
perkembangannya ke lokasi yang sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan untuk
kegiatan jasa, arahan pengembangannya antara lain yaitu mewajibkan penyediaan
parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kegiatan jasa.
26
27
penunjuk arah jalan, area penyeberangan (zebra cross), rambu forbidden, lampu
pengatur lalu lintas, dan lampu jalan. Keadaan fisik koridor wilayah studi pada Ruas
1 (penggal jalan antara Jalan Bapak Husen dan Jalan Prof. Eyckman) adalah sebagai
berikut:
1. Panjang jalan kurang lebih 675 meter.
2. Lebar badan jalan rata-rata 7 meter.
3. Lebar efektif jalan rata-rata 6 meter.
4. Lebar bahu jalan efektif rata-rata dibawah 0,5 meter.
5. Lebar trotoar sebelah timur jalan rata-rata 1 meter.
6. Lebar trotoar sebelah barat jalan rata-rata 1,5 meter.
Sedangkan karakteristik fisik pada Ruas 2 (penggal jalan antara Jalan Prof.
Eyckman dan Jalan Pasteur) adalah sebagai berikut:
1. Panjang jalan kurang lebih 825 meter.
2. Lebar badan jalan rata-rata 8 meter.
3. Lebar efektif jalan rata-rata 7 meter.
4. Lebar bahu jalan efektif rata-rata dibawah 0,5 meter.
5. Lebar trotoar sebelah timur jalan rata-rata 1 meter.
6. Lebar trotoar sebelah barat jalan rata-rata 1,5 meter.
vehicle) seperti bis, truk, serta kendaraan tidak bermotor (unmotorized vehicle)
seperti sepeda dan gerobak. Kendaraan yang mendominasi penggunaan Jalan
Cihampelas adalah jenis kendaraan ringan dan sepeda motor. Untuk lebih jelasnya,
maka dapat dilihat dalam tabel volume kendaraan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Volume Kendaraan Yang Melewati Jalan Cihampelas Ruas 1 dan 2
Hari
Waktu
07.00820
08.00
12.00908
13.00
17.001344
18.00
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2014
Sabtu,
1
November
2014
Total
1200
36
24
2080
1656
76
2644
1776
64
16
3196
Tabel 3.2
Volume Kendaraan Yang Melewati Jalan Cihampelas Ruas 1 dan 2
Hari
Waktu
Sabtu,
1 November
2014
07.00-08.00
12.00-13.00
Total
1477
227
1656
152
2035
17.00-18.00
336
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2014
1776
128
2240
Waktu
Panjang
(m)
Kecepatan (km/jam)
07.0090
08.00
12.00128
675
13.00
17.00165
18.00
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2014
27.00
18.98
14.73
Tabel 3.4
Kecepatan Kendaraan Di Jalan Cihampelas Ruas 2
Ruas
Waktu
Panjang
(m)
07.0095
08.00
12.00130
825
13.00
17.00215
18.00
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2014
Kecepatan (km/jam)
31.26
22.85
13.81
100 cm. jalur pedestrian ini kondisinya rusak di beberapa titik dan di titik-titk seperti
di depan sentra Jeans pedestrian sebelah barat digunakan oleh pkl dan disebelah
timur digunakan sebagai area parker sehingga pejalan kaki terpaksa turun ke jalan
dan menimbulkan hambatan samping. Selain itu Tidak terdapat jalur penyebrangan
atau zebra cross disepanjang ruas 1 sehingga menyebabkan aktivitas menyebrang
dilakukan dimana saja.
3.4.4.2 Kondisi Pedestrian di Ruas 2
Jalur pejalan kaki Jl. Cihampelas ruas 2 terdiri dari jalan pedestrian yang
posisinya terdapat di sebelah barat dan timur Jl. Cihampelas ruas 1 ( 825 m). Untuk
pedestrian bagian barat memiliki lebar 100-150 cm dan pedestrian bagian timur
150-200 cm. jalur pedestrian
masyarakat dan pengunjung dapat berjalan kaki dengan nyaman. Namun pedestrian
sebelah timur di bagian utara ruas 2 pada saat-saat weekend digunakan menjadi
tempat parker sehingga menimbulkan hambatan samping berupa pejalan kaki yang
masuk ke median jalan. Selain itu, jalur penyebrangan/ zebra cross disepanjang ruas
2 hanya terdapat di perempatan antara jl. Pasteur dengan jalan Cihampelas sehingga
menyebabkan aktivitas menyebrang di ruas 2 dilakukan dimana saja.
