Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat
diseluruh penjuru dunia,Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang
berkembang juga sangat membutuhkan penerapan teknologi disegala bidang
pembangunan. Ilmu pengetahuan yang telah diterima oleh siswa(i) secara
teoritis diterapkan langsung dalam bentuk kerja praktik dalam dunia industri
biasa disebut dengan praktek kerja lapangan.
Dimana dalam hal ini perlu dikembangkan suatu system informasi
dan interaksi yang sangat erat sehingga siswa(i) dapat mengaplikasikan segala
keahlian, kreativitas dan produktivitas yang dimiliki didalam industry sesuai
dengan bidang ilmu yang dimiliki. Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) pada
PT. Eastern Pearl Flour Mills bertempat di laboratorium PDQC. Dimulai pada
tanggal 19 Januari 2015 sampai dengan 19 April 2015.

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Oleh sebab itu Sekolah Menengah Analis Kimia Makassar setiap


tahunnya mengadakan praktek kerja lapngan (PKL) yang harus dilaksanakn
oleh setiap siswa (i) tingkat IV pada semester VIII selama 12 minggu pada
suatu perusahaan industry. Hal ini dimaksudkan sebagai syarat kelulusan bagi
setiap siswa

B. Tujuan Praktek Kerja Industri


Adapun tujuan pelaksaan Praktek Kerja Industri adalah sebagai
berikut
1.

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa(i) sebagai bekal

untuk terjun di dunia program studi analis kimia.


2. Menerapkan keterampilan yang didapatkan di sekolah dan memperoleh
umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan Sekolah
Menengah Analis Kimia Makassar.
3. Meningkatkan profesinonalisme siswa(i) dalam rangka memasuki
lapangan kerja sebagai analis kimia.
4. Meningkatkan wawasan siswa(i) pada aspek-aspek potensial dunia
kerja.

C. Tujuan Penulisan Laporan


Adapun kerja penulisan laporan adalah sebagai berikut
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

1. Menjadi bukti nyata pelaksanaan praktek kerja lapangan dan sebagai


2.

laporan akhir.
Dalam memenuhi persyaratan penyelesaian pendidikan pada sekolah

3.

Menengah Analis Kimia Makassar.


Sebagai pertanggung jawaban atas tugas yang telah diberikan selama

4.

praktek kerja lapangan.


Melatih siswa(i) untuk membuat karya ilmiah berdasarkan fakta dan
analisa.

D. Tujuan dari melakukan Tes


Adapun tujuan dari melakukan tes ini adalah untuk membandingkan
kadar nitrogen yang dihasilkan dengan metode Kjeldhal pada tiga type protein
(High Protein, Medium Protein dan Low Protein ) pada tepung terigu dengan
variasi pada konsentrasi titran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Singkat Perusahaan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Sampai akhir tahun 1960-an di Indonesia belum ada pabrik tepung


terigu sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka tepung terigu
masih harus di import. Pada waktu itu tepung terigu merupakan bahan makanan
pokok yang bergizi. Namun, seiring dengan meningkatnya kesejahteraan
masyarakat, terigu kian lama kian dinikmati, terutama bekat semakin suburnya
pertumbuhan industry pengelolaan makanan yang memakai tepung terigu
sebagai bahan bakunya.
Masalah diatas teratasi dengan berdirinya 3 pabrik tepung terigu di
Industri pada tahun 1972 yaitu Jakarta, Surabaya dan Makassar. Dan bertambah
satu pabrik lagi di Semarang.
Pabrik tepung terigu di Makassar berawal dari perusahaan PMA
yang kemudian berubah menjadi perusahaan PMDN dengan nama menjadi PT.
Berdikari Sari Utama Flour Mills pada tanggal 11 Maret 1982, pabrik ini
merupakan satu-satunya pabrik terigu dikawasan timur Indonesia. Pada tahun
2005 tepatnya tanggal 13 Agustus nama PT. BERDIKARI SARI UTAMA
FLOUR MILLS berubah menjadi PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS
hal ini disebabkan Karena adanya peralihan pemegangan saham dari PMDN
(Pemegang Modal Dalam Negeri) ke PMA (Pemegang Modal Asing). Dimana
pabrik ini sekarang memproduksi berbagai jenis tepung terigu yaitu merek
Kompas, Gerbang , Gatotkaca, Gunung, Pirana dan lain-lain.

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Selama lebiih dari 30 tahun perusahaan ini telah menjadi salah satu
produsen tepung terigu terkemuka di Indonesia dengan produk-produk yang
tersebar diseluruh Indonesia. Kapasitas penggilingan gandum ini mencapai
2800 ton per hari yang menghasilkan tepung terigu berkualitas dan produk
sampingan, seperti tepung terigu yang digunakan untuk lem polywood dan
produk pellet yang sebagian besar dieksport ke Negara- Negara tetangga seperti
Vietnam dan Korea. Pada tahun 2002, perusahaan ini melanjutkan bisnis
industry tepung terigu untuk tetap memenuhi kebutuhan tepung terigu di
industry dengan menjadi terbesar di Asia Pasifik dengan 7 fasilitas produksi,
pembongkaran dan penyimpanan ikawasan Asia Tenggara, kantor [erwakilan di
Amerika Serikat, Denmark, India, dan China serta pusat penelitian tepung
terigu Internasional di Kuala Lumpur.
Seiring dengan strategi perkembangan bisnis perusahaan, ditahun
2005 perusahaan ini menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills. Dengan nama
baru ini melambangkan citra perusahaan yang semakin Internasional tanpa
melupakan asal usulnya di Indonesia Timur. Perubahaan nama ini seiring
dengan bergabungnya PT. EPFM sebagai salah satu unit usaha dari grup
cooperative bulk handing (CBH) Australia yang memilki fasilitas pengelolaan
gandum tercanggih di dunia. Dengan hadirnya pabrik tepung terigu tersebut,
maka konsumsi tepung terigu dari tahun ke tahun terus meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk, meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

