Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TEKNIK REAKSI KIMIA 2

Reaktor Fixed Bed Katalitik


Industri Pupuk
Disusun Oleh:
Andre Nicolas I.

(1006679421)

Fahima

(1006660554)

Hasbi Priadi

(1006679623)

Nur Anis Hidayah

(1006660610)

Rizqi Pandu S.

(0906557045)

Disusun Oleh:
Andre Nicolas I.

(1006679421)

Fahima

(1006660554)

Hasbi Priadi

(1006679623)

Nur Anis Hidayah

(1006660610)

Rizqi Pandu S.

(0906557045)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK
2013

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk

Daftar Isi
1.

Tinjauan Umum Reaktor ............................................................................................................. 3

2.

Reaksi Dalam Reaktor .................................................................................................................. 5

3.

Fungsi Reaktor dan Profil Kelengkapannya .............................................................................. 7


Bentuk Reaktor Fixed Bed ................................................................................................................... 8
Pemilihan katalisator .......................................................................................................................... 9
Contoh Aplikasi Fixed Bed Reaktor ..................................................................................................... 9

4.

Fenomena Dalam Reaktor.......................................................................................................... 10


Prinsip Dasar .................................................................................................................................... 10

5.

Perumusan Rumus, Formula Kinetika dan Formula Mass Transfer .................................... 12


Kinetika Reaksi ................................................................................................................................. 13
Mass Balance .................................................................................................................................... 14
Neraca Energi ;................................................................................................................................. 14
Pressure Drop di dalam Reaktor ...................................................................................................... 15
Pressure Drop dan Hukum laju ........................................................................................................ 15
Reaksi Ganda di dalam Reaktor ....................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 18

Page 2

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


1. Tinjauan Umum Reaktor
Fixed Bed Reactor katalitik dapat didefinisikan sebagai suatu tube silindrikal
yang dapat diisi dengan partikel-partikel katalis. Selama operasi, gas atau liquid atau
keduanya akan melewati tube dan partikel-partikel katalis, sehingga akan terjadi
reaksi. Pada reaktor fixed bed, pelet katalis berada pada posisi yang tetap / konstan.
Reaktor fixed bed dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Massive Beds
a. Adiabatik
b. Dengan interstage cooling
2. Tubular Heat Exchanger Type Reactors
a. Dengan external cooling atau heating
b. Externally fired
3. Directly Fired Tubular Reactors
Reaktor fixed bed digunakan pada banyak industri kimia, seperti:
Steam reforming dari gas alam
Sintesis amonia / industri pupuk
Produksi asam sulfat
Sintesis metanol
Oksidasi metanol
Produksi etilen oksida
Produksi butadiene
Produksi Stirene
Kelebihan dari reaktor fixed bed yaitu:
Dapat digunakan untuk mereaksikan dua macam gas sekaligus

Kapasitas produksi cukup tinggi

Pemakaian tidak terbatas pada kondisi reaksi tertentu (eksoterm atau endoterm)
sehingga pemakaian lebih fleksibel

Aliran fluida mendekati plug flow, sehingga dapat diperoleh hasil konversi yang
tinggi

Pressure drop rendah

Oleh karena adanya hold-up yang tinggi, maka menghasilkan

pencampuran

radial yang lebih baik dan tidak ditemukan pembentukan saluran (channeling)

Pemasokan katalis per unit volum reaktor besar

Hold up liquid tinggi


Page 3

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk

Katalis benar-benar dibasahi

Kontrol temperatur lebih baik

Transfer massa gas-liquid lebih tinggi daripada reaktor trickle bed karena
interaksi gas-liquid lebih besar

Sementara itu, kekurangan dari reaktor fixed bed yaitu:

Resistansi difusi intra partikel sangat besar

Rate transfer massa dan transfer panas rendah

Pemindahan katalis sangat sulit dan memerlukan shut down alat

Konversi lebih rendah

Ada kemungkinan terjadi reaksi samping homogen pada liquid

Pada industri pupuk, karakteristik reaktor fixed bed, katalis, cooling tubes, serta
kondisi operasi pada proses produksi amonia yaitu:
Katalis Bed:

Volume total katalis: 4,07 m3

Diameter basket reaktor: 1,1 m

Luas cross-sectional basket reaktor: 0,95 m2

Panjang Reaktor: 5,18 m


Cooling Tubes:

Jumlah: 84

Diameter dalam tube: 1,1 m

Luas tube heat exchange (outer): 69,4 m2

Luas tube heat exchange (inner): 52,0 m2

Diameter luar tube: 50,8 mm

Tipikal kondisi operasi industri pupuk (secara umum):

Kapasitas produksi: 120 ton NH3/hari

Fraksi mol H2 di feed: 0,65

Fraksi mol N2 di feed: 0,219

Fraksi mol NH3 di feed: 0,052

Inert: 0,079

Mass flow rate: 26.400 kg/h

Space velocity: 13.800/hr

Tekanan: 286 atm

Page 4

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk

Suhu: 421oC

Jenis reaktor fixed bed yang biasa digunakan di proses sintesis amonia yaitu reaktor
multibed adiabatik. Gambar reaktor multibed adiabatik ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Reaktor Multibed Adiabatik


Sumber: Anonim. Ammonia Synthesis.

2. Reaksi Dalam Reaktor


Salah satu pabrik pupuk di Indonesia adalah PT. Pusri yang berlokasi di
Sumatra Selatan. Pupuk Urea yang dikenal dengan rumus kimia NH2CONH2 pertama
kali dibuat secara sintetis oleh Frederich Wohler tahun 1928 dengan mereaksikan
garam cyanat dengan ammonium hydroxide.
Pupuk urea yang dibuat PT Pusri merupakan reaksi antara karbon dioksida
(CO2) dan ammonia (NH3). Kedua senyawa ini berasal dari bahan gas bumi, air dan
udara. Ketiga bahan baku tersebut meruapakan kekayaan alam yang terdapat di
Sumatera Selatan.
Pada proses pembuatan amoniak dengan tekanan rendah dalam reaktor (150
atmosfir) yaitu dengan reaksi reforming merubah CO menjadi CO2, penyerapan CO2
dan metanasi. Reaksi reforming ini dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :
Page 5

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


Tingkat Pertama:
Gas bumi dan uap air direaksikan dengan katalis melalui piap-pipa vertikal dalam
dapur reforming pertama dan secara umum reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CnH2n + nH2O NCO + (2n+1)H2
CH4 + nH2O CO + 3H2
Tingkat Kedua :
Udara dialirkan dan bercampur dengan arus gas dari reformer pertama di dalam
reformer kedua, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi reforming dan
untuk memperoleh campuran gas yang mengandung nitrogen (N2). Kemudian
campuran gas sesudah reforming direaksikan dengan H2O di dalam converter CO
untuk mengubah CO menjadi CO2 (reaksi water gas shift)
CO + H2O CO2 + H2
Kemudian CO2 yang terjadi dalam campuran gas diserap dengan K2CO3
K2CO3 + CO2 + H2O KHCO3
larutan KHCO3 kemudian dipanaskan guna mendapatkan CO2 kembali sebagai bahan
baku pembuatan urea. Setelah CO2 dipisahkan, maka sisa-sisa CO, CO2 dalam
campuran gas harus dihilangkan yaitu dengan cara mengubah zat-zat itu menjadi CH4
kembali
CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
Kemudian tahap selanjutnya adalah mereaksikan nitrogen dengan hidrogen dalam
suatu campuran ganda pada tekanan 150 atmosfir dan kemudian dialirkan ke dalam
converter amoniak.
N2 + 3H2 2NH3
Setelah didapatkan CO2 (dalam fasa gas) dan NH3 (dalam fasa cair), kedua senyawa
ini direaksikan dalam reaktor urea dengan tekanan 200-250 atmosfer.
2NH3
Amonia

