Tesis S-2
Program Studi Magister Pendidikan Fisika
diajukan oleh
Irma Rosa Indriyani
10841008
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS SIKLUS BELAJAR
(LEARNING CYCLE) 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
DAN MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA
SISWA SMA KELAS X POKOK BAHASAN ELEKTROMAGNETIK
HALAMAN PERNYATAAN
NIM
: 10841008
Yogyakarta,
September 2013
Penulis
iv
MOTTO
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Tanpa Ayah dan mamak, anakmu tidak pernah akan menuju gerbang
kesuksesan.
7. Adikku tercinta, Dika dan Dini, yang sama- sama lagi berjuang untuk menjadi
sarjana, yang selalu membrikan semangat untuk ayuk.
8. Gilang, yang selalu mendorongku untuk cepat selesai dan selalu sabar untuk
menunggu ku menyelesaikan kuliah ini.
9. Teman-teman mahasiswa program studi magister pendidikan fisika UAD, yang
telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan
yang telah diberikan, baik selama penelitian maupun penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan karya penulis
di kemudian hari. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
ix
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................
xiv
INTISARI.......................................................................................
xv
ABSTRAK .....................................................................................
xvi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
ix
II.
III.
IV.
V.
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .................................................................
10
10
12
17
24
27
34
42
43
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..............................................................
46
42
55
64
71
C. Pembahasan .....................................................................
83
93
93
94
96
LAMPIRAN ..................................................................................
100
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir kritis..............................................
29
59
61
72
Tabel 4.2 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek kelayakan isi...........
73
Tabel 4.3 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek kebahasaan .............
73
Tabel 4.4 Data hasil penilaian ahli media dari aspek penyajian ................
74
Tabel 4.5 Data hasil penilaian ahli media dari aspek kegrafikan ...............
74
Tabel 4.6 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kelayakan isi...........
75
Tabel 4.7 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek ................................
75
Tabel 4.8 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek penyajian ................
76
Tabel 4.9 Data hasil penilaian guru fisika dari aspek kegrafikan...............
76
Tabel 4.10 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kelayakan isi....
77
Tabel 4.11 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kebahasaan ......
78
Tabel 4.12 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek penyajian .........
78
Tabel 4.13 Data hasil penilaian teman sejawat dari aspek kegrafikan .......
79
80
80
81
82
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan perubahan 5E menjadi 7E ......................................
19
35
37
45
47
47
48
48
Gambar 4.1 Diagram Penilaian LKS pada Aspek Kelayakan Isi ...........
86
87
88
89
90
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen penilaian kualitas LKS oleh ahli materi..............
100
104
108
114
120
121
122
124
126
152
153
159
166
173
180
181
182
183
184
185
xiv
INTISARI
xv
ABSTRACT
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pembaruan sistem pendidikan nasional, pemerintah telah
menetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi
pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Rusman, 2011:
3). Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah juga dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia yaitu Permendiknas RI Nomor
41 Tahun 2007 (Anonim, 2007).
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi
proses
2
Standar Proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007) untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pada perencanaan proses pembelajaran, Pemerintah menuntut guru
untuk mampu menyusun dan mengembangkan suatu perangkat pembelajaran
meliputi Silabus, dan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
3
bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan proses
pembelajaran terutama
4
yang monoton, yaitu LKS yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa
upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri (Prastowo, 2012:
18). Padahal guru tahu dan sadar bahwa LKS yang mereka gunakan sering
kali tidak sesuai dengan kompetensi dasar dan indikatornya. Pembelajaran
dengan menggunakan LKS konvensional memiliki keterbatasan dalam
meningkatkan kompetensi dan karakteristik siswa.
Materi, pertanyaan-pertanyaan bimbingan dan tugas-tugas dalam LKS
konvensional tidak sesuai dengan kebutuhan siswa dan tidak kontekstual
(Prastowo, 2012; 18), sehingga kurang meningkatkan kompetensi siswa yang
seharusnya dapat ditingkatkan seoptimal mungkin. LKS konvensional siswa
tidak menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang
diberikan.
Padahal
telah
diketahui
LKS
disusun
untuk
membantu
mampu mengeksplorasi ide-ide siswa (Prastowo, 2012; 14). Oleh karena itu,
orientasi pembelajaran yang masih di dominasi oleh guru (teacher centered)
yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Tentu saja hal tersebut cenderung membuat siswa
terbiasa menggunakan sebagian kecil saja dari potensi dan kemampuan
5
berpikirnya dan menjadikan siswa malas untuk berpikir serta terbiasa malas
berpikir mandiri.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah dan wawancara dengan guru,
LKS yang disediakan dari sekolah bukan hasil pengembangan dari guru
sekolah tersebut. Akan tetapi LKS yang diperoleh dari penerbit yang telah
disediakan. Dengan LKS yang ada model pembelajaran dilakukan dengan
metode yang monoton sehingga guru menjadi lebih aktif (teacher centered).
Selain itu, dalam waktu yang lama, penjelasan LKS dengan model
pembelajaran tradisional seperti definisi-rumus-contoh-latihan-praktek itu
sangat mudah bagi guru tapi untuk siswa itu adalah hal yang membosankan
dan sulit, sehingga mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa (Yenilmez dan
Ersoy, 2008; 49-50). Hal yang demikian membuat siswa tidak dapat untuk
memperoleh
tidak efektif dan efisien. Hal yang demikian diperlukan lingkungan belajar
yang baik untuk membangkitkan pengalaman mereka, sehingga siswa dapat
memperoleh pengetahuan baru dengan sendirinya.
Dalam penerapan penggunaan LKS konvensional disekolah, model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak terintegrasi
dengan LKS yang digunakan.
karena
kelemahan
dari LKS
6
dengan model pembelajaran yang dikombinasikan. Setelah mempelajari
kondisi dari tempat dan situasi penelitian, maka model pembelajaran Siklus
Belajar
(Learning
Cycle)
7E merupakan
model
pengembangan LKS.
Learning Cycle are models of how people encounter and acquire new
knowledge (Abruscato, 2010; 44).
Model pembelajaran Learning Cycle adalah model bagaimana orang
menemukan dan memperoleh pengetahuan baru. Model tersebut akan
mengajak siswa menjadi kompeten dalam berbagai aspek, baik kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam kegiatan pembelajaran.
Materi LKS berbasis Learning Cycle, siswa dapat menemukan arahan
yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Sehingga proses
pembelajaran bersifat student centered. Dalam proses pembelajaran terjadi
penerimaan informasi dan kemudian diolah sehingga menghasilkan produk
dalam bentuk hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.
Pada pengembangan LKS berbasis learning cycle 7E memperhatikan
kurikulum yang sedang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dengan LKS berbasis learning cycle 7E pembelajaran IPA disekolah dapat
membantu siswa menjadi lebih memahami permasalahan dan penomena yang
mereka temukan di alam sekitarnya, karena LKS berbasis learning cycle 7E
merupakan
media
yang
tepat
sebagai
sarana
penyimpanan
konsep
7
dan kritis. Adapun matari yang akan disampaikan adalah gelombang
elektromagnetik, karena berdsarakan hasil wawancara dengan siswa materi
ini sering diabaikan oleh guru disekolah dan siswa hanya disuruh belajar
dengan sendirinya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
dapat
2.
3.
disekolah tidak
dan
indikatornya
sehingga
siswa
tidak
dapat
8
5.
6.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan produk pengembangan LKS berbasis siklus belajar
(learning
cycle)
pembelajaran
7E serta
mengetahui
untuk meningkatkan
kelayakannya
sebagai
media
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah
1. Menghasilkan LKS Fisika berbasis Learning Cycle -7E yang memenuhi
kriteria LKS layak secara baik.
2.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kepentingan
sebagai berikut :
1. LKS Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai bahan kajian
tentang pengembangan LKS Fisika.
2. LKS Fisika hasil pengembangan dapat dipakai sebagai sumber belajar
alternatif sebagai media pembelajaran yang layak secara baik dalam
proses pembelajaran Fisika.
BAB II LANDASAN
TEORI
10
11
Polyiem, Nuangchalern, dan Wongchantra (2011) dalam learning
Achievement, Science Process Skills, and Moral Reasoning of Ninth Grade
Student Learned by 7E learning cycle and Socio scientific Issue-based
learning menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diterapkan pembelajaran
learning cycle 7E meningkat akan tetapi untuk keterampilan proses yang
mengggunakan learning cycle lebih kecil peningkatannya daripada yang
menggunakan Socio scientific Issue-based learning.
B. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran fisika
Fisika merupakan pengetahuan dasar sains. Sains
dipandang
yang
untuk
memperoleh fakta- fakta, konsep dan hukum sains agar dapat menjawab
permasalahan yang terjadi (Abruscato, 1995; Collete & Chiappeta, 1995;
Carin & Sund, 1989).
Secara terstruktur
12
Bybee, 1986 ), dan (3) sains terdiri dari keterampilan proses dan berbagai
isi komponen (Abruscato, 1995).
Hakikatnya sains merupakan (1) sebagai proses ilmiah, semua
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan maupun untuk
menemukan pengetahuan baru serta dipergunakan untuk mengembangkan
produks sains dengan aplikasi yang melahirkan teknologi sehingga dapat
memberikan kemudahan bagi kehidupan. Untuk itu diperlukan tata cara
tertentu yang bersifat analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan
gejala alam satu dengan gejala alam yang lain sehingga membentuk
pandangan yang baru tentang objek yang diamati, (2) sebagai produk
merupakan hasil proses, berupa pengetahuan atau konsep yang diajarkan
dalam sekolah, diluar sekolah ataupun bacaan dari upaya penyebaran ilmu
pengetahuan dan upaya manusia untuk memhami berbagai gejala alam,
dan (3) sebagai sikap menekankan pada kegiatan dan pola pikir yang
dilakukan dan diharapkan dapat menjadi sikap yang tetap dilakukan dalam
aktivitas kehidupan atau mengubah cara pandang manusia terhadap alam
semesta dari sudut pandang metologis menjadi sudut pandang ilmiah
(Darmodjo & Kaligis, 1993; Carin & Sund; 1989).
Pembelajaran
yang meliputi
13
memungkinkan siswa untuk menguji gagasan pribadi dengan konsepkonsep ilmiah serta dengan gagasan lainnya (Curiculum Framework,
1998; 241)
Berdasarkan tiga elemen penting sains, maka dalam hal ini
disimpulkan pembelajaran sains sebagai proses mengacu pada apakah
pembelajaran sains mampu menciptakan situasi belajar yang mendorong
siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Pembelajaran sains sebagai
produk, apakah pembelajaran sains mampu mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran sains sebagai sikap, apakah pembelajaran sains dapat
menciptakan keinginan tahuan siswa yang tinggi, ketekunan serta
membentuk moral yang baik yang harus diterapkan siswa dalam setiap
aktivitas kehidupan.
