PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegawatdaruratan rongga mulut merupakan suatu kondisi yang
memerlukan perawatan segera. Selain pembengkakan pada wajah dan kesulitan
bernafas yang diakibatkan, hal-hal lain yang termasuk keadaan gawat darurat gigi
adalah rasa sangat sakit pada mulut atau rahang, perdarahan yang terus menerus.1
Kadang masyarakat menganggap masalah di rongga mulut tidak terlalu penting.
Jangankan rasa sedikit ngilu di gigi, rasa sakit berdenyutpun kalau dirasa tidak
terlalu mengganggu, sebisa mungkin diatasi sendiri tanpa pertolongan tenaga
medis. Perlu diketahui mengapa masyarakat lebih takut menghadapi dokter gigi
daripada menghadapi resiko yang akan dialami akibat kondisi gawat darurat
rongga mulut. Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum memahami akan
pentingnya kebersihan, perawatan dan menjaga gigi untuk tetap baik, sebaliknya
dampak dari kerusakan gigi juga masih belum dipahami, ini lah yang membuat
masyarakat kurang peduli akan penyakit gigi yang dialami.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Committee for the Prevention of
Systematic Complications During Dental Treatment of The Japanesse Dental
Society antara tahun 1980-1984 di Jepang menunjukkan sekitar 19-44% dokter
gigi mendapatkan kasus kegawatdaruratan setiap tahun. Sekitar 90% merupakan
kasus ringan namun sekitar 8% merupakan kasus yang cukup berat (Haas, 2006).2
Kasus kegawatdaruratan paling sering didapatkan adalah saat dan setelah
dilakukan anestesi lokal, dimana lebih dari 60% adalah kasus sinkop dan 7%
disertai hiperventilasi (Melamed, 2003).3
Oleh karena itu penanganan kegawatdaruratan rongga mulut sangat
penting untuk diketahui dan dipahami oleh dokter muda agar tidak kaget dan tetap
tenang bila menemukan kasus kegawatdaruratan rongga mulut serta dapat
membantu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penanganan dan dampak
dari tindakan tersebut. Karena alasan itulah saya membuat referat ini dengan judul
Penanganan Kegawatdaruratan Rongga Mulut
1.2 Tujuan