3.4.5 Karakter Aktivitas Pedestrian di Koridor Jalan Cihampelas
3.4.5.1 Karakter Aktivitas Pedestrian di Ruas 1
Berdasarkan pengamatan lapangan, dapat digambarkan pola aktivitas pejalan
kaki yang didapat melalui jumlah pejalan kaki yang melewati jalur pedestrian tepi
jalan raya dan menyeberang/melintas jalan raya (di sisi timur dan barat Jl.
Cihampelas ruas 1). Gambaran tentang jumlah pejalan kaki tersebut dapat dilihat
dalam uraian sebagai berikut :
Setiap hari pejalan kaki mempunyai aktivitas di Jl. Cihampelas, mulai pagi
sampai malam.
Kepadatan akan semakin bertambah pada saat hari libur atau hari Minggu.
Pada hari sabtu, minggu atau libur, pejalan kaki akan mulai padat dari pagi
hari sampai malam hari.
31
Setiap hari pejalan kaki mempunyai aktivitas di Jl. Cihampelas, mulai pagi
sampai malam.
Jumlah pejalan kaki yang beraktivitas di ruas 2 lebih sedikit daripada di ruas 1
Kepadatan akan semakin bertambah pada saat hari libur atau hari Minggu.
Pada hari sabtu, minggu atau libur, pejalan kaki akan mulai padat dari pagi
hari sampai malam hari.
Pepohonan
Tempat sampah
Lampu jalan
Tiang listrik
Rambu-rambu lalulintas
Pepohonan
Tempat sampah
Lampu jalan
Bangku
32
Tiang listrik
Zebra Cross
Rambu-rambu lalulintas
33
BAB IV
ANALISIS
Pada bagian ini terdiri atas analisis sub sistem jaringan, analisis sub sistem
pergerakan, analisis sub sistem aktivitas, analisis permasalahan,
serta analisis
volume lalu lilntas dengan kapasitas jalan. Apabila rasio antara volume dan kapasitas
jalan mendekati angka 1, maka ruas jalan tersebut dapat dikatakan memiliki tingkat
pelayanan yang buruk. Kondisi ini biasanya ditandai dengan mulai tidak stabilnya arus
lalu lintas yang tercermin dari terjadinya penurunan kecepatan kendaraan dan
peningkatan waktu tempuh.
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang idesain untuk memiliki kecepatan
minimum 20km/jam. Berdasarkan pada tingkat pelayanan jalan yang dikembangkan
oleh IHCM (Indonesia Highway Capacity Manual) 1997, maka tingkat pelayanan jalan
yang ideal bagi jalan kolektor sekunder adalah tingkat pelayanan C, dengan
perbandingan volume dan kapasitas jalan 0,80 dan kecepatan berkisar antara 3240 km/jam.
Setelah mengetahui volume kendaraan yang melintas dan kapasitas Jalan
Cihampelas, maka selanjutnya adalah menghitung rasio antara volume dan kapasitas
(VCR). Nilai VCR ini berguna untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan (level of
service) dari ruas jalan tersebut. Selain itu faktor kecepatan juga menjadi tolak ukur
mengetahui tingkat pelayanan suatu ruas jalan.
Tabel 4.1 Pelayanan Jalan Cihampelas pada Ruas 1
Volume
Kapasitas
(smp/jam)
(smp/jam)
07.00-08.00
1509.2
2216.28
0.6809
24.8
12.00-13.00
1899.4
2216.18
0.857
19.92
17.00-18.00
2156.6
2216.18
0.973
15
07.00-08.00
1450.6
2216.18
0.6545
27
12.00-13.00
1974.6
2216.18
0.8909
18.98
17.00-18.00
2185.6
2216.18
0.9861
14.73
07.00-08.00
1445.8
2216.18
0.65235
27
12.00-13.00
1933.4
2216.18
0.88878
18.69
17.00-18.00
1963.2
Sumber : Hasil analisis, 2014
2216.18
0.8858
15.68
Hari
Waktu
Jumat
Sabtu
Minggu
VCR
Kecepatan
Perjalanan (km/jam)
LOS
masih berada pada tingkat C. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa kecepatan
kendaraan (kendaraan ringan) yang melewati ruas 1 Jalan Cihampelas secara umu
masih di bawah kecepatan standar minimal untuk jalan kolektor sekunder yaitu 20
km/jam. Jika melihat berdasarkan unsur kecepata, maka tingkat pelayanan Jalan
Cihampelas pada ruas 1 lebih buruk daripada tingkat pelayanan jalan yang tertera
pada tabel tersebut, dikarenakan oleh aktivitas hambatan samping yang
mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap pergerakan kendaraan yang melalui
ruas ini dan menyebabkan kecepatan perjalanan menjadi rendah. Jika dilihat
berdasarkan sisi kecepatan perjalanan, maka Jalan Cihampelas ruas 1 ini memiliki
tingkat pelayanan jalan berkisar antara E-F.