Dengan demikan, proses pembelajaran sains menekan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran sains
diarahkan
untuk
inkuiri
sehingga
dapat
membantu
siswa
untuk
14
tugas yang harus dikerjakan siswa dan merupakan salah satu sarana yang
dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau
aktivitas dalam proses belajar mengajar (Depdiknas, 2005: 4 ;Darmodjo
dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu guru dalam memudahkan
proses
belajar mengajar
dan mengarahkan
siswanya
untuk dapat
15
d. LKS berfungsi sebagai penguatan
e. LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum
Hal ini dipertegas juga oleh Arsyad bahwa LKS sebagai
sumber
didaktik
berarti
LKS
harus
mengikuti
asas-asas
16
(1) Memperhatikan
adanya
perbedaan
individu
sehingga
dapat
pada
proses
untuk
menemukan
konsep-konsep
17
(3) LKS Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju
hal yang lebih kompleks.
(4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
(5) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan keterbatasan
siswa.
(6) LKS menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keluasan pada
siswa untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang siswa
ingin sampaikan.
(7) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek.
(8) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.
(9) LKS dapat digunakan untuk anak-anak baik yang lamban maupun
yang cepat.
(10) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu
sebagai sumber motivasi.
(11) LKS mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
c. Syarat teknik
(1) Tulisan
Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal berikut:
(a)
(b)
(c)
18
(d)
(e)
(2) Gambar
Gambar yang baik adalah yang menyampaikan pesan secara efektif
pada pengguna LKS.
(3) Penampilan
Penampilan dibuat menarik
Dengan demikian LKS merupakan suatu media yang berupa lembar
kegiatan yang membuat petunjuk, materi ajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran fisika untuk menemukan suatu fakta, ataupun konsep. LKS
mengubah pembelajaran dari teacher centered
3. Learning cycle
a. Perkembangan model pembelajaran learning cycle
Pada tahun 1970 berdasarkan teori perkembangan kognitif jean
Piaget, direktur Science Curiculum Improvement Studies, Robert
karplus, mengusulkan sebuah strategi pembelajaran yang berbentuk
siklus belajar (learning cycle).
19
Learning cycle merupakan metode perencanaan yang cukup
berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai
teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Metode ini
mudah
dipelajari
kesempatan
dan
sangat
bermanfaat
dalam
menciptakan
belajar
3E
dikembangkan
menjadi
4E
yang
20
lima (5E) sampai tujuh (7E). Siklus belajar 5E berdasarkan pengajaran
yang dibangun oleh Biological Sciences Curriculum Study (BSCS) pada
tahun 1989, terdiri atas lima fase yaitu Engagement, Exploration,
Explanation, Elaboration dan Evaluation Sejak tahun 1980-an BSCS
telah menggunakan model 5E sebagai inovasi sentral di sekolah dasar,
menengah dan atas program biologi serta program sains terintegrasi
(Collette dan Chiappetta, 1995: 96)
b. Learning cycle 7E
Setelah siklus belajar mengalami pengkhususan menjadi 5
tahapan, maka Eisenkraft (2003) mengembangkan
siklus belajar
21
22
(2) Engage (ide, rencana pembelajaran dan pengalaman)
Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi
dan
pengalaman
tetang
pertanyaan-pertanyaan
awal
tadi,
23
(5) Elaborate (menerapkan)
Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menjelaskan
definisi-defiisi,
konsep-konsep,
dan
keterampilan-keterampilan
24
masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan tahapan dari siklus belajar.
c. Kelebihan learning cycle
Implementasi learning cycle dalam pembelajaran sesuai dengan
pandangan kontruktivis (Brown & Abell, 2013: 58; Fajaroh dan
Dasna,2007) yaitu :
(1) Peserta didik belajar secara aktif. Peserta didik mempelajari materi
secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan
dikonstruksi dari pengalaman peserta didik.
(2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki peserta
didik. Informasi baru yang dimiliki pesera didik berasal dari
interprestasi individu.
(3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang
merupakan pemecahan masalah.
(4) Siswa dapat meningkatkan perbincangan ilmiah mereka, dan
meningkatkan keterlibatan mereka dalam kelas sains.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke peserta didik, seperti dalam falsafah
behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang
berorientasi pada keterlibatan peserta didik secara aktif dan langsung.
Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan
skema dalam diri pelajar menjadi pengetauan fungsional yang setiap
25
saat dapat diorganisasi oleh pelajar untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi.
Penerapan strategi pembelajaran learning cycle dilihat dari dimensi
guru strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreatifitas
guru dalam merancangkan kegiatan pembelajaran. Sedangkan ditinjau
dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan
sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran (2) membantu
mengembangkan sikap ilmiah pembelajar, pembelajaran menjadi lebih
bermakna (Fajaroh dan Dasna, 2007:3)
d. Kekurangan learnig cycle
Disamping memiliki kelebihan seperti yang diuraikan diatas, model
pembelajaran learning cycle juga memiliki beberapa kekurangan.Ada
beberapa
diantisipasi
kekurangan
penerapan
diperkirakan
strategi
(Purwanti,
2012: IPA-69;
Fajaroh dan
26
4. Hasil belajar fisika
Hasil belajar merupakan semua akibat atau kemampuan baru yang
terjadi diperoleh setelah siswa belajar berupa keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan dan dapat
dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode
dibawah kondisi yang berbeda(Reigeluth, Gagne, Briggs dan Wager dalam
Rusmono, 2012:7).
