Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bergas
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Puskesmas Bergas
find the correlation between mothers knowledge about acute respiratory infection (ARI) and the
incidence of ARI in under-five years children at Bergas Health Center Working Area.
This study used analytical correlation design with cross-sectional approach and data collected by
using both of primary data (questionnaires) and secondary data (medical records). The population in
this study was all mothers with children aged 1-5 years who visited Bergas health center in July
2013. The samples were taken by using accidental sampling technique as many as 78 respondents.
Data analysis used Chi-Square test.
The results of this study indicate that most of respondents have sufficient knowledge about ARI
as many as 31 respondents (39.7%) and the majority of respondents infected by ARI as many as 53
respondents (67.9%). The result of statistical tests using Chi-Square test obtained p-value of (0.007)
<(0.05). It can be concluded that there is no significant correlation between level of knowledge
about acute respiratory infection and the incidence of ARI in under-five years children at the region
of Bergas Health Center Working Area.
This study is expected as can improve mothers knowledege of the early signs of the disease that
often affects infants and more attention to the health of their babies.
Keywords: knowledge, acute respiratory infection, under-five years children
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi
Saluran Pernafasan Akut. Istilah ini didapat
dari istilah dalam Bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi
akut yang menyerang salah satu bagian atau
lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura yang
berlangsung sampai dengan 14 hari
(Bahiyatun, 1996). Survey mortalitas yang
dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2007
menempatkan ISPA sebagai penyebab
kematian dengan presentasi 22,30% dari
seluruh kematian bayi, kematian yang terbesar
umumnya adalah karena pneumonia dan
terjadi pada bayi berumur kurang dari 2
bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA
masih tinggi (Depkes RI, 2007).
World Health Organization (WHO)
memperkirakan insiden infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang
dengan angka kematian balita di atas 40/1000
kelahiran hidup adalah 15% - 20% per tahun
pada golongan usia balita. Menurut WHO
13 juta anak balita di dunia meninggal setiap
tahun dan sebagian besar kematian tersebut
terdapat di negara berkembang dimana
pneumonia merupakan salah satu penyebab
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
1 Independen
Pemahaman yang dimiliki ibu
Pengetahuan
tentang ISPA meliputi :
tentang ISPA. pengertian, penyebab, gejala
dan akibat, pencegahan
penyakit dan penatalaksanaan
Dependen
Kejadian
ISPA.
Cara Ukur
Pengukuran dengan
menggunakan kuisioner
dengan 17 pertanyaan
dengan kriteria jawaban
Benar :1
Salah : 0
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
Hasil Ukur
Dikategorikan skor :
0 = kurang, jika
menjawab benar < 56%
(< 9 pertanyaan).
1 = cukup, jika
menjawab benar 56
75% (10 13
pertanyaan).
2 = baik, jika menjawab
benar 76 100% (14-17
pertanyaan)
Skala
Ordinal
0 = ISPA
1 = Tidak ISPA
Nominal
Frekuensi
2
67
9
78
Persentase (%)
2,6
85,9
11,5
100,0
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Jumlah
Frekuensi
6
27
41
4
78
Persentase (%)
7,7
34,6
52,6
5,1
100,0
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
Frekuensi
3
39
5
Persentase(%)
3,8
50,0
6,4
1
30
78
1,3
38,5
100,0
Tabel 6
Pernyataan
3
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Frekuensi
19
31
28
78
Persentase (%)
24,4
39,7
35,9
100,0
No
Analisa Univariat
66
Frekuensi
S (Tidak
%
tahu)
84,6%
12
15,4%
47
60,3%
31
39,7%
46
59,0%
32
41,0%
43
43
35
47
31
55,1%
55,1%
44,9%
60,3%
39,7%
35
35
43
31
47
44,9%
44,9%
55,1%
39,7%
60,3%
28
35,9%
50
64,1%
48
61,5%
30
38,5%
42
53,8%
36
46,2%
43
55,1
35
44,9%
48
61,5%
30
38,5%
51
65,4%
27
34,6%
39
37
50,0%
47,4%
39
41
50,0%
52,6%
67
85,9%
11
14,1%
B (Tahu)
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
Frekuensi
53
25
78
Persentase
67,9
32,1
100,0
Kejadian ISPA
Tidak
ISPA
ISPA
f
%
f %
14 73,7
5 26,3
26 83,9
5 16,1
13 46,4
15 3,6
53 67,9
25 32,1
Total
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
P value = 0,007
Berdasarkan hasil uji hubungan antara
tingkat pengetahuan Ibu dengan kejadian
ISPA di Wilayah Puskesmas Bergas
menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
pengetahuan cukup memiliki anak ISPA
sebanyak 26 responden (83,9%) dan ibu yang
mempunyai pengetahuan kurang memiliki
anak ISPA sebanyak 14 responden (73,7%)
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai pengetahuan baik memiliki anak
ISPA sebanyak 13 responden (46,4%).
Sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
banyak
waktu
untuk
membaca
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan
latar
belakang
pendidikan diketahui bahwa sebagian
besar responden dalam penelitian ini
adalah lulusan SMA sebanyak 41
responden (52,6%), dan sebagian kecil
responden mempunyai tingkat pendidikan
perguruan tiggi (PT) yaitu sebanyak 4
responden
(5,1%).
Hal
tersebut
merupakan salah satu dasar tingkat
pengetahuan responden yang cukup
khususnya dalam pengetahuan mengenai
ISPA.
Untuk menunjang pengetahuan yang
baik maka diperlukan pendidikan yang
memadai untuk menunjang pengetahuan
tersebut. Tingkat pendidikan seorang ibu
akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang khususnya tentang
cara ibu untuk menghadapi kejadian ISPA
yang dapat mempengaruhi kesehatan
anaknya. Hal ini sesuai pendapat Slamet
(2008), menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan maka wawasan
pengetahuan semakin bertambah dan akan
semakin menyadari bahwa begitu penting
kesehatan bagi kehidupan.
Menurut Warman (2008), bahwa
pendidikan orang tua, terutama ibu
merupakan salah satu kunci perubahan
sosial budaya. Pendidikan yang relatif
tinggi akan memiliki praktik yang lebih
terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga
terutama balita. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putro
(2008) yaitu sebagian keluarga yang
mempunyai balita ISPA dirumah adalah
dengan ibu yang tidak mengetahui cara
pencegahan ISPA.
Pengetahuan sangat eratnya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seseorang yang berpendidikan
rendah
tidak
berarti
mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak dioeroleh dari
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
PENUTUP
Kesimpulan
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul
A.
2006.
Pengantar
Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
10
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Puskesmas Bergas.
11