Tabel 4.2 Pelayanan Jalan Cihampelas pada Ruas 2
Hari
Volume
Kapasitas
(smp/jam)
(smp/jam)
07.00-08.00
1515.2
2409
0.629
29.7
12.00-13.00
1904.4
2409
0.7905
23.76
17.00-18.00
2157.6
2409
0.8956
18.33
07.00-08.00
1466.4
2409
0.6087
31.26
12.00-13.00
1992.8
2409
0.8272
22.85
17.00-18.00
2190.6
2409
0.9093
13.81
07.00-08.00
1445.8
2409
0.6002
30.62
12.00-13.00
1928.4
2409
0.8005
22.5
1989.8
2409
0.8257
17.47
Waktu
Jumat
Sabtu
Minggu
17.00-18.00
Sumber : Hasil analisis, 2014
VCR
Kecepatan
Perjalanan (km/jam)
LOS
Lokal
Persentase (%)
3612
5.46
Regional
36623
55.4
Menerus
25881
39.14
66116
100
Jumlah
Sumber : Hasil analisis, 2014
Hotel
Masuk
Keluar
Total
Masuk
Keluar
07.00-08.00
0.73
0.27
0.41
0.23
12.00-13.00
0.23
0.22
0.45
0.24
17.00-18.00
0.2
0.51
Sumber : Hasil analisis, 2014
0.71
0.29
Pertokoan
Masuk
Keluar
0.64
0.04
0.02
0.06
0.27
0.51
0.78
0.65
1.42
0.31
0.6
0.5
0.95
1.45
Total
Total
39
Jumlah Lantai
3816.69
19083.47
Dealer Honda
542.18
1084.36
Wisma Dirgantara
835.18
835.18
Skaters Shop
176.69
530.08
Bank Niaga
180.22
360.44
Puma Hotel
708.93
708.93
Warung Gaul
635.42
1270.84
Superhero
622.39
1244.78
Tatto Shop
135.67
271.34
Blue Island
132.93
265.86
Toko Jeans
130.11
260.22
Premier Plaza
1235.29
7411.71
Tropicana Hotel
1125.96
6755.74
The Prominade
1278.99
3836.98
Elizabeth
335.23
1005.68
459.07
459.07
Sapu Lidi
489.21
489.21
Bank BNI
159.51
319.02
Asuransi
147.89
295.77
Hanaya
175.67
175.67
Bengkel
157.88
157.88
Sari Raos
178.62
1020.64
Dealer Yamaha
510.32
1487.53
1487.53
932.75
Ampera
275.89
551.78
Hotline
200.39
200.39
Mayasari
223.49
223.49
Gamo
Xpose Jeans
199.23
199.23
1550.49
1550.49
IBC Jeans FO
200.59
200.48
Bandung Jeans
210.89
210.89
Edward Forrer
297.92
595.85
Rumah Snack
200.59
200.59
Toko CIA
125.37
125.37
Pertokoan Jeans
40
Bangunan
Jumlah Lantai
Tarzan Jeans
400.46
400.46
Studio Jenas
245.87
245.25
Rambo
410.13
820.25
Aztec
397.46
794.91
Perahu
475.99
1427.98
Arum Manis
935.78
935.78
Westpack
155.37
310.73
6877.82
20633.47
337.45
337.45
1557.35
1557.35
Toko CIA
119.48
119.48
Bank Mandiri
125.73
251.46
PVJ FO
445.62
445.62
Ruko
488.33
1464.99
Megalife
143.68
431.04
155.78
311.56
2110.62
8422.5
Ciwalk
Ultraman
Toko Jeans
Bank Permata
STBA
Sumber : Raka Kersa, 2013
Setelah diketahui jumlah luas seluruh lantai dari masing-masing guna lahan,
selanjutnya dikalikan dengan standar trip rate untuk masing-masing guna lahan
tersebut. Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 berikut berisi mengenai jumlah bangkitan dan
tarikan yang dihasilkan oleh setiap jenis guna lahan yang ada di sepanjang Jalan
Cihampelas.
Secara keselurahan dapat dikatakan bahwa kegiatan perdagangan dan jasa
mendominasi di sepanjang ruas Jalan Cihampelas dengan pusat perbelanjaan
Cihampelas Walk yang menjadi daya tarik utama kawasan ini. Berdasarkan tabeltabel tersebut, maka jumlah bangkitan terbesar yang dihasilkan oleh kegiatankegiatan di sepanjang Jalan Cihampelas terjadi pada pukul 12.00 sebesar 518,74
smp/jam.
