Anda di halaman 1dari 11

WORKSHOP KARYA PENGEMBANGAN PROFESI

SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN


PROFESIONALISME GURU

Oleh:
Prof. Dr. Rusdarti, M.Si
Makalah disampaikan dalam Workshop
Karya Pengembangan Profesi bagi Guru SMK Negeri 2 Pati

Desember 2012

KARYA PENGEMBANGAN PROFESI BAGI GURU


Pendahuluan
Kekuatan reformasi yang hakiki sebenarnya berasal dari sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, dan memiliki visi, transparansi, serta pandangan
jauh kedepan. Tidak hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, tetapi
senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam berbagai
kehidupan kemasyarakatan. Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan
memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Dalam rangka peningkatan
kualitas SDM peran guru sebagai tenaga pendidik dituntut menjadi tenaga
profesional. Pentingnya peran guru sangat menentukan berhasilnya usaha
peningkatan mutu pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Peran guru secara konkrit dijelaskan, bahwa guru lebih tepat memiliki
falsafah dan tujuan pendidikan, kriteria keberhasilan pendidikan, ilmu dan teori
pendidikan yang relevan, struktur pendidikan, kurikulum, organisasi dan
kepemimpinan pendidikan maupun pembiayaan pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama
bagi pendidik di perguruan tinggi. Berkaitan dengan profesionalisme guru, pasal 10
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi guru meliputi (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3)
kompetensi kepribadian dan (4) kompetensi sosial. Terkait dengan istilah
kompetensi, pada Ketentuan Umum pasal 1 butir 10 pada Undang-Undang tersebut,
dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Untuk dapat dinyatakan sebagai guru profesional,
guru harus memiliki kompetensi atau seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan
tugasnya. Seorang guru diakui sebagai tenaga profesional apabila memiliki sertifikat
pendidik.
Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri
agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni. Banyak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang tidak tahu
harus bagaimana setelah pangkatnya Pembina golongan IV/a. Karena selama ini
kenaikan pangkatnya sudah diurus oleh Bagian Tata Usaha. Bagi guru yang sudah
IV/a maka ada persyaratan khusus untuk naik pangkat ke IV/b yaitu harus

mengumpulkan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi sebesar 12.


Kegiatan pengembangan profesi bisa berupa Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga,
Karya Teknologi Tepat Guna atau Karya Seni. Peraturan kenaikan pangkat yang
menetapkan guru harus memenuhi unsur karya pengembangan profesi minimal 12
point apabila akan naik pangkat dari golongan IVa ke Vb. Beberapa kasus guru
mengalami hambatan dalam memenuhi karya pengembangan profesi.
Para insan kependidikan dituntut mengembangkan dirinya melalui kegiatan
kolektif agar dapat meng-update pengetahuan dan keterampilan baru sesuai
tuntutan lingkungan dan profesinya. Kewajiban mengembangkan profesinya ini
nantinya akan dituangkan dalam bentuk kewajiban angka kredit yang harus dicapai
untuk kegiatan yang disebut pengembangan diri ini. Untuk itu mulai saat ini baik para
guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah harus bersiap menerima ketentuan
baru yang bertujuan mendorong insan kependidikan untuk selalu mengembangkan
dirinya dan semakin profesional dalam menjalankan tugasnya.
Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki
oleh Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangka meningkatkan Jabatan dan golongan
ruang, seorang guru harus memenuhi persyaratan-persyaratan di antaranya
membuat analisis hasil belajar, pengayaan dan perbaikan. Hal yang paling penting
yaitu pengajuan Penilaian Angka Kredit (PAK). Permendiknas No. 35 Tahun 2010
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya Pasal 4 Penilaian kinerja guru yang didasarkan pada Peraturan Menteri ini
berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013.