NH2COONH4

+ CO2
karbondioksida

NH2COONH4
Amonium karbamat

amonium karbamat

NH2CONH2 + H2O
urea

air

Reaksi ini berlangsung tanpa katalisator dalam waktu 25 menit. Proses


selanjutnya adalah memisahkan urea dari produk lain dengan memanaskan hasil

Page 6

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


reaksi (urea, biuret, ammonium karbamat, air dan amoniak kelebihan) dengan
penurunan tekanan, dan temperatur 120-165oC, sehingga ammonium karbamat akan
terurai menjadi NH3 dan CO2, dan akan didapatkan urea berkonsentrasi 70-75%.
Untuk mendapatkan konsentrasi urea yang lebih tinggi maka dilakukan
pemekatan dengan cara:
1. Penguapan larutan urea di bawah vacuum (ruang hampa udara, tekanan 0,1
atmosfir mutlak), sehingga larutan menjadi jenuh dan mengkristal.
2. Memisahkan kristal dari cairan induknya dengan centrifuge
3. Penyaringan kristal dengan udara panas
Untuk mendapatkan urea dalam bentuk butiran kecil, keras, padat maka kristal
urea dipanaskan kembali sampai meleleh dan urea cair lalu disemprotkan melalui
nozzle-nozzle kecil dari bagian atas menara pembutir (prilling tower). Sementara
tetesan urea yang jatuh melalui nozzle tersebut, dihembuskan udara dingin ke atas
sehingga tetesan urea akan membeku dan menjadi butir urea yang keras dan padat.

3. Fungsi Reaktor dan Profil Kelengkapannya


Reaktor Fixed Bed adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat yang
diam dan zat pereaksi berfase gas. Butiran-butiran katalisator yang biasa dipakai
dalam reaktor fixed bed adalah katalisator yang berlubang di bagian tengah, karena
luas permukaan persatuan berat lebih besar jika dibandingkan dengan butiran
katalisator berbentuk silinder, dan aliran gas lebih lancar. Perbedaandengan Fixed
bedFluidized

bed

reaktor

(FBR)

yaitu

pada

Fluidized

bed

gas

yang

jumlahkatalislebihsedikitdankatalisbergeraksesuaikecepatanaliran
masukserta FBR memberikanluaspermukaan yang lebihbesardari PBR

Secara spesifik, fixed bed reactor yang ada di unit pengolahan minyak bumi
dirancang oleh vendor berdasarkan kebutuhan proses. Struktur internal reaktor pun
berbeda dari vendor satu dengan lainnya. Karena sifatnya yang sangat spesifik,
perancangan reaktor itu sendiri biasanya juga terkait dengan lisensor prosesnya,
misalnya perancangan fixed bed reactor untuk Unicracking akan berbeda dengan
perancangan fixed bed reactor untuk MSDW Lube Catalytic Dewaxing. Hal ini terkait
dengan kebutuhan proses, terutama terkait dengan kebutuhan katalis yang sangat
spesifik tergantung pada vendornya masing-masing. Meskipun demikian, secara
umum bagian-bagian internal reaktor tetap sama, hanya saja tiap lisensor proses

Page 7

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


maupun vendor reaktor tersebut memiliki typical design masing-masing yang
diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi dari reaktor tersebut.
Packed/Fixed bed reaktor (PBR) terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan
katalis stasioner dan dioperasikan vertikal. Biasanya dioperasikan secara adiabatis.
Bagian utama dari sebuah fixed bed reactor adalah reactor vessel, reactor internals,
katalisator, inert dan graded katalisator. Reactor vessel merupakan bagian yang
menyediakan tempat bagi katalis dan tempat berlangsungnya kontak antara minyak
umpan dan katalis yang kemudian terjadi reaksi. Reactor vessel dirancang dengan
dasar perancangan pressure vessel (ASME BPVC Section VIII Division 2). Kunci
dari perancangan reactor vessel ini adalah pemilihan material, allowable working
pressure, dimensi dan ketebalan dinding vessel.
Product stream

Cooling/heating
medium in

Out

Feed

Gambar 2. Reaktor Fixed Bed

Bentuk Reaktor Fixed Bed


Bentuk reactor Fixed Bed dapat dibagi menjadi :

1. Reaktor dengan satu lapis tumpukan katalisator (Single Bed)


Sebagai penyangga katalisator dipakai butir-butir alumunia (bersifat inert
terhadap zat pereaksi) dan pada dasar reactor disusun dari butir yang besar makin
keatas makin kecil, tetapi pada bagian atas katalisator disusun dari butir kecil makin
keatas makin besar.

