Anda di halaman 1dari 112

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR

(LEARNING CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA
SISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN ELEKTROMAGNETIK

Tesis S-2
Program Studi Magister Pendidikan Fisika

diajukan oleh
Irma Rosa Indriyani
10841008

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2013

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR


(LEARNING CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA
SISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN ELEKTROMAGNETIK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Irma Rosa Indriyani


10841008

Telah disahkan oleh


Dosen Pembimbing Tesis Program Pascasarja Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Tanggal : 17 September 2013

ii

HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR
(LEARNING CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA
SISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN ELEKTROMAGNETIK

Yogyakarta, September 2013


Direktur Program Pascasarja
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Prof. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt


iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini:


Nama

: Irma Rosa Indriyani

NIM

: 10841008

Program Studi : Magister (S2) Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana


Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengembangan LKS
Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7e Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Dan Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMA
Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatau perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya dalam tesis ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

September 2013
Penulis

Irma Rosa Indriyani

iv

MOTTO

Lebih baik berjalan hanya satu


langkah tapi pasti, daripada
berlari tanpa arah
(Penuli
s)

Ketika kita bermimpi, ketika


itu juga belajar menjadi
pemberani
(Penuli
s)

PERSEMBAHAN

Karya Kecil dan Sederhana ini Aku


persembahkan
Untu
k

Penyemangat, Ayah dan


Mamak
Si kembar, Adekku, Dini
dan Dika

Imam keluarga ku,


Pendamping hidupku

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirobbilalamin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya serta hanya karena
kekuatan dan bimbingan-Nya lah, tesis ini dapat penulis selesaikan. Terimakasih
penulis sampaikan kepada segenap pihak yang memberikan bimbingan, dorongan,
serta semangat. Terimakasih penulis ucapkan kepada :
1. Prof. Dr. H. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt. selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta atas diberikannya izin penelitian.
2. Bapak Dr. Moh. Toifur selaku Kaprodi Program Pascasarjana Pendidikan
Fisika atas izin penelitian dan penunjukan dosen pembimbing.
3. Bapak Dr. Dwi Sulisworo selaku dosen pembimbing yang telah sabar bersedia
membrikan bimbingan, pengarahan, masukan serta meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan sampai selesainya tesis ini.
4. Kepala sekolah, guru fisika, para staf, serta para siswa SMANegeri 2 Bantul
atas izin, kesempatan, bantuan, serta kerjasamanya sehingga penelitian dapat
berjalan dengan baik
5. Bapak Sri dan Kholis selaku guru SMA Negeri 2 Bantul atas bantuan yang
diberikan selama proses pengambilan data penelitian.
6. Ayah dan Mamak yang telah memberikan segenap cinta dan kasih sayang,
yang selalu mendoakan atas kesuksesannya anaknya, dukungan dan motivasi.
vii

Tanpa Ayah dan mamak, anakmu tidak pernah akan menuju gerbang
kesuksesan.
7. Adikku tercinta, Dika dan Dini, yang sama- sama lagi berjuang untuk menjadi
sarjana, yang selalu membrikan semangat untuk ayuk.
8. Gilang, yang selalu mendorongku untuk cepat selesai dan selalu sabar untuk
menunggu ku menyelesaikan kuliah ini.
9. Teman-teman mahasiswa program studi magister pendidikan fisika UAD, yang
telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan
yang telah diberikan, baik selama penelitian maupun penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan karya penulis
di kemudian hari. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, September 2013

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................

iv

HALAMAN MOTTO .....................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................

vi

KATA PENGANTAR ....................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................

ix

DAFTAR TABEL ..........................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................

xiv

INTISARI.......................................................................................

xv

ABSTRAK .....................................................................................

xvi

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................

B. Identifikasi Masalah ..........................................................

C. Batasan Masalah ...............................................................

D. Rumusan Masalah .............................................................

E. Tujuan Penelitian ..............................................................

F. Manfaat Penelitian ............................................................

ix

II.

III.

IV.

V.

KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .................................................................

10

1. Pembelajaran Fisika ...................................................

10

2. Lembar Kegiatan Siswa ...............................................

12

3. Learning Cycle ...........................................................

17

4. Hasil Belajar Fisika .....................................................

24

5. Berpikir Kritis .............................................................

27

6. Materi Gelombang Elektromagnetik ............................

34

B. Penelitian yang Relevan ....................................................

42

C. Kerangka berfikir ..............................................................

43

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..............................................................

46

B. Prosedur Penelitian ...........................................................

42

C. Uji Coba Produk ..............................................................

55

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN


A. Hasil Penelitian ................................................................

64

B. Data Uji Coba ..................................................................

71

C. Pembahasan .....................................................................

83

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan......................................................................

93

B. Keterbatasan Penelitian ....................................................

93

C. Saran Pemanfaatan, Desiminasi, Pengembangan produk


Lanjut ..............................................................................

94

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

96

LAMPIRAN ..................................................................................

100

xi

DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir kritis..............................................

29

Tabel 3.1 Kriteria Skor ............................................................................

59

Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas skor...........................................................

61

Tabel 4.1 Konversi Skor ..........................................................................

72

Tabel 4.2 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek kelayakan isi...........

73

Tabel 4.3 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek kebahasaan .............

73

Tabel 4.4 Data hasil penilaian ahli media dari aspek penyajian ................

74

Tabel 4.5 Data hasil penilaian ahli media dari aspek kegrafikan ...............

74

Tabel 4.6 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kelayakan isi...........

75

Tabel 4.7 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek ................................

75

Tabel 4.8 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek penyajian ................

76

Tabel 4.9 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kegrafikan...............

76

Tabel 4.10 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kelayakan isi....

77

Tabel 4.11 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kebahasaan ......

78

Tabel 4.12 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek penyajian .........

78

Tabel 4.13 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kegrafikan .......

79

Tabel 4.14 Konversi Kategori .................................................................

80

Tabel 4. 15 Distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis ....................

80

Tabel 4.16 Uji Normalitas ........................................................................

81

Tabel 4.17 Hasil Analisis ones sample t-test.............................................

82

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan perubahan 5E menjadi 7E ......................................

19

Gambar 2.2 Arah rambat gelombang elektromagnetik..........................

35

Gambar 2.3 Urutan spektrum gelombang elektromagnetik


berdasarkan frekuensi dan panjang gelombang ..................

37

Gambar 2.4 Kerangka berpikir .............................................................

45

Gambar 3.1 Tahap pendefinisian..........................................................

47

Gambar 3.2 Tahap perancangan ...........................................................

47

Gambar 3.3 Tahap pengembangan .......................................................

48

Gambar 3.4 Tahap penyebaran .............................................................

48

Gambar 4.1 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kelayakan Isi ...........

86

Gambar 4.2 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kebahasaan..............

87

Gambar 4.3 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Penyajian .................

88

Gambar 4.4 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kegrafikan ...............

89

Gambar 4.5 Diagram Distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis siswa

90

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen penilaian kualitas LKS oleh ahli materi..............

100

Lampiran 2. Instrumen penilaian kualitas LKS oleh ahli media ..............

104

Lampiran 3. Instrument penilaian kualitas LKS oleh guru ......................

108

Lampiran 4. Instrument penilaian kualitas LKS oleh teman sejawat .......

114

Lampiran 5. Rekapitulasi penilaian LKS dari ahli materi .......................

120

Lampiran 6. Rekapitulasi penilaian LKS dari ahli media ........................

121

Lampiran 7. Rekapitulasi penilaian LKS dari guru .................................

122

Lampiran 8. Rekapitulasi penilaian LKS dari teman sejawat ..................

124

Lampiran 9. LKS Learning Cycle 7E .....................................................

126

Lampiran 10. Lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa..........

152

Lampiran 11. RPP..................................................................................

153

Lampiran 12. Soal sebelum validasi .......................................................

159

Lampiran 13. Validasi soal.....................................................................

166

Lampiran 14. Soal setelah validasi .........................................................

173

Lampiran 15. Nilai hasil belajar siswa....................................................

180

Lampiran 16. Data kemampuan berpikir kritis siswa ..............................

181

Lampiran 17. Normalitas data ...............................................................

182

Lampiran 18. Uji One Sampel T-test ......................................................

183

Lampiran 19. Dokumentasi Foto Penelitian............................................

184

Lampiran 20. Surat-surat penelitian .......................................................

185

xiv

Irma Rosa Indriyani : Pengembangan LKS Fisika


Berbasis Siklus Belajar
(Learning Cycle) 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan
Gelombang Elektromagnetik. Tesis. Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan,
2013.

INTISARI

Penelitian ini bertujuan menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


berbasis learning cycle 7E untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa sehingga layak digunakan dalam pembelajaran SMA Negeri 2 Bantul.
Kelayakan LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek
penyajian, dan aspek kegrafikan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).
pengembangan dilakukan dengan mengacu pada model 4-D dengan tahapan
Definition, Design, Development, dan Dissemination. Objek uji coba penelitian
ini adalah siswa SMA N 2 Bantul sejumlah 30 orang. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang merupakan validasi LKS dari ahli media, ahli
materi, guru dan teman sejawat serta kuesioner untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa dan tes digunakan sebagai peningkatan hasil belajar setelah
menggunakan LKS learning cycle 7E yang dianalisis dengan one sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan ditinjau
dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek penyajian, dan aspek
kegrafikan baik menurut ahli media, ahli materi, guru, dan teman sejawat.
Kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan LKS learning cycle secara
keseluruhan adalah dikategorikan baik dengan distribusi frekuensi 24 siswa atau
80 %.
Adanya peningkatan signifikan hasil belajar pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran LKS berbasis learning cycle 7E sebesar 0,008.
Kata Kunci : Pengembangan LKS, Learning Cycle, Berpikir Kritis

xv

Irma Rosa Indriyani: LKS Physics-Based Development Learning Cycle (Learning


Cycle) 7E To Improve Learning Outcomes and Developing Critical Thinking
Skills In Class X Students SMA Electromagnetic Highlights. Thesis.
Yogyakarta, Univeritas Ahmad Dahlan, 2013.

ABSTRACT

This research aims to generate based Student Activity Sheet 7E learning


cycle to develop critical thinking skills in students so it's worth learning to use
SMA N 2 Bantul. Worksheet feasibility review of aspects of the feasibility of the
content, aspects of language, aspects of presentation, and aspects of the graphics.
Hence, it can be used to determine students' critical thinking skills and to
determine the improvement of student learning outcomes.
This research is a Research and Development (R & D). The development
process has been done with reference to the 4-D model which is the stages of
Definition, Design, Development, and Dissemination. Object were students of
SMA N 2 Bantul. The questionnaire has been used to validate the worksheets.
They were collected from media expert, subject matter expert, teachers and peers.
The questionnaire have been used also to determine students critical thinking
skills. The test has been to determine the improvement of learning outcomes were
analyzed by one-sampe t-test.
The results showed that the worksheets that were developed in terms of the
contents of the feasibility aspects, aspects of language, presentation aspects, and
aspects of graphs good according to media experts, subject matter experts,
teachers, and peers. Students' critical thinking skills using worksheet learning
cycle as a whole is categorized by the frequency distribution of 24 students or
80%. The significant value of improvement of learning outcomes is 0,008.
Keywords: LKS Development, Learning Cycle, Critical Thinking

xvi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pembaruan sistem pendidikan nasional, pemerintah telah
menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi
pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Rusman, 2011:
3). Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah juga dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia yaitu Permendiknas RI Nomor
41 Tahun 2007 (Anonim, 2007).
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi

kelulusan. Standar proses berisi kriteria minimal

proses

pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah


hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP Nomor 19 Tahun 2005).

2
Standar Proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007) untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pada perencanaan proses pembelajaran, Pemerintah menuntut guru
untuk mampu menyusun dan mengembangkan suatu perangkat pembelajaran
meliputi Silabus, dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

membuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi


Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian
hasil belajar, dan sumber belajar (Rusman, 2011; 4).
Adanya pengembangan pada proses pembelajaran, tidak terlepasnya
perubahan kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang memberikan keleluasan guru untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan karakteristik siswa, kondisi dan potensi sekolah dan satuan
pendidikan masing-masing (Purwanti, 2012; IPA-65). Hal ini didukung dalam
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Bab II/Pasal 3)
menyatakan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat


dalam

rangka

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman


dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

3
bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan proses
pembelajaran terutama

sumber belajar yang mampu mengekspos ide-ide

siswa menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya.


Sumber belajar mempunyai peran yang amat penting dalam proses
pembelajaran yang

efektif dan efisien. Hal tersebut dipertegas oleh

Association for Educational Communications and Technology (Depdiknas,


2008; 4) sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat
dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk
gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar memiliki
hubungan dengan penyusunan media pembelajaran. Dari sumber belajar,
dapat diperoleh berbagai macam kebutuhan media pembelajaran.
Media adalah alat komunikasi yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang

pikiran, perasaan, dan kemampuan siswa sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien


(Arsyad; 2012, Usman & Asnawir ; 2002). Sehingga media pembelajaran
merupakan alat penunjang terlaksannya pembelajaran. Dengan adanya media
pembelajaran ini diharapakan siswa akan lebih memahami mengenai materi
pelajaran yang sedang mereka pelajari. Salah satu jenis media pembelajaran
yang sering digunakan oleh setiap sekolah adalah Lembar Kegiatan Siswa
(LKS).
Pada saat ini, dalam realitas pendidikan di lapangan, banyak guru yang
masih banyak digunakan setiap sekolah berupa LKS Konvensional atau LKS

4
yang monoton, yaitu LKS yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa
upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri (Prastowo, 2012:
18). Padahal guru tahu dan sadar bahwa LKS yang mereka gunakan sering
kali tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan indikatornya. Pembelajaran
dengan menggunakan LKS konvensional memiliki keterbatasan dalam
meningkatkan kompetensi dan karakteristik siswa.
Materi, pertanyaan-pertanyaan bimbingan dan tugas-tugas dalam LKS
konvensional tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak kontekstual
(Prastowo, 2012; 18), sehingga kurang meningkatkan kompetensi siswa yang
seharusnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. LKS konvensional siswa
tidak menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan.

