menunjang agar tidak terjadi eksploitasi berlebihanyang dapat mengancam keberadaan kehidupan
hayati danau dan atauberkurangnya potensi danau yang dapat dimanfaatkan manusia.
D. Landasan Ekonomi
Keberadaan Danau Limboto dan manfaat ekonomisnya bagi masyarakat sekitarsangat besar.
Sebagian besar masyarakat sekitar masih menggantungkan hidupdan kehidupannya dari potensi
ekonomi dari Danau Limboto, baik dengan profesisebagai nelayan, petani musiman maupun
pengelolaan secara sederhana danberkelompok kegiatan pembesaran ikan.
1. Penduduk (nelayan) dan tanggungan hidupBerisi jumlah penduduk (pesisir
maupunmasyarakat lainnya) yangberprofesi sebagai nelayan dan tanggungan hidupnya
danau
10
Tahun
2004 tentang
Pembentukan
Peraturan
1.1. Bab II Pasal 7 disebutkan Ayat (1) Jenis dan Hierarki PeraturanPerundang-undangan adalah
sebagai berikut ;1. UUD Republik Indonesia 1945;2. UU/Perpu;3. Peraturan Pemerintah4. Peraturan
Presiden5. Peraturan Daerah.Ayat (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
emeliputi :a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD)
Provinsi dengan Gubernur.
1.2. Bab III Pasal 12 :Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalamrangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, danmenampung kondisi khusus daerah
serta penjabaran lebih lanjutPeraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
1.3. Bab VII Pasal 40Ayat (1) : Pembahasan rancangan peraturan daerah di Dewan PerwakilanRakyat
Daerah (DPRD) dilakukan oleh DPRD dengan Gubernur
2. Undang-Undang
diantaranya :
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
Pada Bab VI Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah Pasal 136 :
(1) Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapatkan persetujuanbersama DPRD.
(2) Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/kabupaten/kota dan
tugas pembantuan
(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran lebihlanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi denganmemperhatikan ciri khas masing-masing daerah
(4) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang bertentangandengan kepentingan umum
dan/atau peraturan perundang-undanganyang lebih tinggi
(5) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku setelahdiundangkan dalam lembaran
daerah.
BAB IVPENDEKATAN BIOREGION DALAM PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN
DANAU LIMBOTO
Data dari BAPPEDA Kabupaten Gorontalo tahun 2005 dan pidato Bupati Gorontalopada acara
Temu Stakeholders dan Sarasehan Pemberdayaan Masyarakat dalamPengelolaan SDA dan LH Hulu
Danau Limboto tahun 2006, menyatakan bahwadanau yang tadinya memiliki kedalaman 30 meter
di tahun 1932, tahun 2006 tinggal 1- 1,5 meter disaat musim kemarau. Danau yang seharusnya
memberikankesejahteraan kepada rakyat disekelilingnya malah menjadi sumber bencana
dankesengsaraan bagi rakyat Gorontalo. Di musim hujan, banjir menjadi langganansetiap tahun,
sedangkan di musim kemarau, Gorontalo kekurangan air minum,pertanian dan kebutuhan lainnya.
Danau Limboto dan hulu-hulu sungainya merupakan sumber kehidupan bagi rakyatGorontalo.
Hulu-hulu sungai Danau Limboto merupakan sumber air bagi lahanpertanian untuk mensuplai
ketahanan pangan rakyat Gorontalo. Sungai-sungaitersebut selain menjadi sumber air, juga menjadi
tempat menampung air bila musimpenghujan. Dengan begitu, orang Gorontalo bisa menanam
jagung, padi, pisang,kelapa, dan bahan pangan lainnya tanpa ada gangguan banjir.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa danau Limboto pernah menjadi sumberkedaulatan pangan
orang Gorontalo. David Henley (Henley, 2005) mencatat bahwadi akhir abad ke 19, danau Limboto
memberi kontribusi utama dan mendominasiroutine diet orang Gorontalo. Bahkan sebagian besar
orang Gorontalo mengatakanno need untuk ikan laut karena kelezatan dan suplai ikan, kerangkerangan, kepitingdan udang dari danau yang berlimpah. Menurut Padtbrugge (1677) dalam
Henley(2005), udang danau merupakan sumber protein utama bagi orang yang kurangmampu
karena sangat mudah didapat dan stoknya tersedia kapan saja. Budidayaikan air tawar juga bukan
hal yang baru bagi orang Gorontalo waktu itu. Mereka jugaakrab dengan berbagai macam alat
tangkap seperti pancing, jaring, bubu, dan jugaracun ikan dari tanaman tertentu. Keanekaragaman
hayati danau Limboto tergolongtinggi dengan jenis ikan yang beragam serta merupakan habitat
buaya (Henley,2005). Budaya makan ikan danau telah menjadi budaya orang Gorontalo.
Sampaisekarang inipun sebagian besar orang Gorontalo lebih senang mengkonsumsi ikan danau
ketimbang ikan laut. Bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain diIndonesia atau di luar negeri
sekalipun, harga ikan air tawar di Gorontalo lebih mahalketimbang air laut misalnya untuk jenis
tertentu seperti mujair, gabus, dan belut.
Upaya penyelamatan danau Limboto seharusnya tidak dilakukan secara terpisahpisah. Artinya
dalam mengelola dan menyelamatkan danau Limboto, kita tidak bisahanya melihat ekosistem
perairan dan sempadan danaunya saja. Tetapi yang juga perlu dilihat adalah daerah hulu/kawasan
hutan darimana air danau berasal, sungai-sungai yang dilewati air, pemerintah di wilayah dimana
hutan, sungai dan danau berada, dan yang paling penting adalah interaksi politik, ekonomi, budaya
manusia didalam kawasan-kawasan tersebut. Oleh karena itu, pengelolaan bioregion danauLimboto
merupakan konsep pengelolaan yang menggabungkan ekosistem danadministrasi dari daerah hulu
sampai ke danau itu sendiri.
Bioregion merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan sebuah pendekatanpolitik, budaya
dan lingkungan yang didasarkan pada wilayah bentukan alam,konsisten dengan konsep bioregion.
Bioregion atau kadang juga disebut ekoregionadalah batas-batas dimana tanah, lahan dan air bukan
dibatasi oleh batas-bataspolitik, tetapi oleh batas geografi komunitas manusia dan sistem-sistem
ekologi.Bioregionalism menekankan bahwa penentuan sebuah bioregion juga adalahfenomena
budaya dan tempat dengan penekanan pada masyarakat lokal,pengetahuan dan solusi-solusi.
Pemakaian istilah bioregionalism pertama kalidiperkenalkan oleh Peter Berg dan Raymond
Dasmann dalam tulisan ReinhabitingCalifornia di jurnal The Ecologist No. 10 tahun 1977.
Fokus pengelolaan bioregional adalah menyediakan alat-alat politik untukmempromosikan restorasi
dan perbaikan sistem-sistem alam yang sepenuhnyamendukung masyarakat didalam kawasan
tersebut dan alam sekitarnya. Pendekatanbioregionalism bertumpu pada :- Komitmen untuk
sehatnya sistem-sistem alam;- Hubungan spritual dan budaya antara masyarakat, tanah dan prosesprosesekologi; serta- Tujuan akhir desentralisasi politik, penentuan nasib oleh rakyat serta
keadilansosial.
untukdilibatkan karena di daerah ini terjadi interaksi masyarakat di sebagian kecilmenjadi daerah
hulu dari sungai-sungai yang mengalir ke danau.
Secara historis dan realitas saat ini, daerah bioregion danau Limboto merupakanpusat pemerintahan
Provinsi Gorontalo dari jaman dahulu sampai sekarang.Konsentrasi jumlah penduduk di Kabupaten
dan Kota Gorontalo menjadikan duadaerah ini menjadi penentu utama roda pemerintahan di daerah
Gorontalo. OrangGorontalo pertama kali terbanyak bermukim didaerah ini, demikian pula
duakerajaan besar Limutu dan Hulonthalo terpusat di kawasan ini.
Secara politik, batas administrasi pemerintahan Kota dan Kabupaten sangatberkaitan dengan
pengelolaan danau karena disinilah terjadinya tarik menarikkepentingan pemerintah terhadap
pengelolaan danau. Kebijakan ditiap-tiapDraft NA Ranperda Pengelolaan & Pelestarian Danau
Limboto 200733daerah dalam konteks penyelamatan bioregion danau seringkali tidak
sejalanbahkan bertolak belakang. Orang-orang di Kota Gorontalo yang tidak memilikiwilayah hutan
dan sebagai pemakai jasa lingkungan (air, oksigen dan hasilkayu/non kayu) dari Kabupaten
Gorontalo dan Bone Bolango seharusnyamensubsidi upaya-upaya penyelamatan bioregion danau
Limboto.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi perlu memediasi dan/atau mengambil alihpengelolaan bioregion
danau Limboto. Bila perlu pemerintah bisa membentukadanya badan otorita danau Limboto yang
menangani permasalahan danauLimboto dari daerah hulu sampai danau. Forum dan Kelompok
Kerja untukpenyelamatan danau yang telah ada perlu dikuatkan, dikembangkan dan
disupportsecara politik maupun pendanaan untuk kegiatan-kegiatannya. Rencanamenyeluruh
penyelamatan danau Limboto seharusnya disusun bersama-sama oleh representasi wilayah-wilayah
administrasi politik tadi dan dilaksanakan dengan menjadikan masyarakat sebagai aktor utamanya.
Peran badan-badan pemerintah misalnya Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai(BP DAS) Bone
Bolango, Dinas Kehutanan, Balitbangpedalda, yang seharusnyamenyatukan pengelolaan bioregion
danau, belum bisa bekerja maksimal karenalemahnya dukungan politik terhadap lembaga-lembaga
ini.
Peran serta masyarakat dari wilayah administrasi tadi perlu didorong denganmemberi peluang
terbentuknya organisasi-organisasi rakyat di wilayah-wilayahadministrasi tadi. Seharusnya tidak ada
pembatasan wilayah administrasi untukpembentukan organisasi-organisasi rakyat tersebut. Contoh
yang paling kongkritsaat ini adalah terbentuknya Organisasi Rakyat Penyelamat Danau Limboto
yangmerupakan representasi masyarakat dari daerah pesisir danau di Kabupaten danKota Gorontalo
serta masyarakat di hulu sungai yang berada di Kabupaten BoneBolango. Organisasi ini perlu
didorong dan dikembangkan untuk menjadi motorgerakan pengelolaan menyeluruh di wilayah
bioregion danau Limboto.
c. Aspek ekonomi, sosial dan budaya
Danau Limboto telah menjadi sumber penghidupan masyarakat Gorontalo. Adalebih dari 60%
penduduk Gorontalo yang secara langsung maupun tidakmemperoleh manfaat dari wilayah
bioregion danau Limboto. Profesi merekaterbanyak adalah petani, buruh tani, nelayan dan
pengambil kayu/hasil hutanDraft NA Ranperda Pengelolaan & Pelestarian Danau Limboto
200734lainnya. Sebagian kecil hidup dari profesi-profesi ikutan-ikutannya sepertipedagang, pegawai
negeri dan sektor jasa lainnya. Oleh karena itu wilayahbioregion danau Limboto dan sekitarnya
menjadi pusat ekonomi Gorontalo.
Dari jenis pekerjaan dan sumber penghidupan masyarakat Gorontalo di atas, adabeberapa yang
belum mendukung upaya penyelamatan bioregion danau Limboto.Ini juga didukung oleh kebijakan
pemerintah dan tidak adanya upaya pemerintahuntuk menyediakan alternatif pekerjaan buat
mereka. Percetakan sawah baruyang dilakukan di jaman orde baru mengakibatkan meningkatnya
jumlahpenduduk dan pengkaplingan tanah-tanah di daerah sempadan danau. Hal inimembuat
penetapan wilayah peruntukan danau menjadi rumit dan sulit dikelola.
Kedua masalah di atas perlu dicari jalan keluar terbaik agar tidak kontra produktifdengan upaya
penyelamatan danau Limboto. Pekerjaan-pekerjaan alternatif darisekarang segera dicari dan
disosialisasikan sehingga mereka bisa mencoba danberalih ke pekerjaan baru. Jenis pekerjaan ini
sedapat mungkin berperspektifgreen business dan bertumpu pada sumberdaya alam lokal dan
sumberdayamanusia masyarakat Gorontalo. Perlu ditumbuhkan usaha-usaha kecil yangdimiliki dan
dikuasai oleh orang Gorontalo sehingga keuntungannya kembali keorang-orang lokal. Hal ini harus
dibarengi oleh peningkatan sumberdaya manusiayang mumpuni dan bertumpu pada kekuatan lokal.
Contoh alternatif pekerjaanyang perlu didorong dan diatur pengelolaannya adalah pertanian organik
yangprofesional, budidaya jaring apung, wisata danau, wisata mancing, dan lain-lain.
Danau Limboto sejak dulu dijadikan tempat berkumpul, bertemu, bertransaksidagang, jasa
transportasi antar kampung, dan lain-lain. Suku yang mendominasiwilayah bioregion danau
Limboto adalah suku Gorontalo yang menggunakanBahasa Gorontalo dan Bahasa Indonesia sebagai
alat komunikasi. Hal inimemudahkan dalam melakukan mobilisasi dan pelibatan masyarakatnya
karenadari sisi budaya dan sosial cenderung sama. Pendekatan sosial dananthropologis dalam
penyelesaian masalah harus lebih diutamakan sehinggadapat meminimalisir terjadinya konflik yang
mengarah pada kekerasan.
Program-program dalam upaya penyelamatan danau di tingkat desa ataukecamatan maupun
keseluruhan bioregion danau perlu direncanakan dandilaksanakan bersama-sama masyarakat agar
terterima oleh seluruh komponenmasyarakat yang ada. Ada beberapa pendekatan yang bisa
diujicoba dalamDraft NA Ranperda Pengelolaan & Pelestarian Danau Limboto 200735pengelolaan
sumberdaya alam berbasis masyarakat. Konsep-konseppengelolaan yang berbasis pada masyarakat
setempat lebih disarankan misalnyaCommunity-based Natural Resources Management,
Community-based ForestManagement untuk masyarakat di daerah hulu, Community-based
FisheryManagement dan Community River Base Management untuk nelayan, dan lainlain.Selain itu
untuk lebih menyatukan sektor-sektor dan instansi pemerintah,perlu mencoba mengaplikasikan
program Integrated Natural Resources Management dan Integrated River Base Management sebagai
payung bagi pelaksanaan program pemerintah di lapangan sehingga fragmentasi lembaga-lembaga
sektoral lebih terintegrasi (Cicin-Sain dan Knecht, 1998).
BAB V MAKSUD DAN TUJUAN PEMBENTUKAN
PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN DANAU LIMBOTO
PERATURAN
DAERAH