Anda di halaman 1dari 24

AMPHIBIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Zoologi Vertebrata

\
Oleh :
Kelompok 5 (Kelas 3b)
Nurul Fahmi
Gary Surya P
Asep Rahman
Ramadhan R S
Dikdik N

122154049
122154061
122154054
122154064
122154070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015

A. Evolusi Amphibia

Vertebrata pertama di darat adalah anggota Kelas Amphibia. Saat ini


kelas tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan
caecilian (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di
hutan dan danau air tawar).
Pada masa Devon leluhur tetrapoda mungkin mirip dengan ikan
bersirip lobus, sirip yang berotot dengan pemanjangan kerangka berfungsi sbg
penyokong bagi hewan ini untuk hidup di darat. Fosil Amphibia tertua
disimpulkan berasal dari akhir masa Devon, sekitar 365 juta tahun silam.
Sebagian besar hewan-hewan amphibia pertama merupakan hewan
akuatik, yang kadang-kadang mengembara ke darat untuk menghindari ikan
karnivora atau mengekploitasi makanan yang berlimpah (serangga &
invertebrata lain), yang mendahului amphibia hidup di darat.
Banyak Amfibia pada masa Karboniferus sangat menyerupai reptil.
Beberapa diantaranya mencapai panjang 4 m. Karena Amphibia merupakan
satu-satunya

vertebrata di darat pada akhir masa Devon dan awal masa

Karboniferus, era amphibia adalah nama yang tepat untuk masa Karboniferus.
Jumlah amphibia mulai menyusut menjelang akhir masa Karboniferus.
Setelah zaman Mesozoikum dimulai dengan masa Trias, sekitar 245 juta tahun
silam, sebagian besar hewan yang selamat dari garis keturunan amphibia
menyerupai spesies modern.

B. Karakteristik Amphibia
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu Amphi (rangkap) dan bios (hidup). Atau dapat diartikan sebagai
hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi,
tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di dua alam yakni di air dan di daratan.
Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk
kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai
siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug,
1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan
insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa
hidup di darat dan bernafas dengan paruparu. Pada fase dewasa ini amphibi
bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan
kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka
insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara
melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang
berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi
untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang
menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan
hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir
tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua
amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada
beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam
perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu,
bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa
jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa

jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh
Alat gerak
Alat pernapasan

Suhu tubuh
Peredaran darah
Alat penglihatan
Berkembang biak

Jantung

Kulit yang berlendir


Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat
selaput renang yang terdapat di antara jarijari kakinya
dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang.
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang,
setelah dewasa alat pernapasannya berupa paruparu
dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang
mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika
menyelam
tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu
lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
Tertutup
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan
yang disebut membran niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam
Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan diluar tubuh induknya (pembuahan
eksternal) kecuali salamander berkembang biak
secara internal
Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik

Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:


1. Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik.
2. Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm).
3. Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi
dan satu bilik.
4. Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput
renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi
untuk melompat dan berenang.
5. Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut
yang mempunyai klep untuk menahan air.
6. Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat
dikeluarkan.

7. Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrane


niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam.
8. Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa
alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya
mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut
ketika menyelam.
9. Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh
yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
10. Otak memiliki 10 pasang sarang krainal.
11. Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan
stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
C. Klasifikasi Amphibia
Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:

Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Superkelas

: Gnathostomata

Kelas

: Amphibia

Anggota amphibia terdiri dari 3 ordo yaitu Anura ( katak dan


kodok), Urodela (Salamander) dan Apoda (Caecilia).
1. Ordo Anura
a. Klasifikasi

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Sub Phylum

: Vertebrata

SuperClass

: Tetrapoda

Clas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Family

: Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae


dan Rachoporidae (yang ada di Indonesia)

Spesies

: Rana pipiens, Rana berlandieri, Hyla cinerea,


Bufo marinus, Scaphiopus, Rhynophrynus dorsalis,
Dendrobates tinctorius,

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti


namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai
depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa family terdapat selaput diantara jarijarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan
ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata
dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik.
Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang
tenang dan dangkal.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:

Ascaphidae

Myobatrachidae

Bombinatoridae

Arthroleptidae

Pipidae

Rhinodermatidae

Pseudidae

Microhylidae

Megophryidae

Heleophrynidae

Bufonidae

Hemisotidae

Centrolenidae

Rachoporidae

Pelobatidae

Branchycephalidae

Hylidae

Rhinophrynidae

Leptodactylidae

Pelodytidae

Pseudidae

Allophrynidae

Dendrobatidae

Discoglossidae

Hyperoliidae

Leiopelmatidae

Ranidae

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,


Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun
penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
1) Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Cirisiri umumnya yaitu
kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang
tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang
bahu arciferal.
Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar
akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari
pada tungkai depan dan jarijari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi
berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies.
Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo
asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.

(Bufo melanostictus)
2) Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan
seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari
kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.
Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang
lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi.
Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari

makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini


adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.

