Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
id/bitstream/
handle/123456789/44927/A10sdp.pdf?sequence=1
AN
NALISIS PERUBA
AHAN PEN
NGGUNA
AAN LAHA
AN
RUANG
G TERBUK
KA HIJAU
U DI WIL
LAYAH JA
AKARTA
A TIMUR
Oleh :
Sukapti Ivanna
I
Devi Patria
A
A140503344
Oleh
PROGR
RAM STU
UDI MANA
AJEMEN SUMBER
RDAYA LAHAN
L
DEPART
TEMEN IL
LMU TAN
NAH DAN
N SUMBE
ERDAYA LAHAN
L
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT P
PERTANIA
AN BOGO
OR
2010
ii
RINGKASAN
SUKAPTI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di
Wilayah Jakarta Timur. Dibimbing oleh SANTUN R.P SITORUS dan DYAH
RETNO PANUJU
Pembangunan kota yang semakin berkembang di Indonesia, di DKI Jakarta
khususnya berdampak pada perubahan penggunaan lahan di Jakarta Timur.
Peningkatan kegiatan pembangunan fisik perkotaan selain berdampak positif
terhadap peningkatan kegiatan perekonomian, juga berdampak negatif yaitu
terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Salah satu penurunan kualitas
lingkungan tersebut adalah penurunan luas lahan ruang terbuka hijau (RTH)
menjadi lahan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola
perubahan RTH, mengetahui laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan
wilayah di Jakarta Timur,serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan luas RTH.
Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2002 luas RTH di Jakarta Timur
sebesar 830,6ha dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.056,7ha. Dengan
demikian, pada periode 2002-2007 terjadi peningkatan luas RTH sebesar 226,1 ha.
Selanjutnya laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2002 sampai 2008 di Jakarta
Timur sebesar 0.9 % per tahun, dan laju pertumbuhan pendatang pada periode
yang sama sebesar 0.7 % per tahun. Perkembangan wilayah salah satunya dicirikan
dengan berkembangnya sarana-prasarana yang terdiri dari fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, dan fasilitas ekonomi. Laju pertumbuhan fasilitas pendidikan,
kesehatan, ekonomi tahun 2003 dan 2006 masing-masing adalah -1.5 %, 6.4 %,
dan 1.1 % per tahun.
Sebagian besar kelurahan yang berada di Kawasan Jakarta Timur
berdasarkan tingkat perkembangan wilayahnya pada tahun 2003 dan 2006 adalah
berhirarki III. Pada tahun 2003 ada 40 kelurahan yang berhirarki III, 18 kelurahan
yang berhirarki II, dan 7 kelurahan yang berhirarki I. Pada tahun 2006 kelurahan
yang berhirarki III menurun menjadi 35, sedangkan yang berhirarki II dan I
meningkat masing-masing 19 dan 11 kelurahan.
Faktor yang berpengaruh sangat nyata (p-level 0.05) terhadap perubahan
luas RTH adalah ketersediaan lahan kosong. Sementara itu, faktor yang berperan
nyata (p-level> 0.1)dalam mempengaruhi perubahan luas RTH di Jakarta Timur
adalah pertambahan jumlah fasilitas kesehatan.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau (RTH), Pertumbuhan Penduduk, Ketersediaan
Lahan Kosong, Perkembangan Wilayah
iii
SUMMARY
SUKAPTI. An analysis of the Grenery Opened Space Change in East Jakarta.
Under supervision of SANTUN R.P SITORUS and DYAH RETNO PANUJU.
City development in Indonesia, especially in East Jakarta has affected the
changing of land use. The increasing of physical building at the city has positively
affected to the increasing economic activities. Besides, it has caused
environmental degradation. One form of environmental degradation is the
decreasing of greenery opened space which is turning into built-up area. This
research aims : to identify the pattern of greenery opened space change, to know
the population growths rate and regional development in East Jakarta, and to
assess factors affectingthe grenery opened space change.
The result showed that in 2002, the greenery opened space in East Jakarta
was 830,6 ha and in 2007 it increased into 1.056,7 ha. So, between the period of
2002 and 2007 there was an increasing at about 226,1 ha. Population growths rate
from 2002 until 2008 in East Jakarta was 0.9% per year, and inmigrant growths
rate in the same period was 0.7% per year. The regional development was showed
by the appearance of developed facilities including education, health and economic
facilities. Growth rate of education, health and economic facilities in 2003 and
2006 are -1.5%, 6.4% and 1.1 per year, respectively.
Based on scalogram analysis, most of the kelurahan (town villages) in East
Jakarta are belong to hierarchy III. In 2003, there were 40 kelurahan classified as
hierarcy III, 18 kelurahan as hierarchy II, and 7 kelurahan as hierarchy I. In 2006,
number of kelurahan grouped as hierarchy III decreased into 35 kelurahan, while
at hierarchy II and I increased into 19 and 11 kelurahan, respectively.
The most affecting factors (p-level 0.05) to the greenery opened space
change are availability of unoccupied area and allocation of greenery opened space
in the planning document (RTRW). Meanwhile, the potential affecting factor (plevel 0.1) to the greenery opened space change is the increasing number of health
facilities.
Keyword : Grenery Opened Space, Citizen Growth, Availability of Empty Area,
Area Development
iv
Oleh :Oleh
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: A14050334
Disetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Tanggal lulus:
vi
RIWAYAT HIDUP
Sukapti Ivanna Devi Patria dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 26
Desember 1987, dari pasangan Suwarlan dan Rosni Susanti. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan di SDN 03 Jakarta Timur dan lulus pada
tahun1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 223 Jakarta Timur dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU
Islam P.B Sudirman Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).Selama
menjadi mahasiswa penulis memperoleh kesempatan untuk menjadi asisten
praktikum matakuliah Perencanaan Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan.
Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor dengan judul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Ruang
Terbuka Hijau Di Wilayah Jakarta Timur, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir Santun
R.P. Sitorus dan Ir. Dyah Retno Panuju, M.Si.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Jakarta Timur, sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian IPB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir Santun R.P Sitorus selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Dyah Retno Panuju, MSi selaku dosen pembimbing skipsi II yang
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Kedua orang tuaku atas doa, kasih sayang dan dukungannya.
4. Adikku Enggrit, Nenek dan Kakekku, serta seluruh keluarga besarku yang
telah memberi doa dan semangat.
5. Zuliansyah atas doa, dukungan dan semangatnya, terimakasih banyak ya.
6. Dr. Ir. Widiatmaka selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan.
7. Seluruh Dosen Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah yang telah
memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya: Curug,
Miza, Kiki, Puteri, Dian dan Lia.
9. Teman-teman bangwil : Fifi, Nana, Eni, Widya, Puput, Ava, Novem, Topan
dan Eka yang selalu mendukung.
10. Teman-teman MSL42 (terutama Ikhsan yang telah banyak membantu), serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu yang telah telah
membantu kelancaran studi.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, namun penulis berharap dapat memberikan manfaatbagi
semua pihak.
Bogor, Juni2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii
I.PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ......................................................... 4
2.1.1. Ruang Terbuka .......................................................................... 4
2.1.2. Ruang Terbuka Hijau ................................................................ 5
2.2. Pengelompokan dan Jenis Ruang Terbuka Hijau.................................. 6
2.3. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau ........................................... 10
2.3.1. Fungsi Ruang Tebuka Hijau .................................................... 10
2.3.2. Manfaat Ruang Terbuka Hijau .................................................. 13
2.4. Tujuan Penataan Ruang Terbuka Hijau ................................................ 14
2.5. Perubahan Penggunaan Lahan RTH .................................................... 14
2.6. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ....................................................... 16
2.7. Tinjauan Studi-studi Terdahulu ............................................................ 17
III. BAHAN DAN METODE .............................................................................. 20
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 20
3.2. Jenis, Sumber Data, dan Alat Penelitian ............................................... 20
3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 20
3.3.1. Tahap Penelitian ........................................................................ 22
3.3.2. Teknik Analisis ......................................................................... 22
3.3.2.1. Analisis Spasial ............................................................. 22
3.3.2.2. Deskripsi Grafik dan Tabel .......................................... 23
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Judul
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
1.