Padahal

telah

diketahui

LKS

disusun

untuk

membantu

meningkatkan kemampuan siswa dalam menafsirkan dan menjelaskan objek


dan peristiwa yang dipelajari khususnya pada mata pelajaran IPA.
Hal ini terjadi karena dampak dari kemiskinan pengembangan diri dari
guru adalah guru tidak mampu menyelenggarakan pembelajaran yang efektif
dan efisien. Keaadan ini salah satu tidak lepas dari kurang mengembangkan
kreativitas guru untuk merencakan, menyiapkan LKS

yang inovatif, dan

mampu mengeksplorasi ide-ide siswa (Prastowo, 2012; 14). Oleh karena itu,
orientasi pembelajaran yang masih di dominasi oleh guru (teacher centered)
yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Tentu saja hal tersebut cenderung membuat siswa
terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi dan kemampuan

5
berpikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas
berpikir mandiri.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah dan wawancara dengan guru,
LKS yang disediakan dari sekolah bukan hasil pengembangan dari guru
sekolah tersebut. Akan tetapi LKS yang diperoleh dari penerbit yang telah
disediakan. Dengan LKS yang ada model pembelajaran dilakukan dengan
metode yang monoton sehingga guru menjadi lebih aktif (teacher centered).
Selain itu, dalam waktu yang lama, penjelasan LKS dengan model
pembelajaran tradisional seperti definisi-rumus-contoh-latihan-praktek itu
sangat mudah bagi guru tapi untuk siswa itu adalah hal yang membosankan
dan sulit, sehingga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa (Yenilmez dan
Ersoy, 2008; 49-50). Hal yang demikian membuat siswa tidak dapat untuk
memperoleh

pengetahuan baru dengan sendirinya dan proses pembelajaran

tidak efektif dan efisien. Hal yang demikian diperlukan lingkungan belajar
yang baik untuk membangkitkan pengalaman mereka, sehingga siswa dapat
memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya.
Dalam penerapan penggunaan LKS konvensional disekolah, model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak terintegrasi
dengan LKS yang digunakan.

Hal yang demikian membuat pembelajaran

monoton dan siswa akan merasa bosan mengikuti proses pembelajaran.


Oleh

karena

itu, untuk menanggulangi

kelemahan

dari LKS

konvensional dibutuhkan pengembangan LKS pada pembelajaran fisika. Pada


tahapan pengembangan LKS, dibutuhkan kesesuaian permasalahan yang ada

6
dengan model pembelajaran yang dikombinasikan. Setelah mempelajari
kondisi dari tempat dan situasi penelitian, maka model pembelajaran Siklus
Belajar

(Learning

Cycle)

7E merupakan

model

yang tepat dalam

pengembangan LKS.
Learning Cycle are models of how people encounter and acquire new
knowledge (Abruscato, 2010; 44).
Model pembelajaran Learning Cycle adalah model bagaimana orang
menemukan dan memperoleh pengetahuan baru. Model tersebut akan
mengajak siswa menjadi kompeten dalam berbagai aspek, baik kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran.
Materi LKS berbasis Learning Cycle, siswa dapat menemukan arahan
yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Sehingga proses
pembelajaran bersifat student centered. Dalam proses pembelajaran terjadi
penerimaan informasi dan kemudian diolah sehingga menghasilkan produk
dalam bentuk hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
Pada pengembangan LKS berbasis learning cycle 7E memperhatikan
kurikulum yang sedang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dengan LKS berbasis learning cycle 7E pembelajaran IPA disekolah dapat
membantu siswa menjadi lebih memahami permasalahan dan penomena yang
mereka temukan di alam sekitarnya, karena LKS berbasis learning cycle 7E
merupakan

media

yang

tepat

sebagai

sarana

penyimpanan

konsep

pembelajaran IPA khususnya fisika. Hal tersebut dapat membantu siswa


untuk mengekplorasi ide-ide mereka hingga memperoleh pengetahuan baru
dengan sendirinya serta membiasakan siswa untuk berpikir secara mandiri

7
dan kritis. Adapun matari yang akan disampaikan adalah gelombang
elektromagnetik, karena berdsarakan hasil wawancara dengan siswa materi
ini sering diabaikan oleh guru disekolah dan siswa hanya disuruh belajar
dengan sendirinya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

diatas,

maka

dapat

diidentifikasikan permasalahan yang akan diteliti yaitu:


1.

Perubahan Kurikulum menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,


guru diberikan tuntunan untuk mengembangkan untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi dan potensi
sekolah dan satuan pendidikan masing-masing.

2.

LKS IPA yang dilapangan masih menggunakan LKS konvensional yaitu


LKS yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya
merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri.

3.

Model LKS konvensional yang telah disediakan

disekolah tidak

terintegrasi dengan model pembalajaran, sehingga siswa mudah bosan


dengan model pembelajaran tradisional.
4.

Materi dalam LKS konvensional sering kali tidak sesuai dengan


kompetensi dasar

dan

indikatornya

sehingga

siswa

tidak

dapat

memperoleh pengetahuan baru. Sehingga siswa tidak menemukan arahan


yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

8
5.

Dengan proses pembelajaran yang masih bersifat teacher centered, maka


siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas berpikir mandiri,
sehingga mempengaruhi pada hasil belajar siswa.

6.

Materi gelombang elektromagnetik sering diabaikan oleh guru disekolah,


sehingga siswa belajar sendiri dirumah.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan produk pengembangan LKS berbasis siklus belajar
(learning

cycle)

pembelajaran

7E serta

mengetahui

untuk meningkatkan

kelayakannya

sebagai

media

hasil belajar dan mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa.


D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah LKS Fisika berbasis Learning Cycle-7E layak diterapkan dalam
pembelajaran fisika di SMA ?
2. Apakah

penerapan LKS Fisika berbasis Learning Cycle-7E dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan mengembangkan kemampuan


berpikir kritis siswa?

9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah
1. Menghasilkan LKS Fisika berbasis Learning Cycle -7E yang memenuhi
kriteria LKS layak secara baik.
2.

Mengetahui peningkatan hasil belajar dan pengembangan kemampuan


berpikir kritis siswa dari penerapan LKS Fisika berbasis Learning Cycle7E.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kepentingan
sebagai berikut :
1. LKS Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai bahan kajian
tentang pengembangan LKS Fisika.
2. LKS Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai sumber belajar
alternatif sebagai media pembelajaran yang layak secara baik dalam
proses pembelajaran Fisika.

BAB II LANDASAN
TEORI

A. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan peneltian ini adalah penelitian yang
telah dilakukan oleh Irianti (2011) tentang pengembangan LKS IPA terpadu
SMP berbasis siklus belajar (learning cycle) 5E pada topik pengaruh tekanan
zat cair terhadap kondisi ikan yang dikembangkan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa berkategori sedang untuk kategori kognitifnya, penilaian
untuk penyajian tema dan evaluasi belajar dari seluruh penilai dirata-ratakan
dalam kategori sangat baik dan penilaian untuk aspek pendekatan penulisan,
kejelasan kalimat, kebahasaan, kegiatan/percobaan termasuk dalam kategori
baik.
Purwanti (2012) tentang learning cycle sebagai upaya menciptakan
pembelajaran bermakna memberi keuntungan untuk meningkatkan motivasi
belajar karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa, dan juga pembelajaran
menjadi lebih bermakna.
Yenilmez dan Ersoy (2008) tentang opinion of mathematics teacher
candidates towards applying 7E instructional model on computer aided
instruction environments menyatakan bahwa calon guru punya tanggapan
positif terhadap model 7E learning cycle akan tetapi mereka sedikit bingung
fase yang diterapkan ke dalam pembelajaran.

10

11
Polyiem, Nuangchalern, dan Wongchantra (2011) dalam learning
Achievement, Science Process Skills, and Moral Reasoning of Ninth Grade
Student Learned by 7E learning cycle and Socio scientific Issue-based
learning menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diterapkan pembelajaran
learning cycle 7E meningkat akan tetapi untuk keterampilan proses yang
mengggunakan learning cycle lebih kecil peningkatannya daripada yang
menggunakan Socio scientific Issue-based learning.

B. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran fisika
Fisika merupakan pengetahuan dasar sains. Sains

dipandang

sebagai cara berpikir terhadap alam, cara menyelidiki gejala, dan


kumpulan pengetahuan sistematis atau tersusun secara teratur

yang

dihasilkan dari hasil penyelidikan, observasi dan eksperimen

untuk

memperoleh fakta- fakta, konsep dan hukum sains agar dapat menjawab
permasalahan yang terjadi (Abruscato, 1995; Collete & Chiappeta, 1995;
Carin & Sund, 1989).
Secara terstruktur

sains dapat didefinisikan (1) sains sebagai

proses yang mengarahkan pada penemuan (Abruscato, 1995), (2) sains


sebagai pengetahuan meliputi kumpulan fakta, hal yang umum atau
konsep untuk menyatukan seluruh fakta dan kumpulan prinsip yang
digunakan untuk membuat prediksi (Abruscato, 1995; Trowbridge dan

12
Bybee, 1986 ), dan (3) sains terdiri dari keterampilan proses dan berbagai
isi komponen (Abruscato, 1995).
Hakikatnya sains merupakan (1) sebagai proses ilmiah, semua
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan maupun untuk
menemukan pengetahuan baru serta dipergunakan untuk mengembangkan
produks sains dengan aplikasi yang melahirkan teknologi sehingga dapat
memberikan kemudahan bagi kehidupan. Untuk itu diperlukan tata cara
tertentu yang bersifat analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan
gejala alam satu dengan gejala alam yang lain sehingga membentuk
pandangan yang baru tentang objek yang diamati, (2) sebagai produk
merupakan hasil proses, berupa pengetahuan atau konsep yang diajarkan
dalam sekolah, diluar sekolah ataupun bacaan dari upaya penyebaran ilmu
pengetahuan dan upaya manusia untuk memhami berbagai gejala alam,
dan (3) sebagai sikap menekankan pada kegiatan dan pola pikir yang
dilakukan dan diharapkan dapat menjadi sikap yang tetap dilakukan dalam
aktivitas kehidupan atau mengubah cara pandang manusia terhadap alam
semesta dari sudut pandang metologis menjadi sudut pandang ilmiah
(Darmodjo & Kaligis, 1993; Carin & Sund; 1989).
Pembelajaran

sains adalah proses aktif

yang meliputi

membangun dan memodifikasi gagasan, dimana siswa harus melakukan


sesuatu bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Pembelajaran sains
ditingkatkan dengan berinteraksi dengan orang lain baik dengan orang
yang dewasa maupun dengan teman sebaya. Dengan bekerja secara ilmiah

13
memungkinkan siswa untuk menguji gagasan pribadi dengan konsepkonsep ilmiah serta dengan gagasan lainnya (Curiculum Framework,
1998; 241)
Berdasarkan tiga elemen penting sains, maka dalam hal ini
disimpulkan pembelajaran sains sebagai proses mengacu pada apakah
pembelajaran sains mampu menciptakan situasi belajar yang mendorong
siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Pembelajaran sains sebagai
produk, apakah pembelajaran sains mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran sains sebagai sikap, apakah pembelajaran sains dapat
menciptakan keinginan tahuan siswa yang tinggi, ketekunan serta
membentuk moral yang baik yang harus diterapkan siswa dalam setiap
aktivitas kehidupan.
Dengan demikan, proses pembelajaran sains menekan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran sains
diarahkan

untuk

inkuiri

sehingga

dapat

membantu

siswa

untuk

memperoleh pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam tentang


alam sekitar. Pembelajaran sains menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai aspek penting.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


Lembar kegiatan siswa adalah

lembaran-lembaran yang berisi

tugas yang biasanya berupa petunjuk atau langkah untuk menyelesaikan

14
tugas yang harus dikerjakan siswa dan merupakan salah satu sarana yang
dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau
aktivitas dalam proses belajar mengajar (Depdiknas, 2005: 4 ;Darmodjo
dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu guru dalam memudahkan
proses

belajar mengajar

dan mengarahkan

siswanya

untuk dapat

menemukan konsep- konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam kelompok


kerja.
Selain itu, LKS dapat diartikan sebagai materi ajar yang sudah
dikemas sedemikaan rupa, sehingga siswa diharapkan mempelajari materi
ajar tersebut secara mandiri (Prastowo, 2012: 204).
Seperti yang diungkapkan Depdiknas dalam penduan pelaksanaan
materi pembelajaran SMP (2008: 42-45) alternatif tujuan pengemasan
materi pembelajaran dalam bentuk LKS adalah :
a. LKS membantu siswa untuk menemukan konsep
LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat
konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan,
mengamati, dan menganalisis.
b. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai
konsep yang telah ditemukan.
c. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar
LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.
Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku

15
d. LKS berfungsi sebagai penguatan
e. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Hal ini dipertegas juga oleh Arsyad bahwa LKS sebagai

sumber

belajar mempunyai banyak manfaat. Arsyad (2012: 38-39) beberapa


mengemukakan kelebihannya, antara lain:
a. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masingmasing sehingga siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran
tersebut.
b. Di samping dapat mengulangi materi dalam media cetakan, siswa
akan mengikuti urutan pikiran secara logis.
c. Memungkinkan adanya perpaduan antara teks dan gambar yang
dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman
informasi yang disajikan.
d. Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi dengan
aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan.
e. Materi dapat direproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan
dengan mudah.
Oleh karena itu, Darmodjo dan Kaligis (1993: 41-46) menjelaskan
dalam penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu
syarat didaktik, syarat kontruksi dan syarat teknis.
a. Syarat didaktik
Syarat

didaktik

berarti

pembelajaran efektif, yaitu :

LKS

harus

mengikuti

asas-asas

16
(1) Memperhatikan

adanya

perbedaan

individu

sehingga

dapat

digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki kemampuan yang


berbeda. LKS dapat digunakan oleh siswa lamban, sedang maupun
pandai. Kekeliruan yang umum adalah kelas yang dianggap
homogen.
(2) Menekankan

pada

proses

untuk

menemukan

konsep-konsep

sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari


informasi bukan alat pemberitahu informasi.
(3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan
siswa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menulis, bereksperimen, praktikum, dan lain sebagainya.
(4) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral,
dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk
mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep akademis maupun juga
kemampuan sosial dan psikologis.
(5) Menentukan pengalaman belajar dengan tujuan pengembangan
pribadi siswa bukan materi pelajaran.
b. Syarat konstruksi
Syarat konstruksi adalah syarat- syarat yang berkenan dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan
kejelasan dalam LKS. Adapun syarat-syarat konstruksi tersebut, yaitu:
(1) LKS menggunakan bahasa yang sesuai tingkat kedewasaan anak.
(2) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas.

17
(3) LKS Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju
hal yang lebih kompleks.
(4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
(5) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan keterbatasan
siswa.
(6) LKS menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada
siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa
ingin sampaikan.
(7) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
(8) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
(9) LKS dapat digunakan untuk anak-anak baik yang lamban maupun
yang cepat.
(10) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu
sebagai sumber motivasi.
(11) LKS mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
c. Syarat teknik
(1) Tulisan
Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal berikut:
(a)

LKS menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf


latin/romawi.

(b)

LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.

(c)

LKS menggunakan minimal 10 kata dalam 10 baris.

18
(d)

LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat


perintah dengan jawaban siswa

(e)

LKS menggunakan memperbandingkan antara huruf dan


gambar dengan serasi.

(2) Gambar
Gambar yang baik adalah yang menyampaikan pesan secara efektif
pada pengguna LKS.
(3) Penampilan
Penampilan dibuat menarik
Dengan demikian LKS merupakan suatu media yang berupa lembar
kegiatan yang membuat petunjuk, materi ajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran fisika untuk menemukan suatu fakta, ataupun konsep. LKS
mengubah pembelajaran dari teacher centered

menjadi student centered

sehingga pembelajaran menjadi efektif dan konsep materi pun dapat


tersampaikan.

3. Learning cycle
a. Perkembangan model pembelajaran learning cycle
Pada tahun 1970 berdasarkan teori perkembangan kognitif jean
Piaget, direktur Science Curiculum Improvement Studies, Robert
karplus, mengusulkan sebuah strategi pembelajaran yang berbentuk
siklus belajar (learning cycle).

19
Learning cycle merupakan metode perencanaan yang cukup
berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai
teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Metode ini
mudah

dipelajari

kesempatan

dan

sangat

bermanfaat

dalam

menciptakan

dalam belajar sains dan model pembelajaran yang

didasarkan pada penyelidikan (Lorsbach,2012:1; Walbert,2012:1).


Learning cycle merupakan strategi pengajaran yang secara
formal digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science
Curriculum Improvement Study (SCIS 1974).

Meskipun strategi ini

diterapkan pertama kali di sekolah dasar, beberapa studi menunjukkan


bahwa penerapan teknik pengajaran ini telah menyebar luas di berbagai
tingkat kelas, termasuk Universitas. Model pengajaran ini diajukan oleh
Robert Karplus awal tahun 1960-an, sebagai guided discovery dan
digunakan istilah exploration, invention dan discovery (Collette dan
Chiappetta, 1995: 95).
Siklus

belajar

3E

dikembangkan

menjadi

4E

yang

direkomendasikan oleh Martin et.al (2005:187) ini secara spesifik


dirancang untuk mengamodasi semua tujuan IPA yang menekankan
pada penguasaan konsep yang spesifik, mengembangkan keterampilan
berpikir, dan memecahkan masalah. Siklus ini terdiri dari empat fase
yaitu eksploration, explanation, expansion, dan evalutian.
Banyak versi siklus belajar bermunculan dalam kurikulum sains
dengan fase yang berkisar dari tiga (3E), ke empat (4E), kemudian ke

20
lima (5E) sampai tujuh (7E). Siklus belajar 5E berdasarkan pengajaran
yang dibangun oleh Biological Sciences Curriculum Study (BSCS) pada
tahun 1989, terdiri atas lima fase yaitu Engagement, Exploration,
Explanation, Elaboration dan Evaluation Sejak tahun 1980-an BSCS
telah menggunakan model 5E sebagai inovasi sentral di sekolah dasar,
menengah dan atas program biologi serta program sains terintegrasi
(Collette dan Chiappetta, 1995: 96)

b. Learning cycle 7E
Setelah siklus belajar mengalami pengkhususan menjadi 5
tahapan, maka Eisenkraft (2003) mengembangkan

siklus belajar

menjadi 7 tahapan. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus belajar


5E menjadi 7E terjadi pada fase Engage menjadi 2 tahapan yaitu Elicit
dan Engage, sedangkan pada tahapan Elaborate dan Evaluate menjadi 3
tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Perubahan
tahapan siklus belajar dari 5E menjadi 7E ditunjukan pada Gambar
berikut:

21

Gambar 2.1 Bagan Perubahan 5E menjadi 7E (Eisenkraft, 2003:57)


Lebih lanjut Eisenkraft (2003:57-59) memberikan penjelasan
setiap fase diatas sebagai berikut:
(1) Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa)
Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal
siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa
agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan
kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar
yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan
mengambil contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti
kejadian sehari-hari yang secara umum memang terjadi.

22
(2) Engage (ide, rencana pembelajaran dan pengalaman)
Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi
dan

pengalaman

tetang

pertanyaan-pertanyaan

awal

tadi,

memberitahukan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran


sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari
konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat
dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas
lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan
mengembangkan rasa keigintahuan siswa.
(3) Explore (menyelidiki)
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan
dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep
yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan
menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah
disediakan sebelumnya.
(4) Explain (menjelaskan)
Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka
dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep
yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep
dan definisi yang lebih formal.

23
(5) Elaborate (menerapkan)
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menjelaskan
definisi-defiisi,

konsep-konsep,

dan

keterampilan-keterampilan

pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh


dari pelajaran yang dipelajari.
(6) Extend (memperluas)
Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan
kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan
konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau
belum mereka pelajari.
(7) Evaluate (Menilai)
Fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal
dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat
mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan
keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan dan atau
kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa
terhadap pemikiran awalnya.
Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan
guru dan siswa untuk menerapkan siklus belajar 7E pada
pembelajaran di kelas. Guru dan siswa mempunyai peran masing-

24
masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan tahapan dari siklus belajar.
c. Kelebihan learning cycle
Implementasi learning cycle dalam pembelajaran sesuai dengan
pandangan kontruktivis (Brown & Abell, 2013: 58; Fajaroh dan
Dasna,2007) yaitu :
(1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi
secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan
dikonstruksi dari pengalaman peserta didik.
(2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta
didik. Informasi baru yang dimiliki pesera didik berasal dari
interprestasi individu.
(3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang
merupakan pemecahan masalah.
(4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan
meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas sains.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke peserta didik, seperti dalam falsafah
behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang
berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung.
Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan
skema dalam diri pelajar menjadi pengetauan fungsional yang setiap

25
saat dapat diorganisasi oleh pelajar untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi.
Penerapan strategi pembelajaran learning cycle dilihat dari dimensi
guru strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas
guru dalam merancangkan kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau
dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan
sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran (2) membantu
mengembangkan sikap ilmiah pembelajar, pembelajaran menjadi lebih
bermakna (Fajaroh dan Dasna, 2007:3)
d. Kekurangan learnig cycle
Disamping memiliki kelebihan seperti yang diuraikan diatas, model
pembelajaran learning cycle juga memiliki beberapa kekurangan.Ada
beberapa
diantisipasi

kekurangan

penerapan

diperkirakan

strategi

(Purwanti,

ini yang harus selalu

2012: IPA-69;

Fajaroh dan

Dasna,2007) sebagai berikut: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika


guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, (2)
membutuhkan kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran, (3) memerlukan pengelolaan kelas
yang lebih terencana dan terorganisasi, (4) memerlukan waktu dan
tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanaan
pembelajaran.

26
4. Hasil belajar fisika
Hasil belajar merupakan semua akibat atau kemampuan baru yang
terjadi diperoleh setelah siswa belajar berupa keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan dan dapat
dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode
dibawah kondisi yang berbeda(Reigeluth, Gagne, Briggs dan Wager dalam
Rusmono, 2012:7).
Hasil belajar merupakan kemampuan baru dan perubahan tingkah
laku yang diperoleh setelah siswa belajar berupa keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, keterampilan, psikomotorik
(Rusmono,2012: 9; Sudjana,2002:3).
Hasil belajar sains yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya pada
ranah kognitif saja. Definisi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, yaitu
tipe hasil belajar ranah kognitif sebagaimana dijelaskan Trowbridge dan
Bybee (1986: 131), sebagai berikut:
a.

Knowing (mengetahui)
Tingkat kemampuan ini adalah yang paling rendah dalam ranah
kognitif. Pada tingkatan ini siswa hanya mengingat informasi sains
yang telah diajarkan. Rentang informasi yang dimaksud bervariasi
dari fakta sederhana sampai dengan teori yang kompleks, tetapi yang
diperlukan siswa hanya mengingat informasi.

27
b.

Comprehending (memahami)
Pemahaman

adalah langkah pertama setelah pengetahuan.

Tingkat kemampuan ini mengharapkan siswa mampu memahami arti


atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini,
siswa tidaklah hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep
dari masalah atau fakta yang ditanyakan.
c.

Applying (menerapkan)
Dalam tingkat aplikasi, siswa dituntut kemampuannya untuk
menerapkan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang
baru baginya. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus, abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori,
atau petunjuk teknis.

d.

Analyzing (menganalisis)
Kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu
integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur pembentuknya. Dalam tingkat ini siswa diharapkan
dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahkannya menjadi
bagian-bagian.

e.

Syntesizing (mensintesis)
Sintesis merupakan kemampuan berpikir kebalikan dari analisis.
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
suatu bentuk yang menyeluruh.

28
f.

Evaluating (mengevaluasi)
Evaluasi merupakan peringkat tertinggi pada ranah kognitif.
Dalam tingkat evaluasi, siswa diminta untuk membuat suatu penilaian
tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
Menurut Trowbridge dan Bybee (1989: 133), ada beberapa istilah

atau kata-kata kerja operasional untuk mengukur pencapaian jenjang


kemampuan ranah kognitif pada sub ranah tertentu. Istilah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pengetahuan

(knowing)

mendefinisikan,

menjelaskan,

mengidentifikasikan, mengurutkan, mengetahui, memilih, menamai,


menyatakan.
b. Memahami

(comprehending)

menambahkan,

memperkirakan,

mengubah,

mempertahankan,

menjelaskan,

memperhitungkan,

menggeneralisasi, menduga, memperkirakan, menyimpulkan.


c. Menerapkan

(applying) : menerapkan,

memodifikasi,

mengoperasikan,

menghitung,

memperkirakan,

menemukan,

mempersiapkan,

menghubungkan, menunjukkan, menggunakan.


d. Menganalisis (analyzing) : menganalisis, mensketsa, membedakan,
membagi,

mengidentifikasikan,

mengilustrasikan,

menduga,

menghubungkan, memilih.
e. Mensintesis
mengkonstruk,

(syntesizing)
menyusun,

mengatur,

menggubah,

mengkombinasikan,

menemukan,

mendesain,

29
membangkitkan,

mengorganisir,

merencanakan,

menghubungkan,

menyimpulkan, mensintesis.
f. Mengevaluasi (evaluating) : menilai, membandingkan, menyimpulkan,
menjelaskan,

membedakan,

menjelaskan,

menginterpretasikan,

menghubungkan.

5. Berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis, terarah, dan
jelas yang digunakan untuk membentuk dan membangun perkembangaan
kepercayaan dan mengambil tindakan untuk
terorganisasi

berpendapat dengan cara

dalam kegiatan mental seperti memecahkan

masalah,

mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan


penelitian (Johnson:2002 ; Huitt: 1998).
Kemampuan berpikir kritis melibatkan tiga komponen (1) sikap
yang digunakan untuk mempertimbangkan dengan cara bijaksana pada
suatu masalah dan subjek yang ada dalam berbagai pengalaman seseorang,
(2) pengetahuan yang diperoleh dari suatu metode penyelidikan secara
logis dan penalaran, dan (3) beberapa keterampilan dalam menerapkan
metode-metode tersebut ( Paul and Elder: 2008; Glaser: 1941).
Dengan mengembangkan ketiga komponen kemampuan berpikir
kritis maka siswa dapat dapat menghimpun pengetahuan baru dari hasil
penalaran yang rasional yang diperoleh dari berbagai informasi. Hal ini
dipertegaskan oleh Rosyada (2004), Paul dan Elder (2008) mendefinisikan

30
bahwa berpikir

kritis merupakan

kemampuan

diri sendiri

dalam

menghimpun informasi dari berbagai sumber informasi sehingga pemikir


dapat meningkatakan

kualitasnya

untuk membuat

kesimpulan

dari

berbagai informasi tersebut.


Rosyada (2004: 170-171) menyatakan berpikir kritis adalah
kemampuan siswa menghimpun berbagai informasi lalu membuat sebuah
kesimpulan evaluative dari informasi tersebut. Kemampuan tersebut
merupakan sesuatu yang amat rasional untuk dikembangkan.
Berpikir

kritis

adalah memperdayakan

menurut

Halpen

keterampilan

(http://re-searchengines.com)
atau strategi kognitif

dalam

menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,


mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan
bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan
masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagi kemungkinan,
dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut
secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Prosedur berpikir kristis dapat dikembangkan sampai melahirkan
rumusan-rumusan berpikir kritis, sebagaimana yang dirumuskan Donal P.
Kauchack (Rosyada, Dede; 2004: 179) adalah sebagai berikut :

31
Tabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir kritis
No
Perbuatan
1
Observasi
2
Perumusan berbagi macam
pola pilihan dan generalisasi
3
Perumusan
kesimpulan
berdasrkan pada pola-pola
yang telah dikembangkan
4
Mengevaluasi kesimpulan
berdasarkan data

Proses
Membandingkan dan membuat klasifikasi

Penyimpulan, memprediksi, membuat


hipotesis, mengidentifikasi asuus dan
efek-efeknya
Mendukung kesimpulan dengan data,
mengamati
konsistensinya,
mengidentifikasi
bias,
stereo,
tipe
pengulanagn serta mengangkat kembali
berbagi asumsi yang tidak pernah
terumuskan,
memahamikemungkinan
generalisai yang terlamoau besar atau
kecil, serta mengidentifikasi berbagai
informasi yang relevan dan tidak relevan.

Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah


berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu,
indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis
siswa sebagai berikut :
a.

Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.

b. Mencari alasan.
c.

Berusaha mengetahui informasi dengan baik.

d. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.


e.

Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.

f.

Berusaha tetap relevan dengan ide utama.

g. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.


h. Mencari alternatif.
i.

Bersikap dan berpikir terbuka.

32
j.

Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.

k. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.


l.

Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian

dari

keseluruhan masalah.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :
a.

Menentukan kredibilitas suatu sumber.

b.

Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.

c.

Membedakan fakta dari penilaian.

d.

Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.

e.

Mengidentifikasi bias yang ada.

f.

Mengidentifikasi sudut pandang.

g.

Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.


Sementara itu Ellis (dalam Rosyada, 2004) mengemukakan bahwa

keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :


a.

Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan


nilai.

b.

Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan


yang relevan dengan yang tidak relevan.

c.

Mampu menetapkan fakta yang akurat.

d.

Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.

e.

Mampu

mengidentifikasi

tuntutan

dan

argumen-argumen

ambiguistik.
f.

Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.

yang

33
g.

Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.

h.

Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.

i.

Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.


Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis

menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan,


kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:
a.

Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.

b.

Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis


atau masuk akal.

c.

Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid


dengan logika yang tidak valid.

d.

Mengidentifikasi kecukupan data.

e.

Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.

f.

Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai


kegiatan.

g.

Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.

h.

Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.

i.

Dapat belajar secara independen dan mempunyai perhatian yang tak


kunjung hilang dalam bekerjanya.

j.

Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah
dipelajarinya.

k.

Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara


formal seperti matematika
masalah.

dapat digunakan untuk menyelesaikan

34
l.

Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan


mengungkapkan argumen yang esensial.

m.

Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari


suatu pandangan.

n.

Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu


kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.

o.

Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas,


banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.

p.

Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias


dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut
pilihan pribadi.
Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya

yang berjudul

Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang


dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis,
sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.
Selanjutnya menurut Langrehr dkk (2008), untuk melatih berpikir
kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari
suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang
digunakan

dalam

suatu

pernyataan;

(3)

Merumuskan

pokok-popok

permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang


yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih
fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

35
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan
pengertian kemampuan berpikir kritis fisika yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :

Kemampuan

berpikir

kritis

mencakup:

(1)

Kemampuan

mengidentifikasi asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan


pokok-pokok permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu
ketentuan yang diambil;

(4) Kemampuan

berdasarkan pada

pandang

sudut

yang

mendeteksi

adanya bias

berbeda; (5) Kemampuan

mengungkap data/ definisi/ teorema dalam menyelesaikan masalah; (6)


Kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu
masalah.

6. Materi gelombang elektromagnetik


Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri atas
vektor listrik dan vektor magnet yang merambat tanpa memerlukan zat
perantara atau medium sepeti ditunjukakan pada gambar 2.2.
Teori gelombang elektromagnetik diajukan oleh seorang ahli fisika
Inggris, James Clerk Maxwell (1831 -1879). Hipotesis Maxwell yang
melahirkan/

memunculkan

elektromagnetik.
gelombang
komunikasi.

Keberhasilan

elektromagnetik

gagasan
Maxwell
membuka

baru

tentang

dalam
cakrawala

gelombang

menentukan
baru

di

teori
dunia

36
Gejala-gejala kelistrikan dan kemagnetan erat hubungannya satu
sama lain. Hal ini nampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
(1) Muatan listrik dapat menghasilkan medan listrik di sekitarnya,
yang besarnya diperlihatkan oleh hukum Coulomb
(2) Arus listrik atau muatan yang mengalir dapat menghasilkan
medan magnet di sekitarnya yang besar dan arahnya ditunjukan
oleh hukum Bio-Savart atau hukum Ampere
(3) Perubahan medan magnetik dapat menimbulkan GGL (Gaya
Gerak Listrik) induksi yang dapat menghasilkan medan listrik
dengan aturan yang diberikan oleh hukum Induksi Faraday.
Pada ketiga teori ini terdapat hubungan antara medan listrik
dengan medan magnet. Muatan listrik yang diam menghasilkan medan
listrik. Muatan listrik yang bergerak dapat menghasilkan medan
magnetik. Perubahan medan magnetik akan menghasilkan medan
listrik.

37

Gambar 2.2. Arah rambat Gelombang Elektromagnetik


(http://jalilcahyadi.blogspot.com)
Menurut Maxwell, kecepatan merambat gelombang elektromagnetik
bergantung dari permeabilitas dan permitivitas. Akan tetapi, kecepatan
merambat

gelombang

elektromagnetik

tidak

bergantung

dari

amplitudo getaran medannya.


Maxwell

berhasil

menunjukan

bahwa

cahaya

tampak

merupakan bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik. Dia


juga berhasil memprediksi kelajuan cahaya dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
c=

(1)

00

c = cepat rambat gelombang elektromagnetik


-

0 = permeabilitas ruang hampa = 4 x 10 Wb/Am


7

= permitivitas ruang hampa = 8,85 x 10-12 C/Nm2

Teori gelombang elektromagnetik Maxwell didukung oleh Heinrich


Hertz

yang

gelombang

berhasil

membangkitkan

elektromagnetik

dari

dan

mendeteksi

adanya

sebuah

percobaan

dengan

menggunakan listrik.
b. Spektrum gelombang elektromagnetik
Pada dasarnya radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari
beberapa gelombang dengan frekuensi dan panjang gelombang yang
8

berbeda, tetapi mempunyai laju yang sama, yaitu kira-kira 3 x 10 m/s.


Gelombang-gelombang

elektromagnetik

dengan

frekuensi

dan

panjang gelombang yang berbeda tersebut disebut dengan spektrum,


yang terdiri dari gelombang radio, gelombang televisi, gelombang
mikro, inframerah, cahaya tampak, ultraviolet, sinar-X dan sinar
gamma. Rentang spektrum gelombang elektromagnetik ditunjukan
oleh gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3.Urutan Gelombang Elektromagnet berdasarkan


frekuensi dan panjang gelombang (http://dwiwahyun.blogspot.com/)

39
Gelombang-gelombang

elektromagnetik

yang

berjalan

di

ruang hampa memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan


cahaya , dan berlaku persamaan berikut ini:
= l
(2)
c = cepat rambat gelombang (m/s)

= panjang gelombang (m)


f = frekuensi (hertz)

c. Penggunaan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari-hari


(1) Gelombang radio
Suatu rangkaian elektronika yang biasanya disebut
dengan osilator dapat membangkitkan gelombang radio yang
dapat dipancarkan dan diterima dengan menggunakan alat yang
disebut antena. Gelombang radio dapat dibedakan berdasarkan
rentang frekuensi dan panjang gelombang,
Berdasarkan

rentang

frekuensi,

gelombang

dibedakan menjadi :
(a)

Frekuensi rendah (30 kHz - 300 kHz)

(b)

Frekuensi sedang (300 kHz - 3 MHz)

(c) Frekuensi tinggi (3 MHz - 30 MHz )


(d)

Frekuensi sangat tinggi (30 MHz - 300 MHz)

(e) Frekuensi ultra tinggi (300 MHz 3 GHz)


(f)

Frekuensi super tinggi (lebih dari 3 GHz)

radio

40
Sedangkan,

berdasarkan

panjang

gelombangnya,

gelombang radio dibedakan menjadi :


(a) Gelombang panjang (1500 m)
(b) Gelombang sedang (300 m)
(c) Gelombang pendek (30 m)
(d)

Gelombang sangat pendek (3 m)

(e) Gelombang ultra pendek (30 cm)


(f) Gelombang mikro (3 cm)
Gelombang radio banyak dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan,

seperti

komunikasi

jarak

jauh,

radar,

satelit

komunikasi, dan telepon. Gelombang radio yang digunakan


dalam komunikasi adalah gelombang.
Gelombang

sedang dapat dipantulkan

oleh lapisan

atmosfer bumi yaitu pada lapisan ionosfer, sehingga informasi


yang dibawa oleh gelombang medium dapat mencapai tempattempat yang jauh dari pemancar.
(a) Gelombang radio Amplitude Modulation (AM)
Pada sistem ini gelombang suara dipancarkan oleh
gelombang radio, dengan gelombang radio mengalami
perubahan

amplitudo

sesuai dengan amplitudo


4

suara,

gelombang AM mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai


9

10 Hz.

41
(b) Gelombang radio Frequency Modulation (FM)
Pada gelmbang FM, frekuensi gelombang radio
mengalami gangguan pada rapatannya sesuai dengan
amplitudo gelombang suara.

(2)

Gelombang televisi
Pemancar

televisi

bekerja

dengan

menggunakan

perubahan frekuensi dalam pengiriman informasi yang digabung


denga sinyal audio (suara) visual (gambar). Frekuensi yang
digunakan

dibedakan

atas Ultra

High

Frequency (UHF)

atau Very High Frequency (VHF).

(3)

Gelombang mikro atau Radar


Gelombang mikro dibangkitkan oleh rangkaian elektroda
seperti rangkaian osilasi listrik. Contoh alat-alatnya adalah
klystron,

magnetron,

dan Travelling

Wave

Tube (TMT).

Gelombang mikro adalah gelombang pendek (1 mm 30 cm)


10

dengan frekuensi sekitar 10 Hz, sehingga dapat digunakan


pada sistem radar yang difungsikan untuk navigasi pertahanan
udara, untuk mempelajari sifat atom dan molekul dari suatu zat
dan untuk mengukur kedalaman laut.

42
(4)

Sinar inframerah
Sinar inframerah dibangkitkan oleh elektron dalam
molekul yang digetarkan, misalnya jika benda dipanaskan.
Sinar

inframerah

dengan

-7

rentang

panjang

gelombang

-6

antara 7,8 x 10 m 3 x10 m, sehingga dengan energi yang


tinggi mampu menembus kabut dan awan tebal sehingga dapat
digunakan untuk membuat foto jarak jauh. Sinar inframerah
dalam bidang kedokteran digunakan untuk penyinaran pada
proses penyembuhan penyakit encok.

(5)

Cahaya tampak
Cahaya

tampak

yang

mempunyai

15

frekuensi 10 Hz

dibangkitkan oleh molekul dan atom-atom karena elektronelektron terluarnya mengalami perpindahan energi ke pita
energi di atas dan kemudian kembali ke pita energi semula..
Cahaya tampak berfungsi sebagai alat bantu untuk penglihatan
mata. Cahaya tampak terdiri dari warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu.

(6)

Sinar ultraviolet
15

Cahaya ultraviolet yang mempunyai frekuensi 10 Hz


16

-8

sampai 10 Hz memiliki panjang gelombang 6 x 10

43
-7

sampai 3,6 x 10

m. Matahari

merupakan

sumber

dari

gelombang ultraviolet.
Kegunaannya antara lain sebagai berikut :
(a) Menghitamkan plat foto.
(b) Membunuh kuman-kuman.
(c) Digunakan untuk pembuatan IC (Integrated Circuit).

