Referat THT-KL
Referat THT-KL
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Abses leher dalam adalah abses yang terbentuk di dalam ruang
potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat perjalanan infeksi dari
berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga
tengah dan leher. Abses leher dalam itu sendiri terbagi atas abses peritonsil,
abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula dan angina
ludovici.1,2
Abses retrofaring adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan
pus pada daerah retrofaring.Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya
abses retrofaring yaitu infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfa
adenitis retrofaring, trauma dinding belakang faring dan tuberkulosis vertebra
servikalis bagian atas.Abses retrofaring biasanya ditemukan pada anak yang
berusia di bawah 5 tahun terutama pada bayi atau anak-anak kecil yang
berusia di bawah 2 tahun. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ruang
retrofaring masih berisi kelenjar limfa, masing-masing 2-5 buah pada sisi
kanan dan kiri. Kelenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus
paranasal, nasofaring, faring, tuba eustachius dan telinga tengah. Pada usia di
atas 6 tahun kelenjar limfa akan mengalami atrofi. 1,2,3
Insidensi abses retrofaring di Amerika Serikat tahun 2003 yaitu
sebanyak 1321 kasus. Di Bagian THT-KL Rumah Sakit dr. M. Djamil Padang
selama 1 tahun terakhir (Oktober 2009 sampai September 2010) didapatkan
abses leher dalam sebanyak 33 orang, abses peritonsil 11 (32%) kasus, abses
submandibula 9 (26%) kasus, abses parafaring 6 (18%) kasus, abses
retrofaring 4 (12%) kasus, abses mastikator 3(9%) kasus, abses pretrakeal 1
(3%) kasus.4,5
Akhir-akhir ini abses retrofaring sudah semakin jarang dijumpai.Hal
ini disebabkan penggunaan antibiotik yang laus terhadap infeksi saluran nafas
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna
vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan
adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan minuman yang lewat dan
menuju esophagus.6
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga
mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior
dan dasar lidah. Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot
orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis. Vermilion berwarna
merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan diantara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.6
Palatum dibentuk oleh dua bagian yaitu premaksila yang berisi gigi
seri dan berasal prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik palatum
durum dan palatum mole, dibentuk oleh gabungan dari prosesus palatum,
oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah belakang tetapi dapat
terjadi ke arah maksila depan.6,7
Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah
bagian depan terutama berasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi
oleh nervus lingualis dengan cabang kordatimpani dari saraf fasialis yang
mempersarafi
cita
rasa
dan
sekresi
kelenjar
submandibula.
Saraf
terletak
dekat
sebelah
depan
saraf-saraf
penting.
Duktus
yang besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikalis
ke enam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,
ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring,
sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan ke
bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada
orang dewasa kurang lebih empat belas sentimeter, bagian ini merupakan
bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput
lender,
fasia
faringobasiler,
pembungkus
otot
dan
sebagian
fasia
Vaskularisasi
Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan.
Yang utama berasal dari cabang a. karotis eksterna serta dari cabang
a.maksilaris interna yakni cabang palatine superior.
Persarafan
c. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan
ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil
palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran
yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut
tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil
seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong
faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar
lidah.
Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan
mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil
ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus
biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas,
bakteri dan sisa makanan.
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering
juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot
faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil
mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang
tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua
oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang
menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik
merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual
thyroid) atau kista duktus tiroglosus.
3. Laringofaring (hipofaring)
Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu di
bawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika
menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju
Batas-batas:
Anterior
: ruang buccofaringeal (faring dan esophagus)
Posterior
: Alar fascia
Lateral
: Cloison sagittale
Superior
: Basis cranii
Inferior
: Superior mediastinum
Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring
faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang
dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian
atas sampai batas paling bawah dan fasia servikalis. Serat-serat jaringan
ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Di sebelah lateral ruang
ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses retrofaring sering
ditemukan pada bayi atau anak. Kejadiannya ialah karena di ruang
retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar
limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang bilamana pecah. Nanahnya akan
tertumpah di dalam ruang retrofaring. Ini akan banyak menghilang pada
pertumbuhan anak.
2. Ruang Parafaring (Fosa Faringo-maksila = pharyngo-maxillary
fossa)
Batas batas:
Anterior
: raphe pterygomandibular
Posterior
: prevertebral fascia
Medial
: fascia buccofaringeal
Lateral
: m. pterygoid medial
Superior
: basis cranii
Inferior
: os. hyoid
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada
dasar tengkorak dekat foramen ugularis dan puncaknya pada kornu
mayus os hioid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh m.konstriktor
faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang
melekat dengan m.pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis.
Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh
os stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterio r(presteloid)
adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif
sebagai akibat tonsil yang meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau
petrositis, atau dari karies dentis.
9
10
yaitu
pengangkatan
(bersama
faring
m.salpingofaring)
sebagai
oleh
hasil
gerakan
kontraksi
aktif
atas
retrofaring.
b. Trauma dinding belakang faring oleh benda asing seperti tulang ikan
atau tindakan medis seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea, dan
endoskopi.
c. Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas (abses dingin).
Pada banyak kasus sering ditemukan adanya kuman aerob dan
anaerob secara bersamaan. Beberapa organisme yang dapat menyebabkan
abses retrofaring adalah:4,10
11
12
13
14
abses
dan
membantu
dalam
15
sensitivitas antibiotik.
Hasil : Positif terhadap organisme penyebab.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan antara lain
adalah kelenjar getah bening, yang terdiri dari limfosit (sel darah
putih) yang membantu menyaring dan membunuh pathogen asing dan
bakteri. Akan tetapi, jaringan ini kadang sangat membesar karena
bakteri dan terinfeksi menyebabkan adenoiditis. Hal ini paling sering
pada anak-anak tetapi sesekali dapat terjadi pada orang dewasa.11
b. Abses peritonsil
Abses peritonsil merupakan terkumpulnya material purulen
yang terbentuk di luar kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil.12
Abses peritonsil merupakan abses yang paling banyak
ditemukan, dan biasanya merupakan komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi yang bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas
tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan penyebab tonsilitis,
dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.12
Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan
ikatlonggar, oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial
pritonsil tersering menempati daerah ini, sehingga tampak palatum
mole membengkak. Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain
pembengkakan
tampak permukaannya
hiperemis.
Bila
proses
kadang-kadang
Pada pemeriksaan
fisik
sukar
membuka
didapatkan
mulut
palatum
mole
(trismus).
tampak
17
18
diberikan
tersendiri
atau
dikombinasikan
dengan
mediastinum.
Lateral: trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses
parafaring.
Posterior : osteomielitis dan erosi kolumna spinalis.
d. Proses infeksi: necrotizing fasciitis sepsis dan kematian
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
1. Abses retrofaring paling sering dijumpai pada anak anak, terutama
disebabkan oleh infeksi saluran nafas yang menjalar ke ruang retrofaring.
2. Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh trauma, benda asing atau
infeksi tuberculosis korpus vertebra.
3. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa gejala yang ringan seperti
demam, sulit dan sakit menelan sampai timbul gejala yang berat seperti
obstruksi jalan nafas dapat menimbulkan kematian.
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis,
disertai aspirasi dan pemeriksaan radiologis.
5. Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan medikamantosa dan operatif
berdasarkan luasnya abses.
6. Prognosis bergantung dari penanganan yang cepat dan tepat sehingga
komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti obstruksi jalan nafas,
asfiksia, pneumonia aspirasi, abses paru, rupture arteri karotis interna
hingga necrotizing fasciitis sepsis dan kematian dapat dicegah.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. George L. Adams, MD. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
Jakarta. EGC
2. Fachruddin, D. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher Edisi Ketujuh. Jakarta. FKUI.
3. Berger TJ, Shahidi H. retropharyngeal abscess. eMedicine Journal. August
13
2011,
Volume
2,
Number
http://author.emedicine.com/PED/topic2682.htm
4. Rambe, A.Y. 2013. Abses Retrofaring. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
5. Kahn JH. 2012. Retropharyngeal Abscess in Emergency Medicine (Online)
http://emedicine.medscape.com/article/764421-overview
6. Richard S,Snell. 2009. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
Keenam. Jakarta. EGC
7. Anatomi
dan
fisiologi
hidung.
Available
from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
8. Yunita,A.
2003.
Abses
retrofaring.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3464/1/tht-andrina2.pdf
9. Murray A.D. MD, Marcincuk M.C. MD. Deepneck infections. Diunduh dari:
www.eMedicine Specialties//Otolaringology andfacial plastic surgery.com
10. Pulungan, M..Rusli. Pola Kuman Abses Leher Dalam. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER DALAM-Revisi.
21
11. Anonim.
2012.
Adenoiditis.
Diunduh
dari
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditionsdiseases/adenoiditis-_-9510001031302
12. Edinger
JT,
Hilal
EY,
Dastur
13. Anonim.
http://nurvidha.wordpress.com/2009/10/04/aneurisma-aorta/
22