kian maraknya industry-industri makanan yang menggunakan bahan baku


tepung terigu. Memasuki tahun 2006, PT. Eastern Pearl Flour Mills dibawah
kepemimpinan Toni Hauswirth, PT. Eastern Pearl Flour Mills siap mewujudkan
misi perusahaan dibawah pengarahan Interflour dan grup CBH, perusahaan ini
yakin melangkah menuju visi perusahaan menjadi pabrik tepung terigu kelas
dunia.
Produk yang dihasilkan oleh PT. Eastern Pearl Flour Mills, antara lain
1. Tepung terigu
Tepung terigu merupakan bahan setengah jadi dan mutunya antara
lain dipengaruhi oleh kadar gluten, protein , daya serap air dan ukuran partikel.
Untuk memenuhi permitaan konsumen dan untuk menghasilka tepung terigu
yang terbaik. Semua produk PT. EPFM terbuat dari biji gandum berkualitas
yang berasal dari Negara-negara yang sudah memiliki tradisi sebagai penghasil
gandum dunia seperti Amerika Serikat, Knada, Australia, serta beberapa Negara
yang belkangan ini juga mulai dikenal sebagai pemasok gandum dunia seperti
India dan Rusia.
PT. EPFM memproduksi 20 merek tepung terigu, tetapi ada 4 merek tepung
terigu yang memiliki karakteristik dan kegunaan masing-masing secara
keseluruhan, semua merek tepung terigu EPFM memiliki kualitas yang
konsisten dengan kadungan nutrisi zat besi, seng, dan vitamin B2 serta asam
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

folat dan tanpa bahan pengawet dan pemutih.


2. Tepung Industri
Tepung industry merupakan produk sampingan yang berfungsi
sebagai bahan pembuat lem kayu lapis (polywood). Endosperma gandum yang
digiling tidak semua terlepas sempura dari bran. Hal ini menyebabkan hasil
penggilingan sebagian berwarna putiih dan sisanya berwarna kecoklatan.
Tepung yang berwarna putih ini dijadikan sebagai tepung terigu yang akan
diproses lebih lanjut lagi . sementara tepung yang berwarna kecoklatan inilah
yang dijadikan tepung industry.
3. Bran ( Dedak Kasar)
Bran merupak an bagian yang melindungi gandum, bran terdiri dari
tujuh lapisan, yaitu epidermis, hypodermis, croos cells, tube cells, coat (testa),
mucellar tissue dan alleurone cell. Bran sebenarnya sama dengan pollard hanya
dibedakan dari bentuknya saja (ukuran bran lebih besar dari pollard).

4. Pellet
Pellet merupakan by produk yang berfungsi sebagai pakan ternak.
Pellet sendiri adalah gabungan dari bran, pollard dan offal ( BPO) pellet
berbentuk silinder dengan diameter 6 mm dan panjang 2 cm.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

B. Morfologi Biji Gandum

Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 68 mm dan


diameter 23 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang
keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian
endosperm, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum
sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji
gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses
penggilingan.

a. Bran
Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5%
dari total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu epidermis
(3,9%), epikarp (0,9%), endokarp (0,9%), testa (0,6%), dan aleuron (9%). Bran
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

memiliki granulasi lebih besar dibanding pollard, serta memiliki kandungan


protein dan kadar serat tinggi sehingga baik dikonsumsi ternak besar.
Epidermis merupakan bagian terluar biji gandum, mengandung
banyak debu yang apabila terkena air akan menjadi liat dan tidak mudah pecah.
Fenomena inilah yang dimanfaatkan pada penggilingan gandum menjadi
tepung terigu agar lapisan epidermis yang terdapat pada biji gandum tidak
hancur dan mengotori tepung terigu yang dihasilkan. Kebanyakan protein yang
terkandung dalam bran adalah protein larut (albumin dan globulin).
b. Endosperm
Endosperm merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (8083%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air. Pada proses
penggilingan, bagian inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya untuk
diubah menjadi tepung terigu dengan tingkat kehalusan tertentu. Pada bagian
ini juga terdapat zat abu yang kandungannya akan semakin kecil jika mendekati
inti dan akan semakin besar jika mendekati kulit.

c. Germ

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Germ terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Germ merupakan


cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian yang
selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan. Di sekeliling bagian yang masih
hidup terdapat sedikit molekul glukosa, mineral, protein, dan enzim. Pada
kondisi yang baik, akan terjadi perkecambahan yaitu biji gandum akan tumbuh
menjadi tanaman gandum yang baru. Perkecambahan merupakan salah satu hal
yang harus dihindari pada tahap penyimpanan biji gandum. Perkecambahan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kondisi kelembapan yang tinggi,
suhu yang relatif hangat dan kandungan oksigen yang melimpah.