Berkembangnya kegiatan di ruas Jalan Cihampelas telah menimbulkan
berbagai dampak baik itu dampak positif maupun dampak negative. Dampak positif
yang dihasilkan dari adanya kegiatan komersial yang berkembang pesat di Jalan
Cihampelas antara lain memberikan kemudahan bagi penduduk sekitar dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena dengan berkembangnya berbagai jenis
kegiatan di ruas Jalan Cihampelas antara lain memberikan kemudahan bagi
41
Bangunan
Lantai Bangunan
Bangkitan (smp/jam)
07.00
12.00
17.00
19083.47
43.89
51.53
59.16
Premier Plaza
7411.71
1.48
48.18
70.41
8299.84
19.09
22.41
25.73
The Pomade
3836.98
0.77
24.94
36.45
22700.50
4.54
147.55
215.65
STBA
8445.50
22.80
18.58
43.07
Bengkel
1645.41
4.44
3.62
8.39
3713.86
10.03
8.17
18.94
20360.97
4.07
132.35
193.43
111.11
457.33
671.23
RS. Advent
Cihampelas Walk
Bangkitan (smp/jam)
07.00
12.00
17.00
78.24
45.80
55.34
Premier Plaza
7411.71
2.96
57.81
37.06
8299.84
34.03
19.92
24.07
The Pomade
3836.98
1.53
29.93
19.18
22700.50
9.08
177.06
113.5
STBA
8445.50
61.65
19.42
16.89
Bengkel
1645.41
12.01
3.78
3.29
3713.86
27.11
8.54
7.43
Cihampelas Walk
42
Bangunan
Lantai Bangunan
Pertokoan lainnya
20360.97
TOTAL
Bangkitan (smp/jam)
07.00
12.00
17.00
8.14
158.82
101.8
234.75
521.08
378.56
Pertokoan
Perkantoran
Lainnya
43
Luas Seluruh
Lantai
Bangunan
(SRP)
Kebutuhan Parkir
(SRP)
110
19083.47
319
Dealer Honda
1084.36
11
Wisma Dirgantara
835.18
14
Skaters Shop
530.08
Bank Niaga
360.44
Puma Hotel
11
708.93
12
Warung Gaul
1270.84
22
Superhero
1244.78
21
Tatto Shop
271.34
Blue Island
265.86
Toko Jeans
260.22
Premier Plaza
25
7411.71
124
Tropicana Hotel
35
6755.74
113
The Prominade
28
3836.98
64
Elizabeth
1005.68
17
459.07
23
Sapu Lidi
489.21
25
Bank BNI
319.02
Asuransi
295.77
Hanaya
175.67
Bengkel
157.88
Sari Raos
178.62
Dealer Yamaha
1020.64
11
Gamo
25
1487.53
15
Ampera
22
932.75
16
Hotline
551.78
28
Mayasari
200.39
Xpose Jeans
223.49
37
199.23
IBC Jeans FO
1550.49
26
Bandung Jeans
200.48
Edward Forrer
210.89
Rumah Snack
200.59
10
Toko CIA
125.37
Tarzan Jeans
400.46
Studio Jenas
245.87
Rambo
820.25
14
Aztec
794.97
14
Perahu
1427.98
16
Pertokoan Jeans
44
Kapasitas Parkir
Bangunan
Luas Seluruh
Lantai
Bangunan
(SRP)
Arum Manis
Westpack
Ciwalk
Kebutuhan Parkir
(SRP)
53
935.78
24
310.73
800
22700.50
378
Ultraman
337.45
Toko Jeans
1557.35
26
Toko CIA
119.48
Bank Mandiri
251.46
PVJ FO
35
445.62
Ruko
10
1464.99
25
431.04
Megalife
Bank Permata
STBA
TOTAL
Sumber : Raka Kersa, 2013
311.56
35
8442.50
85
1376
94902.47
1565
45
Kendaraan
Lama
Berhenti
(detik)
Kendaraan
Lama
Berhenti
(detik)
18
Kendaraan
27
19
28
10
20
29
11
21
30
12
23
31
13
24
32
14
25
36
26
Frekuensi
Jumlah
Berhenti
8
15
4
Sumber : Hasil analisis, 2014
Jumlah
Jumlah
46
Waktu
Jumat
Sabtu
Minggu
Trotoar Barat
Vol
v
Ruas 2
Trotoar Timur
Vol
v
Trotoar Barat
Vol
v
Trotoar Timur
Vol
v
07.00-08.00
42
25
40
22
30
26
37
23
12.00-13.00
220
18
217
16
76
22
241
21
17.00-18.00
210
20
225
17
45
22
230
20
07.00-08.00
47
23
45
22
33
25
38
23
12.00-13.00
347
17
418
15
302
22
385
17
17.00-18.00
223
16
286
15
252
20
278
17
07.00-08.00
45
22
35
20
30
23
34
23
12.00-13.00
365
16
455
14
348
22
398
15
220
17
182
15
196
23
199
17
17.00-18.00
Sumber : Hasil analisis, 2014
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa volume pejalan kaki mencapai titik
tertinggi pada hari Minggu pukul 12.00-13.00 dengan 445 orang/15 menit.