Ruang Lingkup Karya Pengembangan Profesi Guru

Karya pengembangan profesi adalah suatu karya yang menunjukkan


adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
Komponen ini meliputi halhal sebagai berikut.
1. Buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional;
2. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah yang tidak terakreditasi,
terakreditasi, dan internasional;
3. Modul/diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran
selama 1 (satu) semester;
4. Laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/kelompok);

5.Media/alat pembelajaran dalam bidangnya;


6. Karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, kriya, lukis,
sastra, musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan
bidang tugasnya.
7. Reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, penulis soal EBTANAS/
UN/ UASDA;
Untuk No. 1, 2, 3, dan 4 dinamakan karya tulis ilmiah (KTI). Bukti fisik
karya pengembangan profesi berupa sertifikat/piagam/surat keterangan dari
pejabat yang berwenang yang disertai dengan bukti fisik yang dapat berupa

buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan bukti
fisik lain yang relevan.

Karakteristik Guru Profesional


Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, sikap, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melakukan tugas
keprofesionalannya. Guru dinyatakan profesional apabila mampu melakukan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan baik, serta aktif dalam
berbagai kegiatan yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran yang baik terjadi jika
guru punya kepiawian khusus dalam mengajar, dapat menjaga perhatian dan
antusias siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Mengajar yang menarik
merupakan bakat dan seni yang melekat pada kepribadian guru. Dengan
karakteristik profesional seperti ini maka kompetensi yang potensial untuk
dikembangkan pada guru di wilayah pedesaan adalah kompetensi dalam berbagai
teknik mengajar yang menarik dan diminati oleh siswa. Supaya mengajar lebih
menarik, guru dapat menggunakan alat bantu mengajar (modul, media) yang
bersumber dari potensi lingkungannya.
Profesi guru terkait dengan konteks layanan ahli dalam bidang keguruan.
Terapan layanan ahli keguruan itu selalu berlandaskan pada penguasaan akademik
yang solid. Profesi guru sebagai seni terapan berbasis sains karena interaksi
dalam pembelajaran bersifat transaksi situasional. Pada saat tersebut, guru harus
mengerahkan penguasaan akademiknya secara utuh, baik pada materi maupun
strategi yang harus segera diputuskan manakala situasi pembelajaran berubahubah.
Rakajoni, 2008, menyatakan bahwa seorang guru yang profesional adalah:
1. menguasai karakteristik peserta didik yang dilayani secara mendalam dengan
berbagai variasi karakter dan cara pendekatannya;
2. menguasai bidang ilmu atau sumber (bahan ajar) dari segi disclipinary
content maupun pedagogical content;
3. menguasai pendekatan pembelajaran yang mendidik; dan
4. mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan.
Penguasaan dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan layanan
ahli keguruan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam profesinya
sebagai guru, secara berkelanjutan akan menimbulkan nurturant effects pada
kemampuan sosial dan kemampuan personal yang pada gilirannya akan
berkontribusi pada kepribadian guru secara makro.
Banyak indikator yang telah dikembangkan untuk mengukur kinerja guru
profesional. Pada umumnya indikator tersebut mengungkap aspek penguasaan
bidang ilmu dan aspek metodologis dalam mengkaji dan mengaktualisasikan
ilmunya tersebut dalam konteks pekerjaannya. Ada lima unjuk kerja guru yang
profesional, yaitu: (a) keinginan selalu menampilkan perilaku yang mendekati
standar ideal, (b) meningkatkan dan memelihara profesi, (c) keinginan selalu
mengembangkan profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan
teknologi, (d) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan (e) kebanggaan
terhadap profesi. Mungin (2003) menyatakan guru dan dosen yang profesional
antara lain memiliki ciri-ciri: (a) memiliki kepribadian matang dan berkembang, (b)

memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik, (c) penguasaan


pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan (d) memiliki sikap profesional yang
berkembang secara berkesinambungan. Berbagai indikator guru profesional yang
telah disebutkan di atas mengingatkan guru untuk selalu berkarya supaya dapat
dinyatakan profesional. Satu kata kunci untuk menjadi profesional adalah motivasi
guru untuk berprestasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri (instrinsik)
dan berasal dari luar (ekstrinsik).
Adapun tugas keprofesionalan guru berdasarkan UU No. 14/2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 20, 60 dapat digambarkan sebagai berikut:

TUGAS KEPROFESIONALAN GURU


Merencanakan,
melaksanakan,
menilai,
mengevaluasi hasil
pembelajaran.
Objektif dan
tidak
diskriminatif
Guru: Proses
pembelajaran min 24
jam tatap muka dalam
1 minggu
Dosen: sekurangkurangnya 12 SKS dan
sebanyak-banyaknya
16 SKS

Pasal 20,60

GURU
WAJIB

Meningkatkan dan
mengembangkan
kualifikasi akademik
dan kompetensi
Menjunjung tinggi
peraturan perundangundangan, hukum, kode
etik, nilai-nilai agama
dan etika.

Memelihara dan
memupuk
persatuan dan
kesatuan bangsa

Gambar 1. Tugas Keprofesionalan Guru berdasarkan UU No. 14/2005 tentang


Guru dan Dosen

Kiat-kiat Menyiapkan Karya


Pengembangan Profesi Bagi Guru
Kiat-kiat yang dapat ditempuh guru untuk sukses dalam
menyiapkan karya pengembangan profesi sama dengan kiatkiat guru untuk bekerja secara profesional. Merujuk kembali
pendapat Budiarso yang menjelaskan bahwa guru profesional
adalah guru memiliki keinginan untuk selalu mengembangkan
profesi dengan meningkatkan pengetahuan dan penguasaan
teknologi serta mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi,
maka kiat-kiat guru dalam menyiapkan karya pengembangan
profesi yaitu:

1.Memotivasi diri sendiri untuk selalu


meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berkembang di
masyarakat
2.Berjiwa entrepreneurship, selalu mencari dan
mengembangkan ide-ide baru yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
3.Mengutamakan mutu pekerjaan untuk meraih
kepercayaan dari orang lain.
4.Menuangkan ide dalam bentuk karya tulis
yang bisa dipahami orang lain
5.Berusaha
mencari
sponsor
dan
mempublikasikan hasil karyanya melalui
berbagai media informasi.
6.Mau dan mampu bersaing dengan teman
seprofesinya.

Guru Bisa Naik Pangkat Bukan Hanya Melalui PTK


Pengumunan untuk para guru (tapi sebenarnya
guru juga sudah tahu), untuk naik pangkat dari IVa ke
IVb dan seterusnya tidak mesti membuat karya berupa
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Para Guru
dapt membuat karya yang berupa:
1. Diktat (dapat nilai 1, bisa bikin beberapa diktat),
2. Alat Peraga (dapat nilai 0,5, kan bisa bikin banyak
alat peraga, bisa poster, model, power point yang
ditempel Film dan animasi atau lainnya),
3. Karya Teknologi Tepat Guna (dapat nilai 5, bisa
berupa Alat Pendidikan/ Praktikum, Alat Pengolah
yang bermanfaat untuk masyarakat, dan Media
Pembelajaran berbasis komputer yang berupa
Film dan Animasi Flash untuk satu semester).
Kesemuanya itu cukup dengan menuliskan Laporan
Pembuatan dan Penggunaannya disertai dengan
Foto Pembuatan dan Penggunaan, atau kalau
produk komputer bisa dikirim karyanya berupa CD
pembelajaran.

Format Laporan Karya


Pengembangan Profesi Non

KTI

Karya pengembangan profesi guru Non KTI


(Alat Peraga, Alat Praktikum, Karya Teknologi
Tepat Guna dan Karya Seni) dapat digunakan
sebagai syarat kenaikan pangkat guru,
sebagaimana karya tulis ilmiah. Yang penting

ditulis laporan pembuatannya dengan format


sebagai berikut:
Halaman Judul
Kata Pengantar
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
A. Jenis: Alat Peraga/ Alat Bimbingan/ Karya
Teknologi/ Karya Seni (pilih salah satu saja)
B.
Judul (Nama Alat Peraga/ Nama Karya
Teknologi/ Nama Karya Seni)
C.
Tujuan
D.
Manfaat
E.
Rancangan (Gambar rancangan atau
diagram alir, alat dan bahan yang digunakan)
F. Prosedur Pembuatan dilengkapi foto
pembuatan.
G.
Prosedur Penggunaan dilengkapi dengan
foto penggunaan.