C. Pengertian Tepung Terigu


Tepung terigu merupakan salah satu bahan makanan yang sangat
dibutuhkan di Indonesia dan terus bertambah konsumsinya dari tahun ke
tahun. Konsumennya banyak didapat dari industri dan para usahawan dari
yang kecil hingga menengah. Menurut Paula Figoni (2008) Tepung terigu
adalah butiran halus yang terbuat dari gandum atau biji-bijian seperti jagung,
oats, nasi dan rye. Konsumsi tepung tersebar luas dimulai dari Timur Tengah
sekitar 10.000 tahun yang lalu, saat pertanian dimulai. Disaat itu gandum
mulai di tanam dan dibudidayakan.
Sekarang ini, ribuan variasi dari terigu berkembang di seluruh
dunia. Terigu adalah jenis tepung yang paling populer dalam pembuatan jenis
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

10

makanan yang dipanggang. Popularitasnya terutama berasal dari gluten yang


terbentuk ketika tepung tercampur dengan air. Tanpa gluten, roti susah untuk
mengembang.

D. Proses Pembuatan Tepung Terigu


Hampir semua tepung yang dijual mengunakan mesin dalam
pembuatannya. Alat tersebut sangat efisien dalam pembuatan tepung. Tepung
terigu diperoleh dari hasil penggilingan biji gandum yang mengalami beberapa
tahap pengolahan (Paul & Helen 1972). Beberapa tahap proses pengolahan
tersebut adalah tahap persiapan dan tahap penggilingan. Tahap persiapan
meliputi proses cleaning (pembersihan), dampening (pelembapan), dan
conditioning (pengondisian). Pada tahap cleaning, gandum dibersihkan dari
kotoran-kotoran seperti debu, biji-biji lain selain gandum (seperti biji jagung,
kedelai), kulit gandum, batang gandum, batu-batuan, kerikil, logam, dan lainlain. Kontaminan-kontaminan tersebut harus dipisahkan dari gandum sebelum
proses penggilingan. Penggunaan ayakan kasar dan magnet dapat memisahkan
benda-benda asing dan substansi logam yang terdapat pada gandum.
Kontaminan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk memisahkannya dari
gandum.
Gandum yang telah dibersihkan mengalami proses selanjutnya
yaitu proses dampening dan conditioning. Proses dampening adalah proses
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

11

penambahan air agar campuran gandum memiliki kadar air yang diinginkan.
Proses dampening tergantung pada kandungan air dari gandum, kepadatan, dan
kekerasan biji gandum. Setelah melalui proses dampening selanjutnya gandum
mengalami conditioning dengan menambahkan air pada gandum dan didiamkan
selama waktu tertentu agar air benar-benar meresap. Tahap ini bertujuan untuk
membuat kulit gandum menjadi liat sehingga tidak hancur pada saat digiling
dan dapat mencapai kadar air tepung terigu yang diinginkan serta memudahkan
endosperm terlepas dari kulit dan melunakkan endosperm.
Tahap selanjutnya adalah tahap penggilingan yang meliputi proses
breaking, reduction, sizing, dan tailing. Prinsip proses penggilingan adalah
memisahkan endosperm dari lapisan sel aleuron atau lapisan kulit. Diawali
dengan proses breaking, endosperm dihancurkan menjadi partikel-partikel
dalam ukuran yang seragam dalam bentuk bubuk seukuran tepung. Tahap
penggilingan selanjutnya adalah proses reduction, yaitu endosperm yang sudah
dihancurkan diperkecil lagi menjadi tepung terigu, untuk selanjutnya diayak
untuk dipisahkan dari bran dan pollard. Selama proses penggilingan dihasilkan
produk-produk samping seperti dedak, pollard, pellet, dan tepung industri.
Tujuan dari tahap penggilingan ini untuk memperoleh hasil ekstraksi yang
tinggi dengan kualitas tepung yang baik. Proses tepung yang baik umumnya
menghasilkan 74-84% tepung terigu sedangkan bran dan pollard kira-kira 2026%. Tepung hasil produksi dianalisis di laboratorium kendali mutu untuk
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

12

dianalisis kandungan-kandungan dalam tepung terigu yang meliputi penetapan


kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar gluten, uji warna, uji farinograph,
ekstensograph, alveograph, amylograph, serta analisis mikrobiologi.

E. Jenis-jenis Tepung Terigu


A. Tepung terigu berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang
mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai
bahan pembuat roti, mi, pasta, dan donat.
B. Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu
yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan
sebagai bahan pembuat kue cake.
C. Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar
6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti
biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik.

F. Pengertian Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang
paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

13

satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Dua molekul asam amino dapat berikatan (berkondensasi) dengan
melepas molekul air sebagai berikut.

1. Struktur Protein
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu:
a. Struktur primer, yang menunjukkan jumlah, jenis, dan urutan asam amino
dalam molekul protein. Struktur primer juga menunjukkan ikatan peptidaya
ng urutannya diketahui.
b. Struktur sekunder.
c. Struktur tersier, yang menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk
lipatan atau gulungan, dan dengan demikian membentuk struktur yang lebih
kompleks. Struktur ini dimantapkan oleh adanya ikatan antara gugus R pada
molekul asam amino yang membentuk protein.
d. Struktur kuartener, yang menunjukkan derajat persekutuan unit- unit protein.
2. Penggolongan Protein

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

14

Ditinjau dari stukturnya, protein dibagi menjadi dua golongan besar,


yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana
dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein fiber
dan protein globular.

3. Sifat sifat Protein


a. Ionisasi
b. Denaturasi
c. Viskositas
d. Kristalisassi
e. Sistem koloid
4. Reaksi reaksi Pengenalan Protein
a. Uji Biuret
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya protein. Zat yang akan
diselidiki mula-mula ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan CuSO4 yang
encer. Jika terbentuk warna ungu, berarti zat itu mengandung protein. Uji biuret
positif bagi semua zat yang mengandung ikatan,peptida.
b. Uji Xantoproteat
Uji ini digunakan terhadap protein yang mengandung gugus fenil
(cincin benzena). Jika protein yang mengandung cincin benzene dipanaskan

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

15

dengan asam nitrat pekat, maka terbentuk warna kuning yang kemudian
menjadi jingga bila dibuat alkalis (basa) dengan larutan NaOH.
c. Uji Belerang
Untuk mengetahui ada tidaknya unsur belerang dalam suatu
protein,mula-mula larutan protein dengan larutan NaOH pekat (+ 6 M)
dipanaskan, kemudian diberi beberapa tetes larutan timbal asetat. Jika terbentuk
endapan hitam (PbS), maka itu menunjukkan adanya belerang.

G. Pengertian Asam Amino


Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino
(NH2).Meskipun ratusan asam amino telah disintesis, hanya 20 yang telah
diperoleh dengan hidrolisis protein.
Rumus umum asam amino adalah:

Gugus R adalah gugus pembeda antara asam amino yang satu


dengan asam amino yang lain. Ada asam amino yang hidrofob (seperti glisin
dan alanin),hidrofil (contohnya tirosin, lisin, dan asam glutamat), ada yang
bersifat asam (asam glutamat), bersifat basa (lisin), dan ada pula yang
mengandung belerang (sistein) atau cincin aromatik (tirosin). Gugus R asam

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

16

amino tersebut sangat berperan dalam menentukan struktur, kelarutan, serta


fungsi biologis dari protein.

1. Sifat-sifat Asam Amino


Asam amino mempunyai beberapa sifat, antara lain:
1. Larut dalam air dan pelarut polar lain.
2. Tidak larut dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan dietil eter.
3. Mempunyai titik lebur lebih besar dibanding senyawa karboksilat dan amina.
4. Mempunyai momen dipol besar.
5. Bersifat elektrolit:
a. kurang basa dibanding amina
b. kurang asam dibanding karboksilat
6. Bersifat amfoter
Karena mempunyai gugus asam dan gugus basa. Jika asam amino
direaksikan dengan asam maka asam amino akan menjadi suatu anion,dan
sebaliknya jika direaksikan dengan basa maka akan menjadi kation.
7. Dalam larutan dapat membentuk ion zwitter
Karena asam amino memiliki gugus karboksil (COOH) yang bersifatasam
dan gugus amino (NH2) yang bersifat basa, maka asam amino dapat
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

17

mengalami reaksi asam-basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar


yang disebut ion zwitter.

8. Mempunyai kurva titrasi yang khas.


9. Mempunyai pH isoelektrik, yaitu pH pada saat asam amino tidak bermuatan.
Di bawah titik isoelektriknya, asam amino bermuatan positif dan sebaliknya
di atasnya bermuatan negative.
2. Penggolongan Asam Amino
Ditinjau dari segi pembentuknya, asam amino dapat dibagi dalam dua
golongan,
Dua kelompok asam amino, yaitu:
1. Asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh manusia. Terdiri
dari: valin, leusin, isoleusin,
treonin, lisin, metionin, fenilalanin, triptofan, histidin, dan arginin
2. Asam amino non esensial, dapat disintesis oleh tubuh manusia. Terdiri
dari: glisin, alanin, serin, asam glutamat,tirosin, sistein, dan prolin
Struktur berbagai asam amino dapat dilihat di bawah ini:
Asam Amino Essensial

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

18

Asam Amino Non Essensial

Ditinjau dari strukturnya, asam amino dibagi dalam tujuh kelompok, yaitu
asam amino dengan rantai samping yang:
1. merupakan rantai karbon yang alifatik
2. mengandung gugus hidroksil
3. mengandung atom belerang
4. mengandung gugus asam atau amidanya
5. mengandung gugus basa
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

19

6. mengandung cincin aromatik


7. membentuk ikatan dengan atom N pada gugus amino.

H. Beberapa parameter dalam analisa tepung terigu

Granulasi (Granulation)
Granulasi

atau

partikel

tepung

terigu

berpengaruh

dalam

pembuatan adonan tepung terigu. Terlampau halus partikelnya akan semakin


banyak kemampuan menyerap air. Hal ini disebabkan luas permukaan total dari
tepung terigu makin besar. Semakin besar partikel tepung terigu daya serapnya
semakin berkurang, maka diperlukaan kehalusan tertentu agar adonan tepung
terigu memiliki tampilan yang baik, semkin banyak granula halus penampilan
tepung terigu semakin terang.

Near infrared (NIR)


NIR (Near Infrared) adalah pengukuran cahaya yang diserap yang

mengarah pada sampel pada daerah panjang gelombang 800-2500 nm. Hal ini
memberikan informasi kualitatif dan kuantitatif sebagai hasil interaksi dari
gelombang elektromagnetik NIR dengan unsur-unsur pokok sampel. NIR
biasanya digunakan untuk pengukuran kuantitatif gugus fungsi organik,
terutama O-H, N-H, dan C = O. Penggunaan lain dari NIR meliputi farmasi,
diagnosa medis (termasuk gula darah dan oksimetri), makanan dan kontrol
kualitas agrokimia, serta penelitian pembakaran.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

20

Gluten
Gluten adalah tipe khusus protein yang dibentuk oleh ikatan dari

dua protein lain, gliadin dan glutenin, dan umumnya ditemukan dalam gandum,
gandum dan barley. Akibatnya ditemukan pada kebanyakan jenis sereal dan
dalam banyak jenis roti meskipun tidak semua biji-bijian mengandung gluten.
Beberapa butir yang tidak mengandung gluten liar termasuk beras, jagung,
quinoa dan gandum.

Falling number

Tingkat pengukuran aktivitas enzim dengan uji Falling Number


mempengaruhi kualitas produk ragi dalam adonan roti, misalnya, membutuhkan
gula untuk berkembang dengan baik dan karena itu membutuhkan tingkat
aktivitas enzim dalam adonan. Aktivitas enzim terlalu banyak, bagaimanapun,
berarti bahwa terlalu banyak gula dan pati terlalu sedikit yang hadir. Sejak pati
menyediakan struktur pendukung roti, terlalu banyak aktivitas menghasilkan
adonan lengket selama pemrosesan dan tekstur miskin dalam produk, jadi jika
falling number yang terlalu tinggi, enzim dapat ditambahkan ke tepung dalam
berbagai cara untuk mengkompensasi, jika falling number yang terlalu rendah,
enzim tidak dapat dihapus dari tepung atau gandum, yang menghasilkan
masalah serius yang membuat tepung tidak dapat digunakan

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

21

Kadar Nitrogen: Metode Kjeldahl

Metode analitik yang paling umum digunakan dalam penentuan


kadar nitrogen adalah metode Kjeldahl. Metode tersebut diperkenalkan oleh
Johan Kjeldahl pada tahun 1883.
Metode ini dapat diterapkan pada senyawa-senyawa organik maupun anorganik
meliputi makanan, daging, biji-bijian, air limbah, tanah dan banyak sampel
yang lainnya.

Peralatan Kjeldahl (modern)


Metode Kjeldahl merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan kadar nitrogen dalam senyawa organik maupun senyawa
anorganik. Metode ini telah mengalami perubahan secara teknis dan pada
peralatannya selama lebih dari 100 tahun sejak diperkenalkan, namun secara
mendasar, prinsip yang digunakan tetaplah sama.
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

22

Metode Kjeldahl dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yakni:


A. Tahap Digesi
Persamaan umum untuk proses digesi ditunjukkan melalui
persamaan di bawah ini
N organik/anorganik + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2O + CO2 + hasil samping
Sejumlah kondisi internal digesi sangat menentukan laju reaksi dan
kesempurnaan pemecahan nitrogen menjadi amonium sulfat. Beberapa diantara
kondisi tersebut antara lain adalah pemanasan yang diberikan pada campuran
digesi, penambahan sejumlah garam untuk meningkatkan titik didih asam, laju
refluks asam sulfat pada leher labu digesi, lama digesi dan penambahan katalis.
Pengaturan salah satu kondisi tersebut akan sangat berpengaruh pada kondisi
yang lain. Kondisi digesi yang baik diperoleh dengan menyeimbangkan faktorfaktor tersebut dalam suatu pola yang terkontrol dan berulang. Jika suatu
sampel mengandung nitrogen nitrat atau nitrit, maka perlu dilakukan perlakuan
awal secara kimiawi untuk ikut memasukkan atau mengeluarkan sumber
nitrogen pada analisa yang dilakukan.
B. Proses Distilasi
Campuran digesi selanjutnya diencerkan dan dibasakan melalui
penambahan NaOH. Proses distilasi ini menghasilkan NH3 menurut persamaan
dibawah ini
(NH4)2SO4 + 2NaOH 2NH3 + Na2SO4 + 2H2O
Labu Kjeldahl ditempatkan pada kondensor air dan dipanaskan
untuk menguapkan gas NH3 dari larutan. Ujung kondensor yang dihubungkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

23

dengan labu yang berisi larutan penerima yang berupa asam, baik berupa asam
standar maupun asam borat. Parlakuan ini dilakukan untuk menangkap NH3
yang teruapkan.
C. Proses Titrasi
Terdapat dua macam titrasi yang digunakan pada proses Kjeldahl,
yakni titrasi balik yang biasanya digunakan pada Kjeldahl Makro dan titrasi
langsung. Kedua metode tersebut mengindikasikan keberadaan amonia dalam
air distilat dengan menunjukkan perubahan warna dan memungkinkan
dilakukannya perhitungan konsentrasi.
1. Penentuan Nitrogen Melalui Titrasi Balik
Pada titrasi balik, amonia ditangkap dengan larutan asam yang telah
distandarisasi dengan sangat tepat pada labu penerima. Kelebihan asam pada
larutan penerima menjaga pHnya tetap rendah sehingga indikator tidak berubah
warna. Reaksi yang terjadi
2NH3 + 2H2SO4 (NH4)2SO4 + H2SO4
Kelebihan larutan asam kemudian dinetralkan dengan larutan basa
yang telah distandarisasi dengan tepat misalnya basa NaOH. Perubahan warna
terjadi ketika titrasi mencapai titik akhirnya.
(NH4)2SO4 + H2SO4 + 2NaOH (Na)2SO4 + (NH4)2SO4 + 2H2O
2. Penentuan Nitrogen Melalui Titrasi Langsung
Titrasi langsung dilakukan dengan menggunakan asam borat
sebagai larutan penerimanya. Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah:
NH3 + H3BO3 NH4+:H2BO3- + H3BO3

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

24

Asam borat menangkap gas amonia dan membentuk kompleks


borat. Setelah amonia terkumpulkan, maka warna larutan penerima akan
berubah. Reaksi yang terjadi
2NH4H2BO3- + H2SO4 NH4+:H2BO3- + H3BO3
Penambahan asam sulfat menetralkan kompleks amonium borat
sehingga perubahan warna terjadi.
D. Perhitungan
Perhitungan kadar nitrogen harus disesuaikan dengan larutan
penerima yang digunakan dan faktor pengenceran selama proses distilasi. Pada
persamaan di bawah, N menunjukkan normalitas. ml blank adalah mililiter
yang diperlukan untuk titrasi balik reagen blank jika yang digunakan adalah
asam standar, atau menunjukkan mililiter asam standar yang dibutuhkan untuk
mentitrasi larutan penerima. Ketika asam standar digunakan sebagai larutan
penerima, persamaan yang digunakan adalah

Jika berat sampel berupa miligram, berat molekul nitrogen harus diubah
menjadi 1400,67.
Ketika asam borat digunakan sebagai larutan penerima, maka persamaan
yang digunakan adalah:

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

25

BAB III
METODA ANALISA PROTEIN
Analisa protein yang penyusun gunakan pada praktek di Laboratorium PDQC
PT. Eastern Pearl Flour Mills adalah dengan menggunakan Metoda Kjeldhal.
A. Prinsip Kerja Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan
komponen organic dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam
sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan
alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan buffer.
Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan
larutan H2SO4.

B. Reaksi

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

26

Tahap Destruksi
H
R

COOH + CuSO4, Na2SO4 (Selenium)

NH2
(Protein)
NH3 + H2SO4
Tahap Destilasi
(NH4)2SO4 + NaOH

+ H2O
(NH4)2SO4
NH3 + H2O + Na2SO4
NH4+:H2BO3- + H3BO3

NH3 + H3BO3

Tahap Titrasi
2NH4H2BO3- + H2SO4

C. Alat alat

NH3 + CO2

NH4+:H2BO3- + H3BO3

Pipet 10 ml
Labu Ukur 250 ml
Pipet tetes
Erlenmeyer 300 ml
Buret 50 ml
Neraca Analitik

Labu Kjeldhal
Alat Destruksi Buchi
Alat Destilasi Buchi
Statis
Gelas ukur 50 ml

D. Bahan bahan

Tepung terigu High protein


Terigu Medium protein
Tepung terigu Low protein
NaOH 32%
Aquadest
H2SO4 98%

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

27

H2SO4 0.1 N
H2SO4 0.2 N
Indikator PP
NaOH 0.1 N
Tablet Selenium
Larutan Buffer

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

28

E. Prosedur Kerja
Membuat larutan NaOH 0.1 N
1. Dipipet larutan NaOH 32 % sebanyak 2.5 ml.
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
3. Dihimpitkan sampe garis batas miniskus.
4. Lalu, dihomogenkan.
Membuat larutan H2SO4 0.1 N
1. Dipipet larutan H2SO4 98% sebanyak 1 ml.
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
3. Dihimpitkan sampe garis miniskus.
4. Lalu, dihomogenkan.
Membuat larutan H2SO4 0.2 N
1. Dipipet larutan H2SO4 98% sebanyak 1.4 ml.
2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
3. Dihimpitkan sampe garis miniskus.
4. Lalu, dihomogenkan.
Standarisasi larutan H2SO4 0.1 N
1. Dipipet 10 ml H2SO4 0.1 N.
2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 300 ml.
3. Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
4. Dititar dengan NaOH 0.1 N sampai berubah warna.
Standarisasi larutan H2SO4 0.2 N
1. Dipipet 10 ml H2SO4 0.2 N.
2. Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 300 ml.
3. Ditambahkan 3 tetes indikator PP.
4. Dititar dengan NaOH 0.1 N sampai berubah warna.
Penentuan kadar protein metode Kjeldhal
1. Ditimbang sampel tepung terigu sebanyak 1 gram ( High, Medium
dan Low protein )
2. Dimasukkan kedalam labu kjeldahl.
3. Ditambahkan 2 butir selenium dan 20 ml H2SO4 98%.
4. Didestruksi selama 90 menit.
5. Labu kjeldahl dikeluarkan dari alat destruksi
6. Kemudian , ditambahkan 80 ml aquadest.
7. Labu kjeldhal dimasukkan kedalam alat destilasi.
8. Ditambahkan 90 ml NaOH 32%.
9. Erlenmeyer sebagai penampung diisi dengan 50 ml larutan buffer.
10. Kemudian didestilasi.
11. Hasil pada penampung dititar dengan larutan H2SO4 O.1 N dan 0.2
N.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL

Konsentrasi Larutan Standar H2SO4 0.1360 N


1. Kadar Protein tepung terigu type High Protein.
Bobot sampel
= 1.0020 gram
Volume penitar
= 11.45 ml
Konsentrasi penitar (H2SO4)
= 0.1360 eq/l
Factor konversi (FK)
= 5.7
BE. Nitrogen
= 14,007 g/eq

Perhitungan :

% Nitrogen

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0020 g 1000
l

( 11.45 ml0,1ml ) 0,1360

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0020 g 1000
l

11.35 ml 0,1360

% Nitrogen

% Protein

= 2.16 %

= %N FK
= 2.16 % 5.7
= 12.3 %

% Protein db = 12.3 % 1.152

= 14.17 %

2. Kadar Protein tepung terigu type Medium Protein.


Bobot sampel
= 1.0047 gram
Volume penitar
= 11.30 ml
Konsentrasi penitar (H2SO4)
= 0.1360 eq/l
Factor konversi (FK)
= 5.7
BE. Nitrogen
= 14,007 g/eq

Perhitungan :