Berdasarkan pengamatan, pergerakan para pejalan kaki terutama pada waktu-waktu
puncak sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas, karena selain harus terpaksa
47
berjalan di sebagian badan jalan yang diakibatkan oleh kurang memadainya fasilitas
trotoar dan penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima,
juga karena aktivitas menyebrang para pejalan kaki di sembarang tempat sehingga
seringkali mengakibatkan tundaan bagi arus lalu lilntas yang melewati Jalan
Cihampelas.
Bangunan (m )
Jumlah Lantai
Luas Persil
2
KDB
(m )
KLB
RS. Advent
3816.69
7000
54.52
2.73
Dealer Honda
542.18
700
77.45
1.55
Wisma Dirgantara
835.18
1200
69.60
0.7
Skaters Shop
176.69
200
88.35
2.65
Bank Niaga
180.22
250
72.09
1.44
Puma Hotel
708.93
1000
70.89
0.71
Warung Gaul
635.42
800
79.43
1.59
Superhero
622.39
700
88.91
1.78
Tatto Shop
135.67
150
90.45
1.81
Blue Island
132.93
150
88.62
1.77
Toko Jeans
130.11
145
89.73
1.79
Premier Plaza
1235.29
2000
61.76
3.71
Tropicana Hotel
1125.96
2000
56.3
3.38
The Prominade
1278.99
2000
63.95
1.92
48
Bangunan
Bangunan (m )
Jumlah Lantai
Luas Persil
2
KDB
(m )
KLB
Elizabeth
335.23
500
67.05
2.01
459.07
600
75.51
0.77
Sapu Lidi
489.21
600
81.54
0.82
Bank BNI
159.51
175
91.15
1.82
Asuransi
147.89
175
84.51
1.69
Hanaya
175.67
200
87.83
0.88
Bengkel
157.88
700
90.22
0.9
Sari Raos
178.62
2500
89.31
0.89
Dealer Yamaha
510.32
1500
72.90
1.46
Gamo
1487.53
500
59.50
0.6
Ampera
275.89
500
62.18
0.62
Hotline
200.39
500
55.18
1.1
Mayasari
223.49
500
40.08
0.4
Xpose Jeans
199.23
500
44.70
0.45
Pertokoan Jeans
1550.49
2500
39.85
0.62
IBC Jeans FO
200.59
500
62.02
0.4
Bandung Jeans
210.89
500
40.10
0.42
Edward Forrer
297.92
500
59.58
1.19
Rumah Snack
200.59
500
40.12
0.4
Toko CIA
125.37
150
83.58
0.84
Tarzan Jeans
400.46
500
80.09
0.8
Studio Jenas
245.87
300
81.96
0.82
Rambo
410.13
500
82.03
1.64
Aztec
397.46
500
79.49
1.59
Perahu
475.99
600
79.33
0.47
Arum Manis
935.78
2000
46.79
2.38
Westpack
155.37
175
88.78
1.78
Ciwalk
6877.82
1300
58.21
1.75
Ultraman
337.45
400
84.36
0.84
Toko Jeans
1557.35
1700
91.61
0.92
Toko CIA
119.48
150
79.65
0.8
Bank Mandiri
125.73
150
83.82
1.68
PVJ FO
445.62
700
63.66
0.64
Ruko
488.33
700
69.76
2.09
Megalife
143.68
175
82.10
2.46
Bank Permata
155.78
175
89.02
1.78
2110.62
3500
60.3
2.41
STBA
Sumber : Hasil analisis, 2014
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa KDB yang dimiliki oleh jenis guna lahan di
sepanjang Jalan Cihampelas berkisar antara 39,85-91,61%, sementara KLB berkisar
antara 0,40-3,71. Sedangkan berdasarkan RTRW Kota Bandung 2011, maka KDB dan
49
KLB maksimum untuk masing-masing guna lahan yang terletak di jalan kolektor
sekunder adalah sebagai berikut:
-
Perdagangan
Pusat belanja/mall
Eceran aglomerasi
Jasa
Bangunan sedang
Bangunan tinggi
Fasilitas umum/sosial
Berdasarkan hal tersebut, maak dapat dikatakan bahwa secara umum kegiatan
perdagangan dan jasa yang berada di Jalan Cihampelas memiliki KDB dan KLB yang
telah melewati batas maksimum dari standar yang telah ditetapkan, oleh karena itu
maka kegiatan perdagangan dan jasa yang ada saat ini perlu dikendalikan.