2.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kota yang semakin berkembang di Indonesia, khususnya di
DKI Jakarta berdampak pada perubahan luas penggunaan lahan termasuk luasan
ruang terbuka hijau (RTH). Salah satu pendorong meningkatnya pembangunan
adalah meningkatnya kebutuhan sosial ekonomi akibat pertumbuhan penduduk.
Pembangunan tersebut meningkatkan kegiatan pembangunan fisik perkotaan yang
berdampak positif pada peningkatan kegiatan perekonomian. Pembangunan
perkotaan mempengaruhi lingkungan dan mengubah keadaan fisik alam.
Disamping semakin berkembangnya kota, pembangunan memunculkan dampak
negatif yang harus ditanggung masyarakat perkotaan yaitu terjadinya penurunan
kualitas lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan.
tersebut, yakni 20%untuk ruang publik dan 10%untuk ruang pribadi atau rumah
warga. Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Ery Basworo,
dalam program Green Talk menyatakan ketentutanundang-undang tentang
ketersediaan RTH sebesar 30%sulit dicapai di DKI Jakarta karena struktur
daratannya berbeda dari kota lainnya. Kondisi wilayah Jakarta yang datar menarik
bagi pendatang dan menyebabkan wilayah DKI mudah dihuni dan semakin padat
dari waktu ke waktu.Menurut Basworo (2009), proporsi luas RTH yang tercapai
hingga pertengahan 2009 adalah 9,7 % dari target 13,9 % sampai 2010. Sisanya
sebesar kurang lebih 4 % sampai 2010baru bisa diupayakan di akhir tahun karena
membutuhkan waktu untuk penyelesaian prosedural, antara lain soal ijin prinsip,
pengukuran, pembebasan lahan, dan sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah
Provinsi DKI menargetkan penambahan 20 hektar RTH, mencakup lokasi untuk
pertamanan dan makam seperti di daerah Cilangkap, Kebon Pisang arah tol
bandara, Srengseng dan Cipayung.
Perencanaan RTH merupakan salah satu bentuk pengelolaan pemanfaatan
ruang yang diperuntukkan bagi penghijauan tanaman.Perencanaan RTH ini
dibutuhkan untuk menghindari dan meminimalkan penurunan kualitas
lingkungan, perlu dilakukan pengelolaan lingkungan fisik perkotaan yang sesuai
dengan daya dukung dan kebutuhan kota. Hijaunya suatu kota tidak hanya
menjadikan kota indah dan sejuk, namun dapat menciptakan kenyamanan,
kesegaran, dan kesehatan warga kota, serta terbebasnya kota dari polusi dan
kebisingan.
Pada beberapa kawasan di DKI Jakarta upaya penambahan RTH
menimbulkan maraknya penertiban bangunan sesuai izin serta ditetapkannya
kebijakan pemerintah daerah No. 4 tahun 1984. Berdasarkan PERDA tersebut
banyak lahan kosong yang diubah fungsinya menjadi RTH sehingga luas RTH
meningkat di kawasan Jakarta Timur.
Mengingat proporsi pencapaian luas RTH per provinsi merupakan amanah
Undang-undang, oleh karena itu kajian terkait dengan sebaran RTH dan berbagai
lahan kosong potensial untuk pembahasannya penting dilakukan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi sebaran RTH di wilayah Jakarta Timurdan
keterkaitan antara perubahan luas (penambahan) RTH dengan luas lahan kosong
di wilayah tersebut.
untuk
fungsi
perlindungan
habitat
tertentu,
dan
atau
sarana
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Kawasan Hijau Binaan yaitu bagian dari kawasan hijau di luar kawasan
didukung fasilitas yang diperlukan, baik umtuk sarana ekologis maupun sarana
sosial kota. Kawasan hijau binaan ini meliputi beberapa bentuk RTH, yaitu :
a. RTH Fasilitas Umum berupa suatu hamparan lahan penghijauan yang
berupa tanaman dan/atau pepohonan, berperan untuk
memenuhi
teratur/tidak teratur yang ditata secara estetis dengan menggunakan unsurunsur buatan dan alami, khususnya dengan penanaman berbagai jenis
pohon dengan kerapatan yang tinggi. Ciri spesifik taman hutan dalam
kaitannya dengan fasilitas umum, adalah bahwa hamparan lantai tapaknya
dilengkapi dengan fasilitas (sarana umum), yang secara langsung dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
f. Hutan Kota, berupa suatu hamparan kawasan hijau dengan luasan tertentu,
yang berada di wilayah perkotaan. Jenis tumbuhannya (dalam hal ini
pepohonan) beraneka ragam, bertajuk bebas, sistem perakarannya dalam,
dicirikan oleh karakter jarak tanam yang rapat, sehingga membentuk
satuan ekologik kecil karena terbentuknya pelapisan (strata tajuk) dua
sampai tiga tingkatan. Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan kota dapat
dikembangkan sebagai penyangga wilayah resapan air tanah, rekreasi
alam, pelestarian plasma nutfah, dan habitat satwa liar, serta meningkatkan
kenyamanan lingkungan perkotaan.
g. Taman Bangunan Umum, merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang
berdiri sendiri atau terletak di antara batas-batas bangunan/prasarana kota
lain dengan bentuk teratur/tidak teratur yang berfungsi sebagai fasilitas
pelayanan bagi masyarakat umum dalam melakukan interaksi yang
berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan bangunan tersebut.
h. Tepian Air, bagian dari RTH yang ditentukan sebagai daerah pengaman
dan terdapat di sepanjang batas badan air ke arah darat seperti pantai,
sungai, waduk, kanal, dan danau yang ditata dengan aspek arsitektur
lansekap melalui penanaman berbagai jenis vegetasi dan sarana
kelengkapan pertamanan.
i. Taman lingkungan/tempat bermain, merupakan suatu hamparan dengan
pepohonan yang rindang dan teduh yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana mainan anak-anak. Kawasan ini umumnya dekat dengan pusatpusat kegiatan sekolah, perkantoran, dan/atau berada di sekitar tempat
rekreasi. Kawasan ini secara alamiah memberikan jasa biologis, keindahan
dan keunikan dan memberikan kenyamanan bagi setiap insan yang
menikmatinya.
10
Taman rekreasi; (d) Taman lingkungan perumahan dan permukiman; (e) Taman
lingkungan perkantoran dan gedung komersial; (f) Taman hutan raya; (g) Hutan
kota; (h) Hutan lindung; (i) Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan
lembah; (j) Cagar alam; (k) Kebun raya; (m) Kebun binatang; (n) Pemakaman
umum; (o) Lapangan olah raga; (p) Lapangan upacara; (q) Parkir terbuka; (r)
Lahan pertanian perkotaan; (s) Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan
SUTET); (t) Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; (u) Jalur
pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; (v)
Kawasan dan jalur hijau; (w) Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan
(x) Taman atap (roof garden).
11
12
Klasifikasi RTH
1. Ekologis (Konservasi)
* RTH Wilayah
13
14
nyaman,
segar,indah,
bersih
dan
sebagai
sarana
pengamanan
15
optimal.
