Anda di halaman 1dari 15

UTS Pemikiran Klinis

Diagnosis Penyakit Batuk Darah

Pradipta Yuwono
14917132

1.

Program Magister Informatika


Fakultas Teknik Industri
Universitas Islam Indonesia
2015
Pengertian Batuk Darah
Hemoptisis adalah kejadian batuk yang disertai dengan darah atau biasa disebut batuk

darah. Batuk darah umumnya terjadi karena adanya masalah pada sistem pernafasan dari mulai
paru-paru sampai salurannya. Batuk darah biasanya menjadi tanda akan adanya masalah
kesehatan seperti masalah para paru-paru, infeksi, masalah pada pembuluh darah, dan kanker,
sehingga batuk darah sangat membutuhkan perhatian medis. Hemoptisis (batuk darah) berbeda
dengan hematemesis (muntah darah). Hemoptisis adalah batuk yang disertai dengan darah dan

berasal dari paru-paru atau salurannya, sementara hematemesis adalah muntah darah di mana
darah berasal dari saluran pencernaan. Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran
pencernaan. Seperti muntah pada umumnya, muntah darah didahului oleh adanya aliran balik
dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh mual. Darah yang keluar dapat
tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah segar atau kehitaman. Sedangkan
untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran pernapasan. Warna darah merah segar dan
tampak bercampur dengan lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung - gelembung
udara. Gejala-gejala dan tanda-tanda yang biasa dialami penderita Hemoptsisi antara lain nyeri
dada, sesak nafas, demam, mual, muntah, nafas cepat, batuk, warna darah batuk merah segar,
darah berupa cairan atau gumpalan berbusa.
Hemoptisis
Darah yang dibatukkan
Darah biasanya merah muda
Darah bersifat basa
Darah dapat berbusa
Didahului dengan perasaan

Hematemesis
Darah dimuntahkan
Darah biasanya hitam
Darah bersifat asam
Darah tidak pernah berbusa
Didahului denga rasa mual dan

ingin batuk
muntah
Tabel 1. Perbedaan Hemoptisis dan Hematemesis
Klasifikasi hemoptisis berdasarkan volume darah yang dibatukkan adalah:
1.)
Bercak (Streaking): <15-20 ml/24 jam
Yang sering terjadi darah bercampur dengan sutum. Umumnya pada bronkitis.
2.)
Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada kanker
3.)
4.)

paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.


Hemoptisis masif: > 600 ml/24 jam
Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis
Pseudohemoptisis
Merupakan batuk darah dari stryktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari
saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious)
Penanganan pertama batuk darah adalah penghentian perdarahan serta pencegahan batuk.

Jaga kebersihan udara di sekitar penderita, termasuk tempat tidur, dan rumah. Berikan ventilasi
dan sinar matahari agar pasien dapat bernafas dengan segar, sehingga diharapkan tidak batuk
lagi. Selain itu, pemberian terapi obat-obatan biasanya pertama kali juga ditujukan untuk
mencegah batuk dan menghentikan perdarahan. Saat mengalami batuk darah, sebaiknya segera
cari pertolongan kesehatan untuk mencari penyebab batuk darah dan mengatasinya. Tidak semua
batuk darah menandakan keadaan mengancam jiwa, hal ini tergantung dari berapa jumlah darah

yang dibatukkan. Dikatakan batuk darah hebat apabila jumlah darah yang dibatukkan melebihi
300ml (kira kira setengah botol air mineral ukuran sedang) dalam 24 jam. Semakin banyak
jumlah darah yang dibatukkan dalam waktu yang singkat, maka keadaan semakin berbahaya.
Ada beberapa keadaan pengecualian, misalnya terdapat sumbatan saluran napas sehingga darah
tidak dapat dibatukkan. Keadaan ini lebih berbahaya, karena darah tidak dapat dikeluarkan dan
memperparah sumbatan saluran pernapasan. Tanda-tanda lain yang dapat membantu menentukan
apakah keadaan pasien dengan batuk darah dalam keadaan gawat antara lain kepala terasa ringan
seperti melayang, haus, dan pasien bernapas dengan cepat.
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis penyakit Batuk Darah antara lain:
1.