Hasil belajar merupakan kemampuan baru dan perubahan tingkah
laku yang diperoleh setelah siswa belajar berupa keterampilan intelektual,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, keterampilan, psikomotorik
(Rusmono,2012: 9; Sudjana,2002:3).
Hasil belajar sains yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya pada
ranah kognitif saja. Definisi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, yaitu
tipe hasil belajar ranah kognitif sebagaimana dijelaskan Trowbridge dan
Bybee (1986: 131), sebagai berikut:
a.
Knowing (mengetahui)
Tingkat kemampuan ini adalah yang paling rendah dalam ranah
kognitif. Pada tingkatan ini siswa hanya mengingat informasi sains
yang telah diajarkan. Rentang informasi yang dimaksud bervariasi
dari fakta sederhana sampai dengan teori yang kompleks, tetapi yang
diperlukan siswa hanya mengingat informasi.
27
b.
Comprehending (memahami)
Pemahaman
Applying (menerapkan)
Dalam tingkat aplikasi, siswa dituntut kemampuannya untuk
menerapkan apa yang telah diketahuinya dalam suatu situasi yang
baru baginya. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus, abstraksi tersebut dapat berupa ide, teori,
atau petunjuk teknis.
d.
Analyzing (menganalisis)
Kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu
integritas atau suatu situasi tertentu ke dalam komponen-komponen
atau unsur-unsur pembentuknya. Dalam tingkat ini siswa diharapkan
dapat memahami dan sekaligus dapat memilah-milahkannya menjadi
bagian-bagian.
e.
Syntesizing (mensintesis)
Sintesis merupakan kemampuan berpikir kebalikan dari analisis.
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
suatu bentuk yang menyeluruh.
28
f.
Evaluating (mengevaluasi)
Evaluasi merupakan peringkat tertinggi pada ranah kognitif.
Dalam tingkat evaluasi, siswa diminta untuk membuat suatu penilaian
tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, berdasarkan suatu kriteria
tertentu.
Menurut Trowbridge dan Bybee (1989: 133), ada beberapa istilah
(knowing)
mendefinisikan,
menjelaskan,
(comprehending)
menambahkan,
memperkirakan,
mengubah,
mempertahankan,
menjelaskan,
memperhitungkan,
(applying) : menerapkan,
memodifikasi,
mengoperasikan,
menghitung,
memperkirakan,
menemukan,
mempersiapkan,
mengidentifikasikan,
mengilustrasikan,
menduga,
menghubungkan, memilih.
e. Mensintesis
mengkonstruk,
(syntesizing)
menyusun,
mengatur,
menggubah,
mengkombinasikan,
menemukan,
mendesain,
29
membangkitkan,
mengorganisir,
merencanakan,
menghubungkan,
menyimpulkan, mensintesis.
f. Mengevaluasi (evaluating) : menilai, membandingkan, menyimpulkan,
menjelaskan,
membedakan,
menjelaskan,
menginterpretasikan,
menghubungkan.
5. Berpikir kritis
Berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis, terarah, dan
jelas yang digunakan untuk membentuk dan membangun perkembangaan
kepercayaan dan mengambil tindakan untuk
terorganisasi
masalah,
30
bahwa berpikir
kritis merupakan
kemampuan
diri sendiri
dalam
kualitasnya
untuk membuat
kesimpulan
dari
kritis
adalah memperdayakan
menurut
Halpen
keterampilan
(http://re-searchengines.com)
atau strategi kognitif
dalam
31
Tabel 2.1 Rumusan-rumusan berpikir kritis
No
Perbuatan
1
Observasi
2
Perumusan berbagi macam
pola pilihan dan generalisasi
3
Perumusan
kesimpulan
berdasrkan pada pola-pola
yang telah dikembangkan
4
Mengevaluasi kesimpulan
berdasarkan data
Proses
Membandingkan dan membuat klasifikasi
b. Mencari alasan.
c.
f.
32
j.
Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
dari
keseluruhan masalah.
Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
e.
Mampu
mengidentifikasi
tuntutan
dan
argumen-argumen
ambiguistik.
f.
yang
33
g.
h.
i.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah
dipelajarinya.
k.
34
l.
m.
n.
o.
p.
yang berjudul
dalam
suatu
pernyataan;
(3)
Merumuskan
pokok-popok
35
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan
pengertian kemampuan berpikir kritis fisika yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Kemampuan
berpikir
kritis
mencakup:
(1)
Kemampuan
(4) Kemampuan
berdasarkan pada
pandang
sudut
yang
mendeteksi
adanya bias
memunculkan
elektromagnetik.
gelombang
komunikasi.
Keberhasilan
elektromagnetik
gagasan
Maxwell
membuka
baru
tentang
dalam
cakrawala
gelombang
menentukan
baru
di
teori
dunia
36
Gejala-gejala kelistrikan dan kemagnetan erat hubungannya satu
sama lain. Hal ini nampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
(1) Muatan listrik dapat menghasilkan medan listrik di sekitarnya,
yang besarnya diperlihatkan oleh hukum Coulomb
(2) Arus listrik atau muatan yang mengalir dapat menghasilkan
medan magnet di sekitarnya yang besar dan arahnya ditunjukan
oleh hukum Bio-Savart atau hukum Ampere
(3) Perubahan medan magnetik dapat menimbulkan GGL (Gaya
Gerak Listrik) induksi yang dapat menghasilkan medan listrik
dengan aturan yang diberikan oleh hukum Induksi Faraday.