Namun
seringkali
terjadi
berbagai
penyimpangan
yang
16
penggunaan lahan, terutama pada kebun campuran, tegalan, sawah, dan hutan
(hutan produksi dan hutan lindung). Penghutanan kembali akan sulit dilaksanakan
karena lahan telah digunakan petani untuk tembakau. Untuk mencegah degradasi
lahan yang terus berlanjut dan tetap berusaha tani, maka disarankan untuk
mengkombinasikan tanaman semusim, tanaman tahunan, tanaman pakan ternak,
serta usaha konservasi tanah yang mudah dan murah ditetapkan petani
(penanaman hijauan pakan ternak) (Mulyani dan Ropik, 2005).
Pembangunan kota yang semakin berkembang, di DKI Jakarta khususnya
berdampak juga pada perubahan penggunaan lahan RTH. Pengaruh pembangunan
kota terhadap lingkungan mengubah keadaan fisik lingkungan alam menjadi
lingkungan buatan manusia. Salah satu pendorong meningkatnya pembangunan
terutama dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi dari penduduk kota yang
selalu bertambah. Peningkatan kegiatan pembangunan fisik perkotaan, selain
berdampak positif terutama yang berasal dari kegiatan perekonomian, juga
berdampak negatif yaitu cenderung terjadi penurunan kualitas lingkungan, salah
satunya seperti perubahan penggunaan lahan RTH menjadi lahan terbangun.
17
18
dan
pengembangan
wilayah
Jabodetabek
telah
19
RTH telah sangat terasa terhadap seluruh aspek lingkungan hidup, dimulai dari
efek pemanasan global, berkurangnya ketersediaan air tanah, meningkatnya lahan
kritis dan degradasi lahan (Agrissantika, 2007).
Kota Bogor sangat berpotensi untuk menjadi proyek percontohan (pilot
project) menghadirkan Ruang Terbuka Hijau yang menunjang fungsi sebagai
habitat burung karena memiliki sumberdaya yang mendukung, yaitu keberadaan
Kebun Raya Bogor sebagai sumber keanekaragaman jenis burung dan merupakan
habitat terbesar bagi burung-burung yang ada di kota Bogor. Keadaan Ruang
Terbuka Hijau cukup baik kondisinya, baik elemen vegetasi dan ruang, kondisi
biofisik lanskap kota Bogor, serta kebijakan perencanaan dan pengembangan tata
ruang, khususnya Ruang Terbuka Hijau (Handayani, 1995).
Hasil penelitian Yulies (1995) menunjukkan perubahan mata pencaharian
masyarakat Desa Gunung Putri ke arah sektor jasa telah menimbulkan
berkurangnya RTH akibat konversi lahan perkebunan menjadi ruang terbangun.
Selain itu, telah terjadi pencemaran debu semen pada Desa Gunung Putri yang
semakin memacu perubahan tata guna lahan desa ke arah struktur perkerasan.
Akibat semakin berkurangnya RTH, maka penyebaran debu semen pada desa sulit
direduksi.
Perhitungan kebutuhan RTH bagi Kotamadya Padang berdasarkan tiga
pendekatan perhitungan luas RTH yaitu sumber daya alam tapak, kontribusi O2
dari tanaman dan INMENDAGRI no. 14 tahun 1988 (Roslita,1997).
Hasil penelitian Hesty (2005) menunjukkan bahwa RTH Kecamatan Metro
Pusat sangat kurang, baik dilihat dari luas total maupun RTH untuk kenyamanan,
sedangkan Kecamatan Metro Barat terpenuhi tetapi untuk RTH kenyamanan tidak
dapat terpenuhi. Dengan pendekatan Simonds (1983), ternyata sebaran penduduk
juga mempengaruhi sebaran kebutuhan RTH. Oleh karena itu, selain dengan
upaya peningkatan jumlah dan kualitas RTH pada setiap Kecamatan, upaya
penyebaran/pemerataan pembangunan RTH juga perlu dilakukan agar sebaran
penduduk juga lebih merata sehingga sebaran kebutuhan RTH juga merata.
20
Kegiatan
pengolahan
data
dilakukan
di
Bagian
Perencanaan
21
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Sumber Data, Teknik Analisis, dan Output yang
Diharapkan
No.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Teknik
Analisis
1.
Mengidentifikasi pola
-Peta
*Overlay
Dinamika perubahan
perubahan Ruang
Administrasi
*Deskripsi
Terbuka Hijau di
Jakarta Timur*
tabel dan
-Peta Ruang
grafik
Terbuka Hijau
Jakarta Timur
Tahun 2002
dan 2007**
2.
Mengkaji faktor-faktor
-Proporsi RTH
*Teknik
Terindikasinya faktor-
penentu perubahan
-Proporsi
Pendugaan
(pertumbuhan/penurunan)
Penduduk,
Pertumbuhan/
(pertumbuhan/penurunan)
Pendatang,
Peluruhan
Hijau.
Alokasi RTH
*Analisis
Hijau
di RTRW,
Regresi
Lahan Kosong,
Berganda
dan Fasilitas
3.
Mengetahui laju
-Proporsi
*Deskripsi
Dinamika perubahan
pertumbuhan penduduk
Penduduk
tabel dan
dan perkembangan
-Indeks
grafik
perkembangan wilayah di
Perkembangan
*Analisis
Wilayah
Skalogram
Sederhana
22
23
pola
perubahan
ruang
terbuka
hijau
serta
laju
hubungan
ini
digunakan
untuk
mengetahui
hirarki
pusat-pusat
menekankan
kriteria
kuantitatif
dibandingkan
kriteria
kualitas
fasilitas yang paling banyak dan lengkap serta adanya kemudahan mencapai suatu
fasilitas (aksesibilitas) yang dicirikan dengan perkembangan jaringan jalan,
sedangkan Hirarki III menyatakan daerah yang kurang berkembang atau
memilikijumlah fasilitas yang paling sedikit dan tidak lengkap, aksesibilitasnya
24
juga lebih sulit. Jumlah Kecamatan yang dianalisis adalah 10 Kecamatan. Jenis
fasilitas yang dianalisis antara lain adalah: 1) fasilitas pemerintahan; 2) fasilitas
pendidikan; 3) fasilitas ekonomi ; 4) fasilitas sosial. Hasil yang diharapkan dari
analisis ini adalah hirarki pelayanan kecamatan yang didasarkan atas nilai IPK
dari masing-masing kecamatan.
Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah jumlah jenis
fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan akses masyarakat terhadap fasilitas
pelayanan tertentu. Jumlah Kecamatan yang dianalisis adalah 10 kecamatan. Jenis
fasilitas yang dianalisis antara lain adalah: 1) fasilitas ekonomi; 2) fasilitas
pendidikan; 3) fasilitas ekonomi;dan 4) fasilitas sosial. Hasil yang diharapkan
dari analisis ini adalah hirarki pelayanan kecamatan.
Xt1 Xt 0
, dimana :
Xt 0
25
menghasilkan model terbaik dan mengeliminasi satu per satu variabel yang
menyebabkan multikolinearitas.