2. Multi bed
Katalisator diisi lebih dari satu tumpuk katalisator, fixed bed dengan
katalisator lebih dari satu tumpuk banyak dipakai dalam proses adiabatic. Jika reaksi

Page 8

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


yang terjadi sangat eksotermis pada konversi yang masih kecil suhu gas sudah naik
sampai lebih tinggi dari suhu maksimum yang diperbolehkan untuk katalisator, maka
gas harus di dinginkan terlebih dahulu kedalam alat penukar panas diluar reactor
untuk di dinginkan dan selanjutnya dialirkan kembali ke reaktor melalui tumpukan
katalisator kedua, jika konversi gas yang keluar dari tumpukan kedua belum mencapai
yang direncanakan, tetapi suhu gas sudah lebih tinggi dari yang diperbolehkan maka
dilakukan pendinginan lagi dengan mengalirkan gas kea lat penukar panas kedua
kemudian di kembalikan ke reactor yang masuk melalui tumpukan katalisator ketiga
dan seterusnya sampai diperoleh konversi yang diinginkan. Jika reaksi bersifat
endotermis maka penukar panas diluar reactor dapat digunakan untuk pemanas gas
reaksi.

Pemilihan katalisator
Untuk menentukan katalisaor mana yang sebaiknya digunakan dapat dipakai
pertimbangan sebagai berikut :
1. Sebaiknya dipakai katalisator yang berumur panjang dengan maksud untuk
menghema\t dana untuk membeli katalisator baru, untuk mengurangi waktu produksi
yang hilang guna penggantian katalisator.
2. Harga katalisator. Dipilih harga katalisator yang murah, untuk menghemat investasi
dan biaya operasi
3. Mudah atau tidaknya diregenerasi. Jika katalisator dapat diregenerasi tanpa harus
merusak aktivitasnya dapat mengurangi biaya pembelian katalisator baru
4. Dapat diproduksi dalam jumlah yang besar.
5. Tahan terhadap racun. Jika katalisator tahan terhadap racun akan berumur panjang dan
tidak mudah kehilangan aktivitasnya.

Contoh Aplikasi Fixed Bed Reaktor


SPM-2300 merupakan Simulasi Proses Reaktor fixed bed yang dapat diatur
untuk pereaksi dua gas, reaksi dapat eksotermik atau endotermis. Bentuk wujud
configurasi katalitik reaksi antara ethylene ( komponen reaktan A) dengan benzen (
komponen reaktan B), dalam keadaan eksotermik, untuk menghasilkan ethylbenzene (
produk C), suatu bahan kimia intermediate yang digunakan untuk pembuatan styrene
monomer.

Page 9

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


Komponen reaktan A dan B diberi umpan untuk masing-masing empat fixed
bed melewati alat pemanas di mana temperatur dinaikkan sampai suhu reaksi
optimum. Temperatur reaktan A dijaga lebih rendah dari komponen reaktan B untuk
mempertimbangkan inter-bed quenching, suatu teknik yang digunakan untuk
mengontrol temperatur reaktor fixed bed.
Stock feed reaktan A diasumsikan datang dari typical refinery FCC. Sebagai
konsekwensi, ada suatu konsentrasi substrat inert dalam feed. Karena itu reaksinya
adalah sangat eksotermik, inert dihilangkan dalam feed untuk membantu reaktor
berjalan semestinya.Stock feed reaktan B diasumsikan untuk menjadi persediaan
paling tinggi industri dan kemudian secara efektif 100% murni untuk kepentingan
simulasi ini.
Reaktor fixed bed adalah ukuran untuk mengkonversi semua komponen
reaktan A menjadi produk. Perbandingan ratio inlet molar dari komponen reaktan B
ke komponen reaktan A memerlukan perawatan untuk masing-masing reaktor. Karena
aliran komponen reaktan A ke masing-masing reaktor memerlukan perawatan yang
sama, mayoritas reaktan B harus diberi umpan kepada reaktor fixed bed yang pertama
dengan hanya suatu peningkatan kecil komponen reaktan B diberi umpan ke reaktor
fixed bed yang berikutnya.
Arus Produk dibersihkan ke aliran bottom reaktor melalui suatu rangkaian
kolom penyulingan. inert adalah vented, dimampatkan kembali, dan digunakan
sebagai suatu gas bahan bakar di tempat lain di dalam reaksi itu. Komponen reaktan B
dibersihkan, dan didaur ulang kembali ke reaktor tersebut. Pemurnian arus produk
adalah di luar lingkup simulasi ini.
4. Fenomena Dalam Reaktor
Prinsip Dasar
Inti dari proses yang terjadi di dalam fixed bed reactor adalah proses reaksi kimia
yang terjadi pada katalis. Proses ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai
berikut.
1. Difusi reaktan dari spesi gas melewati lapisan batas
2. Kemisorpsi pada bagian aktif
3. Reaksi permukaan
4. Desorpsi produk