Pada ketiga teori ini terdapat hubungan antara medan listrik
dengan medan magnet. Muatan listrik yang diam menghasilkan medan
listrik. Muatan listrik yang bergerak dapat menghasilkan medan
magnetik. Perubahan medan magnetik akan menghasilkan medan
listrik.
37
gelombang
elektromagnetik
tidak
bergantung
dari
berhasil
menunjukan
bahwa
cahaya
tampak
(1)
00
yang
gelombang
berhasil
membangkitkan
elektromagnetik
dari
dan
mendeteksi
adanya
sebuah
percobaan
dengan
menggunakan listrik.
b. Spektrum gelombang elektromagnetik
Pada dasarnya radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari
beberapa gelombang dengan frekuensi dan panjang gelombang yang
8
elektromagnetik
dengan
frekuensi
dan
39
Gelombang-gelombang
elektromagnetik
yang
berjalan
di
rentang
frekuensi,
gelombang
dibedakan menjadi :
(a)
(b)
radio
40
Sedangkan,
berdasarkan
panjang
gelombangnya,
seperti
komunikasi
jarak
jauh,
radar,
satelit
oleh lapisan
amplitudo
suara,
10 Hz.
41
(b) Gelombang radio Frequency Modulation (FM)
Pada gelmbang FM, frekuensi gelombang radio
mengalami gangguan pada rapatannya sesuai dengan
amplitudo gelombang suara.
(2)
Gelombang televisi
Pemancar
televisi
bekerja
dengan
menggunakan
dibedakan
atas Ultra
High
Frequency (UHF)
(3)
magnetron,
dan Travelling
Wave
Tube (TMT).
42
(4)
Sinar inframerah
Sinar inframerah dibangkitkan oleh elektron dalam
molekul yang digetarkan, misalnya jika benda dipanaskan.
Sinar
inframerah
dengan
-7
rentang
panjang
gelombang
-6
(5)
Cahaya tampak
Cahaya
tampak
yang
mempunyai
15
frekuensi 10 Hz
dibangkitkan oleh molekul dan atom-atom karena elektronelektron terluarnya mengalami perpindahan energi ke pita
energi di atas dan kemudian kembali ke pita energi semula..
Cahaya tampak berfungsi sebagai alat bantu untuk penglihatan
mata. Cahaya tampak terdiri dari warna merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu.
(6)
Sinar ultraviolet
15
-8
43
-7
sampai 3,6 x 10
m. Matahari
merupakan
sumber
dari
gelombang ultraviolet.
Kegunaannya antara lain sebagai berikut :
(a) Menghitamkan plat foto.
(b) Membunuh kuman-kuman.
(c) Digunakan untuk pembuatan IC (Integrated Circuit).
(7)
Sinar-X
Sinar-X
memiliki
panjang
gelombang
-18
antara 10
-8
X memiliki frekuensi 10
20
(8)
Sinar gamma
Sinar gamma dihasilkan oleh bahan-bahan radioaktif
karena aktivitas inti atomnya. Sinar gamma memiliki frekuensi
terbesar
dalam
spekrum
gelombang
elektromagnetik,
44
10-4 . Sinar ini memiliki daya tembus yang sangat besar,
mampu menembus timah besi. Sinar ini dihasilkan oleh atomatom yang tidak stabil. Kelemahan sinar gamma adalah jika
diserap pada jaringan hidup sinar gamma akan menyebabkan
efek yang serius seperti mandul dan kanker.
C. Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan LKS
konvensional. LKS konvensinal adalah LKS yang tinggal pakai, tinggal beli,
instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri.
LKS merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk
meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar
(Darmodjo
dan Kaligis,1993:40)
guru dalam
kerja.
konsep-konsep
Untuk
itu
melalui aktivitasnya
diperlukan
pengembangan
sendiri
dalam
LKS
dalam
pembelajaran.
Penerapan LKS berbasis learning cycle 7E dapat membantu siswa
untuk mengembangkan diri mereka khususnya kemampuan berpikir kritis.
Proses pembelajaran akan bersifat student centered ( berpusat pada siswa)
dan siswa akan menjadi lebih aktif.
Menurut Abruscato (2010:44) Learning Cycle are models of how
people encounter and acquire new knowledge, model pembelajaran
45
Learning Cycle adalah model bagaimana orang menemukan dan memperoleh
pengetahuan baru. Dengan demikian dengan adanya pengembangan LKS
berbasis learning cycle 7E, membantu siswa menemukan dan memperoleh
pengetahuan
baru
berdasarkan
pengalaman-pengalaman
pribadi
siswa
Model Pembelajaran
Siklus Belajar
Media Pembelajaran
Kolaborasi
LKS
Siswa
Hasil Belajar
Berpikir Kritis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian
ini bertujuan
untuk menghasilkan
produk
media
Design
46
47
1. Tahap Pendefinisian
Analisis Permasalahan
Analisis Siswa
Analisis Tugas
Analisis Konsep
2. Tahap Perancangan
Analisis Siswa
Pemilihan Media
Pemilihan Format
Rancangan Awal
Gambar 3.2. Tahap Perancangan
Model Pengembangan 4-D (Thiagarajan dan Sammel, 1974: 7)
48
3. Tahap Pengembangan
Penyusunan Tes
Acuan Patokan
Rancangan awal
Validasi Ahli
Uji Pengembangan
4. Tahap Penyebaran
Uji Pengembangan
Uji Validasi
Pengemasan
B. Prosedur Penelitian
1. Tahap pendefinisian (Define)
Tujuan
dalam
tahap
ini adalah
untuk
menetapkan
dan
dalam
pembelajaran
Fisika,
sehingga
guru, proses
kelas
menyampaikan
materi,
sedangkan
siswa
hanya
disimpulkan
pembelajaran
yang
timbul
dalam
pembelajaran fisika saat ini antara lain: (1) LKS yang digunakan
sekolah masih LKS konvensional,
dari pembawaan
dan
lingkungan
sosialnya
sehingga
51
operasional sebelumnya yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),
tahap pra- operasional (2-7 tahun), dan tahap operasional (7-11
tahun).