% Nitrogen

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0047 g 1000
l

( 11.30 ml0,1ml ) 0.1360

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0047 g 1000
l

11.20 ml 0,1360

% Nitrogen
% Protein = %N FK

= 2.12 %

= 2.12 % 5.7

= 12.1 %

% Protein db

= 12.1 % 1.155

= 14.0 %

3. Kadar Protein tepung terigu type Low Protein.


Bobot sampel
= 1.0033 gram
Volume penitar
= 8.5 ml
Konsentrasi penitar (H2SO4)
= 0.1360 eq/l
Factor konversi (FK)
= 5.7
BE. Nitrogen
= 14,007 g/eq

Perhitungan :

% Nitrogen =

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen =

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0033 g 1000
l

( 8.5ml0,1 ml ) 0.1360

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0033 g 1000
l

8.4 ml 0,1360

% Nitrogen =

% Nitrogen = 1.59 %

% Protein = %N FK
= 1.59 % 5.7

= 9.1 %

% Protein db = 9.1 % 1.145 = 10.4

Konsentrasi Larutan Standar H2SO4


0.1970 N

1. Kadar Protein tepung terigu type

High Protein.
Bobot sampel
Volume penitar
Konsentrasi penitar (H2SO4)
Factor konversi (FK)
BE. Nitrogen

= 1.0046 gram
= 7.8 ml
= 0.1970 eq/l
= 5.7
=14,007g/mol

Perhitungan :
% Nitrogen =

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0046 g 1000
l

( 7.8 ml0,1 ml ) 0.1970

% Nitrogen

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0046 g 1000
l

7.7 ml 0,1970

% Nitrogen

% Protein

= 2.11 %
= %N FK

= 2.11% 5.7

= 12.1 %
% Protein db = 12.1 % 1.15

= 13.9 %

2. Kadar Protein tepung terigu type Medium Protein.


Bobot sampel
= 1.0048 gram
Volume penitar
= 7.75 ml
Konsentrasi penitar (H2SO4)
= 0.1970 eq/l
Factor konversi (FK)
= 5.7
BE. Nitrogen
= 14,007 g/eq

Perhitungan :

% Nitrogen =

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen =

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0048 g 1000
l

( 7.75 ml0,1 ml ) 0.1970

% Nitrogen =

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0048 g 1000
l

7.65 ml 0.1970

% Nitrogen = 2.10 %
% Protein
= %N FK
= 2.10% 5.7
= 12.0 %
% Protein db = 11.97 % 1.155

= 13.8

3. Kadar Protein tepung terigu type Low Protein.


Bobot sampel
= 1.0023 gram
Volume penitar
= 5.8 ml
Konsentrasi penitar (H2SO4)
= 0.1970 eq/l
Factor konversi (FK)
= 5.7
BE. Nitrogen
= 14,007 g/eq

Perhitungan :

% Nitrogen =

( V . sampelV . blanko ) N . Penitar BE . N


100
gram sampel

% Nitrogen =

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0023 g 1000
l

( 5.8 ml0,1 ml ) 0.1970

eq 14,007 g

l
eq
100
ml
1.0023 g 1000
l

5.7 ml 0.1970

% Nitrogen =

% Nitrogen = 1.57%
% Protein
= %N FK
= 1.57% 5.7

= 8.95 %

% Protein db

= 8.95% 1.14

= 10.25

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar protein

dalam bahan pangan dengan menggunakan metode Kjeldahl. Analisis protein


ini dapat menentukan tingkat kualitas protein apabila dipandang dari sudut gizi
serta ditinjau protein yang merupakan salah satu bahan kimia secara biokimia,
fisiologis, reologis dan enzimatis.

Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah


tepung terigu. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh
praktikan adalah memasukkan sampel sebanyak 1 gram
kedalam labu kjeldahl. Kemudian kedalam labu, ditambahkan
2 tablet selenium yang berfungsi sebagai katalisator yang
dapat meningkatkan titik didih. 1 gram selenium dapat
meningkatkan titik didih hingga 30 C (Sudarmadji dkk.,
1996). Peningkatan titik didih akan mengefektifkan reaksi
antara asam sulfat dengan sampel ( destruksi berjalan

efektif ). Hal tersebut disebabkan oleh lamanya waktu yang


dibutuhkan oleh asam sulfat untuk menguap ( semakin tinggi
titik didih, maka waktu yang dibutuhkan asam sulfat untuk
menguap akan semakin lama ).

Setelah itu, ditambahkan lagi H2SO4 sebanyak 20 ml


dalam ruang asam yang kemudian dilanjutkan dengan
mendestruksi sampel selama 90 menit hingga warnanya
berubah menjadi bening. Destruksi sampel bertujuan untuk
mempercepat reaksi dan hidrolisis protein menjadi unsur C,
H, O, N, S dan P.

Proses destruksi akan menghasilkan karbondioksida


( CO2 ), air

( H2O ) dan ammonium sulfat (( NH4)2SO4).

(CHON) + On + H2SO4

CO2 + H2O + (NH4)2SO4

Sampel yang sudah didestruksi, akan didinginkan yang


kemudian

akan

dilanjutkan

dengan

proses

destilasi.

Sebelumnya, sampel ditambahkan dengan aquades agar


endapan dapat larut. Destilasi merupakan suatu proses
memisahkan cairan maupun larutan yang berdasarkan pada
perbedaan titik didih. Tujuan dari proses destilasi adalah
memisahkan zat yang akan dianalisa dengan cara memecah
ammonium sulfat menjadi ammonia ( NH3 ). Pemecahan
tersebut melibatkan peran NaOH 32% yang ditambahkan

kedalam sampel sebanyak 90 ml. Penambahan NaOH


bertujuan untuk mempercepat pelepasan ammonia dengan
cara menciptakan suasana basa ( reaksi tidak dapat
berlangsung dalam kondisi asam ).