Bentuk laporannya antara 2 3


halaman (untuk Alat Peraga) atau antara
5 - 6 halaman (untuk Karya Teknologi).
Silahkan mencoba saja karya
pengembangan profesi guru non KTI ini.

Cara-Cara yang dapat dilakukan oleh Guru, antara lain:


1. Pelatihan pembuatan Media Pembelajaran Interaktif/ Multimedia. Dengan
membawa lapotop sendiri para guru berlatih menyusun rancangan penelitian
tindakan kelas maupun eksperimen. Setelah itu mereka berlatih membuat
Media Pembelajaran yang materinya meliputi Presentasi Power Point Yang
Menarik, Pembuatan Video dan Pembuatan Animasi. Diharapkan selesai
pelatihan para guru dapat melakukan penelitian di sekolahnya dan juga
membuat media pembelajaran yang akan dipakai mengajar di kelasnya.
Dengan adanya pelatihan, para guru akan semakin meningkat
profesionalitasnya dan sekaligus lancar naik pangkatnya.
2. Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Mengingat bahwa untuk naik pangkat tidak hanya dengan membuat laporan
PTK, maka guru perlu dibekali dengan kemampuan membuat media
pembelajaran berbasis komputer (untuk alat peraga dan bahan ajar interaktif).
Karya pengembangan profesi guru non KTI (Alat Peraga, Alat Praktikum,
Karya Teknologi Tepat Guna dan Karya Seni) dapat digunakan sebagai syarat
kenaikan pangkat guru dari IV/a ke atas, sebagaimana karya tulis ilmiah. Agar
dapat membuat media pembelajaran berbasis komputer maka guru sebaiknya
dilatih dulu. Materi pelatihannya adalah :
1. Pemanfataan Microsoft Power Point secara optimal.
2. Pembuatan Film untuk pembelajaran.
3. Pemanfaatan Macromedia Flash untuk pembelajaran.
4. Pemanfaatan Ulead Cool 3D Studio dalam media pembelajaran.
3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah
Salah satu kegiatan pengembangan profesi guru adalah menulis Laporan Hasil
Penelitian, untuk itu kemampuan dalam hal penulisan laporan hasil penelitian
harus dikuasai guru. Program berupa pembimbingan langsung penyusunan
Laporan Penelitianperlu dilakukan bagi guru yang akan melaksanakan
penelitian. Diharapkan program bimbingan ini akan menghasilkan karya yang
sesuai syarat angka kredit guru dan sekaligus meningkatkan mutu
pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
4. Pelatihan Model Pembelajaran dan Lesson Study
Penerapan Lesson Study dan Masteri Learning, dilakukan dalam kegiatan
berkesinambungan yang meliputi: (a) Perencanaan Pembelajaran, (b)
Pelaksanaan dan Pengamatan Pembelajaan, (c) Refleksi Proses dan Hasil
Pembelajaran. Setelah satu pelajaran selesai maka dilanjutan dengan
perbaikan pembelajaran yang akan datang.
Beberapa guru belum mengenal secara tepat apa itu model pembelajaran dan
bagaimana bentuknya. Hal ini terlihat dari Judul Penelitian Tindakan Kelas
yang dilakukan guru. Model pembelajaran yang dicobakan atau diterapkan
hanya berkisar antara metode diskusi, pemberian tugas, dan pembelajaran
kooperatif. Masih banyak model pembelajaran lain yang dapat dilakukan. Untuk
itu pelajari model-model pembelajaran yang lain melalui buku atau pelatihan.
Selain model pembelajaran guru juga perlu memahami apa dan bagaimana
Lesson Study, karena berkaitan juga dengan peningkatan mutu pembelajaran
dan Penelitian Tindakan Kelas.