Page 10

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


5. Difusi balik ke spesi gas
Fixed bed reaktor katalitik sangat umum ditemukan dalam industri kimia. Beberapa
proses eksotermis seperti oksidasi etilen, naphthalen, sintesis vinyl asetat dan
reaksi hidrogenasi merupakan beberapa contoh penggunaan fixed bed reaktor.
Terdapat beberapa konfigurasi reaktor yang digunakan sesuai kebutuhan yaitu

Adiabatic tubular reactor


Karena tidak ada perpindahan panas dengan sekelilingnya, tidak terdapat
perpindahan panas radial.
Umumnya rasio diameter terhadap panjang mendekati 1, sedangkan rasio
reaktor terhadap partikel bernilai 50 x atau lebih. Banyak reaksi seperti
dehidogenasi n-butena menjadi butadiena, hidrogenasi nitrobenzena
menjadi anilin, aminasi metanol menjadi metil amina, dehidrogenasi etil
benzena menjadi stirena dll, berlangsung pada reaktor adiabatik. Berikut ini
adalah parameter penentu pada kondisi operasi adiabatik.
1. Permukaan katalis aktif yang tersedia per unit volum reaktor.
2. Kualitas perpindahan massa & panas diantara flowing gas dan
permukaan katalis aktif.
3. Flow ressure loss.
4. Uniformity aliran melalui reaktor dan derajat utilisasi fixed bed.

Non isothermal-non adiabatic tubular reactor


Jenis reaktor ini biasanya digunakan untuk menjalankan reaksi eksotermis
tinggi pada katalis berpori. Maka desain dari reaktor ini harus
mempertimbangkan aspek safety sebagai prioritas utama. Skema reaktor
ditunjukkan pada Gambar 2. Pada reaktor ini gradien konsentrasi dan
temperatur dapat terjadi baik dalam arah aksial maupun radial.

Page 11

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk

Gambar 3. Non isothermal-non adiabatic tubular reactor

Heat exchanger fixed bed reactor


Untuk menjalankan reaksi eksotermis yang kuat pada tubular reaktor, alat
penukar kalor eksternal sering digunakan untuk menjaga temperature inlet
pada level yang diinginkan. Skema reaktor fixed bed reactor dengan alat
penukar kalor eksternal ditunjukkan pada Gambar 3. Sintesis amonia,
produksi asam sulfur, dan reaksi gas-air adalah beberapa contoh
penggunaan reaktor ini. Konfigurasi ini juga dikenal sebagai autothermic
operation, artinya proses mampu menjaga suhu reaksi yang tepat pada inlet
reaktor dengan membebaskan panas dari reaksi itu sendiri.

Gambar 4. Heat exchanger fixed bed reactor

5. Perumusan Rumus, Formula Kinetika dan Formula Mass Transfer


Page 12

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


Kinetika Reaksi

Gambar 5. Packed Bed Reactor

Neraca mol pada elemen volume

Untuk reaktor jenis Packed Bed Reactor (PBR), biasanya lebih tertarik untuk
menghitung berat katalis, W yang diperlukan dari pada menghitung panjang atau
tinggi reaktor, z. Karena berat katalis, W yang diperlukan bisa dinyatakan terhadap
panjang/tinggi reaktor, z seperti dituliskan pada persamaan berikut :
W
berat
padatan

katalis

Asumsi

(1 - ) A c z
volume
padatan

katalis

x
x

c
densitas
padatan

katalis

konstan sepanjang z dan misal Ac = luas penampang reaktor

maka ;