Selain
itu,
kemampuan
ini
ditambahkan
dengan
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
penelitian.
52
Penyususan LKS berpedoman pada standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar KTSP SMA Fisika.
d. Analisis konsep
Merupakan identifikasi konsep- konsep utama yang akan
diajarkan dan meyusun secara sistematis serta mengkaitkan suatu
konsep dengan konsep yang relevan,
53
a. Pemilihan media
Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan
untuk menghasilkan produk sebagai alat penyampaian materi
penalaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, media
tersebut adalah LKS.
b. Pemilihan format
Format
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan
Enggagement,
Exploration,
Explanation,
Elaboration,
standar
kompetensi,
kompetensi
dasar.
6.1
mendeskripsikan
spectrum
gelombang
elektromagnetik.
b) KD 6.2 menjelaskan aplikasi gelombang elektromagnetik
pada kehidupan sehari-hari.
54
(3) Tujuan yang akan dicapai siswa setelah mempelajari suatu
materi dengan menggunakan LKS.
(4) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk
mempelajari materi dengan menggunakan LKS sesuai dengan
tahapan
LKS
yaitu
mulai
dari
Elicit,
Enggagement,
pertanyaan-pertanyaan
yang
merangsang
55
kemudian diperhatikan oleh siswa. Peristiwa yang terjadi dari
kegiatan demontrasi akan dicatat oleh siswa melalui jawaban
pertanyaan yang terdapat pada LKS.
c)
Explore
Fase ini membawa siswa pada pada pengalaman langsung
56
f) Extend
Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan
dan
menjelaskan
contoh
penerapan
konsep
yang
telah
57
Draft produk yang sudah jadi kemudian divalidasikan dan
dilakukan penilaian kepada 2 dosen ahli, 2 guru SMA, dan 2 peer
reviewer (teman sejawat) sebagai validator. Draft produk yang sudah
divalidasikan kepada dosen ahli, reviewer, peer reviewer dan akan
memperoleh
58
(b) Sumber baca atau teks dapat ditambahkan tulisan sendiri
(mungkin satu alinea) sebagai komentar atau pendapat
sehingga tidak hanya menyalin.
(c) Perbaikan terhadap salah ketik dan salah bahasa harus lebih
cermat supaya tidak membingungkan siswa.
(2) Saran atau masukan dari dosen ahli media:
(a) Untuk penulisan di sebagai kata awalan dan sebagai kata
depan harus dibedakan.
(b) Peletakkan atau ukuran gambar harus disesuaikan dengan
ruangan pada LKS.
(c) Komparasi warna perlu disesuaikan.
kalimat
yang
digunakan
agar
bahasanya
59
(2) Saran dan masukan dari guru fisika 2:
(a) Perhatikan tempat untuk menuliskan jawaban agar disesuai
kembali cukup atau tidak bagi siswa untuk menuliskan
jawaban uraian.
mengoperasionalkan
LKS
yang
dikembangkan
dan
60
coba lapangan, selain dimaksudkan untuk mengoperasionalkan
produk akhir LKS, juga untuk mengetahui hasil penerapan LKS
dalam pembelajaran fisika, meliputi kelayakan LKS dalam
pembelajaran fisika, dan peningkatan terhadap hasil belajar
kognitif siswa dan pengembangakan kemampuan berpikir kritis
siswa.
mengetahui
ketercapaian
hasil
belajar
siswa
dan
61
2. Subjek uji coba
Subjek penelitian untuk uji coba produk yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Bantul
semester 2 Tahun ajaran 2012/2013.
kelayakan lembar
aspek
kognitif
yang
diperoleh
dari
kegiatan
setelah
62
a. Angket/ Kuesioner
Kuesioner sebagai lembar penilaian produk digunakan
untuk
mendapatkan
data
tentang
kelayakan
LKS
hasil
penyajian,
aspek
kegrafikan.
Kuesioner
tersebut
siswa
ini
digunakan
terhadap
untuk
materi
mengetahui
ajar
setelah
tingkat
belajar
observasi
merupakan
lembar
penilaian
yang
63
diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan,
kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil,
kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut
pandang yang berbeda, kemampuan mengungkap data/ definisi/
teorema
dalam
menyelesaikan
masalah,
dan
kemampuan
analisis
data
untuk
kelayakan
perangkat
pembelajaran sains dan respon siswa, dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
(1) Tabulasi semua data yang diperoleh dari para validator untuk
setiap komponen, sub komponen dari butir penilaian yang
tersedia dalam instrumen penilaian.
(2) Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen dengan
menggunakan rumus:
X
n
Keterangan:
X = skor rata-rata
X = jumlah skor
n = jumlah penilai
(3)
Rentang Skor
X x 1,80 SBi
Nilai
A
Kategori
Sangat baik
2.
3.
B
C
Baik
Cukup Baik
4.
5.