26
27
28
Kecamatan
Luas
Penduduk (Jiwa)
(Km)
1
Pasar Rebo
12.94
164.755
Ciracas
16.08
204.107
Cipayung
27.36
137.253
Makasar
21.66
182.441
Kramat Jati
13.34
209.960
Jatinegara
10.64
264.371
Duren Sawit
22.80
321.991
Cakung
42.47
237.185
Pulo Gadung
15.61
279.623
10
Matraman
4.85
193.614
187.75
2.195.300
Jumlah
Sumber :BPS DKI Jakarta (2009)
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
29
Kecamatan
Perumahan
Fasum/
Fasos
Jalan
Kantor
Perkanto
Industri
Ruko/
Lahan
Ruang
Saluran
Pemerint
ran,
dan
Rukan
Kosong
Terbuka
/Wadu
Perdaga
Perguda
Hijau
k/Situ
ngan dan
ngan
ha
ha
ha
ahan
Jasa
ha
ha
ha
ha
ha
ha
ha
750,25
64,73
32,27
36,78
48,25
2,17
147,51
115,17
31,68
40,20
Pasar Rebo
Ciracas
1.053,02
79,88
51,32
40,96
117,25
17,74
111,17
72,78
28,39
93,50
Cipayung
1.272,23
192,47
286,08
9,52
0,22
32,41
659,85
158,44
5,82
135,58
Kramat Jati
843,79
74,98
19,77
50,24
10,21
2,20
112,29
73,85
20,87
108,60
Makasar
688,01
209,02
68,26
30,37
15,35
44,43
521,60
301,68
49,63
234,96
Jatinegara
641,18
49,09
24,91
51,54
9,06
21,36
31,16
48,96
23,99
134,59
Duren Sawit
1.386,36
106,24
25,39
73,59
11,58
52,78
221,44
68,99
28,40
230,65
Matraman
328,67
24,48
17,88
34,38
1,11
1,83
0,47
5,13
8,34
64,20
Pulo Gadung
757,67
79,15
66,33
93,85
9,47
17,09
61,92
111,58
23,85
270,17
10
Cakung
1.398,33
62,52
44,50
37,14
920,43
65,20
1.160,13
95,80
84,10
259,85
Jumlah
9.119,49
942,55
636,71
458,37
1.142,93
257,22
3.027,55
1.052,37
305,06
1.572,30
30
Kecamatan
Jumlah
Jumlah Sarana
Jumlah
Industri
Kesehatan
Tempat
Ibadah
Unit
Unit
Unit
Pasar Rebo
27
136
211
Ciracas
71
136
296
Cipayung
25
58
242
Makasar
10
131
223
Kramat Jati
35
167
249
Jatinegara
27
162
270
Duren Sawit
38
239
384
Cakung
278
288
373
Pulo Gadung
28
208
338
10
Matraman
20
138
189
559
1663
2775
Jumlah
Sumber : Analisis PODES (2006)
31
RTH 2002
Cakung
(ha )
67,7
Cipayung
Ciracas
172,9
6,.2
Duren Sawit
Jatinegara
Kramat Jati
Makasar
52,1
39,5
7,0
17,7
Matraman
Pasar Rebo
Pulo Gadung
Jumlah
0,1
182,6
162,7
830,6
RTH 2007
(ha)
8,15
20,82
0,75
6,27
4,76
0,84
2,13
0,01
21,98
19,59
100
94,7
159,1
80,0
45,2
42,2
90,3
309,0
1,4
128,5
106,4
1.056,7
8,96
15,06
7,57
4,28
3,99
8,55
29,24
0,13
12,16
10,07
100
Sumber : Analisis Peta Penggunaan Lahan Kawasan Jakarta Timur (2002 dan 2007)
Dari Tabel 6 diketahui luasan RTH tahun 2002 sebesar 830,6 ha,
sedangkan luas RTH tahun 2007 sebesar 1.056,7 ha. Sejak tahun 2002 hingga
tahun 2007 luasan RTH meningkat seluas 226,1 ha. Peningkatan RTH dari tahun
2002 ke tahun 2007 salah satunya dikarenakan banyaknya lahan kosong milik
pemerintah yang dijadikan sebagai kawasan RTH seperti jalur hijau dan lapangan
golf di Jakarta Timur.
Hasil identifikasi luas RTH berdasarkan digitasi ulang data RTH Dinas
Tata Kota berbeda dengan data RTH yang resmi dikeluarkan oleh Dinas Tata
32
Kota (Tabel 4).Adanya perbedaan luas RTH Tahun 2007 antara hasil klasifikasi
sebesar 1.056,7 ha (Tabel 6) dengan data Dinas Tata Kota (Tabel 4) sebesar
1.052,37 ha, salah satunya dikarenakan adanya perbedaan koreksi geometri,
sehingga luas total administrasi Jakarta Timur hasil klasifikasi sebesar 19.023 ha
(Tabel 7) sedangkan menurut BPS DKI Jakarta sebesar 18.775 ha (Tabel 3).
33
RTH yang dilestarikan, juga karena jumlah penduduknya yang relatif sedikit
dibandingkan wilayah kecamatan lain. Lokasinya yang berada di area terluar dan
berbatasan dengan wilayah Bogor menyebabkan laju perkembangan wilayah yang
tidak sepesat wilayah lain dan berimplikasi pada pertumbuhan fasilitas yang tidak
terlalu cepat. Kecamatan Matraman memiliki luas terkecil di Jakarta Timur,
sehingga luas agregat lahan yang dijadikan sebagai RTH pun relatif kecil.
Disamping itu, posisinya yang berbatasan dengan wilayah Jakarta Pusat
menyebabkan laju perkembangan yang tinggi dan pertumbuhan fasilitas yang
relatif lebih cepat dibandingkan dengan wilayah Jakarta Timur lainnya.
34
Pulo
Gadung
mengalami
penurunan
RTH
terluas
karena
35
Gambar 5. Penggunaan Saat Ini di Lokasi Penambahan RTH dari Lahan Kosong
di Jakarta Timur
36
Gambar 6. Penggunaan saat ini dari perubahan RTH menjadi lahan terbangun
di Jakarta Timur
ha
37
350,0
300,0
250,0
200,0
150,0
100,0
50,0
0,0
50,0
100,0
Kecamatan
Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Jaringan Jalan
191,7
1.01
Rel Kereta
270,0
1.42
Tata Air
363,0
1.91
370,6
1.95
1.243,2
6.53
B angunan Umum
1.374,8
7.23
1.616,2
8.50
2.532,8
13.31
3.493,3
18.36
Perumahan
Jumlah
7.568,0
39.78
19.023,8
100,00
38
39
Lahan Kosong
Lahan Kosong
Tahun 2002
Tahun 2007
(ha)
(ha)
1.282,4
1.160,1
780,3
596,5
197,7
119,6
307,8
177,4
72,4
26,5
131,8
64,5
1.407,2
581,0
21,1
136,5
129,7
58,2
55,6
4.395,4
2.910,8
40
0,000
200,000
ha
400,000
600,000
800,000
1000,000
1200,000
1400,000
Kecamatan
41
informasi dan analisis data migran (pendatang) sangat dibutuhkan. Pada Tabel
10disajikan banyaknya jumlah pendatang di Jakarta Timur dari tahun 2002 sampai
2007.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Jakarta Timur
Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Pasar Rebo
143815
146568
149405
153536
158147
162747
164755
Ciracas
195765
198119
198135
199482
200806
202815
204107
Cipayung
113905
115571
117164
119342
122151
125716
137253
Makasar
168497
170455
171903
174192
177158
180581
182441
Kramat Jati
200543
200750
201024
202041
204178
206327
209960
Jatinegara
263595
263447
263254
265246
263706
263949
264371
Duren
Sawit
Cakung
312323
313771
314188
315463
317862
320925
321991
209390
211477
213972
218106
224001
232140
237185
Pulo
Gadung
Matraman
280096
279564
279959
279704
279519
280147
279623
195170
194864
194521
194168
193700
193254
193614
Jumlah
2083099
2094586
2103525
2121280
2141228
2168601
2195300
0,014
0,012
0,010
0,008
0,006
0,004
0,002
20072008
20062007
20052006
20042005
20032004
0,000
20022003
LajuPertumbuhanPenduduk
Tahun
42
Pendatang(Jiwa)
Kecamatan
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1.958
1.452
2.197
2.732
3.335
2.396
2.188
Pasar Rebo
Ciracas
1.994
3.515
1.423
1.733
1.632
2.912
2.046
Cipayung
1.563
1.856
1.693
2.031
1.945
1.696
1.874
Makassar
2.179
2.202
2.307
1.805
2.300
2.304
1.953
Kramat Jati
2.616
1.503
3.336
1.973
2.613
3.646
2.562
Jatinegara
1.740
2.044
2.052
1.737
1.854
1.770
1.764
Duren Sawit
2.840
2.726
2.109
2.301
3.381
3.269
3.441
8
9
10
Cakung
3.196
2.274
1.834
1.609
2.227
2.545
2.568
Pulo Gadung
2.268
2.301
755
890
2.338
2.303
2.007
Matraman
1.332
1.622
1.622
980
929
983
1.274
Jumlah
21.686
21.495
19.328
17.791
22.554
23.824
21.677
Dari tahun 2002 sampai tahun 2008 terjadi fluktuasi jumlah pendatang di
Jakarta Timur. Kecamatan yang memiliki jumlah pendatang terbanyak adalah
Kecamatan Duren Sawit, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan
Matraman. Kecamatan Duren Sawit memiliki jumlah pendatang terbanyak karena
lokasinya berdekatan dengan Kecamatan Cakung yang merupakan kawasan
industri dan adanya konsentrasi sarana ekonomi seperti pusat perbelanjaan, dan
pertokoan.