50
Syarat
Kondisi eksisting
Penilaian
9 meter
7-8 meter
Tidak memenuhi
0.80
Jaminan kelancaran
arus lalu lintas
20 km/jam
1.03
Arus lalu lintas sering
terhambat
11.46 km/jam (ruas 1)
13.81 km/jam (ruas 2)
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan fungsi jalan
kolektor sekunder dari Jalan Cihampelas telah terganggu. Keadaan ini haarus segera
diatasi mengingat Jalan Cihampelas ini berada pada lokasi yang stratefis sehingga
berpengaruh langsung terhadap kondisi lalu lintas Kota Bandung secara umum
terutama di bagian utara Kota Bandung.
4.4.2 Subsistem Pergerakan
Setelah melakukan analisis terhadap subsistem pergerakan, maka
permasalahan yang terjadi pada subsistem pergerakan sebenarnya memiliki kaitan
yang sangat erat dengan subsitem jaringan, karena besarnya jumlah arus pergerakan
yang melewati Jalan Cihampelas menjadi sebuah permasalahan akibat kapasitas
jalan tidak mampu menampung jumlah pergerakan yang ada sehingga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
Dari hasil perhitungan yang menghasilkan nilai LOS speerti itu, maka dapat
dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi cukup rumit, mengingat jalan kolektor
sekunder yang memiliki fungsi sebagai penghubung kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga seharusnya memiliki tingkat pelayanan yang baik (maksimal C dengan nilai
perbandingan antara volume pergerakan dan kapasitas jalan 0,80). Namun, kondisi
kesisting yang terjadi tidaklah demikian.
Penyebab utama kemacetan tersebut adalah banyaknya jumlah kendaraan
yang melewati koridor Jalan Cihampelas. Setelah dilakukan pengamatan,
penggunaan kendaraan pribadi yang melewati koridor jalan ini sangat tidak efisien.
Hal ini terkait dengan load factor tiap kendaraan yang melewatinya. Rata-rata satu
51
kendaraan hanya digunakan oleh satu atau dua orang saja, sehingga menimbulkan
volume pergerakan yang besar tetapi sangat tidak efiien.
Permasalahan lainnya pada subsistem pergerakan di koridor Jalan
Cihampelas yaitu seringkali adanya kendaraan-kendaraan besar seperti bus yang
melewati koridor Jalan Cihampelas terutama pada hari-hari libur atau akhirr minggu.
Seringnya kendaraan-kendaraan besar seperti bus ini melewati Jalan Cihampelas
tidak terlepas dari fungsi kawasan ini sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan
dan jasa, terutama perdagangan jeans. Sebenarnya tidak menjadi suatu masalah jika
kondisi dan kapasitas Jalan Cihampelas masih belum memadai, sehingga jika dilewati
oleh kendaraan-kendaraan besar, seringkali menimbulkan kemacetan yang lebih
parah lagi.
Selain itu, kurangnya fasilitas perparkiran di sepanjang Jalan Cihampelas
sebanyak 183 satuan ruang parkir, ditambah dengan adanya aktivitas parkir pada
pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter,
seringkali mengakibatkan terganggunya kelancaran arus lalu lintas akibat tundaan
yang dihasilkan dari pergerakan keluar masuk parkir. Pergerakan angkutan umum
yang berhenti ditambah dengan kurangnya fasilitas pemberhentian angkutan umum
(shelter), menyebabkan angkutan umum seringkali menaikkan dan menurunkan
penumpang di sembarang tempat sehingga mengakibatkan terhambatnya
kelancaraan arus lalu lintas.
Terakhir, adanya pergerakan para pejalan kaki yang berjalan menggunakan
sebagian badan jalan karena lahan trotoar digunakan untuk berjualan para pedagang
kaki lima dan banyaknya para pejalan kaki yang menyebrang di sembarangan tempat
menyebabkan terhambatkan arus lalu litnas.
Pengelompokkan Masalah
Komponen Supply
Komponen Demand
3
4
II
III
Komponen Permasalahan
Komponen Supply
Komponen Demand
53
samping akibat aktivitas keluar masuk parkir yang secara langsung akan
mengganggu kelancaran lalu lintas, juga akan memberikan ruang tambahan
bagi para pejalan kaki untuk berjalan, karena keadaan saa ini selain karena
bnayaknya pedagang kaki lima yang menggunakan jalur pejalan kaki untuk
berjualan, adanya aktivitas parkir pada daerah sempadan bangunan juga
mengambil sebgian jalur trotoar sehingga para pejalan kaki terpaksa
menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan yang akhirnya dapat
menghambat kelancaran arus lalu lintas. Aktivitas parkir yang hilang ini dapat
menghambat kelancaran arus lalu lintas. Aktivitas parkir yang hilang ini dapat
dipindahkan ke lokasi lain dengan dibangun gedung atau lapangan parkir yang
lebih luas.