(7)

Sinar-X
Sinar-X

memiliki

panjang

gelombang

-18

antara 10

-8

sampai 10 m. Sinar-X memiliki daya tembus yang kuat


karena memiliki energi yang besar. Sinar-X dapat diperoleh
dengan cara menembak inti atom. Sinar-X digunakan sebagai
diagnosa kesehatan, misalnya untuk Rontgen. Sinar X juga
digunakan untuk menganalisis struktur atom dan Kristal. Sinar16

X memiliki frekuensi 10

20

Hz sampai 10 Hz. Kelemahannya

adalah untuk pemeriksaan anggota tubuh dengan sinar tidak


boleh terlalu lama, karena membahayakan.

(8)

Sinar gamma
Sinar gamma dihasilkan oleh bahan-bahan radioaktif
karena aktivitas inti atomnya. Sinar gamma memiliki frekuensi
terbesar

dalam

spekrum

gelombang

elektromagnetik,

yaitu 1020 Hz 1025 Hz dengan panjang gelombang atom 1

44
10-4 . Sinar ini memiliki daya tembus yang sangat besar,
mampu menembus timah besi. Sinar ini dihasilkan oleh atomatom yang tidak stabil. Kelemahan sinar gamma adalah jika
diserap pada jaringan hidup sinar gamma akan menyebabkan
efek yang serius seperti mandul dan kanker.

C. Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan LKS
konvensional. LKS konvensinal adalah LKS yang tinggal pakai, tinggal beli,
instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri.
LKS merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk
meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar
(Darmodjo

dan Kaligis,1993:40)

yang dapat membantu

guru dalam

memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk


dapat menemukan
kelompok

kerja.

konsep-konsep
Untuk

itu

melalui aktivitasnya

diperlukan

pengembangan

sendiri

dalam

LKS

dalam

pembelajaran.
Penerapan LKS berbasis learning cycle 7E dapat membantu siswa
untuk mengembangkan diri mereka khususnya kemampuan berpikir kritis.
Proses pembelajaran akan bersifat student centered ( berpusat pada siswa)
dan siswa akan menjadi lebih aktif.
Menurut Abruscato (2010:44) Learning Cycle are models of how
people encounter and acquire new knowledge, model pembelajaran

45
Learning Cycle adalah model bagaimana orang menemukan dan memperoleh
pengetahuan baru. Dengan demikian dengan adanya pengembangan LKS
berbasis learning cycle 7E, membantu siswa menemukan dan memperoleh
pengetahuan

baru

berdasarkan

pengalaman-pengalaman

pribadi

siswa

masing-masing, maka siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir


kritis dan meningkatkan kasil belajar. Adapun skematis kerangka berpikir
dalam penelitian ini sebagaimana pada gambar 2.4 berikut:
Visi, Misi, dan Strategi
Sistem Pendidikan Nasional
KTSP
FISIKA

Model Pembelajaran

Siklus Belajar

Media Pembelajaran

Kolaborasi

LKS

Siswa

Hasil Belajar

Gambar 2.4 Kerangka berpikir

Berpikir Kritis

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian

ini bertujuan

untuk menghasilkan

produk

media

pembelajaran berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada pembelajaran


fisika model pembelajaran berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle).
Penelitian ini menggunakan rancangan dan pendekatan penelitian
pengembangan (research & development / R & D) atau termasuk dalam
penelitian pengembangan.
Model R & D yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model siklus 4-D oleh Thiagarajan dan Sammel (1974). Model ini terdiri
dari 4 tahap pengembangan,

yaitu Define (pendefinisian),

Design

(Perancanaan), Develop ( Pengembangan), dan Disseminate (penyebaran).


Keempat tahapan dari model 4-D menurut Thiagrajan dan Sammel (1974)
yang akan digunakan secara umum dapat digambarkan dalam bagan
pengembangan di bawah ini :

46

47
1. Tahap Pendefinisian
Analisis Permasalahan

Analisis Siswa

Analisis Tugas

Analisis Konsep

Analisis Tujuan Pembelajaran


Gambar 3.1. Tahap Pendefinisian
Model Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 6)

2. Tahap Perancangan
Analisis Siswa

Analisis Tujuan Pembelajaran

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Rancangan Awal
Gambar 3.2. Tahap Perancangan
Model Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 7)

48
3. Tahap Pengembangan
Penyusunan Tes
Acuan Patokan

Rancangan awal

Validasi Ahli

Uji Pengembangan

Gambar 3.3. Tahap Pengembangan


Model Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 8)

4. Tahap Penyebaran

Uji Pengembangan

Uji Validasi

Pengemasan

Penyebaran dan Pemakaian

Gambar 3.4. Tahap Peyebaran


Model Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 9)

B. Prosedur Penelitian
1. Tahap pendefinisian (Define)
Tujuan

dalam

tahap

ini adalah

untuk

menetapkan

dan

mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran.


Di dalam menetapkan kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum yang
berlaku, tingkat atau tahap pengembangan siswa, dan kondisi sekolah.
Ada lima langkah pokok dalam tahap ini, yaitu analisis permasalahan,
analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan analisis tujuan
pembelajaran.
a. Analisis permasalahan
Bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah
dasar yang dihadapi

dalam

pembelajaran

Fisika,

sehingga

dibutuhkan pengembangan media pembelajaran berupa LKS.


Berdasarkan hasil observasi mengenai proses pembelajaran di
SMA Negeri 2 Bantul dari wawancara dengan

guru, proses

pembelajaran sekolah secara umum masih berpusat kepada guru.


Guru

kelas

menyampaikan

materi,

sedangkan

siswa

hanya

mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru.


Selain itu sekolah masih menggnakan LKS bersifat konvensional.
LKS belum dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
membimbing siswa untuk lebih memahami materi yang akan
dipelajarinya. LKS ini memiliki keterbatasan dalam meningkatkan

kompetensi siswa dari berbagai aspek sehingga mempengaruhi hasil


belajar siswa.
Dapat

disimpulkan

pembelajaran

yang

timbul

dalam

pembelajaran fisika saat ini antara lain: (1) LKS yang digunakan
sekolah masih LKS konvensional,

(2) Materi dalam LKS

konvensional sering kali tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan


indikatornya sehingga siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan
baru, (3) pembelajaran masih berpusat pada guru.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan pengembangan LKS yang dibutuhkan
agar dalam penerapannya tepat dan efisien. Maka diperlukan
kesesuaian permasalahan yang ada dengan model pembelajaran
yang dikombinasikan. Model pembelajaran learning Cycle 7E
merupakan model yang tepat dalam pengembangan LKS.
b. Analisis siswa
Merupakan telaah karakteristik siswa. Karakteristik siswa
adalah keseluruhan pola kelakuan kemampuan yang ada pada siswa
sebagai kelas X berada pada taraf tingkat operasinal formal yang
hasil

dari pembawaan

dan

lingkungan

sosialnya

sehingga

menentukan pola aktivitas dalam meraih cita- citanya.


Pada tahap operasional formal, anak sudah mulai berpikir
abstrak, terutama pada anak-anak yang cerdas. Kemampuan
berpikir abstrak meliputi semua kemapuan berpikir pada tahap

51
operasional sebelumnya yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),
tahap pra- operasional (2-7 tahun), dan tahap operasional (7-11
tahun).

Selain

itu,

kemampuan

ini

ditambahkan

dengan

kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya dan


struktur berpikir yang baru.
Usia pada tahapan operasional formal merupakan usia
operasi mental yang dapat memikirkan bentuk-bentuk simbolik dan
ditampilkan atas pemikiran-pemikiran sebagai suatu benda yang
konkrit, perbandingan, kontras, deduksi, dan inferensi pemikiran
dapat dilakukan lebih dari hal- hal dan keadaan konkrit, hubungan
antar dan antara simbol untuk kepentingan pembangun konsep dari
hal-hal yang belum pernah dialami secara langsung, dapat
dimengerti (abstraksi).
Pada dasarnya belajar dengan melibatkan objek sebenarnya
secara langsung akan lebih mudah ditangkap atau diserap dan lebih
tahan lama dalam ingatan siswa. Penggunaan media yang dapat
menampilkan obyek sebenarnya akan sangat membantu siswa
dalam belajar.
c. Analisis tugas
Merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam
satuan pembelajaran dengan merinci isi materi ajar secara garis
besar. Hasil dari analisis tugas yang tertuang dalam LKS sebagai
perangkat

pembelajaran

yang

digunakan

dalam

penelitian.

52
Penyususan LKS berpedoman pada standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar KTSP SMA Fisika.
d. Analisis konsep
Merupakan identifikasi konsep- konsep utama yang akan
diajarkan dan meyusun secara sistematis serta mengkaitkan suatu
konsep dengan konsep yang relevan,

sehingga membentuk suatu

peta konsep. Pada dasarnya konsep-konsep yang tedapat dalam


peta konsep saling berkaitan secara keseluruhan. Dengan demikian,
agar siswa mudah memahami konsep-konsep yang dibahas, maka
konsep-konsep tersebut perlu di urutkan sehingga sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa pada
pembelajaran atau pertemuan sebelumnya.
e. Analisis tujuan pembelajaran
Hasil analisis tugas dan analisis konsep digunakan sebagai
acuan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar dan
tujuan pembelajaran, sebagai penjabaran dari standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan
dasar untuk mendesain perangkat pembelajaran dan penyusunan
tes.

2. Tahap perencanaan (Design)


Tahap ini memiliki tujuan untuk menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran, dengan langkah yaitu:

53
a. Pemilihan media
Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan
untuk menghasilkan produk sebagai alat penyampaian materi
penalaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, media
tersebut adalah LKS.
b. Pemilihan format
Format

perangkat

pembelajaran

yang

dikembangkan

berorientasi pada model pembelajaran Learning Cycle 7E meliputi


Elicit,

Enggagement,

Exploration,

Explanation,

Elaboration,

Evaluation, hingga Extand dan sesuai standar kompetensi dan


kompetensi dasar kurikulum SMA 2006.
c. Rancangan awal LKS
Penyusunan rancangan awal LKS akan menghasilkan draft
LKS yang di dalamnya sekurang-kurangnya mencakup:
(1) Judul LKS yang menggambarkan materi yang akan dituangkan
di dalam LKS .
(2) Menentukan

standar

kompetensi,

kompetensi

dasar.

Kompetensi dasar yang memenuhi pengembangan LKS adalah


a) KD

6.1

mendeskripsikan

spectrum

gelombang

elektromagnetik.
b) KD 6.2 menjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik
pada kehidupan sehari-hari.

54
(3) Tujuan yang akan dicapai siswa setelah mempelajari suatu
materi dengan menggunakan LKS.
(4) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk
mempelajari materi dengan menggunakan LKS sesuai dengan
tahapan

LKS

yaitu

mulai

dari

Elicit,

Enggagement,

Exploration, Explanation, Elaboration, Evaluation, hingga


Extand.
a) Elicit
Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal
siswa terhadap materi gelombang elektromagnetik dengan
memberikan

pertanyaan-pertanyaan

yang

merangsang

pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran


siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam LKS. Fase ini
dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan
dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil
contoh yang mudah yang diketahui siswa seperti kejadian
sehari-hari yang secara umum memang terjadi.
b) Engage
Pada tahapan ini, siswa dikenalkan dengan penerapan
konsep yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kegiatan dalam tahap engage merupakan kegiatan demontrasi
dengan memaparkan video yang telah disediakan oleh guru,

55
kemudian diperhatikan oleh siswa. Peristiwa yang terjadi dari
kegiatan demontrasi akan dicatat oleh siswa melalui jawaban
pertanyaan yang terdapat pada LKS.
c)

Explore
Fase ini membawa siswa pada pada pengalaman langsung

dengan konsep. Siswa dapat mengobervasi teks informasi yang


telah disediakan dan menyelidiki sebagai penjelasan konsep
yang digunakan pada kegiatan elicit dan engage . Pada
kegiatan explore, mereka dapat mencarinya pada buku atau
sumber pengayaan yang telah disediakan.
d) Explain
Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang
mereka dapatkan ketika fase explore, dan engage. Kemudian
dari definisi dan konsep yang telah ada didiskusikan sehingga
pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.
Melalui kegiatan ini diharapakan siswa dapat memahami
konsep suatu materi dengan baik.
e) Elaborate
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menjelaskan
definisi-defiisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan
pada permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan
contoh dari kegiatan tahap sebelumnya.

56
f) Extend
Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan
dan

menjelaskan

contoh

penerapan

konsep

yang

telah

dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk


mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep
lain yang sudah atau belum mereka pelajari dalam materi
gelombang elektromagnetik.
g) Evaluate
Fase evaluate merupakan tahap akhir yang mengharapkan
siswa untuk menunjukkan pengetahuan pemahaman yang telah
dipelajari. Evaluasi berfungi sebagai saran bagi peserta didik
untuk menguji penguasaan materi yang dipelajari dalam satu
topik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(5) Soal- soal Latihan atau Tugas yang berhubungan pembelajaran
yang dikerjakan siswa sebelum dan harus diselesaikan oleh
siswa dan untuk mengukur tingkat atau level perkembangan
aspek kognitif siswa.

3. Tahap pengembangan (Develop)


Hasil tahap pengembangan produk merupakan hasil terjemahan
dari tahap perencanaan. Bagianbagian yang sudah direncanakan
dalam tahap perencanaan akan disusun dan didesain sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah draft produk dalam tahap ini.