( NH4)2SO4 + 2NaOH

2NH3 + Na2SO4 + 2H2O

NH3 dihasilkan dalam destilat berupa gas. Gas NH 3


tersebut ditangkap oleh asam borat. Larutan buffer yang
digunakan sebagai penampung sebanyak 50 ml.

4NH3 + 2H3BO3

2(NH4)2BO3 +H2

kemudian dilajutkan dengan titrasi H2SO4 hingga


warnanya berubah menjadi ungu. Pada praktikum kali ini,
normalitas H2SO4 yang digunakan adalah 0,1 N dan 0,2 N.

Setelah

melakukan

titrasi,

dapat

diketahui

kadar

proteinnya yang tertuang dalam bentuk persen kadar nitrogen.


Berikut adalah rumus kadar nitrogen :
%

Kadar

Nitrogen

( V . sampelV . blanko ) N . H 2 SO 4 BE . N
100
gram sampel

Selanjutnya, dari persen kadar nitrogen dapat diketahui kadar


proteinnya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

% Kadar Protein = % Kadar Nitrogen x Fk

Berikut adalah hasil perhitungan kadar protein yang didapat


dari praktikum:

SAM
PEL

SAMPELHIG

LO

SAMPEL

W
H PROTEIN

MEDIUM PROTEIN
PRO
TEI
N

KONSENT

RASI
H2SO4

0.1360

OLUME

ROTEIN

OLUME

ROTEIN

OLUME

(ml)

(%)

(ml)

(%)

(ml)

0.1970

Apabila sampel dianalisa dengan menggunakan alat NIR


Infrared maka akan diperoleh data sebagai berikut:

R
I

S
A
T
N
U
D

I
R
N

E
1

3.

4.

H
M

.
3.

3.

5
4

0
.

2.

6
4

Penggunaan normalitas asam sulfat yang berbeda


bertujuan untuk membandingkan normalitas mana yang
menghasilkan kadar protein yang sesuai dengann NIR.
Apabila membandingkan antara kedua kadar protein tersebut,
didapatkan hasil yang rentang perbedaannya tidak jauh.
Menurut analisa dengan NIR, kadar protein tepung terigu
high protein

adalah 14.0% sedangkan menurut hasil

praktikum adalah 14.17 % dan 13.90%. Hasil analisa kadar


protein menggunakan asam sulfat 0,1 N memberikan hasil
yang mencapai kadar protein dengan menggunakan NIR.
Rendahnya kadar protein pada tepung terigu high protein

9.
9

( H2SO4 0,2N ) kemungkinan disebabkan oleh kelemahan


metode Kjeldahl yang memiliki ketelitian rendah.

Kadar protein pada tepung terigu medium protein


menurut analisa dengan NIR adalah 13.4 %. Sedangkan
menurut hasil praktikum adalah 14.0% dan 13.8%. Apabila
membandingkan

keduanya,

didapatkan

bahwa

hasil

praktikum berbeda nilainya dibandingkan dengan NIR.


Kemungkinan perbedaan tersebut disebabkan oleh ikut
teranalisisnya komponen- komponen lain

Kadar protein pada tepung terigu low protein menurut


analisa dengan NIR adalah 9.9%. Sedangkan menurut hasil
praktikum adalah 10.4% dan 10.2%. Apabila membandingkan
kadar protein analisa dengan NIR dan

hasil praktikum,

didapatkan bahwa kadar protein yang mendekati adalah


penggunaan analisa kadar protein menggunakan asam klorida
0,2 N.

Besarnya nilai kadar protein larutan asam klorida 0,1 N


disebabkan oleh adanya komponen- komponen lain yang ikut
teranalisis sebagai nitrogen protein.

BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu larutan standar maka volume titrasi
yang diperoleh cenderung menurun. Sehingga kadar nitrogen yang dihasilkan
pada konsentrasi larutan standar (H2SO4) 0.1 N lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil kadar nitrogen yang diperoleh dari larutan standar ( H2SO4) 0.2 N.

SARAN

Dalam melaksanakan analisis protein diharapkan untuk


tetap memperhatikan keselamatan kerja. Gunakan selalu alat
pelindung diri selama melakukan analisis protein. Diharapkan
untuk teliti dalam penentuan titik akhir sehingga dapat
dicapai titik akhir yang diinginkan.

LAMPIRAN

Gambar 1. Setelah Proses Destruksi

Gambar 2. Proses Destilasi

Gambar 3. Sebelum Titrasi

Gambar 4. Setelah Titrasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonima.

2012.

Metode Penentuan Kadar Nitrogen .http://dunia-

wahyu.blogspot.com/2012/01/metode-penetuan-kadar-nitrogenmetode.html (diakses pada 18 April 2015 )

Anonimb.

2011.

Near

Infrared

http://latifanuraini.blogspot.com/2011/09/near-infrared-nir.html (diakses
pada 18 April 2015 )

Anonimc

.2013.

Laporan

kuliah

Kerja

Lapang

http://d-

suwka.blogspot.com/2013/04/laporan-kuliah-kerja-lapangpengujian.html (diakses pada 18 April 2015 )

Anonimd.

2011.

Analisa

Protein.

http://see-around-

theworld.blogspot.com/2011/11/laporan-praktikum-penentuankadar.html (diakses pada 25 April 2015 )

Vienna. 2011. ICC Internasional Association for Cereal Science and


Technology.

Anda mungkin juga menyukai