memilih mata pencaharian bagi para pendatang cukup besar di lokasi tersebut.
Menurunnya jumlah pendatang antara 2004-2005 di Jakarta Timur salah satunya
disebabkan oleh adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendatang
untuk memenuhi persyaratan yang diberlakukan, salah satunya seperti harus
memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta. Gambar 11 menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan pendatang pada periode 2002 sampai 2006 secara umum
sebesar 0.7 % per tahun.
20072008
20062007
20052006
20042005
20032004
0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
0,050
0,100
0,150
20022003
LajuPertumbuhanPendatang
43
Tahun
spesifik.Tingkat
perkembangan
suatu
wilayah
dinyatakan
dalam
bentukHirarki I, II, dan III. Pada Gambar 12 ditunjukkan Peta Hirarki Wilayah
Jakarta Timur Tahun 2003.
Di Jakarta Timur, pada tahun 2003 kelurahan yang berhirarki III
berjumlah 40. Kelurahan yang berhirarki II berjumlah 18, sedangkan yang
berhirarki I berjumlah 7 kelurahan. Kelurahan yang berhirarki I berada berdekatan
dengan jalan utama, dan memiliki fasilitas yang paling banyak dan lengkap
dibandingkan dengan kelurahan pada kelompok hirarki lain.
44
45
46
45
40
JumlahDesa
35
30
25
20
2003
15
2006
10
5
0
HirarkiI
HirarkiII
HirarkiIII
Hirarki
47
Tabel 11. Luas RTH setiap Hirarki per Kecamatan Tahun 2002 dan 2007
Luas RTH Tahun 2002 (ha)
Kecamatan
Hirarki I
Cakung
Hirarki II
Hirarki III
Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III
38.6
14.5
14.6
48.8
38.1
7.7
2.3
8.0
162.6
8.8
17.9
132.3
Ciracas
56.4
7.9
20.5
59.5
Duren Sawit
2.7
49.4
4.6
40.6
Jatinegara
1.6
37.9
1.7
20.1
20.4
Kramat Jati
26.9
44.2
10.2
22.2
58.0
Makasar
0.1
17.6
3.6
305.4
Matraman
0.1
1.4
Pasar Rebo
89.6
93.0
25.1
103.3
Cipayung
Pulo Gadung
17.6
0.0
145.1
97.3
9.1
Jumlah
58.5
199.8
572.3
166.9
162.6
727.2
RTH
2002 (ha)
2007 (ha)
58,5
166,9
199,8
162,6
572,3
727,2
830,6
1.056,7
Perubahan (ha)
108,4
-37,2
154,9
226,1
48
LajuPertumbuhan
Fasilitas
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
1,0
2,0
FasilitasEkonomi
Fasilitas
Pendidikan
Fasilitas
Kesehatan
Fasilitas
JumlahFasilitas
Perekonomian
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Tahun2003
PULOGADUNG
PASARREBO
MATRAMAN
MAKASAR
KRAMATJATI
JATINEGARA
DURENSAWIT
CIRACAS
CIPAYUNG
CAKUNG
Tahun2006
49
JumlahFasilitas
Pendidikan
Timur.
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Tahun2003
PULOGADUNG
PASARREBO
MATRAMAN
MAKASAR
KRAMATJATI
JATINEGARA
DURENSAWIT
CIRACAS
CIPAYUNG
CAKUNG
Tahun2006
Gambar 17. Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur
Peningkatan jumlah fasilitas pendidikan paling besar terjadi di Kecamatan
Duren Sawit sebanyak 17 unit, sedangkan yang menurun paling banyak adalah
Kecamatan Cakung sebesar 78 unit. Di Kecamatan Cakung penurunan fasilitas
50
JumlahFasilitas
Kesehatan
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Tahun2003
PULOGADUNG
PASARREBO
MATRAMAN
MAKASAR
KRAMATJATI
JATINEGARA
DURENSAWIT
CIRACAS
CIPAYUNG
CAKUNG
Tahun2006
Gambar 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2003 dan 2006 di Jakarta Timur
Tahun 2003 jumlah fasilitas kesehatan di Jakarta Timur sebanyak 2450
unit, sedangkan tahun 2006 menjadi 2920 unit sehingga terjadi peningkatan
sebanyak 470 unit. Peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang paling besar
terjadi di Kecamatan Kramat Jati sebanyak 176 unit, sedangkan yang mengalami
penurunan paling banyak adalah Kecamatan Pulo Gadung sebanyak 42 unit.
Kecamatan Kramat Jati mengalami banyak peningkatan karena selain merupakan
salah satu kecamatan yang padat penduduknya, jumlah fasilitas ekonominya juga
yang paling banyak meningkat sehingga pembangunan fasilitas kesehatan lebih
dibutuhkan.
51
Koefisien
P-level
0.107
1.560
0.163
-0.394
-10.840
0.000
Fasilitas Kesehatan
Pertambahan Lahan Kosong
R-square (R)
0.94
52
Koefisien regresi pertambahan lahan kosong dan alokasi RTH dalam RTRW
bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil pertambahan
lahan kosong, maka perubahan luas RTH di kelurahan tersebut semakin
besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan RTH di Jakarta Timur
sebagian besar berasal dari revitalisasi lahan kosong.
53
6.1Kesimpulan
Berdasarkanhasilpenelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pola perubahan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur menunjukkan terjadi
peningkatan luas RTH di Jakarta Timur pada periode tahun 2002 dan tahun
2007 sebesar 226,1ha. Pada tahun 2002 luas RTH di Jakarta Timur sebesar
830,6ha, sedangkan pada tahun 2007 luas RTH menjadi 1.056,7ha.
2. Fasilitas pendidikan dan kesehatan di wilayah Jakarta Timur mengalami
pertumbuhan dan sebaliknya fasilitas kesehatan mengalami penurunan. Laju
pertumbuhan sarana-prasarana seperti fasilitas ekonomi, pendidikan dan
kesehatan di Jakarta Timur tahun 2003 dan 2006 masing-masing adalah 1.1 % ,
-1.5 %, dan 6.4 % per tahun.
3. Jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur pada periode tahun 2002 sampai
2008 mengalami pertumbuhan melalui proses pertumbuhan penduduk alamiah
dan akibat pertumbuhan pendatang. Laju pertumbuhan penduduk dan
pendatang masing-masing sebesar 0.9 % per tahun dan 0.7 % per tahun.
4. Perkembangan wilayah berdasarkan tingkat hirarkinya di wilayah Jakarta
Timur mengalami perubahan dari tahun 2003 ke tahun 2006. Sebagian besar
kelurahan di Jakarta Timur berdasarkan tingkat perkembangan wilayahnya
pada tahun 2003 dan 2006 adalah berhirarki III. Pada tahun 2003 kelurahan
yang berhirarki III berjumlah 40 kelurahan, 18 kelurahan yang berhirarki II, 7
kelurahan yang berhirarki I. Tahun 2006 kelurahan yang berhirarki I meningkat
menjadi 11 kelurahan, 19 kelurahan berhirarki II, sedangkan kelurahan
berhirarki III menurun menjadi 35 kelurahan.
5. Faktor penentu perubahan yang berperan nyata negatif terhadap perubahan luas
RTH adalah pertambahan lahan kosong, sedangkan variabel yang potensial
berperan nyata positif terhadap perubahan luas RTH di Jakarta Timur adalah
pertambahan jumlah fasilitas kesehatan.
54
6.2 Saran
Pemerintah Daerah Jakarta Timur disarankan agar berupaya untuk
memenuhi luas RTH sebagaimana ditetapkan oleh PEMDA DKI Jakarta yaitu
seluas 3.122,4 ha dari yang sudah ada sebesar 1.056,7 ha. Untuk itu perlu
kebijakan pemerintah untuk mencegah terjadinya perubahan RTH ke bentuk
penggunaan lainnya agar luas RTH dapat ditingkatkan serta keseimbangan dan
kelestarian lingkungan dapat dicapai.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
57
Yulies
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Sosial
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
PASAR REBO
PEKAYON
-0.86
31.00
12.26
1.47
0.50
0.07
3.58
0.05
54.40
Hirarki III
PASAR REBO
KALISARI
-0.53
8.13
12.26
1.52
0.50
-0.02
2.56
0.59
25.95
Hirarki III
PASAR REBO
BARU
-0.98
12.55
0.74
1.38
0.63
-0.19
2.04
-0.29
19.92
Hirarki III
PASAR REBO
CIJANTUNG
-0.86
27.76
12.26
13.90
0.64
0.08
8.91
0.33
64.14
Hirarki II
PASAR REBO
GEDONG
-0.93
42.98
0.88
1.77
0.64
0.22
7.08
0.08
55.30
Hirarki III
CIRACAS
-1.00
42.45
0.69
1.53
0.24
-0.16
6.36
-0.05
52.51
Hirarki III
CIRACAS
CIBUBUR
KELAPA DUA
WETAN
-0.92
30.84
0.91
1.53
0.60
0.07
8.50
0.13
45.71
Hirarki III
CIRACAS
CIRACAS
-0.96
31.03
12.26
0.09
0.84
0.06
7.38
0.97
54.26
Hirarki III
CIRACAS
SUSUKAN
-0.76
30.84
12.26
2.27
0.07
0.02
20.94
0.14
69.83
Hirarki II
CIRACAS
-0.72
42.98
12.26
0.43
1.31
0.15
9.80
0.68
71.24
Hirarki II
CIPAYUNG
RAMBUTAN
PONDOK
RANGGON
-1.08
11.12
-0.50
0.18
1.78
0.29
18.64
2.06
36.54
Hirarki III
CIPAYUNG
CILANGKAP
-0.86
11.50
0.74
0.37
1.56
0.39
37.79
1.30
53.23
Hirarki III
CIPAYUNG
MUNJUL
-1.04
25.03
0.91
1.22
1.15
0.18
8.25
0.96
37.63
Hirarki III
CIPAYUNG
CIPAYUNG
-0.43
25.03
12.26
0.17
2.04
1.25
41.98
1.68
84.46
Hirarki I
CIPAYUNG
SETU
-0.91
11.33
-0.23
0.19
1.64
-0.15
21.48
0.90
34.46
Hirarki III
CIPAYUNG
BAMBU APUS
-0.87
25.03
12.26
0.68
1.51
0.62
15.23
0.99
59.49
Hirarki III
CIPAYUNG
CEGER
-0.69
25.29
0.10
11.99
2.42
0.78
30.05
1.59
75.54
Hirarki II
CIPAYUNG
LUBANG BUAYA
-0.96
24.83
12.26
1.33
1.04
0.47
14.21
1.08
60.58
Hirarki II
MAKASAR
PINANG RANTI
-0.52
39.41
12.26
1.73
1.02
0.45
3.20
1.19
65.07
Hirarki II
MAKASAR
MAKASAR
0.86
31.33
12.26
1.60
0.66
-0.11
1.84
0.26
51.95
Hirarki III
MAKASAR
-0.68
31.17
12.26
1.52
0.93
0.19
2.00
0.09
53.80
Hirarki III
-0.69
31.39
12.26
1.60
0.14
-0.35
0.82
-0.45
51.04
Hirarki III
MAKASAR
KEBON PALA
HALIM PERDANA
KUSUMA
CIPINANG
MELAYU
-0.99
39.13
0.50
1.33
0.33
-0.10
2.18
-0.11
48.60
Hirarki III
KRAMAT JATI
BALE KAMBANG
-0.93
31.03
12.26
0.05
0.99
0.44
27.35
0.58
72.07
Hirarki II
KRAMAT JATI
BATU AMPAR
-0.93
31.08
0.74
0.20
0.96
0.34
17.02
0.05
52.04
Hirarki III
MAKASAR
IPD
Hirarki
58
Lampiran 1. (Lanjutan)
Indeks
Aksesibilitas
Pemerintah
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Sosial
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
KRAMAT JATI
KAMPUNG
TENGAH
-0.68
31.17
12.26
0.20
1.47
0.35
13.36
0.24
62.41
Hirarki II
KRAMAT JATI
DUKUH
-0.69
42.98
0.50
1.15
2.89
1.25
7.28
0.19
58.14
Hirarki III
KRAMAT JATI
KRAMAT JATI
-0.17
42.98
0.53
12.97
3.62
1.16
27.17
0.88
95.46
Hirarki I
KRAMAT JATI
CILILITAN
-0.76
31.33
12.26
1.50
0.87
-0.27
5.96
-0.08
53.56
Hirarki III
KRAMAT JATI
CAWANG
-0.91
42.98
0.61
1.20
2.30
0.37
7.96
-0.03
60.80
Hirarki II
JATINEGARA
BIDARA CINA
CIPINANG
CEMPEDAK
CIPINANG BESAR
SELATAN
-0.79
38.94
0.61
2.93
0.35
-0.34
2.93
-0.07
50.88
Hirarki III
0.14
44.97
0.74
0.93
0.41
0.04
1.68
-0.35
52.80
Hirarki III
-0.11
42.77
12.26
0.88
0.83
1.27
3.26
0.01
67.49
Hirarki II
-0.74
27.62
0.66
0.68
0.05
0.10
3.16
-0.31
37.53
Hirarki III
JATINEGARA
CIPINANG MUARA
CIPINANG BESAR
UTARA
-0.70
27.20
0.74
1.60
0.37
-0.08
1.31
0.11
31.67
Hirarki III
JATINEGARA
RAWA BUNGA
-0.81
28.29
0.74
1.27
1.57
0.06
4.37
0.04
41.85
Hirarki III
JATINEGARA
-0.51
54.50
0.66
2.18
3.36
0.78
27.95
0.03
95.26
Hirarki I
JATINEGARA
BALI MESTER
KAMPUNG
MELAYU
-0.75
30.59
-0.06
14.90
0.37
-0.43
19.52
0.07
70.52
Hirarki II
DUREN SAWIT
PONDOK BAMBU
-0.93
38.92
12.26
1.77
0.82
0.58
4.60
-0.08
64.26
Hirarki II
DUREN SAWIT
DUREN SAWIT
1.22
38.92
1.41
2.10
0.65
0.52
3.83
0.24
55.21
Hirarki III
DUREN SAWIT
PONDOK KELAPA
-0.70
31.33
12.26
1.41
0.83
0.24
8.77
-0.07
58.93
Hirarki III
DUREN SAWIT
PONDOK KOPI
-0.58
38.92
2.41
1.72
0.53
0.13
2.05
-0.12
51.37
Hirarki III
DUREN SAWIT
MALAKA JAYA
-0.55
33.71
1.41
2.43
0.37
-0.07
2.44
-0.34
45.72
Hirarki III
DUREN SAWIT
MALAKA SARI
-0.43
27.27
1.41
2.43
0.65
0.23
2.14
-0.41
35.06
Hirarki III
DUREN SAWIT
KLENDER
-0.69
38.92
12.26
13.90
0.27
-0.22
4.48
0.06
75.31
Hirarki II
CAKUNG
JATINEGARA
-0.77
57.30
12.26
1.89
1.06
0.19
12.88
0.69
91.82
Hirarki I
CAKUNG
PENGGILINGAN
0.31
31.83
12.26
1.60
1.10
0.29
8.68
0.42
62.82
Hirarki II
CAKUNG
PULO GEBANG
0.22
42.75
12.26
1.47
0.88
0.34
4.38
0.39
69.01
Hirarki II
CAKUNG
UJUNG MENTENG
-0.58
42.85
12.26
1.43
1.72
0.88
33.44
0.51
95.76
Hirarki I
CAKUNG
CAKUNG TIMUR
-0.33
42.60
12.26
1.18
1.86
0.73
17.55
1.66
80.28
Hirarki I
JATINEGARA
JATINEGARA
JATINEGARA
IPD
Hirarki
59
Lampiran 1. (Lanjutan)
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
CAKUNG
CAKUNG BARAT
CAKUNG
Indeks
Aksesibilitas
Pemerintah
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Sosial
IPD
Hirarki
0.13
30.83
0.91
1.93
0.60
0.31
10.75
0.78
52.56
Hirarki III
RAWA TERATE
-0.43
43.35
0.91
1.77
1.99
0.05
23.07
0.21
71.52
Hirarki II
PULO GADUNG
PISANGAN TIMUR
-0.54
54.50
1.41
20.93
0.56
0.15
10.80
-0.02
94.10
Hirarki I
PULO GADUNG
-0.04
52.35
12.26
6.93
1.08
-0.28
3.07
-0.02
79.12
Hirarki I
PULO GADUNG
CIPINANG
JATINEGARA
KAUM
0.94
43.84
5.41
2.27
1.11
0.20
2.72
0.36
62.43
Hirarki II
PULO GADUNG
JATI
-0.55
48.17
12.26
5.27
0.38
0.09
2.77
0.08
71.71
Hirarki II
PULO GADUNG
RAWAMANGUN
-0.41
50.97
10.41
13.40
0.63
0.05
4.12
0.03
85.51
Hirarki I
PULO GADUNG
KAYU PUTIH
-0.56
54.50
12.26
20.93
0.49
-0.03
2.62
-0.38
96.15
Hirarki I
PULO GADUNG
PULO GADUNG
-0.05
53.29
12.26
8.43
1.34
1.22
5.67
0.13
87.14
Hirarki I
MATRAMAN
KEBON MANGGIS
-0.86
24.44
1.66
2.49
0.50
0.20
2.21
0.05
33.47
Hirarki III
MATRAMAN
PAL MERIEM
-0.76
31.06
2.41
1.29
4.79
0.15
4.55
0.14
48.48
Hirarki III
MATRAMAN
PISANGAN BARU
-0.65
31.99
12.26
1.19
0.22
-0.28
0.98
-0.46
48.19
Hirarki III
MATRAMAN
KAYU MANIS
UTAN KAYU
SELATAN
UTAN KAYU
UTARA
-0.75
25.71
0.81
0.79
0.24
-0.37
1.16
-0.41
30.44
Hirarki III
-0.80
28.01
12.26
1.53
0.67
0.33
1.24
-0.31
48.03
Hirarki III
-0.32
41.52
11.96
1.93
0.44
-0.25
3.18
-0.56
Nilai
Tengah
Standar
Deviasi
64.23
Hirarki II
MATRAMAN
MATRAMAN
59.80
18.33
60
Nama
Desa
PASAR REBO
PEKAYON
Indeks
Aksesibilitas
Pemerintah
0.48
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
52.90
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
2.72
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
0.65
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
0.34
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
0.01
56.07
Indeks
Fasilitas
Sosial
0.12
IPD
116.77
Hirarki
Hirarki III
KALISARI
0.09
49.96
2.79
1.20
0.41
0.00
111.42
-0.09
166.22
Hirarki II
PASAR REBO
BARU
0.04
40.49
5.06
0.53
0.37
-0.04
74.16
-0.14
121.17
Hirarki III
PASAR REBO
CIJANTUNG
0.29
38.70
14.24
12.12
0.46
0.05
46.57
0.48
114.45
Hirarki III
PASAR REBO
GEDONG
0.07
50.00
14.24
7.33
0.46
0.02
92.82
0.18
168.59
Hirarki II
CIRACAS
CIBUBUR
0.06
30.13
14.24
6.66
0.17
-0.08
130.09
0.02
183.93
Hirarki II
CIRACAS
0.22
31.43
3.81
7.33
0.29
-0.11
118.17
0.03
173.60
Hirarki II
CIRACAS
CIRACAS
0.38
29.90
14.24
6.72
0.35
-0.01
63.88
0.70
118.81
Hirarki III
CIRACAS
SUSUKAN
0.45
30.43
2.74
7.20
0.30
-0.06
110.65
0.29
153.71
Hirarki II
CIRACAS
RAMBUTAN
0.08
35.62
14.24
7.20
0.50
-0.01
117.62
0.61
176.45
Hirarki II
CIPAYUNG
PONDOK RANGGON
0.02
43.63
0.07
0.40
0.73
0.09
60.97
1.74
107.79
Hirarki III
CIPAYUNG
CILANGKAP
0.13
42.71
2.89
0.40
0.69
0.05
227.11
1.06
275.32
Hirarki I
CIPAYUNG
MUNJUL
-0.04
26.63
0.67
6.47
0.75
-0.11
91.00
0.94
126.53
Hirarki III
CIPAYUNG
CIPAYUNG
0.30
24.03
14.24
1.26
1.42
0.33
432.36
1.28
475.36
Hirarki I
CIPAYUNG
SETU
0.14
22.57
0.17
0.26
0.74
-0.05
152.83
0.63
177.59
Hirarki II
CIPAYUNG
BAMBU APUS
0.11
39.65
14.24
0.51
0.78
0.02
84.14
0.89
152.45
Hirarki II
CIPAYUNG
CEGER
0.43
30.63
0.07
12.16
0.93
0.04
140.34
1.38
188.66
Hirarki II
CIPAYUNG
LUBANG BUAYA
0.18
39.03
14.24
8.33
0.57
0.05
40.80
-0.56
105.33
Hirarki III
MAKASAR
PINANG RANTI
