Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP DASAR

Fixed Bed Reactor katalitik dapat didefinisikan sebagai suatu tube silindrikal yang dapat diisi dengan
partikel-partikel katalis. Selama operasi, gas atau liquid atau keduanya akan melewati tube dan
partikel-partikel katalis, sehingga akan terjadi reaksi katalitik.
Inti dari proses yang terjadi di dalam fixed bed reactor adalah proses reaksi kimia yang terjadi pada
katalis. Proses ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut.
1. Diffusion of the reactants from the gas space through the outer gas-particle boundary layer,
macropores, and micropores.
2. Chemisorption on active centers.
3. Surface reactions.
4. Desorption on the products.
5. Back diffusion of the products into the gas space.
Pemodelan desain fixed bed reactor katalitik adalah sebagai berikut.
NERACA MASSA (STEADY STATE)

dimana
Dr, DL

: Effective dffusivity, (length)2/time


(based upon total void plus nonvoid area)

CA

: Concentration of component A, mol/vol

US

: Superficial velocity, length/time

RA

: Global reaction rate, mol/(mass catalyst)(time)


: Density of bed catalyst pellets, mass/vol

NERACA ENERGI (STEADY STATE)

dimana
kr, kL

: Effective thermal diffusivity, energy/(time)(length)(temperature)


: Fluid density, mass/volume

Cp

: Heat capacity, energy/(mass)(temperature)

Gambar 1. Fixed Bed Reactor

Fixed bed reaktor katalitik sangat umum ditemukan dalam industri kimia. Beberapa proses eksotermis
seperti oksidasi etilen, naphthalen, sintesis vinyl asetat dan reaksi hidrogenasi merupakan beberapa
contoh penggunaan fixed bed reaktor. Terdapat beberapa konfigurasi reaktor yang digunakan sesuai
kebutuhan yaitu

Adiabatic tubular reactor

Non isothermal-non adiabatic tubular reactor

Heat exchanger fixed bed reactor

Adiabatic tubular reactor


Karena tidak ada perpindahan panas dengan sekelilingnya, tidak terdapat perpindahan panas radial.
Umumnya rasio diameter terhadap panjang mendekati 1, sedangkan rasio reaktor terhadap partikel
bernilai 50 x atau lebih. Banyak reaksi seperti dehidogenasi n-butena menjadi butadiena,
hidrogenasi nitrobenzena menjadi anilin, aminasi metanol menjadi metil amina, dehidrogenasi etil

benzena menjadi stirena dll, berlangsung pada reaktor adiabatik. Berikut ini adalah parameter
penentu pada kondisi operasi adiabatik.
1. Permukaan katalis aktif yang tersedia per unit volum reaktor.
2. Kualitas perpindahan massa & panas diantara flowing gas dan permukaan katalis aktif.
3. Flow ressure loss.
4. Uniformity aliran melalui reaktor dan derajat utilisasi fixed bed.
Non isothermal-non adiabatic tubular reactor
Jenis reaktor ini biasanya digunakan untuk menjalankan reaksi eksotermis tinggi pada katalis
berpori. Maka desain dari reaktor ini harus mempertimbangkan aspek safety sebagai prioritas
utama. Skema reaktor ditunjukkan pada Gambar 2. Pada reaktor ini gradien konsentrasi dan
temperatur dapat terjadi baik dalam arah aksial maupun radial.

Gambar 2. Non isothermal-non adiabatic tubular reactor

Heat exchanger fixed bed reactor


Untuk menjalankan reaksi eksotermis yang kuat pada tubular reaktor, alat penukar kalor eksternal
sering digunakan untuk menjaga temperature inlet pada level yang diinginkan. Skema reaktor
fixed bed reactor dengan alat penukar kalor eksternal ditunjukkan pada Gambar 3. Sintesis amonia,
produksi asam sulfur, dan reaksi gas-air adalah beberapa contoh penggunaan reaktor ini.
Konfigurasi ini juga dikenal sebagai autothermic operation, artinya proses mampu menjaga suhu
reaksi yang tepat pada inlet reaktor dengan membebaskan panas dari reaksi itu sendiri.

Gambar 3. Heat exchanger fixed bed reactor

FENOMENA

PERPINDAHAN

MASSA

DAN

ENERGI

PADA

PEMANFAATAN REVERSE FLOW REACTOR UNTUK OKSIDASI


KATALITIK UAP BENSIN
Oksidasi katalitik uap bensin adalah salah satu cara untuk mengurangi emisi uap bensin di stasiun
pengisian bahan bakar umum. Reaksi ini adalah reaksi eksotermik, sehingga panas reaksi yang timbul
dapat dimanfaatkan untuk memanaskan umpan agar reaktor dapat berperilaku ototermal. Kondisi
ototermal dengan umpan emisi uap bensin yang berkonsentrasi rendah dapat tercapai dengan
menggunakan reverse flow reactor (RFR), yaitu fixed bed reactor yang arah alirannya diubah secara
periodik.
Penelitian mengenai aplikasi reverse flow reactor (RFR) untuk mengolah uap bensin diawali dengan
membangun persamaan model untuk RFR berdasarkan persamaan neraca massa pseudohomogeneous
dan neraca energi heterogen satu dimensi di fixed bed reactor serta batasan-batasan kriteria rancangan
untuk fixed bed reactor. Model tersebut disimulasikan menggunakan perangkat lunak untuk beberapa
variabel operasi.

Simulasi bertujuan untuk mengetahui kinerja RFR dalam mengkonversikan uap bensin menjadi CO2,
sehingga prosentase pengurangan uap bensin di SPBU dapat diketahui. Kinerja RFR dibandingkan
dengan kinerja FBR yang beroperasi satu arah. Hasil simulasi dianalisis lebih lanjut, sehingga
diperoleh metoda pengoperasian RFR untuk reaksi oksidasi katalitik uap bensin yang tepat. Hasil
simulasi ini digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kondisi operasi RFR untuk oksidasi
katalitik uap bensin secara eksperimental.

Gambar 4. Konfigurasi reaktor untuk simulasi RFR

Gambar 5. Skema elemen volume dari fixed bed reactor

Tabel 1. Model persamaan neraca massa dan energi reaksi oksidasi katalitik bensin

Dari hasil simulasi disimpulkan bahwa reaksi oksidasi katalitik uap bensin yang diselenggarakan
dengan mode operasi reverse flow operation (RFO) menyebabkan temperatur di dalam reaktor baik
tmeperatur gas maupun temperatur fasa padat, lebih tinggi daripada temperatur gas pada kondisi
operasi satu arah. Hal ini terjadi karena panas hasil reaksi terjebak di dalam bed reactor sebagai akibat
adanya perubahan aliran selama selang waktu tertentu. Panas yang terakumulasi tersebut dapat
dimanfaatkan dalam proses start-up untuk memanaskan gas umpan maupun untuk memanaskan bed
itu sendiri. Waktu uap bensin untuk mencapai konversi 100% lebih cepat daripada kondisi operasi
satu arah.

Anda mungkin juga menyukai