57
Draft produk yang sudah jadi kemudian divalidasikan dan
dilakukan penilaian kepada 2 dosen ahli, 2 guru SMA, dan 2 peer
reviewer (teman sejawat) sebagai validator. Draft produk yang sudah
divalidasikan kepada dosen ahli, reviewer, peer reviewer dan akan
memperoleh

penilaian dan masukan

untuk dijadikan perbaikan

sebelum dilakukan uji coba ke lapangan. Hasil dari validasi akan


mempermudah untuk melakukan revisi pada draft produk. Setelah
direvisi kembali, maka produk dapat divalidasi kembali namun hanya
pada pakar dosen, sehingga mendapat hasil yang layak untuk produk
yang digunakan untuk uji coba lapangan.
Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan Lembar
kegiatan siswa (LKS) berbasis Learning Cycle 7E yang sudah direvisi
berdasarkan para ahli dan hasil uji coba ke siswa.
a. Validasi dosen ahli diikuti dengan revisi
Penilaian dosen ahli terhadap LKS merupakan validasi
instrument penilaian berupa LKS untuk mata pelajaran fisika
dengan model pembelajaran learning cycle 7E. Berdasarkan
evaluasi dosen ahli, diperoleh saran atau masukan mengenai
kekurangan LKS yang dikembangkan. Berikut saran dan masukan
dari dosen ahli materi dan media.
(1) Saran atau masukan dari dosen ahli materi:
(a) Penulisan sumber pustaka sebaiknya mengikuti aturan baku.

58
(b) Sumber baca atau teks dapat ditambahkan tulisan sendiri
(mungkin satu alinea) sebagai komentar atau pendapat
sehingga tidak hanya menyalin.
(c) Perbaikan terhadap salah ketik dan salah bahasa harus lebih
cermat supaya tidak membingungkan siswa.
(2) Saran atau masukan dari dosen ahli media:
(a) Untuk penulisan di sebagai kata awalan dan sebagai kata
depan harus dibedakan.
(b) Peletakkan atau ukuran gambar harus disesuaikan dengan
ruangan pada LKS.
(c) Komparasi warna perlu disesuaikan.

b. Validasi guru SMA


Berdasarkan evaluasi guru fisika, diperoleh saran atau
masukan mengenai kekurangan LKS yang dikembangkan . berikut
adalah saran dan masukan dari dua guru SMA yang akan diteliti:
(1) Saran dan masukan dari guru fisika 1:
(a) Perbaikan

kalimat

yang

digunakan

agar

bahasanya

sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.


(b) Perbaikan kata atau kalimat yang salah dalam penulisannya.

59
(2) Saran dan masukan dari guru fisika 2:
(a) Perhatikan tempat untuk menuliskan jawaban agar disesuai
kembali cukup atau tidak bagi siswa untuk menuliskan
jawaban uraian.

c. Validasi Teman Sejawat


Teman sejawat merupakan salah satu validator yang bertugas
untuk menilai kelayakan LKS yang sedang dikembangkan oleh
peneliti. Validator ini adalh dua rekan sejawat dari program
pascasarjana UAD. Berikut saran atau masukan dari dua validator
teman sejawat:
(1) Saran atau masukan dari teman sejawat 1:
(a) Tulisan keterangan gambar pada LKS harus diperjelas agar
tidak membingungkan siswa.
(2) Saran atau masukan dari teman sejawat 2:
(a) Diperlukan penambahan gambar agar siswa lebih menarik.

d. Uji coba dengan siswa


Uji coba penggunaan LKS dalam pembelajaran Fisika
akan dilakukan di SMA di kelas X. Tujuan dan uji coba adalah
untuk

mengoperasionalkan

LKS

yang

dikembangkan

dan

perangkat pembelajaran yang diperlukan. Hasil uji coba ini akan


dijadikan sebagai masukan atau perbaikan produk akhir LKS. Uji

60
coba lapangan, selain dimaksudkan untuk mengoperasionalkan
produk akhir LKS, juga untuk mengetahui hasil penerapan LKS
dalam pembelajaran fisika, meliputi kelayakan LKS dalam
pembelajaran fisika, dan peningkatan terhadap hasil belajar
kognitif siswa dan pengembangakan kemampuan berpikir kritis
siswa.

4. Tahap penyebaran (Disseminate)


Tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang
telah dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS Berbasis
Learning Cycle 7E yang telah dikembangkan pada skala yang lebih
luas. Pada penelitian ini tahap penyebarluasan dilakukan terbatas
sekolah yang di uji cobakan dengan menggunakan satu kelas uji coba.

C. Uji Coba Produk


1. Desain uji coba
Uji coba produk diterapkan pada siswa kelas X yang di ambil
dengan cara random sampling. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran
dan observasi.
Setelah pemberian perlakuan selesai, maka siswa treatment
untuk

mengetahui

ketercapaian

hasil

mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

belajar

siswa

dan

61
2. Subjek uji coba
Subjek penelitian untuk uji coba produk yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Bantul
semester 2 Tahun ajaran 2012/2013.

Subjek uji coba di lapangan

menggunakan satu kelas.


3. Jenis data
Berdasaran tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan, maka data yang diperoleh terdiri atas dua jenis data
yaitu :
Data primer, yaitu data tentang kualitas

kelayakan lembar

kegiatan siswa (LKS) hasil pengembangan. Data yang dikumpulkan


berupa hasil validasi ahli materi, ahli media, teman sejawat, dan guru.
Data tersebut meliputi skor penilaian dari aspek kelayakan isi, aspek
kebahasaan, aspek penyajian, aspek kegrafikan. Dan lainnya berupa
komentar dan saran dari para ahli, teman sejawat, guru fisika.
Data sekunder yang diperoleh adalah data yang diperoleh dari
kegiatan pembelajaran. Data tersebut merupakan data hasil belajar
siswa

aspek

kognitif

yang

diperoleh

dari

kegiatan

setelah

pembelajaran menggunakan LKS hasil pengembangan dan data


kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Instrumen pengumpulan data
Adapun rincian instrument penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam uji coba, sebagai berikut:

62

a. Angket/ Kuesioner
Kuesioner sebagai lembar penilaian produk digunakan
untuk

mendapatkan

data

tentang

kelayakan

LKS

hasil

pengembangan ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan,


aspek

penyajian,

aspek

kegrafikan.

Kuesioner

tersebut

diperuntukkan bagi ahli materi, ahli media, teman sejawat, guru


fisika. Penyusunan instrument kuesioner dilakukan berdasarkan
kisi- kisi, dan sebelum digunakan, kuesioner telah dikoreksi
terlebih dahulu oleh dosen pembimbing serta ahli. Lembar
kuesionar mengacu pada syarat didaktik, konstruksi dan teknis.
Instrument kuesioner disusun dengan menggunakan skala likert.
b. Tes hasil belajar
Instrument
pemahaman

siswa

ini

digunakan
terhadap

untuk

materi

mengetahui
ajar

setelah

tingkat
belajar

menggunakan LKS hasil pengembangan.


Tes hasil belajar yang digunakan berbentuk pilihan ganda.
Tes pilihan ganda yang digunakan

adalah pilihan ganda yang

terdiri dari lima pilihan jawaban.


c. Lembar observasi
Lembar

observasi

merupakan

lembar

penilaian

yang

digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan berpikir


siswa yang ditinjau dari kemampuan mengidentifikasi asumsi yang

63
diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan,
kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil,
kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut
pandang yang berbeda, kemampuan mengungkap data/ definisi/
teorema

dalam

menyelesaikan

masalah,

dan

kemampuan

mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu


masalah.
5. Teknik analisis data
a. Analisis kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
Teknik

analisis

data

untuk

kelayakan

perangkat

pembelajaran sains dan respon siswa, dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
(1) Tabulasi semua data yang diperoleh dari para validator untuk
setiap komponen, sub komponen dari butir penilaian yang
tersedia dalam instrumen penilaian.
(2) Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen dengan
menggunakan rumus:

X
n

Keterangan:

X = skor rata-rata
X = jumlah skor
n = jumlah penilai

(3)

(3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria


Untuk mengetahui LKS hasil pengembangan dan juga
analisis keterlaksanaan sintak pembelajaran maka data yang
mula-mula berupa skor, diubah menjadi data interval dengan
skala empat dalam persentase. Adapun acuan pengubahan skor
menjadi skala lima menurut Riwidikdo (2009: 17) dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Kriteria skor rata-rata
No
1.

Rentang Skor
X x 1,80 SBi

Nilai
A

Kategori
Sangat baik

2.
3.

x 0,60 SBi X x 1,80 SBi


x 0,60 SBi X x 0,60 SBi

B
C

Baik
Cukup Baik

4.

x 1,80 SBi X x 0,60 SBi

5.

X x 1,80 SBi

Kurang Baik
Sangat
Kurang Baik

Keterangan:

skor yang dicapai

rerata skor ideal

SBi simpangan baku skor ideal

Pada

untuk

angket

kelayakan

LKS

learning

cycle

menggunakan skala empat maka kategori cukup tidak digunakan.

b. Analisis instrumen hasil belajar kognitif


Instrument soal hasil belajar kognitif harus memenuhi
syarat validitas dan reabilitas.
(1) Validitas
Validitas

adalah

suatu

ukuran

yang

menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument


(Arikunto, 2006:145).
apabila

mampu

Sebuah instrumen dikatakan valid

mengukur

apa

yang

diinginkan,

dan

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.


Validitas isi yaitu validitas yang dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing dan dosen ahli materi dan sejalan dengan
kurikulum yang berkembang saat ini.
Uji validitas soal juga menggunakan program analisis
butir soal Item and Test Analysis (ITEMAN) versi 3.00. Butir
tes dapat digunakan pada penelitian nilai point bisersial lebih
dari 0,200.
(2) Reabilitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui kosistensi
atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen tersebut
digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden.
Hasil uji reabilitas
tidaknya

suatu

mencerminkan

instrumen

penelitian

dapat dipercaya
berdasarkan

atau

tingkat

kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian

bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran


yang benar dari sesuatu yang diukur.
Salah satu metode pengujian reabilitas adalah dengan
menggunakan metode

Alpha-Cronbach. Perhitungan reabilitas

dilakukan setelah butir-butir yang tidak valid dihilangkan.


Menurut Santoso (Triton, 2006: 248), apabila alpha hitung lebih
besar daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka
suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel. Ada lima
kelas skala range yang sama untuk menentukan tingkatreabilitas sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Soal

c.

Analisis

Alpha

Tingkat Reabilitas

0,00 s.d. 0,20

Kurang Reliabel

0,20 s.d. 0,40

Agak Reliabel

0,40 s.d. 0,60

Cukup Reliabel

0,60 s.d. 0,80

Reliabel

0,80 s.d. 1,00

Sangat Reliabel

peningkatan

hasil

belajar

dan

pengembangan

keterampilan berpikir kritis


Untuk analisis data hasil penelitian dilakuan uji dibawah
ini:

(1) Uji prasyarat analisis


(a)

Uji normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji sebaran data
memiliki distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas
dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada
program

SPSS 16.00.

Menurut

Triton

(2006:

79)

persyaratan data disebut normal jika probabilitas atau p >


0,05.
(2) Uji hipotesis
Uji

hipotesis

dilakukan

untuk

mengetahui

adanya

peningkatan siswa setelah menggunakan LKS learning cycle 7E


pada

pokok

bahasan

gelombang

elektromagnetik,

dapat

diformulasikan sebagai berikut.

1
1

H0 :

2
2

H1 :

KP

HB

KP
HB

0, melawan

(4)

(5)

Keterangan:
Ho

: Tidak

terdapat peningkatan siswa setelah menggunakan LKS

learning

cycle

elektromagnetik.

7E

pada

pokok

bahasan

gelombang

68
Ha

: Terdapat

peningkatan

siswa

setelah

menggunakan

LKS learning cycle 7E pada pokok bahasan gelombang


elektromagnetik.

Uji hipotesis menggunkan one sample t-test pada program


SPSS 16.00. Prinsip pengujian terhadap hasil belajar siswa
menggunakan LKS learning cycle 7E dengan nilai rata-rata
ulangan siswa sebelum menggunkan LKS.
Menurut triton (2006: 175) , jika sig 0,05, maka Ho
diterima. Akan tetapi, apabila sig < 0,05; maka Ho ditolak.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian pengembangan LKS ini terdiri
dari data hasil evaluasi produk, dan data hasil uji lapangan.
1. Data hasil evaluasi produk
Data hasil uji evaluasi produk meliputi data hasil evaluasi
produk dari ahli materi, ahli media, guru fisika dan teman sejawat.
Data evaluasi ini meliputi penilaian aspek kelayakan isi, aspek
kebahasaan, aspek penyajian, aspek kegrafikan yang berupa skor yang
dikonversikan dalam empat kategori, yaitu sangat baik, baik, kurang
baik, dan sangat kurang baik.
Tabel 4.1 Konversi Skor
ASPEK
KELAYAKAN
ISI

KEBAHASAAN

PENYAJIAN

KEGRAFIKAN

INTERVAL SKOR
X 22,8
20,4 < X 22,8
19,5 < X 20,4
X 19,5
X 11,3
10,3 < X 11,3
9,8< X 10,3
X 9,8
X 20,9
19,8 < X 20,9
19,2 < X 19,8
X19,2
X 10,3
8,9 < X 10,3
8,2< X 8,9
X8,2
69

KATEGORI
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik

Data hasil evaluasi produk

yang meliputi data hasil evaluasi

produk ahli materi, ahli media, guru fisika dan teman sejawat tersebut
dipaparkan sebagai berikut:
a. Data hasil evaluasi produk ahli materi dan ahli media
Data hasil penilaian ahli materi terdiri dari aspek kelayakan
isi dan aspek kebahasaan, sedangkan data hasil penilaia ahli media
terdiri dari aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Data hasil
penilaian tersebut pada tabel 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5.
Tabel 4.2 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek
kelayakan isi
No
1
2
3
4
5
6

Indikator Penilaian
Materi yang disajikan dalam LKS sesuai
Kurikulum KTSP
Materi yang disajikan dalam LKS sesuai
kebenaran dengan Teori Fisika
Uraian materi LKS yang disajikan sangat
jelas
Setiap Kegiatan yang disajikan dalam LKS
mempunyai tujuan yang jelas
Kegiatan Yang disajikan dalam LKS dapat
merangsang siswa untuk berpikir aktif dan
inovatif
Kegiatan yang dilaksanakan dalam LKS
dapat
merangsang
siswa
untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
Skor Total

70

Skor
4
4
3
4
4
4
23

71

Tabel 4.3 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek


kebahasaan
No

Indikator Penilaian

Skor

Kalimat
yang digunakan dalam LKS
sederhana, jelas, dan mudah dipahami
Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa
Bahasa yang digunakan komunikatif dan
interaktif

2
3

3
4
11

Skor Total

Tabel 4.4 Data hasil penilaian ahli media dari aspek


penyajian
No
1
2
3
4
5
6

Indikator Penilaian
Penyajian LKS dilakukan secara Sistematis
Penyajian LKS dilengkapi dengan gambar
dan ilustrasi
Penyajian LKS mendorong siswa untuk
melakukan kerja kreatif
Penyajian LKS dapat menuntun siswa
mengembangkan keterampilan berpikir
Penyajian LKS menuntun siswa untuk
menggali informasi
Penyajian LKS dilengkapi dengan pembuatan
cover yang menarik
Skor Total

Skor
4
3
3
3
3
4
20

Tabel 4.5 Data hasil penilaian ahli media dari aspek


kegrafikan
No
1
2
3

Indikator Penilaian
Gambar yang digunakan dapat menarik
perhatian siswa
Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca
dan menarik
Desain tiap halaman sederhana tetapi
menarik
Skor Total

Skor
2
4
3
9

72

b. Data hasil evaluasi produk guru fisika


Data hasil penilaian evaluasi produk guru fisika terdiri dari
empat aspek yaitu aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek
penyajian, dan aspek kegrafikan. Data hasil penilaian tersebut
pada tabel 4.6, 4.7, 4.8, dan 4.9.
Tabel 4.6 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kelayakan isi
Skor
No

Indikator Penilaian

Materi yang disajikan dalam LKS


sesuai Kurikulum KTSP
Materi yang disajikan dalam LKS
sesuai kebenaran dengan Teori Fisika
Uraian materi LKS yang disajikan
sangat jelas
Setiap Kegiatan yang disajikan dalam
LKS mempunyai tujuan yang jelas
Kegiatan Yang disajikan dalam LKS
dapat merangsang siswa untuk
berpikir aktif dan inovatif
Kegiatan yang dilaksanakan dalam
LKS dapat merangsang siswa untuk
mengembangkan
keterampilan
berpikir
Skor Total
Rerata

2
3
4
5
6

Guru
fisika 1

Guru
fisika 2

20

21
20,5

73

Tabel 4.7 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek


kebahasaan
Skor
No

Indikator Penilaian

Kalimat yang digunakan dalam LKS


sederhana,
jelas,
dan
mudah
dipahami
Bahasa yang digunakan sesuai
dengan
tingkat
perkembangan
kognitif siswa
Bahasa yang digunakan komunikatif
dan interaktif
Skor Total
Rerata

2
3

Guru
fisika 1

Guru
fisika 2

11

10
10,5

Tabel 4.8 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek


penyajian
No

Indikator Penilaian

Penyajian LKS dilakukan secara


Sistematis
Penyajian LKS dilengkapi dengan
gambar dan ilustrasi
Penyajian LKS mendorong siswa
untuk melakukan kerja kreatif
Penyajian LKS dapat menuntun siswa
mengembangkan
keterampilan
berpikir
Penyajian LKS menuntun siswa
untuk menggali informasi
Penyajian LKS dilengkapi dengan
pembuatan cover yang menarik
Skor Total
Rerata

2
3
4
5
6

Skor
Guru
Guru
fisika 1 fisika 2
3

20

21
20,5

74

Tabel 4.9 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek


kegrafikan
Skor
No

Indikator Penilaian

Gambar yang digunakan dapat


menarik perhatian siswa
Jenis huruf yang digunakan mudah
dibaca dan menarik
Desain tiap halaman sederhana tetapi
menarik
Skor Total
Rerata

2
3

Guru
fisika 1

Guru
fisika 2

11
10

c. Data hasil evaluasi produk teman sejawat


Data hasil penilaian evaluasi produk teman sejawat terdiri
dari empat aspek

yaitu aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan,

aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Data hasil penilaian


tersebut pada tabel 4.10, 4.11, 4.12, dan 4.13.

75

Tabel 4.10 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek


kelayakan isi
Skor
No

Indikator Penilaian

Materi yang disajikan dalam LKS


sesuai Kurikulum KTSP
Materi yang disajikan dalam LKS
sesuai kebenaran dengan Teori
Fisika
Uraian materi LKS yang disajikan
sangat jelas
Setiap kegiatan yang disajikan dalam
LKS mempunyai tujuan yang jelas
Kegiatan yang disajikan dalam LKS
dapat merangsang siswa untuk
berpikir aktif dan inovatif
Kegiatan yang dilaksanakan dalam
LKS dapat merangsang siswa untuk
mengembangkan
keterampilan
berpikir
Skor Total
Rerata

2
3
4
5
6

teman
sejawat
1

teman
sejawat
2

21

21
21

Tabel 4.11 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek


kebahasaan

No

Indikator Penilaian

Kalimat
yang digunakan dalam
LKS sederhana, jelas, dan mudah
dipahami
Bahasa yang digunakan sesuai
dengan
tingkat
perkembangan
kognitif siswa
Bahasa yang digunakan komunikatif
dan interaktif
Skor Total
Rerata

2
3

Skor
teman
teman
sejawat
sejawat
1
2
4

11

11
11

76

Tabel 4.12 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek


penyajian
Skor
No

Indikator Penilaian

Penyajian LKS dilakukan secara


Sistematis
Penyajian LKS dilengkapi dengan
gambar dan ilustrasi
Penyajian LKS mendorong siswa
untuk melakukan kerja kreatif
Penyajian LKS dapat menuntun
siswa mengembangkan keterampilan
berpikir
Penyajian LKS menuntun siswa
untuk menggali informasi
Penyajian LKS dilengkapi dengan
pembuatan cover yang menarik
Skor Total
Rerata

2
3
4
5
6

teman
sejawat
1

teman
sejawat
2

21

21
21

Tabel 4.13 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek


kegrafikan

No

Indikator Penilaian

Gambar yang digunakan dapat


menarik perhatian siswa
Jenis huruf yang digunakan mudah
dibaca dan menarik
Desain tiap halaman sederhana
tetapi menarik
Skor Total
Rerata

2
3

Skor
Teman
Teman
sejawat
sejawat
1
2
4

12

11
11,5

77

2. Data hasil uji lapangan


Data dari kegiatan pembelajaran pada uji coba lapangan terdiri
dari data keterampilan berpikir kritis dan data evaluasi hasil belajar.

a. Data keterampilan berpikir kritis


Data keterampilan berpikir kritis diperoleh dari lembar
observasi. Kriteria kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan
dalam

LKS

ini

ada

enam

mengidentifikasi permasalahan

kriteria

yaitu

kemampuan

yang diberikan, kemampuan

merumuskan pokok-pokok permasalahan, kemampuan menentukan


akibat dari suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi
berdasarkan perrmasalahan yang ada, kemampuan mengungkap
data/ definisi/
kemampuan

teorema

dalam

mengevaluasi

menyelesaikan

argumen

yang

masalah,
relevan

dan
dalam

penyelesaian suatu masalah.


Tabel 4.14 Konversi Kategori
INTERVAL SKOR
X > 17,6
13,4 < X 17,6
X 13,4

KATEGORI
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik

Adapun distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis siswa


seperti tercantum tabel 4.14.

78

Tabel 4. 15 Distribusi frekuensi keterampilan berpikir kritis


Kategori
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik

Frekuensi
4
24
2

Persentase
13%
80 %
7%

Tabel 4.15 menunjukan persentase, maka pada ketegori


sangat baik dengan frekuensi

4 atau 13 %, kategori baik dengan

frekuensi 24 atau 80%, dan kategori kurang baik dengan frekuensi


2 atau 7 %.

b. Peningkatanan hasil belajar setelah menggunakan LKS learning


cycle 7E
1. Uji Prasyarat Analisis
Dalam

penelitian

menggunakan

program

ini pengujian
SPSS

16.0.

hipotesis

penelitian

Sebelum

pengujian

hipotesis dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan uji


persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas.
(a) Normalitas
Tujuan dari penggunaan uji normalitas adalah untuk
mengetahui kenormalan sebaran data tersebut, dan juga
untuk memenuhi persyaratan pengujian statistik pada
hipotesis. Pengujian dilakukan menggunakan data hasil
belajar siswa dan analisis statistik pada penelitian ini

79

menggunakan

uji

Kolmogorof-Smirnof

yang

dihitung

menggunakan SPSS 16.00.


Tabel 4.16 Uji Normalitas
hasil belajar
N

30

Normal Parameters

Most Extreme Differences

Mean

8.3000

Std. Deviation

.91990

Absolute

.132

Positive

.083

Negative

-.132

Kolmogorov-Smirnov Z

.722

Asymp. Sig. (2-tailed)

.674

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.16, sig 0,05, maka data


terdistribusi normal.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk

menentukan

ada

tidaknya

peningkatan

ketercapaian hasil belajar maka dilakukan perhitungan dengan


menggunakan

uji

statistik

one

sample

t-test

dengan

menggunakn spss 16.00. Adapun hasil perhitungan one


sample t-test dapat dilihat pada tabel 4.17.

80

Tabel 4.17 Hasil Analisis ones sample t-test

Test Value = 7.65


95% Confidence
Interval of the

t
Yang menggunakan

df

2.840

B
LKS Learning Cycle

29

Sig. (2-

Mean

tailed)

Difference

.008

Difference
Lower

.45000

Upper

.1260

.7740

Berdasarkan tabel 4.17 diatas tampak bahwa nilai uji t untuk


ketercapaian hasil belajar siswa adalah dengan sig = 0.008 . Karena
sig <0,05 yaitu

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan

tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang


signifikan antar ketercapaian siswa yang tidak menggunakan LKS
learning cycle 7E dan sesudah yang mengikuti pembelajaran
mengunakan LKS learning cycle 7E.

B. Pembahasan
LKS pengembangan
elektromagnetik

fisika SMA dengan materi gelombang

dengan model pembelajaran

learning cycle 7E telah

selesai dikembangkan oleh peneliti. LKS merupakan media pembelajaran


yang dapat digunakan sebuah konsep fisika.
Pada pengembangan LKS ini, peneliti mengaitkan dan memadukan
konsep dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
dikembangkan

oleh

peneliti

dikembangkan

LKS yang

berdasarkan

model

81

pembelajaran learning cycle 7E yang diharapkan mampu membantu siswa


dalam menemukan konsep lebih mudah. Adapun tahapan dari learning
cycle 7E adalah sebagai berikut :

