: 144060005759
Alternatif Solusi:
Kasus gedung miring ini, diasumsikan terjadi karena kegagalan konstruksi di mana hasil
pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi sebagai akibat kesalahan penyedia jasa. Kegagalan sebenarnya telah
terjadi pada tahap perencanaan, di mana desain bangunan tidak sesuai untuk kontur tanah
yang miring, misalnya bangunan yang didesain terlalu tinggi tidak sesuai untuk kontur tanah
miring. Oleh sebab itu, penyedia jasa harus bertanggung jawab atas terjadinya kegagalan
konstruksi ini, baik dengan menanggung biaya perbaikan maupun sanksi lain sesuai kontrak
yang disepakati.
Selanjutnya, diasumsikan bahwa dari hasil kesepakatan, penyedia jasa akan menanggung
seluruh biaya untuk merobohkan gedung miring ini dan pembangunannya tidak dilanjutkan
karena dianggap terlalu berisiko mengingat kontur tanahnya yang miring. Apabila memang
pemerintah, tetap berniat untuk membangun gedung di lahan ini, sebaiknya dilakukan tender
ulang dan sebaiknya tidak memaksakan untuk mendirikan bangunan yang terlalu tinggi seperti
yang semula diinginkan (24 lantai) jika memang tidak memungkinkan. Kontur tanah miring pada
dasarnya memang bukan penghalang dalam mendirikan bangunan di atasnya, tetapi tetap saja
ada keterbatasan yang tidak bisa dihindari dan harus tetap mengedepankan keselamatan.
Alternatif
lainnya,
mengingat
lokasinya
yang
berada
di
pusat
kota
dan
sangat
strategis,pemerintah dapat mendirikan taman kota di lahan tersebut, yang dilengkapi dengan
kios-kios kecil di sekelilingnya. Taman kota dapat menjadi penyegar di tengah panasnya
perkotaan, selain itu dapat menyaring polusi kendaraan bermotor. Taman kota tersebut dapat
menambah daya tarik kawasan Bintaro, menjadi tempat relaksasi tersendiri bagi warganya.
Kios-kios yang dibangun, dapat disewakan dan menambah pendapatan pemerintah. Dalam hal
ini, pada dasarnya pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak PT Jaya Real Property,
misalnya saja dengan skema Bangun Guna Serah (BSG).