X x 1,80 SBi
Kurang Baik
Sangat
Kurang Baik
Keterangan:
Pada
untuk
angket
kelayakan
LKS
learning
cycle
adalah
suatu
ukuran
yang
menunjukkan
mampu
mengukur
apa
yang
diinginkan,
dan
suatu
mencerminkan
instrumen
penelitian
dapat dipercaya
berdasarkan
atau
tingkat
c.
Analisis
Alpha
Tingkat Reabilitas
Kurang Reliabel
Agak Reliabel
Cukup Reliabel
Reliabel
Sangat Reliabel
peningkatan
hasil
belajar
dan
pengembangan
Uji normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji sebaran data
memiliki distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas
dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada
program
SPSS 16.00.
Menurut
Triton
(2006:
79)
hipotesis
dilakukan
untuk
mengetahui
adanya
pokok
bahasan
gelombang
elektromagnetik,
dapat
1
1
H0 :
2
2
H1 :
KP
HB
KP
HB
0, melawan
(4)
(5)
Keterangan:
Ho
: Tidak
learning
cycle
elektromagnetik.
7E
pada
pokok
bahasan
gelombang
68
Ha
: Terdapat
peningkatan
siswa
setelah
menggunakan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian pengembangan LKS ini terdiri
dari data hasil evaluasi produk, dan data hasil uji lapangan.
1. Data hasil evaluasi produk
Data hasil uji evaluasi produk meliputi data hasil evaluasi
produk dari ahli materi, ahli media, guru fisika dan teman sejawat.
Data evaluasi ini meliputi penilaian aspek kelayakan isi, aspek
kebahasaan, aspek penyajian, aspek kegrafikan yang berupa skor yang
dikonversikan dalam empat kategori, yaitu sangat baik, baik, kurang
baik, dan sangat kurang baik.
Tabel 4.1 Konversi Skor
ASPEK
KELAYAKAN
ISI
KEBAHASAAN
PENYAJIAN
KEGRAFIKAN
INTERVAL SKOR
X 22,8
20,4 < X 22,8
19,5 < X 20,4
X 19,5
X 11,3
10,3 < X 11,3
9,8< X 10,3
X 9,8
X 20,9
19,8 < X 20,9
19,2 < X 19,8
X19,2
X 10,3
8,9 < X 10,3
8,2< X 8,9
X8,2
69
KATEGORI
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
produk ahli materi, ahli media, guru fisika dan teman sejawat tersebut
dipaparkan sebagai berikut:
a. Data hasil evaluasi produk ahli materi dan ahli media
Data hasil penilaian ahli materi terdiri dari aspek kelayakan
isi dan aspek kebahasaan, sedangkan data hasil penilaia ahli media
terdiri dari aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Data hasil
penilaian tersebut pada tabel 4.2, 4.3, 4.4, dan 4.5.
Tabel 4.2 Data hasil penilaian ahli materi dari aspek
kelayakan isi
No
1
2
3
4
5
6
Indikator Penilaian
Materi yang disajikan dalam LKS sesuai
Kurikulum KTSP
Materi yang disajikan dalam LKS sesuai
kebenaran dengan Teori Fisika
Uraian materi LKS yang disajikan sangat
jelas
Setiap Kegiatan yang disajikan dalam LKS
mempunyai tujuan yang jelas
Kegiatan Yang disajikan dalam LKS dapat
merangsang siswa untuk berpikir aktif dan
inovatif
Kegiatan yang dilaksanakan dalam LKS
dapat
merangsang
siswa
untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
Skor Total
70
Skor
4
4
3
4
4
4
23
71
Indikator Penilaian
Skor
Kalimat
yang digunakan dalam LKS
sederhana, jelas, dan mudah dipahami
Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa
Bahasa yang digunakan komunikatif dan
interaktif
2
3
3
4
11
Skor Total
Indikator Penilaian
Penyajian LKS dilakukan secara Sistematis
Penyajian LKS dilengkapi dengan gambar
dan ilustrasi
Penyajian LKS mendorong siswa untuk
melakukan kerja kreatif
Penyajian LKS dapat menuntun siswa
mengembangkan keterampilan berpikir
Penyajian LKS menuntun siswa untuk
menggali informasi
Penyajian LKS dilengkapi dengan pembuatan
cover yang menarik
Skor Total
Skor
4
3
3
3
3
4
20
Indikator Penilaian
Gambar yang digunakan dapat menarik
perhatian siswa
Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca
dan menarik
Desain tiap halaman sederhana tetapi
menarik
Skor Total
Skor
2
4
3
9
72
Indikator Penilaian
2
3
4
5
6
Guru
fisika 1
Guru
fisika 2
20
21
20,5
73
Indikator Penilaian
2
3
Guru
fisika 1
Guru
fisika 2
11
10
10,5
Indikator Penilaian
2
3
4
5
6
Skor
Guru
Guru
fisika 1 fisika 2
3
20
21
20,5
74
Indikator Penilaian
2
3
Guru
fisika 1
Guru
fisika 2
11
10
75
Indikator Penilaian
2
3
4
5
6
teman
sejawat
1
teman
sejawat
2
21
21
21
No
Indikator Penilaian
Kalimat
yang digunakan dalam
LKS sederhana, jelas, dan mudah
dipahami
Bahasa yang digunakan sesuai
dengan
tingkat
perkembangan
kognitif siswa
Bahasa yang digunakan komunikatif
dan interaktif
Skor Total
Rerata
2
3
Skor
teman
teman
sejawat
sejawat
1
2
4
11
11
11
76
Indikator Penilaian
2
3
4
5
6
teman
sejawat
1
teman
sejawat
2
21
21
21
No
Indikator Penilaian
2
3
Skor
Teman
Teman
sejawat
sejawat
1
2
4
12
11
11,5
77
LKS
ini
ada
enam
mengidentifikasi permasalahan
kriteria
yaitu
kemampuan
teorema
dalam
mengevaluasi
menyelesaikan
argumen
yang
masalah,
relevan
dan
dalam
KATEGORI
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
78
Frekuensi
4
24
2
Persentase
13%
80 %
7%
penelitian
menggunakan
program
ini pengujian
SPSS
16.0.