1. Kelayakan produk LKS Learning Cycle 7E


a. Evaluasi produk pada aspek kelayakan isi
Berdasarkan data pada Tabel 4.2 , 4.6, dan 4.10 diketahui LKS
hasil pengembangan ini dari ahli materi diperoleh skor total 23,
dari guru diperoleh skor sebesar 20,5 dan teman sejawat diperoleh
skor total 21. Berdasarkan tabel 4.1 penilaian kriteria kategori
maka dapat dinyatakan bahwa LKS hasil pengembangan dari
Learning Cycle 7E

mendapat penilaian

kategori

sangat

baik

untuk ahli materi. Pada aspek kelayakan hasil penilaian guru fisika
diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil penilaian teman sejawat
pada aspek kelayakan isi dikategorikan baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek dari ahli materi, guru fisika,
dan teman sejawat
berikut:

disajikan dalam bentuk diagram sebagai

82

23

SKO
R
20
22

24

Aspek Kelayakan Isi

21

18

20.5

ahli materi

guru

teman

Gambar 4.1 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kelayakan Isi

b. Evaluasi produk pada aspek kebahasaan


Berdasarkan data pada Tabel 4.3 , 4.7, dan 4.11 diketahui
LKS hasil pengembangan ini pada aspek kebahasaan dari ahli
materi diperoleh skor total 11, dari guru diperoleh skor sebesar 10,5
dan teman sejawat diperoleh skor total 11. Berdasarkan tabel 4.1
penilaian kriteria kategori maka dapat dinyatakan bahwa LKS hasil
pengembangan dari Learning Cycle 7E

mendapat penilaian

kategori baik menurut ahli materi. Pada aspek kelayakan hasil


penilaian guru fisika diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil
penilaian teman sejawat pada aspek kebahasaan dikategorikan baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek kebahasaan dari ahli materi,
guru fisika, dan teman sejawat
sebagai berikut:

disajikan dalam bentuk diagram

83

Aspek Kebahasaan
11.1
11
10.9
10.8
10.7
10.6
10.5
10.4
10.3
10.2

SKO
R

11
11

10.
5

ahli materi

guru

teman

Gambar 4.2 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kebahasaan

c. Evaluasi produk pada aspek penyajian


Berdasarkan data pada Tabel 4.4 , 4.8, dan 4.12 diketahui
LKS hasil pengembangan ini pada aspek penyajian dari ahli materi
diperoleh skor total 20, dari guru diperoleh skor sebesar 20,5 dan
teman sejawat diperoleh skor total 21. Berdasarkan tabel 4.1
penilaian kriteria kategori maka dapat dinyatakan bahwa LKS hasil
pengembangan dari Learning Cycle 7E

mendapat penilaian

kategori baik menurut ahli media. Pada aspek penyajian hasil


penilaian guru fisika diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil
penilaian teman sejawat pada aspek kelayakan isi

dikategorikan

sangat baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek penyajian dari ahli materi,
guru fisika, dan teman sejawat
sebagai berikut:

disajikan dalam bentuk diagram

Aspek Penyajian
21.5
21

21
20.5

SK
or

20.5
20

20

19.5
ahli media
sejawat

guru

teman

Gambar 4.3 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Penyajian

d. Evaluasi produk pada aspek kegrafikan


Berdasarkan data pada Tabel 4.5 , 4.9, dan 4.13 diketahui
LKS hasil pengembangan ini pada aspek kegrafikan dari ahli materi
diperoleh skor total 9, dari guru diperoleh skor sebesar 10 dan
teman sejawat diperoleh skor total 10,5. Berdasarkan tabel 4.1
penilaian kriteria kategori maka dapat dinyatakan bahwa LKS hasil
pengembangan dari Learning Cycle 7E

mendapat penilaian

kategori baik ahli media. Pada aspek kelayakan hasil penilaian guru
fisika diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil penilaian teman
sejawat pada aspek kegrafikan dikategorikan sangat baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek kegrafikan dari ahli materi,
guru fisika, dan teman sejawat
sebagai berikut:

disajikan dalam bentuk diagram

Aspek
Kegrafikan

11

10.5

SKO
R

10.5
10

10

9.5
9

8.5
8

ahli media

guru

teman sejawat

Gambar 4.4 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kegrafikan

2. Kemampuan berpikir kritis siswa setelah menggunakan LKS


berbasis Learning Cycle 7E.
Kriteria kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam
LKS ini ada enam kriteria yaitu kemampuan merumuskan pokokpokok permasalahan,

kemampuan

mengidentifikasi

permasalahan

yang diberikan, kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan


yang diambil, kemampuan mendeteksi berdasarkan perrmasalahan
yang ada, kemampuan mengungkap data/ definisi/ teorema dalam
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang
relevan dalam penyelesaian suatu masalah.
Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan terjadi
pada fase elicit, Kemampuan mengidentifikasi permasalahan

yang

diberikan terjadi pada fase engage, kemampuan menentukan akibat


dari suatu ketentuan yang diambil

terjadi pada fase explore,

kemampuan mendeteksi berdasarkan perrmasalahan yang ada terjadi

pada fase explain, kemampuan mengungkap data/definisi/teorema


dalam menyelesaikan masalah terjadi pada fase extend dan elaborate,
dan

kemampuan

mengevaluasi

argumen

yang

relevan

dalam

penyelesaian suatu masalah terjadi pada fase evalution.


Berdasarkan tabel 4.15 distribusi frekuensi kemampuan berpikir
kritis siswa bahwa sebagian besar atau rata rata kemampuan berpikir
siswa baik dengan frekuensi 24 atau 80 %. Hasil distribusi kemampuan
berpikir kritis siswa sebagai berikut :

Kemampuan Berpikir Kritis


30
24
20
10

0
Sangat baik

Baik

Kurang Baik

Gambar 4.5 Diagram Distribusi frekuensi kemampuan berpikir


kritis siswa
3. Peningkatan

Hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS

berbasis Learning Cycle 7E


Peningkatan dalam hasil belajar yang signifikan terlihat pada
aspek kognitif siswa karena guru melibatkan langsung peserta didik
dalam pembelajaran. LKS disusun secara sistematis dan berurutan
dimulai dari kegiatan awal seperti mendatangkan pengetahuan awal
dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dari kegiatan dalam

87

kehidupan sehari- hari sehingga menambah rasa ingin tahu peserta


didik terkait materi. Kegiatan LKS ini

juga dilakukan demonstrasi

video yang menerapakan dan membimbing siswa dalam memahami


konsep yang dipelajari. Dalam LKS ini tidak terdapat aktivitas siswa
melakukan praktikum, tetapi digantikan dengan aktivitas siswa untuk
memperoleh informasi baru atau pengetahuan yang baru dengan
memberikan teks bacaan pengetahuan, sehingga siswa membuat
keinginantahuan siswa.

Beberapa kegiatan LKS diharapkan dapat

meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan dan


mewujudkan tujuan pembelajaran. Dengan adanya keterkaitan antara
isi dari aspek-aspek penyusunan LKS hasil pengembangan

seperti

yang telah dijelaskan diatas, maka pembelajaran dengan LKS berbasis


learning cycle 7E valid untuk pembelajaran fisika karena didukung
adanya peningkatan pada hasil belajar aspek kognitif.
Uji coba lapangan dilakukan untuk mengetahui validitas modul
yang dikembangkan untuk kelayakan hasil pengembangan dan dapat
digunkan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar aspek kognitif siswa. Setelah proses pembelajaraan fisika
dilakukan dengan menggunakan LKS berbasis learning cycle 7E layak
sebagai media pembelajaran dan adanya peningkatan hasil belajar
aspek kognitif peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
fisika menggunakan LKS hasil pengembangan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Berdasarkan

analisis

data

dan

pembahasan

yang

telah

dapat

disimpulkan :
1. Kualitas LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek
penyajian dan aspek kegrafikan secara keseluruhan baik dan layak
digunakan dalam pembelajaran fisika.
2. Adanya peningkatan

siginifikan hasil belajar pembelajaran

yang

menggunakan pembelajaran LKS berbasis learning cycle 7E dengan sig


0,008 dan penerapan LKS

berbasis learning cycle 7E dalam

pembelajaran fisika dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis


siswa dikategorikan baik dengan frekuensi sebesar 80 % atau 24 siswa.

B.

Keterbatasan Penelitian
Meskipun LKS yang dikembangkan secara umum sudah dinilai
berkualitas baik, namun masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
tersebut adalah:
1. Lembar kegiatan siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini terbatas
pada materi gelombang elektromagnetik.

88

89

2. Penelitian

pengembangan

lembar

kegiatan

siswa

dalam

tahap

penyebaran hanya dilaksankan pada pada kelas pada satu sekolah yang
diuji.
3. Pada tahap explore, penyelidikan tidak ada proses praktikum hanya
penyelidikan

terhadap

bacaan

pengayaan

yang

telah

tersedia

dikarenakan keterbatasan waktu.

C.

Saran Pemanfaatan, Desiminasi, pengembangan produk lebih lanjut


1. Saran
a. Lembar kegiatan siswa learning cycle 7E diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu contoh variasi dalam pembelajaran
fisika untuk guru.
b. Lembar kegiatan siswa yang sejenis dengan hasil pengembangan
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan materi berbeda dan
penelitian ketegori keterampilan berpikir jenis lain.
c.

Lembar kegaiatan siswa yang sejenis dapat dikembangkan dalam


kegiatan praktikum.

2. Desiminasi
Lembar kegiatan siswa hasil pengembangan diharapkan dapat
didesiminasikan di sekolah-sekolah lain khususnya kelas X SMA tidak
hanya pada sekolah tempat uji coba.

90

3. Pengembangan produk lebih lanjut


Lembar kegiatan siswa learning cycle ini efektif digunakan dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, para guru dapat mengembangkan pada
meteri-materi yang lain. Dan dapat dikembangkan pada kegiatan
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Abruscasto. (1995). Teaching Children Science A Discovery Approach,4 th


Edision. USA: University of Vermont.
Anonim. (1998). Science Learning Area Statement. Curiculum Framework
Anonim. (2005). Pedoman Penyusunan LKS SMA. Jakarta: Depdiknas.
Anonim. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Anonim. (2005). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas.
Anonim. (2007). Peraturan Menteri Pendidikanan Nasional Nomor 41 Tahun
2007, tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.
Anonim. (2008). Panduan Pelaksanaan Materi Pembelajaran Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas.
Anonim. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Pembinaan
SMA : Depdiknas.
Arikunto,S. (2006) Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2012). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Astra made, Setiawan Hilman. (2007). Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X.
Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
Brown, P.L. and Abell, S.K. (2013). Examining The Learning Cycle Science and
Children(http://web.missouri.edu/~hanuscind/4280/ExaminingLearningCy
cle.pdf : diakses tanggal 1 februari 2013).
Carin, A.A. dan Sund, R.B. (1989). Teaching Science Through Discovery.
Sydney: Merril Publishing Company.
Collete, A.T. dan Chiappetta, E.L. (1995). Science Instruction in the Middle and
Secondary School. New York: Macmillan Publishing Company.
91

92

Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Planning, Conductiong, and


Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Upper Saddle River:
Pearson Education.
Darmodjo, H dan Kaligis, J. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti.
Eisenkraft. (2003). Expanding the 5E Model: a Proposed 7E Model Emphasizes
Tranfer of learningand the importance of Eliciting Prior Understanding.
Journal the Science Teacher volume 70. Hal 58-59.
Fajaroh, F. dan Dasna, I.W. (2007). Pembelajaran Model Siklus Belajar (
Learning
Cycle).
(http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/
pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning -cycle/:
diakses
tanggal 9 Januari 2013).
Glaser,E.M. (1941). An experiment in the development of critical thinking.
Columbia: Ams PressInc.
Gokhale,A,A. (1995). Collaborative Learning Enhances Critical Thinking.
Journal of Technology Education volume 7 Number 1.
Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah pikirin Kreatif dan Kritis. Bandung:
Nuansa.
Irianti, D. (2011). Pengembangan LKS IPA Terpadu SMP Berbasis Siklus
Belajar (Learning Cycle) 5E Pada Topik Pengaruh Tekanan Zata Cair
Terhadap Kondisi Ikan. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Johnson, E.B. (2002). Contextual teaching and learning: What it is and why its
here to stay. USA: Coewin Press.
Kanginan Marthen. (2007) .Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Langrehr,John, and Langrehr, Jan. (2008). Tricky Thinking Problem: Advance
Activities in Applied Thinking Skills for ages 6-11. USA: A David Multon
Book.
Lorsbach, A.W. (2012). The Learning Cycle as a Tool for Planning Science
Instruction
(
http://www.dese.mo.gov/divimprove/curriculum/science/
LearningCyclePlanInst11.05.pdf : diakses tanggal 20 Desember 2012).

93

Martin,R., Sexton, C., Franklin, T., and Gerlovich, J. (2005). Teaching Science for
all Children Inquiry: Inquiry Methods for Constructing Understanding3th edition. USA: Pearson Education.
Paul, R.W. dan Elder, W. (2008). Cirtical Thinking: Toolsfor taking chargeof
your professional and personala life. New Jersey : Financial Time prentice
hall upper saddle river.
Polyiem, T., Nuangchalern, P., and Wongchantra, P. (2011). Learning
Achievement, Science Process Skills, And Moralreasoning Of Ninth Grade
Studend Learned By 7E Learning Cycle And Socioscientific Issue-Based
Learning. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. Hal 257-296.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif .
YogyakartaI Diva Press.
Purwanti, W.( 2012). Learning Cycle sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran
Sains yang Bermakna. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, UNY. Hal IPA-65.
Riwidikdo, H. 2009. Statistika Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
Rusman. (2011). Model- model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Ddengan Problem Based Learning itu
Perlu; unruk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Schfersman,
D.F. (1991).
An Introduction
to critical
Thinking.
(http://www.freeinquiry.com/critical-thinking.htm l, diakses tanggal 23
April 2013)
Sudjana, N. (2002). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sunadi,Irawan. (2007). Fisika Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan
2. Bandung: YramaWidya.

94

Thiagarajan,S dan Semmel, D.S. (1974) Instructional Development for Training


Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Minneapolis: University
of Minnesota.
Tipler, P.A. (2001). Fisika untuk Sains dan Teknik edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Trihendradi, C. (2009). Step By Step SPSS 16: Analisis Data Statisti. Yogyakarta:
Andi.
Triton,P.B. (2006).
Andi.

SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:

Trowbridge, L.W. dan Bybee, R.W. (1989). Becoming a Secondary School


Science Teacher. Ohio: Merill Publishing Company.
Usman, M.B. dan Asnawir. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : Delia Citra
Utama.
Walbert, A. (2012). The Learning Cycle. (http://www.learnnc.org/lp/pages/663:
diakses tanggal 20 Desember 2012).
Yenilmez, K. and Ersoy, M. (2008). Opinions Of Mathematics Teacher
Candidates Towards Applying 7e Instructional Model On Computer Aided
Instruction Environments. Internasional Journal of Instruction volume 1
nomor 1. Hal 49-60.

Anda mungkin juga menyukai