Silahkan mulai sekarang belajar sendiri atau melaui pelatihan, pasti banyak
guru ICT yang bisa ngelatih. Jadi silahkan lakukan berbagai kegiatan tadi dan
bukan hanya tergantung pada laporan penelitian tindakan kelas (PTK).

Perubahan Sistem Penilaian Guru dengan Angka Kredit Baru


Sejak tahun 1993 telah diterapkan sistem penilaian kinerja guru dengan
sistem angka kredit. Sejauh ini penilaian tersebut telah banyak menghasilkan guru
dengan pangkat dan jabatan yang tinggi, yakni pada golongan IV. Namun harus
disadari bahwa sistem penilaian prestasi kerja selama ini masih bersifat penilaian
kuantitatif, untuk menyempurnakan hal tersebut, sistem penilaian prestasi kerja guru
dengan sistem penilaian kinerja berdasarkan kualitas (antara lain penilaian kinerja
pada proses pembelajaran dan penilaian kinerja kepala sekolah), dan hanya
beberapa hal saja yang tetap menggunakan angka kredit berdasarkan kuantitas.
Dengan penilaian kinerja berdasarkan kualitas diharapkan prestasi kerja guru akan
semakin meningkat terutama dalam pembelajaran di sekolah.
Selain perubahan dalam sistem penilaian prestasi kerja seperti dikemukakan
di atas, juga akan diterapkan kebijakan baru bahwa mulai jabatan Guru Pertama
golongan ruang III/a akan diterapkan kewajiban mengikuti kegiatan pengembangan
diri yang bisa berupa pelatihan, kegiatan kolektif guru dan presentasi ilmiah.
Sedangkan mulai golongan III/b akan diterapkan kewajiban guru harus membuat
Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif, yang sebelumnya baru diterapkan untuk guru
golongan ruang IV/a. Dengan hal-hal seperti ini diharapkan akan diperoleh guru
yang bermutu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di tanah air.

Penutup
Profesionalisme guru sangat terkait dengan guru yang profesional. Secara
sederhana profesionalisme adalah orang-orang yang melaksanakan tugas profesi
dituntut adanya suatu keahlian, tanggungjawab dan kesetiaan terhadap profesinya
yang diproleh melalui pendidikan.
Guru profesional akan menghasilkan karya kreatif (karya pengembangan
profesi) melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan,
dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang menentukan prestasi kreatif seseorang,
yaitu motivasi atau komitmen yang tinggi, keterampilan dalam bidang yang ditekuni,
dan kecakapan kreatif. Jadi kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam
menciptakan kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang telah ada sehingga
melahirkan sesuatu yang baru.
Guru yang profesional selalu meningkatkan kualitas pembelajaran menuju
pendidikan yang bermutu dan fungsional, dengan adanya ciri-ciri profesionalisme
guru maka tugas guru sebenarnya berat namun mulia yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui tatanan nilai-nilai luhur.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal. 2002. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia.
Mantja, W. 1998. Manajemen Pembinaan Profesional Guru Berwawasan
Pengembangan Sumber Daya Manusia: Suatu Kajian Konseptual Historik
Dan Empirik, Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang, Malang: IKIP
Malang.

10

Mantja, W. 2005. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang :


Wineka Media.
Sahertian, P.A, 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset
Gilmore, T., Krantz, J., & Rafael Ramirez, R. "Action Based Modes of Inquiry and the
Host-Researcher Relationship," Consultation 5.3. (Fall 1986): 161.
O'Brien, R. (2001). [An Overview of the Methodological Approach of Action
Research]. Available: http://www.web.ca/~robrien/papers/arfinal.html (diakses
tanggal 20/6/2010)
Permendiknas. 2010. Nomor. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Tersedia Online ekinerjaguru.org/download/juknis_permen_35.pdf. (diakses tanggal
2/5/2011)
Riel, M. (2007). Understanding Action Research, Center For Collaborative Action
Research. Available at http://cadres.pepperdine.edu/ccar/define.html (diakses
tanggal 20/6/2010)

Anda mungkin juga menyukai