0.76
47.53
2.84
6.86
0.26
0.11
130.61
0.85
204.04
Hirarki II
MAKASAR
MAKASAR
1.74
50.45
2.76
7.00
0.20
-0.07
0.77
0.29
66.62
Hirarki III
MAKASAR
0.23
51.45
3.56
6.83
0.49
0.00
8.40
0.24
85.41
Hirarki III
MAKASAR
KEBON PALA
HALIM PERDANA
KUSUMA
0.77
50.55
2.89
6.83
0.22
-0.12
10.19
-0.35
85.18
Hirarki III
MAKASAR
CIPINANG MELAYU
0.12
38.03
2.76
6.47
0.31
-0.07
5.07
-0.07
66.84
Hirarki III
KRAMAT JATI
BALE KAMBANG
1.05
31.06
14.24
16.02
0.41
-0.06
76.85
0.51
142.70
Hirarki II
KRAMAT JATI
BATU AMPAR
0.41
16.53
2.70
16.02
0.48
0.01
61.12
0.02
99.98
Hirarki III
KRAMAT JATI
KAMPUNG TENGAH
0.52
40.29
2.76
8.75
0.29
0.02
77.51
0.21
144.55
Hirarki II
61
PASAR REBO
Lampiran 2. (Lanjutan)
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
KRAMAT JATI
DUKUH
KRAMAT JATI
KRAMAT JATI
KRAMAT JATI
CILILITAN
KRAMAT JATI
CAWANG
JATINEGARA
BIDARA CINA
CIPINANG
CEMPEDAK
CIPINANG BESAR
SELATAN
JATINEGARA
JATINEGARA
JATINEGARA
Indeks
Aksesibilitas
Pemerintah
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Sosial
IPD
Hirarki
0.79
23.24
2.89
10.00
0.65
0.15
71.27
0.17
112.64
Hirarki III
-0.03
43.21
14.24
16.02
0.57
0.24
37.92
0.43
126.80
Hirarki III
0.33
30.35
2.76
16.02
0.47
-0.09
69.39
0.02
122.22
Hirarki III
-0.03
36.53
2.76
10.30
0.42
0.07
94.14
0.00
147.17
Hirarki II
0.14
46.66
2.70
7.63
0.30
-0.10
31.80
0.01
103.35
Hirarki III
0.36
30.22
2.72
0.83
0.52
0.05
26.17
0.26
66.11
Hirarki III
0.31
26.82
14.24
7.33
0.36
0.27
2.48
0.06
66.09
Hirarki III
0.21
36.49
2.89
7.03
0.18
-0.01
3.24
-0.17
50.41
Hirarki III
0.13
36.24
2.81
12.29
0.31
-0.05
3.51
0.15
69.59
Hirarki III
JATINEGARA
RAWA BUNGA
0.02
38.56
2.72
16.02
0.48
-0.03
50.08
0.03
122.09
Hirarki III
JATINEGARA
BALI MESTER
0.15
41.99
2.72
11.19
1.17
0.11
87.78
-0.18
159.15
Hirarki II
JATINEGARA
KAMPUNG MELAYU
-0.04
31.76
1.79
12.96
0.36
-0.15
29.86
0.32
91.06
Hirarki III
DUREN SAWIT
PONDOK BAMBU
0.12
36.74
7.56
6.50
0.20
0.05
72.08
0.00
126.06
Hirarki III
DUREN SAWIT
DUREN SAWIT
0.14
44.94
12.56
10.44
0.18
0.03
54.46
0.31
137.26
Hirarki III
DUREN SAWIT
PONDOK KELAPA
0.18
29.07
14.24
6.53
0.18
-0.06
46.77
0.10
108.72
Hirarki III
DUREN SAWIT
PONDOK KOPI
0.35
36.94
3.56
7.23
0.19
-0.05
22.59
-0.02
85.00
Hirarki III
DUREN SAWIT
MALAKA JAYA
-0.22
43.72
3.56
8.13
0.12
-0.03
48.33
-0.33
106.75
Hirarki III
DUREN SAWIT
MALAKA SARI
0.63
31.86
3.56
12.06
0.22
-0.03
26.24
-0.09
76.33
Hirarki III
DUREN SAWIT
KLENDER
1.36
30.57
3.06
16.02
0.11
0.00
133.40
0.24
198.96
Hirarki II
CAKUNG
JATINEGARA
1.44
36.53
2.76
10.53
0.31
0.01
211.46
0.73
277.96
Hirarki I
CAKUNG
PENGGILINGAN
0.95
57.00
14.24
6.47
0.48
-0.04
183.42
0.44
265.64
Hirarki I
CAKUNG
PULO GEBANG
1.72
11.14
14.24
6.33
0.28
0.09
83.43
0.41
131.85
Hirarki III
CAKUNG
UJUNG MENTENG
1.47
24.66
14.24
6.23
0.80
0.11
171.58
0.49
222.40
Hirarki I
CAKUNG
CAKUNG TIMUR
0.45
2.91
2.76
16.02
0.00
0.15
162.00
1.20
189.96
Hirarki II
CAKUNG
CAKUNG BARAT
1.41
57.03
2.72
6.33
0.42
0.14
89.77
0.67
172.71
Hirarki II
CAKUNG
RAWA TERATE
0.20
62.94
2.76
6.41
0.68
-0.03
90.81
0.34
178.31
Hirarki II
62
JATINEGARA
CIPINANG MUARA
CIPINANG BESAR
UTARA
Lampiran 2. (Lanjutan)
Indeks
Aksesibilitas
Pemerintah
Indeks
Aksesibilitas
Kesehatan
Indeks
Aksesibilitas
Pendidikan
Indeks
Aksesibilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Kesehatan
Indeks
Fasilitas
Pendidikan
Indeks
Fasilitas
Ekonomi
Indeks
Fasilitas
Sosial
Nama
Kecamatan
Nama
Desa
PULO GADUNG
PISANGAN TIMUR
1.10
23.99
14.24
6.80
0.34
-0.05
156.24
0.05
216.91
PULO GADUNG
CIPINANG
0.97
31.78
3.56
0.86
0.32
-0.13
12.02
0.06
63.65
Hirarki III
PULO GADUNG
JATINEGARA KAUM
1.11
22.35
3.67
7.13
0.55
0.01
84.41
0.48
122.52
Hirarki III
IPD
Hirarki
Hirarki I
PULO GADUNG
JATI
0.31
39.53
4.56
11.19
0.54
-0.04
150.31
0.06
220.67
Hirarki I
PULO GADUNG
RAWAMANGUN
1.31
39.53
14.24
16.02
0.65
-0.03
48.17
0.06
134.16
Hirarki III
PULO GADUNG
KAYU PUTIH
0.44
26.24
4.56
6.80
0.32
-0.08
5.23
-0.35
57.36
Hirarki III
PULO GADUNG
PULO GADUNG
1.51
35.81
14.24
12.46
0.60
0.03
55.81
0.06
134.72
Hirarki III
MATRAMAN
KEBON MANGGIS
1.10
28.49
14.24
5.91
0.34
0.08
45.88
0.15
108.08
Hirarki III
MATRAMAN
PAL MERIEM
2.10
42.70
4.56
12.19
0.66
-0.07
22.03
0.00
98.37
Hirarki III
MATRAMAN
PISANGAN BARU
0.43
33.65
14.24
8.91
0.18
-0.06
0.58
-0.36
62.06
Hirarki III
MATRAMAN
KAYU MANIS
0.24
25.25
2.70
9.13
0.26
-0.09
92.84
-0.24
134.58
Hirarki III
MATRAMAN
3.43
31.86
4.56
3.91
0.32
0.09
5.88
-0.17
63.49
Hirarki III
MATRAMAN
2.07
31.46
14.24
10.13
0.31
-0.11
12.57
-0.40
84.48
Hirarki III
Nilai
tengah
Standar
Deviasi
138.67
68.46
58
58
63