Pencitraan. Mulai dari foto Rontgen dada, sampai CT-Scan dan MRI, sesuai dengan
permintaan dan kebutuhan dokter dalam menegakkan diagnosis.

2.

Bronchoscopy. Menggunakan kamera yang dimasukkan ke dalam saluran pernafasan.


Dokter akan dapat lebih memastikan sumber perdarahannya.

3.

Pemeriksaan darah, untuk melihat kondisi fisik secara general dan menentukan penyebab
infeksi.

4.

Pemeriksaan sputum, untuk melihat adanya penyebab infeksi bakteri dan uji resistensi
antibiotik terhadap bakteri tersebut.

Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma,
kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab
tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. Pada tuberkulosis, hemoptisis
dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru.
Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri
pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula. Untuk mengetahui
apakah batuk darah disebabkan karena TBC diperlukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
dahak (sputum) dan foto rontgen dada. Pengobatan yang diberikan untuk TBC biasanya
golongan antibiotika khusus, seperti Isonizid/INH, Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, yang
bisa didapatkan gratis melalui Puskesmas /Rumah Sakit (karena disubsidi langsung oleh WHO).
Pencegahan Hemoptisis dapat dilakukan dengan tidak merokok, melakukan general
checkup secara rutin, menjaga kesehatan paru-paru dan jantung dari penyakit-penyakit yang
dapat menyebabkan hemoptysis, menjaga kesehatan secara umum dengan makan teratur, istirahat
yang cukup, berolah raga rutin, dan menghindari diri dari stress.

2.

Diagnosis Medis
Diagnosis medis adalah usaha mengidentifikasi kemungkinan dari penyakit atau kelainan.

Pada tahap awal diagnosis yang ditegakkan hanya mengkategorikan penyakitnya (misalnya sakit
infeksi), sebelum akhirnya dikerucutkan dengan potongan data-data pemeriksaan tambahan
kepada diagnosis yang lebih spesifik (misalnya sakit infeksi demam berdarah). Proses penegakan
diagnosis membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Terkadang dokter harus
menegakkan suatu diagnosis kerja awal agar dapat segera memberikan penanganan pada pasien.
Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Anamnesis.
Yaitu bertanya kepada pasien atau yang mengenal pasien terhadap kondisi keluhan atau
ketidaknormalannya. Dalam prosesnya dapat berupa bicara langsung, melalui media
2.

seperti telepon atau email, atau melihat catatan terdahulu bila ada.
Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik tidak melulu terjadi saat dokter menyentuh pasiennya. Dokter juga
bisa memeriksa fisik pasien dari cara pasien berjalan, berbicara, mimik muka, bau nafas,
bau badan, dll. Baru kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada lokasi tubuh pasien
yang mungkin bisa didapatkan potongan teka-teki dari penyakitnya.

Sehingga

pemeriksaan fisik dapat berupa observasi (melihat), palpasi (meraba), auskultasi


(menggunakan stethoscope), dan menggunakan alat bantu lain seperti otoscope,
3.

ophtalmoscope, dll.
Pemeriksaan Tambahan.
Biasa dikenal dengan pemeriksaan laboratorium. Dapat berupa pemeriksaan darah dan
cairan tubuh lainnya, dapat berupa pencitraan dengan menggunakan Rontgen, CT-Scan,
MRI, dll., dapat juga berupa biopsi dari jaringan yang dicurigai bermasalah.

4.

Menegakkan Diagnosis Banding.


Setelah ditegakkan suatu diagnosis, dokter tidak akan berhenti di sini. Dokter akan
meneruskan proses kognitifnya untuk mencari diagnosis banding yang juga mungkin dari
gejala dan keluhan pada pasien. Dari beberapa diagnosis banding yang ada, berdasarkan
hasil temuan dari proses penegakan diagnosis di atas, dokter akan mengkerucutkannya
dan menyingkirkan diagnosis yang tidak kuat sehingga di dapat lah suatu diagnosis
kerja. Diagnosis kerja ini lah yang dipakai oleh dokter sebagai dasar penanganan pasien.

