menyengat dan terasa membakar kulit. Musim panas ini memang badest summer dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir di kota San Diego. Setidaknya itu yang kudengar di siaran cuaca radio Fox FM. Radio lokal yang sering memutar lagu-lagu country. Dengan malas aku menyeret kaki untuk menaiki bus yang sudah sekitar dua puluh menit ku tunggu. Belum sepuluh detik aku duduk, Mr. Conductor datang menghampiriku. Aku langsung menyodorkan karcis yang sudah agak basah oleh keringat karena terlalu lama kugenggam. Sebelum berlalu, wajahnya mengernyit dan aku hanya bisa tersenyum malu karena ulahku. 4
Pemandangan kota dari jendela bis selalu
menarik perhatianku. Kulihat memang San Diego tengah kering kerontang. Pohon-pohon yang menghiasi jalan tampak menguning daun-daunnya. Jalanan juga agak sepi di banding bulan-bulan lalu. Hanya terlihat tiga sampai empat mobil atau truk yang melintas. Seventeen! teriak Mr. Conductor dari bagian depan. Aku turun, karena halte nomor tujuh belas ini adalah yang terdekat dengan kompleks rumahku. Stanleey street. Ku baringkan tubuhku diranjang. Tak peduli dengan teriakan Mom yang memerintahku untuk makan terlebih dahulu. Udara yang panas membuatku malas beranjak dari kamar. Huff, tak terasa sudah empat tahun aku bermukim di San Diego, California. Masih segar dalam ingatan ketika Dad memutuskan untuk migrasi ke Amerika. Dad mendapat tawaran kerja di perusahaan bioteknologi raksasa, Neurocrine. Tentunya kami sangat senang dan bangga dengan prestasi besar ini. Namun dampaknya, aku harus berpisah dengan sanak keluarga di Indonesia. Aku ingat, ketika itu aku masih duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Tetapi setelah pindah ke Westfield Elementary School, aku harus mengulang dari fifth grade. Beruntung aku mewarisi otak Dad. Sehingga aku tidak kesulitan untuk mengejar ketertinggalan dengan teman-teman 5
sekelas. Selain itu, aku juga sudah fasih berbahasa
Inggris. Sejak kecil Mom dan Dad membiasakanku berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dan sekarang aku sudah duduk dibangku setingkat SMP kelas dua di Moreno Junior High School, Junior High School (JHS) pinggiran kota yang cukup Wah dibanding SMP-SMP yang bertebaran di Jakarta. *** John, bangun! ! teriakan Mom membuatku berjengit dari tidur pulasku. Kuraih weker yang berada disamping ranjang. Oh, my God! aku tersentak melihat jarum jam menunjuk angka tujuh. Segera saja ku berlari ke kamar mandi sembari menyambar handuk di gantungan. Setelah berpakaian lengkap dan memasukkan buku-buku ke dalam ransel. Aku berlarian menuruni tangga. Tetapi kemudian aku memperlambat langkahku ketika ku lihat Dad tidak berseragam rapi seperti biasanya. Kamu mau berangkat sekolah? Tanya Dad dengan wajah menahan tawa. Ya jawabku polos. Sabtu? ujar Dad lagi yang kemudian diikuti tawa renyah mereka berdua.
CMS
Roda truk yang kami tumpangi mendadak
berdecit. Ternyata sudah sampai ditujuan. Setelah perjalanan kurang lebih setengah jam dari kota San Diego, kami tiba di Cleveland National Forest, bumi perkemahan tempat berlangsungnya jambore Boy Scouting Junior High Schoool se-San Diego regency. Aku melompat turun. Di ikuti oleh Eric, Douglas, Patrick dan lainnya. Austin masih terkantuk-kantuk diatas gulungan tenda. Austin! Jangan malas, cepat bangun! Mr. Nick tampak kesal. Ok, sekarang berkemah kalian!
turunkan
perlengkapan
PRAJURIT
Eric, John. Maukah kalian membantuku
mengambil air di sungai? Persedian air kita hampir habis, Douglas menepuk bahu kami. Eric langsung mengambil ember besar di belakang tenda. Sungai itu ada di dalam hutan. Hati-hati John, barangkali ada beruang! He he he., aku tertawa hambar mendengar lelucon Downey.
LORONG
Aku punya kabar baik dan kabar buruk!
Mark memecah keheningan kami. Rata-rata dari kami mungkin sedang melamunkan kasur empuk dan segelas kopi hangat sepertiku. Kabar baiknya? Tanya Eric malas-malasan. Kabar baiknya, aku menyimpan dua batang coklat di dalam saku bajuku, Eric yang tadinya malas-malasan seperti mendapat semangat baru. Lidahnya di julurkan seperti seekor anjing.
RITUAL
Steve! Kami berpapasan dengan Steve
ketika hendak kembali ke lubang. Dia tampak tergesa-gesa. Syukurlah menghela nafas.
kalian
datang
Steve
Gawat!! Hantu prajurit itu tiba-tiba datang
dan membawa Rudolf dan Eric! What?! Kami bertiga amat kaget. Aku berhasil lolos darinya, lanjut Steve. Apa kau yakin hantu prajurit itu yang membawa mereka Steve? Steve tampak bingung dengan pertanyaan Tony. 10