(Megophrys montana)
3) Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya
relatif ramping. Tungkai relative panjang dan diantara jarijarinya
terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan
ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada
pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti
parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara
eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya
adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana
nicobariensis,

Fejervarya

cancrivora,

Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.

Fejervarya

limnocharis,

(Rana chalconota)
4) Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8100 mm. Kaki
relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada
maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi.
Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang
secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.

(Microhyla achatina)
5) Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis
mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.

Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi


seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig.
Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.

(Rhacophorus leucomystax sexvirgata)


b. Karakteristik

tubuhnya yang seperti sedang berjongkok, leher tidak jelas.


tersususn dari tiga bagian (1) kepala (2) badan (3) anggota gerak,
kepalanya pipih lebar begitu juga dengan mulutnya memiliki lidah
yang panjang dan lengket yang berfungsi untuk menangkap

mangsa..
Giginya terdapat pada langit-langit mulut yang disebut gigi

vormer,
matanya yang besar menonjol di sisi kepala, terdapat dua kelopak

yaitu atas dan bawah,


memiliki selaput bening tipis yang disebut selaput niktitans ,

pada ujung depan atas mulut erdapat lubang hidung yang dapat
menutup saat menyelam di air.

2. Ordo Urodela (Caudata)


a. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
SuperClass
Class
Ordo
Sub Ordo
Spesies

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Tetrapoda
: Amphibia
: Urodela
: Sirenidea, Cryptobranchoidea, Salamandroidea
:Axoloti
mexicanum,
Ambystoma
tigrinum,
Plethodon glutinosus, Ambystoma mexicanum,
Cryptobranchidae, Hynobiidae, Notophthalmus
viridescens

Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai


anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai
insang dan yang lainnya bernafas dengan paruparu. Pada bagaian kepala
terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola
persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa.
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan
Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae,
sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae
dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae,
Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae
dan Salamandridae.
Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar
terbatas di belahan bumi utara Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah
(Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat
berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan familyfamily dari
urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa

hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal.
Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki
tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi.
b. Ciri-ciri
tubuh memanjang
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum.
Kepala, ekor, kaki sama besar
Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.

Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas

dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil


Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. hidup di darat akan tetapi

tidak dapat lepas dari air


larva bernafas dengan insang
dewasa bernafas dengan paru-paru
Pembuahan terjadi secara eksterna dan interna dan reproduksinya
secara ovivar atau ovovivivar

(Salamander)

3. Ordo Caecilia
a. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
SuperClass
Class
Ordo

: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Tetrapoda
: Amphibia
: Apoda (caecilian)

family

: Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae,


Scolecomorphiidae, dan Caecilidae

sub Family

: Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae

spesies

: Ichthyophis glautinosus (salamender cacing),


Ichthyophis bannanicus
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak

mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing


(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini
mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau
tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai
organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur
hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang.
Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan
di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal.
b. Ciri-ciri

tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.


Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan

ekor mereduksi.
Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup
oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi

sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ

sensory.
2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan
akuatik.

(Caecilian)
D. Sistem Respirasi Amphibia
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem
ini terdiri atas paruparu (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit.
Alatalat ini mempunyai permukaan yang basah (lapisan epithelium yang
banyak mengandung pembuluh darah). Oksigen yang berasal dari udara larut
dalam cairan permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh
darah. Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang
selanjutnya akan dibawa ke jaringanjaringan tubuh yang memerlukan.
Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma darah dari jaringan ke
alat respirasi. Struktur paruparu amphibi masih sederhana. Paruparu katak
terdiri atas dua sakus yang elastis yang berisi lipatan yang membentuk
kamarkamar kecil yang disebut alviola, yang masingmasing diliputi oleh
pembuluhpembuluh kapiler. Masing-masing sakus paruparu dihubungkan
dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi bersatu menuju
larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput
rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak
terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga
mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut
yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula
dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi.

Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pareparu (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit,
katak bernapas juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik
paruparu mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk
gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentukbentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan
dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus
yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasidan ekspirasi yang
keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya
oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada
gelembung-gelembung di paru-paru.

(Sistem Pernapasan pada katak)

Salamander memiliki sistem pernafasan yg berbeda antara spesies.


Spesies yang tidak memiliki paru-paru bernafas melalui insang. Dalam
kebanyakan kasus, ini adalah insang eksternal, terlihat sebagai jumbai di
kedua sisi kepala, meskipun amphiumas memiliki insang internal dan celah
insang. Beberapa salamander terestrial memiliki paru-paru yang digunakan
dalam respirasi, meskipun ini sederhana dan seperti kantung, tidak seperti
organ yang lebih kompleks yang ditemukan pada mamalia. Banyak spesies
memiliki kedua paru-paru dan insang juga Beberapa spesies melakukan
pertukaran gas melalui kulit mereka, sebuah proses yang dikenal sebagai
respirasi valerian.