Untuk mengatasi persoalan angkutan umum yang seringkali menaikkan dan
menurunkan penumpang di smebarang tempat, maka perlu penambahan
tempat pemberhentian angkutan umum (shelter) sebanyak 1 buah
penempatan shelter. Dasar yang digunakan untuk meletakkan tempat
pemberhentian angkutan umum adalah bahwa di Indoneisa dengan cuaca
yang relatif panas, rata-rata jarak tempuh orang berjalan kaki adalah kuranf
lebih 400 meter (Yuliastuti, 1991). Jadi penambahan tempat pemberhentian
angkutan umum ini diletakkan pada lokasi dengan jarak 400 meter dari loaksi
tempat pemberhentian angkutan umum yang telah ada saat ini di Sekolah
Tinggi Bahasa Asing (STBA). Selain berdasarkan jarakm penempatan lokasi
shelter juga berdasarkan pada kedekatan dengan lokasi pertokoan yang
memiliki tarikan cukup tinggi yaitu Cihampelas Walk. Tempat pemberhentian
angkutan umum yang ada saat ini yang terletak di STBA juga perlu diperbaiki
kondisinya sehingga dapat dipergunakan kembali sebagaimana mestinya
sebagai tempat pemberhentian angkutan umum, bukan sebgai tempat
berjualan para pedagang kaki lima. Pembangunan tempat pemberhentian
angkutan umum ini dapat berupa teluk jalan dengna kapasitas maksimal 2
buah kendaraan yang dapat berhenti atau ngetem. Untuk mendukung hal ini
juga perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berhenti sebanyak 6 buah
dengan jarak 100 meter antaara rambu-rambu tersebut.
55
56
Jumat
Sabtu
Minggu
07.00-08.00
1509.2
Sebelum Penanganan
Hambatan
C
CVR
Samping
2216.28 0.6809 Sangat tinggi
12.00-13.00
1899.4
2216.28
0.8570
Sangat tinggi
1899.4
2702.04
0.7030
Sedang
17.00-18.00
2156.6
2216.28
0.9730
Sangat tinggi
2156.6
2702.04
0.7981
Sedang
07.00-08.00
1450.6
2216.28
0.6465
Sangat tinggi
1450.6
2702.04
0.5369
Sedang
12.00-13.00
1974.6
2216.28
0.8909
Sangat tinggi
1974.6
2702.04
0.7308
Sedang
17.00-18.00
2185.6
2216.28
0.9861
Sangat tinggi
2185.6
2702.04
0.8089
Sedang
07.00-08.00
1445.8
2216.28
0.65235
Sangat tinggi
1445.8
2702.04
0.5351
Sedang
12.00-13.00
1933.4
2216.28
0.87236
Sangat tinggi
1933.4
2702.04
0.7155
Sedang
17.00-18.00
1963.2
2216.28
2702.04
0.7266
Sedang
Waktu
LOS
1509.2
Setelah Penanganan
Hambatan
C
CVR
Samping
2702.04 0.5585
Sedang
57
LOS
B
Jumat
Sabtu
Minggu
07.00-08.00
Sebelum Penanganan
Hambatan
V
C
CVR
Samping
1515.2 2409 0.6290 Sangat tinggi
Setelah Penanganan
Hambatan
V
C
CVR
Samping
1515.2 2937 0.5159
Sedang
12.00-13.00
1904.4
2409
0.7905
Sangat tinggi
1904.4
2937
0.6484
Sedang
17.00-18.00
2157.6
2409
0.8956
Sangat tinggi
2157.6
2937
0.7346
Sedang
07.00-08.00
1466.4
2409
0.6087
Sangat tinggi
1466.4
2937
0.4943
Sedang
12.00-13.00
1992.8
2409
0.8272
Sangat tinggi
1922.8
2937
0.6785
Sedang
17.00-18.00
2190.6
2409
0.9093
Sangat tinggi
2190.6
2937
0.7459
Sedang
07.00-08.00
1445.8
2409
0.6002
Sangat tinggi
1445.8
2937
0.4923
Sedang
12.00-13.00
1928.4
2409
0.8005
Sangat tinggi
1928.2
2937
0.6566
Sedang
17.00-18.00
1989.2
2409
0.8257
Sangat tinggi
D
1989.8
Sumber : Hasil analisis, 2014
2937
0.6773
Sedang
Waktu
LOS
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan berbagai upaya
penanganan, maka hambatan samping yang terjadi di sepanjang ruas 2 dapat
berkurang menjadi tingkatan sedang dan tingkatan pelayanan jalan pun dapat
meningkat yaitu dari berkisarr E menjadi berkisar B. peningkatan level of service pada
ruas 2 jauh lebih baik daripada ruas 1, sehingga tingkat pelayanan jalan pada ruas 2
ini telah dapat memenuhi persyaratan teknis tingkat pelayanan jalan untuk kolektor
sekunder, yaitu maksimal berada pada tingkat C dengan nilai perbandingan antara
volume pergerakan dna kapasitas jalan 0.80. hal ini tentunya membawa dampak
yang sangat positif terutama bagi lalu lintas di ruas 2 meskipun jika idlihat
berdasarkan lebar minimum jalan untuk kolektor sekunder masih belum bisa
dipenuhi, namun tingkat pelayanan jalan yang baru setelah adanya berbagai upaya
penanganan menunjukkan peningkatan yang sangat baik.
Tabel 4.17 Alternatif
Kondisi
Permasalahan
Usulan
Uraian
Skenario
Aktivitas parkir pada
Pelarangan aktivitas
pertokoan yang
memiliki daerah
tersebut
sempadan bangunan
- Pemindahan
aktivitas parkir
- Pemasangan rambu
dilarang parkir
kurang dari 5 m
Aktivitas angkutan
Penertiban angkutan
umum
- Pemasangan rambu
dilarang berhenti
sembarangan
58
LOS
B
Kondisi
Permasalahan
Usulan
Uraian
Skenario
- Pembangunan
shelter
- Pemasangan rambu
shelter
Tidak tersedianya
Penyediaan fasilitas
pejalan kaki
yang memadai
- Pembangunan
trotoar
- Pembangunan
sarana
penyebrangan
(zebra cross)
Pelarangan berjualan
trotoar
- Pemasangan rambu
dilarang berjualan
- Pemasangan
pagar
pembatas
Kebutuhan parkir
Penyediaan gedung
tidak terpenuhi
parkir baru
59
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Jalan Cihampelas merupakan jalan kolektor sekunder yang menghubungkan
bagian utara dan pusat Kota Bandung. Lokasi kawasan yang strategis serta tingginya
intensitas kegiatan ekonomi menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat
perdagangan dan jasa di Kota Bandung menimbulkan tarikan yang besar dan
mengakibatkan peningkatan volume kendaraan di ruas Jalan Cihampelas ini.
Tingginya volume pergerakan yang melalui jalan ini tidak dapat diimbangi oleh
jaringan jalan yang ada sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply
dengan demand terhadap transportasi dan pada akhirnya menimbulkan
permasalahan transportasi yaitu berupa kemacetan lalu lintas.
Berdasarkan hasil analisis terhadap sistem transportasi Jalan Cihampelas yang
terdiri atas subsistem jaringan, pergerakan, dan subsistem aktivitas, maka inti dari
permasalahan yang terjadi yaitu tingkat pelayanan Jalan Cihampelas telah
mengalami penurunan yang diakibatkan oleh kapasitas Jalan Cihampelas yang tidak
mampu menampung volume pergerakan yang ada. Selain itu banyaknya hambatan
samping yang timbul akibat dari adanya aktivitas yang berlangusng di sepanjang Jalan
Cihampelas juga mengakibatkan penurunan kapasitas jalan sehingga mempengaruhi
tingkat pelayanan jalan.
5.2 Saran
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu upaya penataan
Jalan Cihampelas untuk menangani permasalahan transportasi yang terjadi. Ususlan
penanganan terhadap permasalahan transportasi diberikan dalam satu alternatif.
Alternatif ini difokuskan terhadap penekanan hambatan samping yang terjadi.
Dengan dilakukannya berbagai upaya pada alternatif ini, maka tingkat pelayanan
Jalan Cihampelas dapat kembali ditingkatkan.
60
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/ADI_ARDIANS
YAH/artikel/JALUR_PEDESTRIAN_DIPUSAT_KOTA_BANDUNG.pdf
RTRW Kota Bandung 2011-2031
Anonym,. (2004). Rencana Program Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung
2005-2025, Pemerintah Kota Bandung, Bandung.
Anonym,. (1984). Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. Pemerintah RI,
Jakarta.
Warpani, Suwardjoko., (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Penerbit
ITB, Bandung.
Grava, Ronny., (2007). Urban Transportation System, McGraw Hill, Inc.
61