hipotesis
penelitian
Sebelum
pengujian
79
menggunakan
uji
Kolmogorof-Smirnof
yang
dihitung
30
Normal Parameters
Mean
8.3000
Std. Deviation
.91990
Absolute
.132
Positive
.083
Negative
-.132
Kolmogorov-Smirnov Z
.722
.674
menentukan
ada
tidaknya
peningkatan
uji
statistik
one
sample
t-test
dengan
80
t
Yang menggunakan
df
2.840
B
LKS Learning Cycle
29
Sig. (2-
Mean
tailed)
Difference
.008
Difference
Lower
.45000
Upper
.1260
.7740
B. Pembahasan
LKS pengembangan
elektromagnetik
oleh
peneliti
dikembangkan
LKS yang
berdasarkan
model
81
mendapat penilaian
kategori
sangat
baik
untuk ahli materi. Pada aspek kelayakan hasil penilaian guru fisika
diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil penilaian teman sejawat
pada aspek kelayakan isi dikategorikan baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek dari ahli materi, guru fisika,
dan teman sejawat
berikut:
82
23
SKO
R
20
22
24
21
18
20.5
ahli materi
guru
teman
mendapat penilaian
83
Aspek Kebahasaan
11.1
11
10.9
10.8
10.7
10.6
10.5
10.4
10.3
10.2
SKO
R
11
11
10.
5
ahli materi
guru
teman
mendapat penilaian
dikategorikan
sangat baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek penyajian dari ahli materi,
guru fisika, dan teman sejawat
sebagai berikut:
Aspek Penyajian
21.5
21
21
20.5
SK
or
20.5
20
20
19.5
ahli media
sejawat
guru
teman
mendapat penilaian
kategori baik ahli media. Pada aspek kelayakan hasil penilaian guru
fisika diperoleh penilaian kategori baik, dan hasil penilaian teman
sejawat pada aspek kegrafikan dikategorikan sangat baik.
Hasil penilaian LKS pada aspek kegrafikan dari ahli materi,
guru fisika, dan teman sejawat
sebagai berikut:
Aspek
Kegrafikan
11
10.5
SKO
R
10.5
10
10
9.5
9
8.5
8
ahli media
guru
teman sejawat
kemampuan
mengidentifikasi
permasalahan
yang
kemampuan
mengevaluasi
argumen
yang
relevan
dalam
0
Sangat baik
Baik
Kurang Baik
87
seperti
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
data
dan
pembahasan
yang
telah
dapat
disimpulkan :
1. Kualitas LKS ditinjau dari aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek
penyajian dan aspek kegrafikan secara keseluruhan baik dan layak
digunakan dalam pembelajaran fisika.
2. Adanya peningkatan
yang
B.
Keterbatasan Penelitian
Meskipun LKS yang dikembangkan secara umum sudah dinilai
berkualitas baik, namun masih memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
tersebut adalah:
1. Lembar kegiatan siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini terbatas
pada materi gelombang elektromagnetik.
88
89
2. Penelitian
pengembangan
lembar
kegiatan
siswa
dalam
tahap
penyebaran hanya dilaksankan pada pada kelas pada satu sekolah yang
diuji.
3. Pada tahap explore, penyelidikan tidak ada proses praktikum hanya
penyelidikan
terhadap
bacaan
pengayaan
yang
telah
tersedia
C.
2. Desiminasi
Lembar kegiatan siswa hasil pengembangan diharapkan dapat
didesiminasikan di sekolah-sekolah lain khususnya kelas X SMA tidak
hanya pada sekolah tempat uji coba.
90
DAFTAR PUSTAKA
92
93
Martin,R., Sexton, C., Franklin, T., and Gerlovich, J. (2005). Teaching Science for
all Children Inquiry: Inquiry Methods for Constructing Understanding3th edition. USA: Pearson Education.
Paul, R.W. dan Elder, W. (2008). Cirtical Thinking: Toolsfor taking chargeof
your professional and personala life. New Jersey : Financial Time prentice
hall upper saddle river.
Polyiem, T., Nuangchalern, P., and Wongchantra, P. (2011). Learning
Achievement, Science Process Skills, And Moralreasoning Of Ninth Grade
Studend Learned By 7E Learning Cycle And Socioscientific Issue-Based
Learning. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. Hal 257-296.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif .
YogyakartaI Diva Press.
Purwanti, W.( 2012). Learning Cycle sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran
Sains yang Bermakna. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, UNY. Hal IPA-65.
Riwidikdo, H. 2009. Statistika Untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media.
Rusman. (2011). Model- model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Ddengan Problem Based Learning itu
Perlu; unruk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Schfersman,
D.F. (1991).
An Introduction
to critical
Thinking.
(http://www.freeinquiry.com/critical-thinking.htm l, diakses tanggal 23
April 2013)
Sudjana, N. (2002). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sunadi,Irawan. (2007). Fisika Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan
2. Bandung: YramaWidya.
94