5.

Switch Diagnosis.
Bila kemudian ada hasil pemeriksaan lain yang didapatkan menunjukkan bahwa
diagnosis bandinglah yang lebih tepat untuk pasien, maka dokter akan merubah diagnosis

kerjanya dari yang pertama ditegakkan kepada diagnosis banding yang telah didukung
oleh data yang ada kemudian.
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya. Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang
permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Tujuan berikutnya dari anamnesis
adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Ada 2 jenis
anamnesis

yang

umum

dilakukan,

yakni

Autoanamnesis

dan

Alloanamnesis

atau

Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu


anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik
karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia
rasakan. Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada
pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau pada
pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang
didapat dari informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis.
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau sistematika yang
baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar selama melakukan anamnesis seorang
dokter tidak kehilangan arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika
ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa saja yang membacanya.
Sistematika tersebut terdiri dari :
1.
Data umum pasien
a. Nama pasien
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Perkawinan
g. Agama
h. Suku bangsa
2.

Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien

datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat
untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini
sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis
banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan
membantu dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya.
Pertanyaan diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau
3.

menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.


Riwayat penyakit sekarang
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam
anamnesis riwayat penyakit sekarang, yakni : (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2)
gambaran atau deskripsi keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha
berobat. Selama melakukan anamnesis keempat unsur ini harus ditanyakan secara detail

4.

dan lengkap.
Riwayat penyakit dahulu
Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang riwayat penyakit dahulu
secara lengkap, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat
ini

5.

merupakan

kelanjutan

atau

akibat

dari

penyakit-penyakit

sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak cukup
hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek,
paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan
dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat terdeteksi siapa saja
yang

6.
7.

mempunyai

potensi

untuk

menderita

penyakit

yang

sama.

Riwayat kebiasaan/sosial
Anamnesis sistem
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi penyebab
penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah
pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa lama
dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila berhadapan
dengan pasien usia remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya
riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lai-lain.
Pada akhir anamnesis seorang dokter harus dapat membuat kesimpulan dari anamnesis

yang dilakukan. Kesimpulan tersebut berupa perkiraan diagnosis yang dapat berupa diagnosis

tunggal atau diagnosis banding dari beberapa penyakit. Kesimpulan yang dibuat haruslah logis
dan sesuai dengan keluhan utama pasien. Bila menjumpai kasus yang sulit dengan banyak
keluhan yang tidak dapat dibuat kesimpulannya, maka cobalah dengan membuat daftar masalah
atau keluhan pasien. Daftar tersebut kemudian dapat digunakan untuk memandu pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan penunjang yang akan dilaksanakan, sehingga pada akhirnya dapat dibuat
suatu diagosis kerja yang lebih terarah.

3.

Contoh Kasus Batuk Darah Yang Disebabkan Oleh TBC


Di bawah ini adalah contoh diagnosis kasus penyakit TBC yang dilakukan oleh Dwinidya

Yuliastuti dkk. dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.


-----------------------------------------------------------------------------------------I.
IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap
: Tn.T
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 49 tahun
Alamat
: Jln. Raya Pengasina Kebun Kopi, RT 01, RW 01
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Peternak sapi
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
II.
i.)

ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 25 Agustus 2009)


Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari yang lalu

ii.)

Keluhan Tambahan
Batuk darah

iii.)

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh telah mengalami sesak nafas sejak 1 hari yang lalu. Pada pukul 16.30

pasien merasa demam dan badan linu, kemudian pasien minum obat Procold. Menjelang pukul
19.00 pasien mengalami batuk-batuk, badan pasien terasa demam dan menggigil,serta sesak
bertambah berat, karena tidak tahan dengan sakitnya, pasien berobat ke klinik 24 jam dan diberi
oksigen. Menjelang tengah malam, pasien batuk berdarah, darah yang keluar menggumpal dan
berwarna merah tua, bercampur dengan ludah dan berbuih. Setelah itu pasien dirujuk ke RSUP
Fatmawati.

Berdasarkan hasil anamnesis terhadap pasien tersebut, diketahui gejala-gejala dan riwayat
penyakit yang dialami pasien tersebut berdasarkan pengakuannya adalah sebagai berikut:

Pasien tidak mengalami mual serta muntah.


Saat batuk, pasien mengalami rasa nyeri pada bagian dada kanan saat menarik napas dan

menjalar ke perut kanan lalu ke pinggang bagian belakang.


Sesak tidak berkurang waktu istirahat maupun perubahan posisi.
Pasien sebelumnya hanya mengalami batuk-batuk kecil saja,biasanya pada pagi hari.
Batuk pasien berdahak, kadang berwarna putih,kadang berwarna hijau. Bila dahak
berwarna putih, lebih susah untuk dikeluarkan. Bila dahak berwarna hijau, lebih mudah

untuk dikeluarkan.
Pasien kerap terbangun karena sesak nafas pada malam hari.
Pasien tidak mengalami sesak nafas karena aktivitas tertentu.
Pasien tidak sering berkeringat dan demam pada malam hari.
Pasien mengalami penurunan berat badan mulai tahun 2004 padahal nafsu makan pasien

baik.
Pasien tidak memiliki riwayat maag, mual dan muntah, nyeri di ulu hati, rasa cepat

kenyang.
Pasien tidak pernah mengalami nyeri pada sendi.
Pasien kadang-kadang mengalami mencret bila pasien salah makan.
Pasien tidak mempunyai riwayat operasi.
Pasien tidak mempunyai riwayat sakit kencing manis, sakit kuning, darah tinggi dan juga

asma.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
Pasien tidak pernah memakai narkoba, alkohol, transfusi darah, maupun hubungan

seksual bebas.
Pasien sering minum obat warung jika sedang sakit ringan seperti pusing, flu, dan sakit

perut.
Pasien merokok sejak di sekolah dasar sebanyak 1 bungkus sehari dan baru berhenti

merokok sejak masuk rumah sakit.


Keluarga pasien ada yang menderita batuk lama.
Pasien sering menghirup debu karena pekerjaannya sebagai peternak sapi.
Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan.
Pasien mempunyai riwayat penyakit kencing batu pada tahun 2005. Saat itu pasien

berobat ke dokter dengan keluhan kencing tidak lancar,kencing terasa macet.


Pasien tidak memiliki riwayat trauma.

iv.)

Riwayat Penyakit Dahulu


Asma (-)
Maag (-)

Alergi (-)
DM (-)
Hipertensi (-)

v.)

Riwayat Penyakit Keluarga

DM (-)
Hipertensi (-)
Asma (ayah pasien)

vi.)

Riwayat Sosial Ekonomi,kebiasaan

Merokok (+)
Alkohol (-)

III.
i.)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Umum
: Baik
Tinggi Badan
: 170 cm
Berat Badan
: 60 Kg

ii.)

Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

iii.)

Kulit
-

iv.)

: 110/70 mmHg
: 86x/menit
: 20x/menit
: 36,5 C

Warna cokelat gelap, tidak pucat, tidak ada ikterik,tidak ada sianosis
Kelembaban normal, suhu raba normal (hangat)
Turgor baik,tidak ada atrofi kulit

Kepala
Bentuk
Rambut

: Normocephali
: Warna hitam, distribusi merata.

v.)

Wajah
Oval,Simetris, tidak ada sianosis

vi.)

Mata
-

Oedem palpebra -/SI (-/-), CA (-/-)


Pupil bulat isokor

vii.)
viii.)

ix.)

x.)

Reflek cahaya langsung +/+


Reflek cahaya tidak langsung +/+

Telinga
Bentuk

: Normotia,simetris

Mulut
Bibir tidak kering dan tidak cyanosis
Gusi dan mukosa berwarna merah muda
Lidah bersih, oral candidiasis (-)
Uvula ditengah dan simetris
Leher
KGB tidak teraba
Tidak ada pulsasi abnormal
JVP 5+1 cmH2O
Paru
Inspeksi:
Bentuk simetris statis dan dinamis, gerak nafas simetris, tipe
abdomino-thorakal, retraksi sela iga (-), dilatasi vena (-), spider
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:

xi.)

xii.)