(Alat pernapasan salamander)


E. Sistem Sirkulasi Amphibia
Sistem peredaran darah katak terdiri dari jantung beruang tiga, arteri,
vena, sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa. Darah katak tersusun
dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula)
yakni sel-sel daran merah, sel-sel darah putih, dan keping sel darah.
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu :

atrium kiri, berfungsi sbg tempat menerimanya darah dari paru paru
atrium kanan, berfungsi sbg tempat menerimanya darah yang miskin
oksigen dari seluruh tubuh.

ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh


darah yang bercabang tiga. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala
dan ke otak. arteri posterior darah yang menuju kulit dan paruparu.

(Sistem sirkulasi Amphibia)

Menurut (Campbell, 2000:45) Ventrikel akan memompakan darah ke


dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua
sirkuit: sirkuit pulmokutaneus dan sirkuit sistemik.
Sirkuit pulmokutaneus mengarah ke jarigan pertukaran gas (dalam
paru-paru dan kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen
sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium
kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam
sirkuit sistemik.
Sirkuit sistemik membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ
tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium
kanan melalui vena. Skema ini, yang disebut sirkulasi ganda, menjamin aliran
darah yang kuat ke otak, otot, dan organ-organ lain karena darah itu dipompa
untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanannya dalam hamparan kapiler

pada paru-paru dan kulit. Keadaan ini sangat berbeda dari sirkulasi tunggal
dalam ikan, dimana darah mengalir secara langsung dari organ respirasi
(insang) ke organ lain dengan tekanan yang semakin berkurang.
Pada katak dikenal adanya sistem porta yaitu suatu sistem yang
dibentuk oleh pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari
pembuluh kapiler dari suatu sistem porta yang terbagi menjadi anyamananyaman di dalam alat tubuh yang lain sebelum kembali ke jantung. Barulah
kemudian masuk ke dalam vena yang menuju jantung. Sistem porta yang
penting adalah sistem porta hepatika pada hati dan sistem porta renalis pada
ginjal.
F. Sistem Pencernaan
Di dalam mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada
gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua)
pada ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan
mulai dari esophagus (bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan
lambung. Lambung memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus
terdiri dari intestinum (keci, panjang, berkelokkelok), rectum yang langsung
bersatu dengan cloaca. Hati dan pancreas mempunyai mempunyai saluransaluran menuju ke duodenum, kandung empedu, lambung intestinum. Pada
potongan melintang intestinum terdiri dari empat lapisan, yaitu: peritoneum,
lapisan otot, submukosa dan mukosa.
G. Sistem Saraf
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem
saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan
medulla spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada
sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua
haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang
dihubungkan dengan comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya
dergabung dengan dienchepalon medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua
bulatan lobus opticus yang ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon)

sebelah bawahnya merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat


bagian terbuka sebelah atas yakni medulla oblongata yang berhubungan
dengan medulla spinalis dan berakhir disebelah felium terminale.
H. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada
anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan
secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut
dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku
tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.

(Fenomena amplexus)
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di
bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim
kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang
mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu
dengan bertelur, namun ada juga beberapa familiamphibi yang vivipar, yaitu
beberapa anggota ordo apoda.
Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan
dan sperma disemprotkan).

Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu


oval berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren diikat oleh
alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuningkuningan, sedang di sebelah median dataran
testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter
mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat
penampungan spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium
dilekatkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut
mesovarium, yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah
dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk
bintik-bintik.
Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna
kekuningkuningan. Pada breeding season ova yang telah masak menembus
dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang
berkelok-kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan
ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan dinding yang
tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya ovum
menuju ke kloaka pada suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi
walaupun demikian pada breeding season katak jantan menempel di
punggung katak betina untuk memudahkan terjadinya fertilisasi.

(Sistem Reproduksi Pada Katak)

I. Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagianbagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagianbagian
tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan.
Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada fase
dewasa menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap
lunak dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:

Cranium yang sempit

Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan


kapsula yang besar untuk mata.

Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton


viseral).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat

jari kaki pada kaki depan dan lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada
yang berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada
Caecillia.Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk
pada jarijarinya.
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas
berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna
vertebralis dan urostyl, yang merupkan silindris, masing-masing vertebrae
merupakan satu segmen pendek yang fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiaptiap vertebrae terdiri atas centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas

(archus neuralis) sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan


neuralis terdapat sepasang processus articularis yang menyebabkan vertebrae
dapat sedikit bergerak tidak memunyai tulang rusuk (costale).
Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis
(pectoral gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat
dalam thorax. cingulum cranialis melekat pada vertebrae dengan otot daging.
Masingmasing setengahnya terdiri atas tulang rawan lebar. Supra scapula
sebelah dorsal, scapula kecil sebelah lateral dan clavicula yang silindris dan
coracoid yang lebar sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang
berupa

tulang

rawan

besar,

tersusun

atas

episternum,

omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum bertemulah os scapula


dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis yang merupakan
sendi tempat kepala os humerus

(Sistem Rangka Ordo Anura)

(Sistem Rangka Ordo Urodela)

J. Habitat dan Persebaran


Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik
sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis,
karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan
sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa
memproduksi panas sendiri.
Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan
sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di
darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada
juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang
hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai,
rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai