Potensi Biomassa Sebagai Sumber Energi
Potensi Biomassa Sebagai Sumber Energi
Hari Esok
Source: http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2012/01/21/potensi-biomassa-adalahsumber-energi-di-hari-esok/
Sumber energy baru terbarukan sedang
digalakan saat ini berbagai kuliah umum, seminar, dan konferensi telah banyak
membahas tentang sumber energy baru terbarukan hal ini diharapkan tumbuh
gagasan dan ide untuk mencari dan menemukan sumber energy alternative sebagai
penyeimbang sumber energy dari bahan bakar fosil. Khususnya untuk Indonesia
penggunaan energy masih dominan pada bahan bakar fosil, menurut BPS pada tahun
2008 mencatat penggunaan energi 26,5 % dari gas
bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi. Sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa bahan bakar fosil merupakan sumber energy yang tak terbarukan dimana
proses pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Jika sumber energy
ini digunakan secara terus menerus maka akan mengalami kelangkaan yang akhirnya
berakibat pada krisis energy. Maka dari pada itu penggunaan energi dari bahan
bakar fosil harus diseimbangkan dengan sumber energy terbarukan seperti biogas,
sel surya, biomassa, angin, biooil, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi
yang besar untuk energy terbarukan salah satunya adalah biomassa, biomassa bisa
dijadikan penyeimbang dan meminimalisir ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil, biomassa dapat diolah menjadi biogas sebagai penyeimbang gas alam,
biooil sebagai penyeimbang minyak, dan briket sebagai penyeimbang batubara
serta gas. Selain itu keterdapatan dan pengolahannya dapat dilakukan dengan
sederhana maupun perseorangan.
Sejumlah pakar
berpendapat, penggunaan biomassa sebagai sumber energi terbarukan
merupakan jalan keluar dari ketergantungan manusia pada bahan bakar fossil.
Saat ini BPS mencatat cadangan terbukti gas alam Indonesia
mencapai 3,18 triliun meter kubik diperkirakan akan habis 46 tahun lagi,
cadangan terbukti batubara 4,3 milyar ton diperkirakan akan habis 19 tahun lagi
dan cadangan terbukti minyak bumi Indonesia hanya 3,7 milyar barrel
diperkirakan akan habis sekitar 10 tahun lagi. Dengan catatan penggunaan energi
26,5 % dari gas bumi, 14% dari batubara dan 54 % dari minyak bumi. Jika
biomassa digunakan sebanyak 20% atau lebih maka dapat menghemat bahan bakar
fosil sehingga tidak menciptakan masalah krisis energy yang berdampak pada
bidang ekonomi dan kelangkaan bahan bakar fosil yang kita takutkan dapat diselesaikan
dan biomassa bisa menjadi cadangan energy yang efektif saat mencari atau
mengeksplorasi bahan bakar fosil yang masih ada. Indonesia sebagai Negara
agraris memiliki potensi yang besar untuk biomassa hal ini dikarenakan
Indonesia banyak ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
biomassa baik saat masih hidup maupun sudah mati, berdasarkan studi yang
dilakukan sebuah lembaga riset di Jerman (Zentrum for rationalle
Energianwendung und Umwelt, ZREU) pada tahun 2000 mengestimasi potensi biomassa
Indonesia sebesar 146,7 juta ton per tahun. Sumber utama dari energi biomassa
berasal dari residu padi (potensi energi sebesar 150 GJ/ tahun), kayu
rambung/kayu karet (120 GJ/ tahun), residu gula (78 GJ/ tahun), residu kelapa
sawit (67 GJ/ tahun dan residu kayu lapis dan irisan kayu/ veneer, residu
penebangan, residu kayu ulin, residu kelapa dan sampah pertanian lain (kurang
dari 20 GJ/ tahun). Jika potensi ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal maka
akan memecahkan permasalahan energy yang terjadi selama ini, salah satu sumber
biomassa yang mudah didapatkan dan berada disekitar kita adalah sampah.
Limbah
perkebunan kelapa sawit juga memegang peran penting dalam potensi biomassa di
Indonesia, semua libah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat dimanfaatkan
sebagai energy biomassa baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair
berupa Palm Oil Mill Effluent (POME) setiap tahun sedikitnya mencapai: 32,3
juta ton. POME ini dapat menghasilkan biogas. Potensi produksi biogas yang
berbahan baku limbah cair tersebut diperkirakan 1.075 juta m3 . Nilai kalor (
heating value ) biogas rata-rata berkisar antara 47006000 kkal/m 3 (2024 MJ/m
3 ). Dengan nilai kalor tersebut, 1.075 juta m 3 biogas akan setara dengan 516.000
ton gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5.052.5
MWh listrik.
teknologi membuat energy fosil ini dapat dikonversikan dengan baik kebentuk
energy lain. begitu pula dengan biomassa saat ini belum ditemukan teknologi
yang dapat memanfaatkanya selelvel energy fosil namun dengan berkembangnya
zaman maka suatu saat nanti biomassa ini pun akan seperti energy fosil. Maka
untuk mencapai itu semua biomassa dengan teknologi yang ada saat ini sudah
saatnya digunakan sebagai penyeimbang energy fosil, sehingga mampu merangsang
untuk perbaikan teknologi selanjutnya yang akan membawa biomassa sebagai sumber
energy dunia disamping energy terbarukan yang lainya.
a.
Mengurangi adanya gas rumah kaca,
b.
Melindungi kebersihan air dan tanah
Pemamfaatan
biomassa akan memanfaatkan sampah yang berbahaya bagi lingkungan karena akan
mencemari lingkungan sekitar seperti air dan tanah. Sampah yang tertimbun akan
mengeluarkan cairan yang berbahaya dan diserap oleh tanah dan mencemari air
tanah, sedangkan air tanah ini digunakan oleh masyarakat untuk konsumsi maupun
kebutuhan lain. dengan memanfaatkan biomassa sampah langsung dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Sehingga tidak mencemari air dan tanah.
c.
Mengurangi limbah organic.
Samahalnya seperti
melindungi kebersihan air dan tanah, pemamfaatan biomassa akan mengurangi
limbah organic karena sampah hasil olahan pabrik dapat dimanfaatkan untuk
biogas.
d.
Mengurangi polusi udara.
Pemamfaatan
biomassa seperti biogass, biodiesel, dan briket merupakan bahan bakar yang
ramah lingkungan atau sedikit menghasilkan gas-gas berbahaya yang menyebabkan
polusi udara.
User Rating:
Poor
/0
Best
Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen
EBTKE) Luluk Sumiarso mengatakan pemerintah fokus dalam pengembangan energi
biomassa
sebagai
salah
satu
energi
baru
terbarukan.
Menurut dia, selama ini energi terbarukan khususnya biomassa hanya dipandang sebagai
energi alternatif pandangan ini merupakan dosa besar mengingat cadangan energi terbarukan
seperti panas bumi, air, matahari dan biomassa melimpah tetapi tidak
dimanfaatkan.Sebelumnya kita hanya menganggap energi terbarukan hanya sebagai energi
alternatif, pandangan ini harus dirubah, terutama biomassa tidak boleh lagi menjadi energi
alternatif
yang
sederhana
tetapi
menjadi
fokusujar
dia
Luluk menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar bioenergi, seperti berbagai jenis
tanaman untuk pengembangan biofuel, potensi besar kotoran ternak, limbah pertanian dan
biogas limbah industri dan biomassa kota dan limbah pertanian. Guna mendorong
penggunaan bioenergi,lanjut dia, pemerintah telah mengambil langkah-langkah tertentu,
seperti mengeluarkan kebijakan dan peraturan pada pengembangan bioenergi."Kami sangat
menyadari bahwa masih terdapat beberapa kendala yang harus diatasi,"tandasnya.
Dengan visi yang dicanangkan 25/25, menurut dia, pemerintah Indonesia berkomitmen
meningkatkan penggunaan energi terbarukan sampai 25 persen dari keseluruhan konsumsi
energi pada 2025, dengan demikian sektor energi diharapkan dapat memberi kontribusi 5,13
persen terhadap target pengurangan emisi nasional. "Ini adalah komitmen besar,bukan hanya
bicara angka besar, tetapi kita berbicara ambisi lebih untuk mengubah paradigma,"kata
Luluk.
Selama ini, kata dia, masyarakat terlalu bergantung pada penggunanaan energi fosil yang
disubsidi dalam jumlah besar serta dibayar dengan biaya berapapun, padahal uang ini dapat
dialokasikan kepada hal lain diantaranya kesehatan dan pendidikan.(ferial)
Potensi energi yang dapat dihasilkan dari produk samping sawit yang lain dapat
dilihat dari nilai energi panas (calorific value ). Nilai energi panas untuk masingmasing produk samping sawit adalah 20 093 kJ/kg cangkang, 19 055 kJ/kg serat,
18 795 kJ/kg TKKS, 17 471 kJ/kg batang, dan 15 719 kJ/kg pelepah.
Cangkang dan serat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
PKS. Cangkan dan serat digunakan sebagai bahan bakar boiler untuk memenuhi
kebutuhan steam (uap panas) dan listrik. Potensi energi dari seluruh cangkang
dan serat di tahun 2004 adalah sebesar 6 451 juta MW.
TKKS juga memiliki potensi energi yang besar sebagai bahan bakar generator
listrik. Sebuah PKS dengan kapasitas pengolahan 200000 ton TBS/tahun akan
menghasilkan sebanyak 44000 ton TKKS (kadar air 65%)/tahun. Nilai kalor
( heating value ) TKKS kering adalah 18.8 MJ/kg, dengan efisiensi konversi energi
sebesar 25%, dari energi tersebut ekuivalen dengan 2.3 MWe ( megawattelectric ). Total TKKS sebanyak 12365 juta ton di tahun 2004 berpotensi
menghasilkan energi sebesar 23463.5 juta MWe.
***
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan produk samping sawit
sebagi sumber energi terbarukan. Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu
komoditi yang mengalami pertumbuhan sangat pesat.
Pada periode tahun 1980-an hingga pertengahan tahun 1990-an luas areal kebun
meningkat dengan laju 11% per tahun. Sejalan dengan luas area produksi CPO
juga meningkat dengan laju 9.4% per tahun. Sampai dengan tahun 2010
produksi CPO diperkirakan meningkat dengan laju 5-6% per tahun, sedang untuk
periode 2010 2020 pertumbuhan produksi berkisar antara 2% - 4%.
Pengembangan produk samping sawit sebagai sumber energi alternatif memiliki
beberapa kelebihan. Pertama , sumber energi tersebut merupakan sumber
energi yang bersifat renewable sehingga bisa menjamin kesinambungan
produksi. Kedua , Indonesia merupakan produsen utama minyak sawit sehingga
ketersediaan bahan baku akan terjamin dan industri ini berbasis produksi dalam
negeri.
Ketiga , pengembangan alternatif tersebut merupakan proses produksi yang
ramah lingkungan. Keempat , upaya tersebut juga merupakan salah satu bentuk
optimasi pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan nilai tambah.
***
Indonesia relatif tertinggal dalam mengembangkan teknologi energi alternatif
dari produk samping sawit dibandingkan dengan beberapa negara tetangga.
Sejak tahun 2001 Malaysia melaksanakan program pengembangan energi
0inShare
Komentar: 4
Nihil
Potensi Biomassa Dari Limbah Sawit Sebagai Sumber Energi Terbarukan Di Indonesia
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gejolak yang muncul akibat keputusan pemerintah menaikkan harga BBM memunculkan
kesadaran bahwa selama ini bangsa Indonesai sangat tergantung pada sumber energi takterbarukan. Cepat atau lambat sumber energi tersebut akan habis. Salah satu solusi mengatasi
permasalahan ini adalah dengan mengoptimalkan potensi energi terbarukan yang dimiliki
bangsa ini.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi energi terbarukan sebesar 311.232 MW, namun
kurang lebih hanya 22% yang dimanfaatkan. Potensi energi tarbarukan yang besar dan belum
banyak dimanfaatkan adalah energi dari biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang
terbuat dari tumbuhan dan hewan. Biomassa mengandung energi tersimpan yang berasal dari
matahari. Tanaman menyerap energi matahari dalam proses yang disebut fotosintesis. Energi
kimia dalam tumbuhan akan diteruskan ke hewan dan orang-orang yang memakannya.
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan produk samping sawit sebagi sumber
energi terbarukan. Kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami
pertumbuhan sangat pesat.
1.2 Perumusan Masalah
Peningkatan luas perkebunan kelapa sawit telah mendorong tumbuhnya industri-industri
pengolahan, diantaranya pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang menghasilkan crued palm
oil (CPO). PMKS merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan. PMKS hanya
menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7 % inti sawit (kernel).
Sementara sisanya sebanyak 70-75 % adalah residu hasil pengolahan berupa limbah.
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri
dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah industri
dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas
yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar
antara 600-700 liter/ton. Saat ini diperkirakan jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS
di Indonesia mencapai 28,7 juta ton.
Pengolahan limbah cair PMKS dengan menggunakan digester anaerob dilakukan dengan
mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik pada sistem konvensional kedalam
tangki digester. Tangki digester berfungsi menggantikan kolam anaerobik yang dibantu
dengan pemakaian bakteri mesophilic dan thermophilic (Naibaho, 1996). Kedua bakteri ini
termasuk bakteri methanogen yang merubah substrat dan menghasilkan gas methan.
1.3 Tujuan & Manfaat Penelitian
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai energi
biomassa terbaru di Indonesia. Energi biomassa yang digunakan diproses melalui sitem
Digester Anaerob.
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan permasalahan pada laporan ini adalah:
1. Penggunaan biomassa yang digunakan berasal dari limbah kelapa sawit untuk
menghasilkan energi biogas.
2. Limbah kelapa sawit yang digunakan berupa limbah cair
3. Penggunaan sistem digester anaerob dapat memproduksi biogas dengan lebih maksimal
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan laporan ini penulis membaginya menjadi beberapa bab
yang berisikan uraian-uraian ataupun keterangan yang didapat. Sistematika tersebut berupa :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
pembatasan masalah, metode dan teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan tentang teori-teori yang menunjang diantaranya perkembangan
industri kelapa sawit di Indonesia, masalah limbah serta penyelesaikan dari masalah tsb yang
dapat menghasilkan energy biomassa.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGELOHAN DATA
Dalam bab ini mencakup data pabrik kelapa sawit di Indonesia serta usaha pengolahan
limbah yang ada.
BAB IV HASIL DAN ANALISA
Dalam bab ini mengemukakan pengolahan data dan analisa dari hasil pengumpulan data.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab terakhir dari karya ilmiah ini yang berisi kesimpulan dari hasil penulisan dan
saran-saran yang diberikan penulis berkaitan dengan penulisan ini.
efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan. Disamping itu kolam-kolam pengolahan
limbah sering mengalami pendangkalan, sehingga baku mutu limbah tidak tercapai.
Pengolahan limbah cair PMKS dengan menggunakan digester anaerob dilakukan dengan
mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik pada sistem konvensional kedalam
tangki digester. Tangki digester berfungsi menggantikan kolam anaerobik yang dibantu
dengan pemakaian bakteri mesophilic dan thermophilic. Kedua bakteri ini termasuk bakteri
methanogen yang merubah substrat dan menghasilkan gas methan.
Fermentasi anaerobik dalam proses perombakan bahan organik yang dilakukan oleh
sekelompok mikrobia anaerobik fakultatif maupun obligat dalam satu tangki digester (reaktor
tertutup) pada suhu 35-55 0C. Metabolisme anaerobik selulose melibatkan banyak reaksi
kompleks dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi-reaksi anaerobik bahan-bahan organik
lain seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Bidegradasi tersebut melalui beberapa tahapan
yaitu proses hidrolisis, proses asidogenesis, proses asetogenesis, dan proses methanogenesis.
Proses hidrolisis berupa proses dekomposisi biomassa kompleks menjadi gkukosa sederhana
memakia enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis. Hasilnya biomassa
menjadi dapat larut dalam air dan mempunyai bentuk yang lebih sederhana. Proses
asidogenesis merupakan proses perombakan monomer dan oligomer menjadi asam asetat,
CO2, dan asam lemak rantai pendek, serta alkohol. Proses asidogenesis atau fase non
methanogenesis menghasilkan asam asetat, CO2, dan H2. Sementara proses methanogensesis
merupakan perubahan senyawa-senyawa menjadi gas methan yang dilakukan oleh bakteri
methanogenik. Salah satu bakteri methanogeneik yang populer dalam Methanobachillus
omelianskii.
Proses biokonversi methanogenik merupakan proses biologis yang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor biotik meliputi mikroba dan
jasad aktif. Faktor jenis dan konsentrasi inokulum sangat berperan dalam proses perombakan
dan produksi biogas. Hasil penelitian mengungkapkan inokulum LKLM II-20% (b/v) dengan
substrat 15 L, diperoleh produksi biogas paling baik dibandingkan konsentrasi lainnya
dimana produksi biogasnya mencapai 121 liter.
Sedangkan faktor abiotik meliputi pengadukan (agitasi), suhu, tingkat keasaman (pH), kadar
substrat, kadar air, rasio C/N, dan kadar P dalam substrat, serta kehadiran bahan toksik.
Diantara faktor abiotik di atas, faktor pengendali utama produksi biogas adalah suhu, pH, dan
senyawa beracun.
Kehidupan mikroba dalam cairan memerlukan kedaaan lingkungan yang cocok antara lain
pH, suhu, dan nutrisi. Derajat keasaman pada mikroba yaitu antara pH 5-9. Oleh karena itu
limbah cair PMKS yang bersifat asam (pH 4-5) merupakan media yang tidak cocok untuk
pertumbuhan bakteri, maka untuk mengaktifkan bakteri cairan limbah PMKS tersebut harus
dinetralisasi. Penambahan bahan penetral pH dapat meningkatkan produksi biogas. Namun
keasamannya dibatasi agar tidak melebihi pH 9, karena pada pH 5 dan pH 9 dapat
menyebabkan terganggunya enzim bakteri (enzim teridir dari protein yang dapat
mengkoagulasi pada pH tertentu). Peningkatan pH optimum akan memacu proses
pembusukan sehingga meningkatkan efektifitas bakteri methanogenik dan dapat
meningkatkan produksi biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH substrat awal 7
memberikan peningkatan laju produksi biogas lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pH
yang lain.
Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan laju produksi biogas. Mikroba menghendaki suhu
cairan sesuai dengan jenis mikroba yang dikembangkan. Berdasarkan sifat adaptasi bakteri
terhadap suhu dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
a. Phsycrophill, yaitu bakteri yang dapat hidup aktif pada suhu rendah yaitu 10 0C, bakteri ini
ditemukan pada daerah-daerah sub tropis.
b. Mesophill, yaitu bakteri yang hidup pada suhu 10-50 0C dan merupakan jenis bakteri yang