Jantung
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
Abdomen
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:

xiii.)

nevi (-)
Vocal fremitus simetris, massa (-)
Redup pada sela iga 4 hemitorax kanan
Suara Napas Vesikuler, ronchi basah kasar +/+, wheezing -/Ictus cordis tidak terlihat
Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis kiri
Batas jantung kanan setinggi ics
Bunyi jantung I dan II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Datar, smiling umbilicus (-), dilatasi vena (-)
Supel, defense muscular (-), massa (-), nyeri tekan(+) pada perut
bagian kanan
Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketuk (-)
Bising usus (+) normal, bruit (-)

Ekstremitas
Akral hangat,tidak tampak oedem

IV.
LABORATORIUM
Tanggal 22 Agustus 2009
Normal
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

13.6
41
22.2
123

13.2 17.3
33 45
5.0 10
150 440

Eritrosit
VER
HER
KHER
RDW
Hitung Jenis
Netrofil
Limfosit
Monosit
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Fungsi Ginjal
Ureum darah
Creatinin darah
Glukosa darah
GDS
Gas Darah
PH
PCO2
PO2
BP
HCO3
O2 saturasi
BE
Total CO2
Elektrolit
Na
K
Cl

4.48
91.7
30.4
33.1
12.9

4.40 5.90
80 100
26 34
32.0 36.0
11.5 14.5

96
4
0

50 70
20 40
28

24
18

0 34
0 40

51
1.3

20 40
0.6 1.5

105

70 140

7.399
25.5
90.5
755.0
15.4
97.1
-7.4
16.2

7.370 7.440
35.0 45.0
83.0 108.0
21.0 28.0
19.0 24.0
-2.5 2.5
19.0 24.0

144
4.75
94

135 147
3-10 5.10
95 108

DIAGNOSIS KERJA
Pleuropneumonia kanan
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Efusi pleura kanan
V.
PENATALAKSANAAN
Rdx/ :
- DPL
- SGOT/SGPT
- Ureum Kreatinin
- GDS
- BTA sputum 3X
- Mantoux test
- AGD
- Ro thorax PA, toplordotik, lateral

- EKG
Therapy :
- O2 3L/jam
-Drip adona 50 mg dalam asering
-Ceftum 2 x 1 gr
-Kalnex inj 3 x 1 amp
-Vit C inj 1 x 2 amp
-Ca glukonas inj (k/p)
-Meptin 2 x 1
-Ceftazidine 2 x 1 gr i.v
-Rawat isolasi
VI.

PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam

VII.

RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS. Malam harinya pasien

batuk-batuk, darah (+) merah tua, buih (+). Demam dan menggigil (+), badan linu, serta sesak
bertambah berat. Riwayat batuk-batuk berdahak (+), dahak kadang berwarna putih dan kadang
berwarna hijau pada pagi hari. Sakit dada kanan (+) menjalar ke perut kanan dan pinggang
bagian belakang pada saat batuk dan menarik nafas. Pasien mengalami mencret-mencret, dan
penurunan BB (+). Pasien memiliki riwayat kencing batu (+). Pasien memiliki riwayat sebagai
perokok berat (+). Pasien sering mengalami kontak dengan debu ternak (+).
Pemeriksaan fisik :

Paru :
- Perkusi
: Redup pada sela iga 4 hemitorax kanan
- Auskultasi : Ronchi basah kasar +/+\