Page 13

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


Bila pressure drop dan keberadaan katalis diabaikan, persamaan kinetika pada fixed
bed reactor menjadi

Dengan memasukkan nilai stoikometri, dapat ditulis menjadi

Dan kombinasi keduanya menjadi

Disederhanakan menjadi

Mass Balance

(1) Perubahan konsentrasi karena waktu


(2) Perpindahan konfektif
(3) Diffusi Molekular
(4) Laju Reaksi

Neraca Energi ;

(1) Perubahan panas karena waktu


(2) Perpindahan konfektif
(3) Perpindahan panas karena konduksi
(4) Efek panas dari reaksi kimia
Page 14

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


(5) Flux panas karena radiasi
Apabila dikaitkan dengan gambar 3. di atas ;

Kemudian persamaan dibagu elemen Volume, dengan mengambil limit

Keterangan ;

Pressure Drop di dalam Reaktor


Pada reaksi fasa cair, konsentrasi reaktan tidak mempengaruhi secara
signifikan (yang berarti) terhadap perubahan tekanan total sistem di dalam
reaktor. Akibatnya pengaruh pressure drop (beda tekan) terhadap laju reaksi dapat
diabaikan, saat menghitung ATAU menentukan volume reaktor yang diperlukan
untuk mencapai konversi tertentu. Hal ini berbeda apabila reaksinya dalam fasa
gas, konsentrasi dari zat yang terlibat dalam reaksi menentukan atau berpengaruh
terhadap besarnya tekanan total sistem, sehingga diperlukan perhitungan yang
lebih teliti pengaruh pressure drop terhadap laju reaksi, karena pengaruh pressure
drop bisa menjadi kunci atau menentukan berhasil tidaknya operasi suatu reaktor.

Pressure Drop dan Hukum laju


Untuk gas ideal, konsentrasi zat i yang terlibat dalam reaksi nilainya :

Page 15

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


F
Ci i
v

FA0 (i i x )
P T
v0 (1 x) 0
P T0

Untuk reaksi yang beroperasi isotermal (pada temperatur tetap)

F
( i x ) P

Ci i C A0 i
v
(1 x) P0
Untuk menghitung pressure drop, nilai (P/P0) pada persamaan untuk isotermal
harus dinyatakan sebagai fungsi volume, V atau berat katalis, W. Sehingga dapat
dikombinasikan antara konsentrasi, hukum laju dan persamaan design dan saat
menghitung pressure drop persamaan design yang digunakan harus dinyatakan
dalam bentuk diferensial.
Dalam industri sendiri, nilai pressure drop pada fixed bed dideskripsikan dalam
persamaan berikut

Atau dengan persamaan Ergun

Di mana

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa pressure drop sangat begantung pada
fraksi void dari packing, pada bentuk standar, silinder kosong lebih cenderung
dipilih ketimbang bola dan silinder pejal. Da
Ketergantungan ini mengakibatkan pentingnya menghindari aliran bypass sebagai
akibat variasi densitas packing. Dengan alasan yang sama pula, selektivitas reaksi
sering diisi seragam dengan alat khusus dan digunakan seperlunya untuk
mengkompensasi pressure drop.

Reaksi Ganda di dalam Reaktor


Keberadaan reaksi ganda akan mempengaruhi perpindahan kalor pada
reaktor. Jika sebanyak q reaksi ganda terjadi dengan keberadaan m spesi, secara
sederhana dapat ditunjukkan bahwa persamaan neraca energi menjadi
Page 16

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk

Jika terdapat 2 reaksi ganda, persamaan di atas dapat dijabarkan menjadi

Page 17

Reaktor Fixed Bed Katalitik Industri Pupuk


Daftar Pustaka
H. Scott Fogler, Elements of Chemical Reaction Engineering, 3 ed., Prentice-Hall,
Inc., New Jersey, 1999.
H. Scott Fogler, Elements of Chemical Reaction Engineering, 4 ed., Prentice-Hall,
Inc., New Jersey, 2006.

Page 18

Anda mungkin juga menyukai