Laboratorium

Foto thorax PA dan top lordotic


VIII. ANALISIS KASUS
FOLLOW UP
Tanggal 24 Agustus 2009
S:
Batuk (+), batuk darah (-), nyeri daerah ulu hati saat menarik dan membuang nafas, sakit
O:

kepala (+).
KU/KES : TSS/CM
T: 110/70 mmhg
N: 110x/m
R: 28x/m
S: 37 C

Tanggal 26 Agustus 2009


S:
- Sesak nafas berkurang
- Rasa nyeri pada dada masih terasa pada saat batuk tetapi sudah berkurang
- Batuk berdahak kuning kental, susah dikeluarkan
- Batuk darah (-)
O:
Ku/Kes : TSS/CM
TD: 110/70 mmHg
RR: 30x/m
N: 104x/m
S: 36,8C
Mata: CA -/-, SI -/Leher: KGB tidak teraba
Thorax: Cor : BJ I,II reguler, murmur -, gallop
Pulmo: SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/Abdomen: Datar, lembut, supel, BU +, NT +
Ekstremitas: Akral hangat, oedem -/A:
Hemoptoe e.c. dd TB paru
Pleuropneumonia
P:
ivfd asering/24 jam + ketorolac 1amp
Ceftazidime 2x1g(iv)
Meptin sy 2x CI
Codiprompt expect 2x1
Hasil Ro thorak PA & Top Lordotic belum ada
Pemeriksaan mikrobiologi
BTA sputum
27 Agustus 2009
S:
- Sesak berkurang
- Nyeri saat batuk berkurang
- Batuk darah (-), dahak (+), warna kuning
- Mual, muntah (-)
O:
TD: 110/70mmHg
N: 106x/m
RR: 28x/m
S: 36,8C
Mata: CA -/-, SI -/Leher: KGB tidak teraba
Thorax: Cor : BJ I,II reguler, murmur -, gallop
Pulmo: SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/Abdomen: Datar, lembut, supel, BU +, NT +
Ekstremitas: akral hangat, oedem -/Foto thorax PA 25 Agustus 2009:
Sinus:
Perselubungan di diafragma kanan
Pulmo:
- Corakan bronkovaskuler ramai
- Perselubungan paracardial kanan dibanding foto lama relatif STQA
Cor:
Membesar ke kiri, CTR >50%
Aorta normal
Kesan:
Dibanding foto lama 22 Agustus 2009 relatif stag

Top lordotic: Corakan bronkovaskuler ramai, infiltrat suprahiler bilateral


A
P:

Pleuropneumoni dextra
ivfd asering/24jam + ketorolac 1amp
Ceftazidime 2x1g iv
Meptin sy 2x CI
Codipront exp 2x1

28 Agustus 2009
S:
- Sesak makin berat
- Nyeri dada (+), bertambah sakit saat batuk
- Batuk berdahak putih
- Mual,muntah (-)
O:
TD: 110/70mmHg
N: 110x/m
RR: 36x/m
S: 36,8C
Mata: CA -/-, SI -/Leher: KGB tidak teraba
Thorax: Cor : BJ I,II reguler, murmur -, gallop
Pulmo: SN vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/Abdomen: Datar, lembut, supel, BU +, NT +
Ekstremitas: Akral hangat, oedem -/A:
Pleuropneumonia dextra
P:
ivfd asering/24jam + ketorolac 1amp
Ceftazidime 2x1g iv hari ke-4
Meptin sy 2x CI
Codipront exp 2x1
Periksa DL
Rencana OAT besok: R/H/Z :450/300/1000

DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Artikel:
Aru W Sudoyo, Bambang S, Idrus Alwi, Marcellus S, Siti S, ed. Penyakit-penyakit pleura. In:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. Jakarta: internal Publising; 2009. p2329-33
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Perjalanan Penyakit. Jakarta:
EGC; 2002.
W. Sudoyo Aru, 2006. Ilmu Penyakit Dalam , Jakarta: FKUI
Website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Hematemesis
https://en.wikipedia.org/wiki/Hemoptysis
https://en.wikipedia.org/wiki/Hematemesis
http://www.indramuhtadi.com/scripts-2014/topik-ke-150-hemoptysis-batuk-darah
http://www.indramuhtadi.com/scripts-2013/topik-ke-142-diagnosis-medis-ekspektasi-pasien
https://www.academia.edu/7450130/Case_paru_tbc_dr

Anda mungkin juga menyukai